TENTANG
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Bupati Serdang Bedagai Nomor 4 Tahun 2019
tentang Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Daerah Kabupaten Serdang Bedagai
Tahun 2019 Nomor 4) diubah sebagai berikut:
(1) Kepala desa menugaskan kaur dan kasi pelaksana kegiatan anggaran sesuai
tugasnya menyusun DPA paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah peraturan
desa tentang APB Desa dan Peraturan Kepala Desa tentang penjabaran APB
Desa ditetapkan.
(2) DPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :
a. rencana Kegiatan dan Anggaran Desa;
b. rencana Kerja Kegiatan Desa; dan
c. rencana Anggaran Biaya.
(3) Rencana Kegiatan dan Anggaran Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a merinci setiap kegiatan, anggaran yang disediakan, dan rencana
penarikan dana untuk kegiatan yang telah dianggarkan.
(4) Rencana Kerja Kegiatan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
merinci lokasi, volume, biaya, sasaran, waktu pelaksanaan kegiatan,
pelaksana kegiatan anggaran, dan tim yang melaksanakan kegiatan.
(5) Kaur keuangan dapat menyimpan uang tunai dengan jumlah paling banyak
Rp. 250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah) untuk memenuhi
kebutuhan operasional pemerintah desa.
(6) Kaur dan Kasi pelaksana kegiatan anggaran menyerahkan rancangan DPA
kepada Kepala Desa melalui Sekretaris Desa paling lama 6 (enam) hari kerja
setelah penugasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
2. Di antara Pasal 63 dan Pasal 64 disisipkan 3 (tiga) pasal baru yaitu Pasal 63a,
Pasal 63b dan Pasal 63c, sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 63a
Dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan urusan di bidang pengelolaan
keuangan Desa secara tepat, cepat, aman, efisien, transparan dan akuntabel
serta mencegah terjadinya tindak pidana korupsi maka dilaksanakan transaksi
non tunai (TNT) di desa.
Pasal 63b
(1) Transaksi non tunai (TNT) di desa dilaksanakan berdasarkan asas:
a. efisiensi;
b. keamanan; dan
c. manfaat.
(2) Asas efisiensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah
berorientasi kepada minimalisasi penggunaan sumber daya (waktu, tenaga
dan biaya).
(3) Asas keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan
jaminan atas kepada semua pihak yang berkepentingan dalam transaksi non
tunai.
(4) Asas manfaat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan
manfaat bagi kepentingan desa dan semua pihak yang berkepentingan dalam
pelaksanaan transaksi non tunai.
Pasal 63c
Transaksi Non Tunai (TNT) dalam pelaksanaan APB Desa meliputi:
a. penerimaan desa; dan
b. pengeluaran belanja desa.
Pasal 64
Penerimaan desa disetor ke rekening kas desa dengan cara:
a. disetor langsung ke bank oleh pemerintah, pemerintah provinsi dan
pemerintah daerah kabupaten;
b. disetor melalui bank lain, badan, lembaga keuangan dan/atau kantor pos
oleh pihak ketiga;
c. disetor melalui bank/ kantor pos langsung ke rekening kas desa;
d. setiap penerimaan desa yang berjumlah paling sedikit Rp. 250.000,- (dua
ratus lima puluh ribu rupiah) wajib dilakukan dengan transaksi non tunai.
e. setiap penerimaan desa yang berjumlah kurang dari Rp. 250.000,- (dua ratus
lima puluh ribu rupiah) tidak wajib dilakukan dengan transaksi non tunai;
dan
f. penyetoran penerimaan sebagaimana dimaksud pada huruf e dilakukan
melalui kaur keuangan ke rekening kas desa.
4. Ketentuan Pasal 65 ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6) dan ayat (7) diubah,
sehingga secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut:
Pasal 65
(1) Pengeluaran atas beban APB Desa dilakukan berdasarkan RAK Desa yang
telah disetujui oleh Kepala Desa.
(2) Pengeluaran atas beban APB Desa untuk kegiatan yang dilakukan secara
swakelola dikeluarkan oleh kaur keuangan kepada kaur dan kasi pelaksana
kegiatan anggaran atas dasar DPA dan SPP yang diajukan serta telah
disetujui oleh Kepala Desa.
(3) Pengeluaran atas beban APB Desa untuk kegiatan yang dilakukan melalui
penyedia barang/jasa dikeluarkan oleh kaur keuangan dengan cara
transaksi non tunai kepada penyedia atas dasar DPA dan SPP yang diajukan
oleh kasi pelaksana kegiatan anggaran dan telah disetujui oleh Kepala Desa.
(4) Pengeluaran atas beban APB Desa untuk belanja pegawai, dilakukan secara
transaksi non tunai oleh kaur keuangan dan diketahui oleh Kepala Desa.
(5) Pengeluaran atas beban APB Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat
(3), dan ayat (4) harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(6) Bukti pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (5) harus mendapat
pengesahan dari Kepala Desa.
(7) Pihak yang bertandatangan bertanggung jawab atas kebenaran material yang
timbul dari penggunaan bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (5).
5. Di antara Pasal 65 dan Pasal 66 disisipkan 3 (tiga) pasal baru yaitu Pasal 65a,
Pasal 65b dan Pasal 65c sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 65a
(1) Setiap pengeluaran belanja desa wajib dilakukan dengan transaksi non tunai.
(2) Belanja desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. belanja penghasilan tetap dan tunjangan Kepala Desa;
b. belanja penghasilan tetap perangkat desa;
c. belanja tunjangan pimpinan serta anggota Badan Permusyawaratan Desa;
d. insentif/ operasional RT/ RW;
e. belanja perjalanan dinas;
f. pembayaran tenaga kontrak/ tenaga honorer atau yang disebut dengan
nama lain yang dibayarkan setiap bulan selama 1 (satu) tahun;
g. honor PjPHP/ PPHP;
h. pengadaan barang/ jasa yang berjumlah paling sedikit Rp. 500.000,- (lima
ratus ribu rupiah);
i. pembayaran insentif kepada pekerja sosial seperti guru PAUD/ TPA, fardu
kifayah, kader posyandu atau yang disebut dengan nama lain; dan
j. pembayaran Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penghasilan Pasal 21,
Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24 dan Pasal 26.
(3) Transaksi pengeluaran belanja desa secara non tunai sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikecualikan untuk:
a. upah tenaga kerja pada kegiatan swakelola;
b. pengeluaran belanja transport/ uang saku kepada masyarakat;
c. pengeluaran belanja untuk keperluan tidak terduga; dan
d. pengadaan barang dan jasa yang berjumlah di bawah Rp. 500.000,- (lima
ratus ribu rupiah);
e. belanja jaminan sosial;
f. belanja bahan bakar minyak, listrik, air dan telepon;
g. pembayaran pajak kendaraan bermotor; dan
h. pembayaran biaya servis dan cuci kendaraan bermotor.
(4) Pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditransfer ke rekening
pelaksana kegiatan.
(5) Kaur keuangan menyimpan bukti pengeluaran belanja sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dan ayat (3) serta dicatat dalam buku kas umum.
Pasal 65b
Setiap orang yang melakukan transaksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65a
ayat (2) memiliki nomor rekening di bank dan menyampaikan nomor rekening
tersebut kepada Kepala Desa melalui Sekretaris Desa.
Pasal 65c
(1) Prosedur pengeluaran belanja desa dengan transaksi non tunai sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 65a ayat (1) dilakukan dengan cara:
a. pemindahbukuan dari rekening kas desa ke rekening penerima; dan/ atau
b. pengeluaran dengan transaksi elektronik lainnya.
(2) Pengeluaran belanja desa dengan transaksi non tunai sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilengkapi dengan dokumen pendukung yang sah sesuai
transaksi.
(3) Setiap pengeluaran belanja atas beban APB Desa harus didukung dengan
bukti yang lengkap dan sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus mendapat pengesahan dari
Kepala Desa dan pihak yang bertandatangan bertanggung jawab atas
kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti dimaksud.
BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 73
(1) Bupati membina dan mengawasi pelaksanaan pengelolaan keuangan desa
yang dikoordinasikan dengan APIP Daerah kabupaten.
(2) Camat membina dan mengawasi pelaksanaan pengelolaan keuangan desa di
wilayah kecamatan masing-masing.
(3) Bupati melakukan pembinaan implementasi transaksi non tunai pada
Pemerintah Desa.
(4) Dalam melakukan pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Bupati
membentuk tim/ kelompok kerja yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
(5) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berupa fasilitasi perjanjian
kerja sama dan/ atau nota kesepahaman antara pemerintah desa dengan
pihak perbankan serta tugas lainnya.
(6) Pengawasan atas sistem dan prosedur pelaksanaan Peraturan Bupati ini
dilakukan oleh aparatur pengawas internal pemerintah daerah.
(7) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilakukan secara
terintegrasi dalam kegiatan pengawasan.