DI SUSUN OLEH:
JESSINDA BULANGKASE
JESICA LANONGBUKA
JESICA TULANDI
TEZZALONICA ANGELA HARIAWANG
KELAS A
2023
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ....................................................................................................
PEMBAHASAN ......................................................................................................
YESUS ...................................................................................................................
A. PENGERTIAN KATEKETIKA
Istilah “katekisasi” dan “katekese” berasal dari kata Yunani dan berarti
“pengajaran”. Katekisasi atau pelajaran agama Kristen merupakan pelaksanaan tugas
gereja untuk melengkapi calon anggotanya atau anggota baptis yang ingin mengakui
sidi, dengan maksud agar mereka akan menjadi anggota dewasa. Kateketika
merupakan jawaban gereja purba untuk menanggulangi masalah banyaknya orang
dewasa yang ingin mengabdikan diri kepada Kristus. 1Yang menjadi tugas Katekisasi
adalah pangilan dari Allah yang perlu kita lakukan dalam tanggung jawab kepada
Tuhan dan dalam menyatakan kasih kepada murid, calon anggota Gereja itu 2. Tujuan
katekese ialah agar anak-anak muda mengenal Allah. Sehingga, mereka dengan jalan
itu dapat hidup bersama-sama dengan Dia 3. Arti katekitika dalam perjanjian baru
pengajaran-pengajaran katekitika dalam perjanjian Lama diambil alih oleh jemaat-
jemaat purba. Mereka mempergunakan katekitika dalam pelayanan Mereka 4
Namun dalam kasus tertentu langkah katekisasi sebelum dan sesudah dibaptis
merupakan hal yang urgen untuk dilakukan kemudian bila ada yang melakukan
baptisan ulang dalam kasus tertentu perlu dilihat secara kompre hensif agar tidak salah
Sejak di mulainya usaha pedagogis para rasul di Perjanjian Baru, tentunya di lihat
secara komprehensif bahwa segala bentuk pengajaran dimulai sejak Perjanjian Lama
Pengajargan tentang larangan Allah tentang buah baik dan jahat menjadi acuan bahwa
pengajaran telah dimulai sejak penciptaan sehingga dapat dikatakan bahwa pengajaran
menjadi salah satu bidang yang seumur dengan usia bumi serta peradabaan manusia
menurut konteks Akitab. Allah menyuruh para nabi antara lain Musa untuk
menyampaikan sepuluh hukum Taurat bagi bangsa Israel. Bagi umat Israel, hukum
Taurat adalah materi rohani yang harus dipahami dan dijalankan oleh umat Israel dalam
konteks "providensid" (pemeliharaan Alah atas umat Israel). memakai pengajaran itu
dalam beberapa istilah:5
1
Lembaga pendidikan Kader GKJ/GKI, Berkumpul di sekitar Kristus, (Yogyakarta: BPK:GM, 1989),
2
Daniel Stefanus, Sejarah Tokoh-tokoh Besar PAK, (Bandung: BMI,2009),
3
Lembaga pendidikan Kader GKJ/GKI, Berkumpul di sekitar Kristus,(Yogyakarta: BPK:GM, 1989),
4
Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta
BPK-GM, 1994), 18-35
5
Abineno J.L.CH., sekitar katekese Gerejawi, Jakarta: BPK GM, 2005
Katekhein (Kata Kerja)
(Kata Kerja) Artinya Memberitakan, Mengatakan,Menjelaskan,Memberitakan,
Memberitahukan, Mengajar, Memberi Pengajaran. Namun, Kata Yang Paling
Menonjol Dipakai Yaitu Mengajar (Mengajar Bukan Dalam Arti Intelektualistis,
Tetapi Dalam Arti Praktis Yaitu Mengajar/Membimbing Orang Supaya Melakukan
Apa Yang Diajarkan Kepadanya). Katekese Berasal Dari Kata Kerja Dari Kata
Kerja Katekhein.
Didaskein (Kata Kerja)
1) Biasanya dipakai untuk pekerjaan menyampaikan pengetahuan dengan
maksud, supayaorang yang “diajar” itu dapat bertindak dengan terampil.
2) Dalam septuagenta “terjemahan PL dalam bahasa Yunani” kata didaskein
digunakan sebagai terjemahan dari kata ibrani untuk mengajar, yaitu mengajar
dengan maksud,supaya apa yang diajarkan itu yang dipraktikan. Didaskein
bersifat praktis, sebab yangpaling penting dalam Alkitab adalah pemahaman,
penghayatan akan perbuatan-perbuatan penyelamatan Allah.
TUJUAN KATEKETIKA
1. Mendidik (membina) anak-anak supaya mereka bisa berpartisipasi dalam hidup
dan pelayanan Gereja pada Allah.
2. Katekese: Pengajaran tentang Allah dan PerjanjianNya, pengajaran tentang
Yesus Kristus dan pengajaran tentang pimpinan dan berkat bahwa Roh Kudus
memimpin para katekesan dalam pelayanan katekese. Roh kudus memakai
katekese untuk memuliakan Kristus dalam Jemaat.
3. Supaya anak-anak muda mengenal Allah dalam kehidupan mereka. Yang
penting bukan pengenalan yg banyak tentang Alkitab dan Gereja, tetapi tentang
pengenalan akan Allah sebagai Allah, Allah perjanjian. (Allah yg mengikat
perjanjian dengan umat- Nya yg dia bebaskan dari perbudakan dosa).
4. Bimbingan bukan saja kepada anak-anak muda tetapi juga semua anggota
jemaat untuk memperlengkapi mereka bagi suatu hidup yg bertanggung jawab di
dalam dunia
5. Supaya anak-anak muda dapat mengenal Allah dengan begitu Rupa, sehingga
mereka bisa hidup bersama-sama dengan Tuhan.
6. Pemberian pengetahuan (hal-hal pokok isi Alkitab, ajaran Gereja, yg berasal dari
Alkitab, garis-garis besar tentang gereja, tentang pelayanan dan sejarahnya).
7. Pendidikan (pembinaan) anggota-anggota jemaat untuk menyadari tugas mereka
didalam Gereja.
8. Mendidik anak-anak muda supaya mereka menjadi hamba-hamba Allah yg
bertanggungjawab di dalam dunia, Mereka di tempatkan di tengah-tengah dunia
sebagai saksi dan pelayan Kristus.
9. Penyampaian pengetahuan tentang Allah dari generasi ke generasi.
Keselamatan kepada kita harus disampaikan kepada semua orang, dari generasi
ke generasi,sehingga kutekese mempunyai peranan penting 6
6
G. Riemer,Ajarlah Mereka,(Jakarta: Litindo,1998), 135-145
PENGERTIAN KATEKETIK MENURUT PARA TOKOH
Marthin Luther
Menurut Luther. Bahwa Kateketika ialah keluarga, orang tua yg berkewajiban
mendidik anak-anak mereka menurut Firman Tuhan dan Hukum-hukum Allah, dan
membimbing
mereka kepada Kristus dan harus juga ditugaskan kepada sekolah-sekolah untuk
menyebarluaskan Agama Kristen.7
Calvin
Bahwa Kateketika merupakan suatu pengajaran yg sangat penting dan harus
didorong kuat oleh Gereja itu sendiri. Didalam Kateketika gereja wajib
membentangkan dihadapan mereka kebenaran dan keindahan Iman Kristen tentang
Panggilan Tuhan8.
DASAR ALKITAB
Para pemimpin Yahudi berpendapat agar setiap generasi baru harus
diperkenalkan Iman. Umat Yahudi pada umumnya dan setiap keluarga, khususnya
ayah, ditugaskan untuk menyampaikan keyakinan Yahudi. Keyakinan itu nyata seperti
tertulis dalam Ulangan 6:4-9. Dengarlah Hai orang israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu
Esa! Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu
dan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini, haruslah
engaku mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya
apabila engkau duduk di rumah, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila
engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya
sebagai tanda panadantanganmu dan haruslah itu tanda didahimu, dan haruslah
engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pintu gerbangmu. 9
7
Martin Luther, Katekismus Besar, (Jakarta: BPK-GM, 2011), 1-3
8
E.G. Homrighausen & I.H Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta:BPK-GM, 2012), 109-110
9
E.G. Homrighausen & I.H Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta:BPK-GM, 2012), 109-112
DASAR TEOLOGI
Keyakinan bahwa Allah memanggil abram dan ia menjawab melalui imannya.
maka keturunannya dinamakan bangsa terpilih pada abad ke 7 SM. Pemilihan itu terjadi
karena anugerah Tuhan saja. Pemilihan itupun tidak terjadi tagar bangsa yahudi itu
dilayani tetapi sebaliknya. Agar bangsa lain dilayani oleh bangsa terpilih itu. Hal ini jelas
pada kej 12:2-3 "Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan
memberkati engkau serta membuat namamu masyur; dan engkau akan menjadi berkat
Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-
orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat
berkat". Dari hal itulah maka diperkenalkan kepada generasi baru. Dalam ruang lingkup
pendidikan agama Yahudi, para orangtua harus wajib belajar seumur hidup. Pendidikan
agama Yahudi dipengaruhi oleh kepastian akan adanya penyataan sebagai
pengalaman yang akan terjadi. Orang-orang yahudi lebih cenderung bersandar kepada
Tuhan melalui firman-Nya, peristiwa-peristiwa sejarah dan perbuatan-perbuatan yang
ajaib. Sejak kecil para anggota paguyuban Yahudi diajar menjadi waspada agar siap
ketika disapa oleh firman-Nya. Keyakinan teologis berikutnya yang menjadi dasar
agama Yahudi ialah ajaran tentang manusia 10.
YESUS
YESUS SEBAGAI BUAH DARI PENDIDIKAN AGAMA YAHUDI
Oleh karena Yesus diakani sebagai Guru Agung, semua pembahasan teentang
pendidikan agama dalam perjanjian Baru dimulai dengan pribadi yang luar biasa ini.
demikianlah akan diselidiki bagaimana Yesus tiba pada sejarah dari pendidikan agama
Yahudi. Sejak semula umat Kristen mengakui bahwa Yesus adalah manusia
sebagaimana dimaksudkan Allah, fakta itu tidak membebaskan-Nya dari keharusan
belajar. Pengalaman belajar tersebut terjadi sebagai hasil usaha-Nya menghayati
panggilan-Nya sebagai manusia yang sesungguhnya, yanng tidak mampu dipenuhi
oleh manusia lainnya.
Ucapan Yesus yang merupakan semacam Amsal: Lukas 6:40 yang artinya
murid-murid Yesus tidak boleh mengharapkan mendapatkan pengetahuan dan
pengertian dengan Cuma-Cuma, sebab Yesus juga mendapat pengetahuan-Nya yang
mendalam itu melalui usaha yang sunguh-sunguh memeras keringat. Dulu în sendiri
adalah seorang murid. la sudah belajardari guni-guru-Nya. Sama denggan halnya
dengan anak laki-laki Yahudi lainnya, keluargalah guru-Nya yang pertama. Sejak kecil
Yesus mengambil bagian dalam berbagai tanggung jawab yang di wajibkan dalam
agama Yahudi dan la semakin bertumbuh dalam pengetahuan tentang kitab suci
mereka. Dalam Matius dan Yohanes, Dia diberi gelar Rabi.guru sutu gelar yang tidak
dipakai sembarangan dalam pembicaraan. Jadi panggilan Yesus telah memperoleh
pendidikan dalam bangsa Ibrani, agar la mampu membaca Taurat. 11Ia adalah buah
dan pendidikan Agama Yahudi. Guru-guru-Nya adalah: orang tua-Nya, guru di
Sinagoge di Nazaret, Beth Hasssepher, dan Beth Talmud.
12
10
E.G. Homrighausen & I.H Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta:BPK-GM, 2012), 109-113
11
Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta:
BPK-GM, 1991), 57-61
12
Daniel Stefanus, Sejarah Tokoh-tokoh Besar PAK, (Bandung: BMI,2009
YESUS SEBAGAI SEORANG GURU
Keahlian Yesus sebagai seorang guru diperhatikan dan dipuji oleh rakyat Yahudi.
Mereka menyebut Dia "Rabbi". Ini tentu suatu gelar kehormatan yang menyatakan
betapa la disegani dan dikagumioleh orang sebangsa-Nya selaku seorang pengajar
yang mahir ilmu ke- Tuhanan. Sebab la mengajar mereka "sebagai orang yang
berkuasa, tidak seperti ahli-ahli taurat yang biasa mengajar mereka" (Matius 7:29).
Yesus mengajar di atas bukit, di perahu, di tepi sumur, di rumah yang sderhana, dan
rumah yang kaya juga di pembesar agama dan pemerintahan. Yesus mengajar tidak
terkait pada waktu tertentu.
Tujuan pengajaran Yesus untuk melayani setiap orang yang datang kepada-Nya.
Tuhan Yesus adalah Guru Utama (Yohanes 1:9), ia mengajar kita melalui firman-Nya,
melalui kehidupan-Nya di tengah-tengah kita, dan sebagai kepala gereja sehingga
jemaat di dalam pengajaran-Nya, juga menunjuk kepada Dia. Yesus betul-betul
seorang guru itu melambangkan perananNya di tengah- tengah mereka selama jangka
waktu sebelum la disalibkan. Melalui gaya hidupnya Yesus telah menyatakan
latihanNya sebagai seorang Guru. Yesus mengumpulkan orang yang ingin diajar yang
dinamakan murid. Dengan menekankan identitas Yesus sebagai guru, maka itu tidak
berarti bahwa identitasNya yang lain harus ditolak. Sebutan yang paling banyak
digunakan untuk Yesus dalam keempat Injil adalah Didaskalos. yaitu guru. Dan
kegiatan Yesus lebih sering digambarkan dengan kata kerja mengajar, Yesus sangat
mementingkan pekerjaan mengajar, tidak hanya murid yang menyebutnya sebagai Rabi
tapi musuh-Nya juga. Yesus sebagai seorang Rabi tetaplah memiliki persamaan
dengan rabi lainnya. 13
Menghafalkan
Meskipun tidak ada perintah khusus dari Yesus agar murid-murid-Nya menghafalkan
ayat-ayat tertentu dari Kitab Suci, namun kepentingannya jelas sekali bagi Yesus
pribadi. Sering juga sesudah Yesus mengajarkan sesuatu la condong mengikhtisaran
13
Lembaga pendidikan Kader GKJ/GKI, Berkumpul di sekitar Kristus,(Yogyakarta: BPK:GM, 1989), 26
isinya dalam suatu ucapan yang gampang dihafal, contohnya: Matius 12:8, 9:12 dan
Markus 10:45.14
Perwujudan
Meskipun metode perwujudan ini adalah khas Matius, namun contohnya diberikan oleh
Yesus sendiri. Melalui pengajaran-Nya Yesus mengatakan bahwa Israel telah terwujud
dalam diri pribadi-Nya sebagai Hamba Tuhan yang menderita. Perwujudan itu lebih
mendalam artinya daripada melalui teknik memainkan peranan, sebab yang terakhir ini
hanya berlaku untuk waktu yang sementara saja, sedangkan dengan perwujudan-Nya
Yesus mengajarkan kepada murid-murid-Nya bahwa pribadi- Nyalah pernyataan yang
baru itu dan bukan hanya pengajaran-Nya. Ia mengajar apa yang la adanya.
Dialog
Metode ini banyak sekali contohnya dalam keempat injil. Dialog memainkan peranan
yang penting pada wkatu Yesus mengajar. Yesus sering mengajukan pertanyaan yang
baru sebagai tanggapan-Nya atas pertanyaan yang sebelumnya yang diajukan kepada-
Nya.
Studi kasus
Melalui studi kasus Yesus menggariskan seluk-beluk salah satu kasus sebagian dari
pengalaman seorang tertentu, dan mengundang para pelajar memanfaatkan akal dan
imannya. Melalui studi kasus para pendengar-Nya didorong untuk memikirkan inti
persoalan dan bagaimana memecahkannya. Segala pernyataan Yesus sendiri tidak
menjawabnya secara langsung.
Perjumpaan
Di sini Yesus tidak bercerita. Ia memprakarsai pertanyaan yang pribadi dan besar sekali
maknanya. Metode perjumpaan banyak dipakai oleh Yesus contohnya: Matius 16:13,
Lukas 14:3, Yohanes 9:35.
Perbuatan Simbolis
Pada awal pelayanan Yesus di depan umum, la dibaptiskan oleh Yohanes Pembaptis,
ini menimbulkan banyak pertanyaan namun ternyata Yesus ingin mengajar murid-
murid-Nya melalui perbuatan simbolis ini. Jadi baptisan-Nya merupakan lambang
kesengsaraan nanti dan melalui lambang baptisan itu Yesus mengajarkan perlunya
solider dengan semua orang lain, dan bahwa solidaritas itu hanya dapat dinyatakan
sebagai hamba yang merendahkan diri dan yang menderita. 15
14
E.G. Homrighausen, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK-GM,1982)
15
Lembaga pendidikan Kader GKJ/GKI, Berkumpul di sekitar Kristus,(Yogyakarta: BPK:GM, 1989), 26
KATEKETIKA PADA MASA REFORMASI
16
G. Riemer,Ajarlah Mereka,(Jakarta: Litindo,1998), 71
B. BENTUK-BENTUK KATEKESE
1) Bentuk praktis: Bentuk ini mengarahkan peserta katekese untuk bergiat dan
rajin mempraktikkan kehidupan agamanya: rajin beribadah, rajin berdoa, dan
berdevosi, bergairah menghadiri perayaan Ekaristi dan pelayanan lain, mengenal
baik masa-masa liturgis dengan segala sarana dan peralatannya. Sumber
utamanya adalah Liturgi Gereja.
3) Bentuk sistematis: Bentuk ini menyajikan kepada umat ajaran teologis dan
dogmatis yang tersusun secara sistematis, singkat, dan padat. Sumbernya
adalah buku Katekismus.
KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas , maka dapat disimpulkan bahwa kateketika sudah ada
sejak zaman perjanjian lama hingga sekarang ini. Kateketika adalah suatu Ilmu
yang didalamnya merupakan suatu pengajaran tentang Allah, dan sekarng
banyak digunakan oleh gereja-gereja di dunia khususnya di Indonesia, agar
peserta katekisasi (katekesan) dapat memahami tentang Allah.
DAFTAR PUSTAKA