Anda di halaman 1dari 6

Khutbah Jum’at

05 Mei 2023
MENGOBATI HATI DARI PENYAKIT RIYA’
Oleh: Nur Rohmad[1]

Khutbah I
َ َ َ ْ َ َ ِّ َ َّ َ َ َ َ َّ َ َ َّ َ َ ْ ‫للُال‬ ْ
ُ‫آل‬
ُ‫َعُ ه ه‬ ُ َ ‫ُ َو‬،‫دلُ َعدنان‬ ُ‫َعُُممدُُس هي هُدُو ه‬ ُ ُ ُ‫ُوالصَلةُُوالسَلم‬،‫ان‬ ‫ه‬
َّ‫ادلي‬ َّ ُ‫ك‬ُ ‫احلَمدُُ هُ ه ه‬
‫ل‬ ‫م‬
َُُّ‫لُالْمنَـزه‬ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َّ َ َّ ْ َ َ ْ َ َ َ ‫الز‬
َّ ُ‫َعُ َم ُِّر‬ ََ ْ ََ ْ َ َ
ُ ُ‫ك‬ُ ‫َشي‬ ‫ه‬ ُ ُ
‫ّل‬ ُ ‫ه‬
ُ ‫د‬ ‫ح‬ ‫و‬ ُ ‫الل‬
ُ ُ ُ
‫ّل‬ ‫إ‬ ُ
‫ه ه‬ ُ
‫ل‬ ‫إ‬ ُ ُ
‫ّل‬ ُ ُ
‫ن‬ ‫أ‬ ُ ‫د‬
ُ ‫ه‬ ‫ش‬ ‫أ‬‫و‬ ُ ، ‫ان‬
‫ه‬ ‫م‬ ‫ه‬ ُ ُ‫وصح هب هُهُوتابه هعي هُه‬
ُْ‫ي‬ َّ ْ َ َ ْ َ ً َّ َ َ َ ِّ َ َّ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َّ َ َ ْ َ َّ ْ ْ َ
ُ ‫اَّل‬ ‫نُس هيدناُُممداُعبدهُُورسولُُ ه‬ ُ ‫ُوأشهدُُأ‬،‫انُوالمَك هن‬ ُ‫اْله هُةُوالزم ه‬ ‫ه‬ ‫و‬ ُ ُ
‫ة‬‫ه‬ ‫ي‬‫م‬‫ه‬ ‫س‬ ‫اْل‬
‫ه ه‬ ُ ُ
‫ن‬ ‫ع‬
َ ْ َ َ
ُ ،‫آن‬ ُ ‫نُخلقُهُُالق ْر‬ ُ ‫َك‬
َْ َّ َ َ َْ ْ َ َ ْ ْ ْ ِّ َ ‫َ َ َّ ْ م‬ ْ َ َّ َ
ُ‫ف‬ُ ‫لُ ه‬ ُ‫ ُالقائه ه‬،‫ان‬ ‫لل ُالمن ه‬ ُ‫س ُبهتقوى ُا ه‬ ُ ‫إن ُأو هصيك ُم ُونف ه‬ ُ ‫ ُف ه‬،‫ح هن‬ ُ ‫اد ُالر‬ ُ ‫ ُ هعب‬،‫أما ُبعد‬
َ ْ ْ َ َ ً َ ً َ َ ْ َ ْ َ ْ َ ِّ َ َ َ َ َ ْ ََ ْ َ‫كت‬
ُ‫كُبه هع َباد هُةُ َر ِّب هُه‬
ُ ‫ْش‬
‫ه‬ ‫ي‬ ُ ُ
‫ّل‬ ‫و‬ ُ ‫ا‬ ‫احل‬
‫ه‬ ‫ص‬ ُ ُ
‫َل‬ ‫م‬ ‫ع‬ ُ ُ
‫ل‬ ‫م‬ ‫ع‬ ُ
‫ي‬ ‫ل‬ ‫ف‬ ُ ُ
‫ه‬
‫ه‬ ‫ب‬‫ر‬ ُ ُ
‫اء‬ ‫ق‬ ‫ل‬‫ه‬ ُ ‫و‬ ‫ج‬ ‫ر‬ ْ َ ‫ن ُي‬ُ ‫َك‬ ُ ُ
‫ن‬ ‫م‬ ‫ف‬ ُ :ُ
‫آن‬ ‫ه‬ ‫ر‬ ْ ‫ق‬ ‫ال‬ ُ ُ
‫ه‬
‫ه‬ ‫اب‬
‫ه ه‬
ً َ َ
)110ُ:‫أحداُ(الكهف‬

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,


Takwa adalah kata yang ringan untuk diucapkan, akan tetapi berat
dalam timbangan amal perbuatan. Takwa tempatnya adalah hati. Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam menunjuk ke dadanya tiga kali dan

ْ َ َ َ َ َ َ ْ َّ َ َ َ َ ْ َّ َ
mengatakan:
َ ْ َ
)ُ‫س ُن هُدهه‬
ُ ُ‫فُم‬
ُ ‫حدُُ ه‬
ُ ‫ُاتلقوىُهاُهناُ( ُر ُواهُُ ُأ‬،‫اتلقوىُهاُهنا‬
Maknanya: “Takwa ada di sini, takwa ada di sini” (HR. Ahmad dalam
Musnad-nya)
Jadi hati adalah pemimpin anggota badan. Jika hati baik, maka
seluruh anggota badan akan baik sehingga orang menjadi bertakwa.
Sebaliknya jika hati rusak, maka anggota badan menjadi rusak sehingga
orang menjadi pelaku maksiat. Maka marilah kita bertakwa kepada Allah,
yaitu melaksanakan semua kewajiban dan meninggalkan semua yang

1
Ustadz Nur Rohmad, Pengasuh Majelis Ilmu dan Dzikir NURUL FALAH Dawar-Mojokerto dan
Katib Syuriyah MWCNU Dawarblandong, Mojokerto. No. wa: 0815-15-78-53-73

1
diharamkan serta mencari bekal sebanyak-banyaknya untuk kehidupan
ْ َ َ َّ َ َ ْ َ َّ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ
akhirat. Allah ta’ala berfirman:
َ
)89-88ُ:‫اّللُبهقلبُُس هليمُُ(سورةُالشعراء‬
ُ ُ‫ت‬ ُ ‫نُأ‬
ُ ‫ّلُم‬
ُ ‫ُ هإ‬،‫ون‬
ُ ‫ّلُبن‬
ُ ‫ّلُينفعُُمالُُو‬
ُ ُ‫يو ُم‬
Maknanya: “(yaitu) di hari yang harta dan anak-anak laki-laki tidak
berguna, kecuali orang-orang yang dihisab oleh Allah dengan hati yang
bersih (dari kekufuran)” (QS. asy-Syu’ara’: 88-89)
Saudaraku seiman rahimakumullah,
Oleh karenanya mari kita perbaiki hati kita dengan menerapkan
adab-adab yang diajarkan dalam Islam secara lahir dan batin. Kita obati
hati dengan mengikuti ajaran Allah ta’ala dan meneladani Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Kita obati hati kita karena hati memiliki
penyakit-penyakit yang tidak bisa diobati oleh para dokter. Penyakit-
penyakit hati itu hanya bisa diobati dengan kesungguhan kita mengikuti
perintah Allah dan Rasul-Nya.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Di antara penyakit hati adalah riya’, yaitu melakukan bentuk
ketaatan agar dilihat oleh orang lain dengan tujuan mengharapkan pujian
darinya. Allah ta’ala berfirman:
ِّ َ َ ْ َ َّ ْ َ َّ
َ
)5ُ:‫ينُ(سورةُابلينة‬ ِّ
ُ ‫لُادل‬
ُ ُ‫ي‬
ُ ‫اّللُُم هل هص‬ ُ ‫َو َماُأ همرواُ هإ‬
ُ ُ‫ّلُ هِلعبدوا‬
Maknanya: “Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya” (QS. al
Bayyinah: 5)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Mari kita Ikhlaskan niat selalu hanya karena Allah ta’ala dan jangan
sampai jatuh pada maksiat riya’. Sahabat Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu
meriwayatkan hadits qudsi bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

َ ْ َ ْ َ َ ْ ْ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ ً َ َ َ َ ْ َ ْ ِّ ََ ‫ََ َ ْ َْ ر‬
bersabda, Allah berfirman:
ُ‫ي ُ ُتركتهُ ُو هَشكه‬
ُ ‫ْي‬ َ
‫ع ُغ ه‬
ُ ‫ك ُ هفي هُه ُم ه‬
ُ ‫َل ُأَش‬
ُ ‫ل ُعم‬
ُ ‫ن ُع هم‬
ُ ‫ك ُم‬
ُ‫الْش ه‬
‫نُ ه‬ُ‫ن ُالْشَك هُء ُع ه‬
ُ ‫أنا ُأغ‬
)‫(رواهُمسلم‬
Maknanya: “Aku tidak menerima tujuan lain dalam beramal, barang siapa
melakukan satu amal perbuatan dan memiliki tujuan lain selain ridla-Ku,
maka Aku akan meninggalkannya dan tidak menerimanya” (HR. Muslim)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

2
Jika kita melakukan suatu amal perbuatan untuk mencari pahala
dari Allah dan sekaligus mengharap pujian sesama manusia, maka Allah
tidak akan menerima amal tersebut dari kita. Jadi seseorang yang
melakukan amal perbuatan yang disertai riya’, maka tidak ada pahalanya
sama sekali, bahkan dia berdosa karena riya’nya. Oleh karenanya, marilah
kita instropeksi diri. Kita awasi dan amati hati kita.
Jika kita melakukan shalat lima waktu sendirian, kita tidak
mengiringinya dengan shalat sunnah rawatib, tapi jika kita shalat
berjamaah di masjid, kita mengiringinya dengan shalat sunnah rawatib.
Kita tanyai diri kita, kenapa kita melakukan itu?.
Jika kita melakukan shalat sendirian, kita selesaikan dengan cepat
dan hanya melakukan rukun-rukunnya saja, sedangkan jika berada di
tengah-tengah banyak orang kita perpanjang shalat kita, kita berusaha
untuk menghadirkan rasa khusyu’ dan kita baguskan shalat kita, maka
tanyakanlah kepada diri kita, kenapa kita melakukan itu?.
Apakah kita menginginkan pujian sesama hamba?. Apakah kita
ingin agar dihormati oleh mereka?. Apakah ini lebih kita sukai daripada
ridla Allah ta’ala?. Padahal seluruh manusia adalah makhluk-makhluk
ciptaan Allah sama seperti kita. Mereka tidak dapat menciptakan
manfaat maupun mudlarat. Mereka tidak bisa memberikan manfaat
kepada kita atau mencelakai kita kecuali atas kehendak Allah. Kenapa
kita memilih dicela oleh Allah agar dipuji oleh sesama hamba?. Pujian
mereka kepada kita tidak akan menambah rezeki, tidak menunda ajal dan
tidak bermanfaat bagi kita dalam kehidupan akhirat. Oleh karenanya,
obatilah hati kita dari penyakit riya’. Kita jadikan ridla Allah Sang pencipta
kebaikan dan keburukan sebagai tujuan kita. Kita ikhlaskan niat karena
Allah dan jangan kita pedulikan apakah orang mencela atau memuji kita.
Sungguh kebaikan seluruhnya ada pada ridla Allah subhanahu wa ta’ala.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Marilah bersama-sama kita renungkan hadits yang diriwayatkan
oleh Imam Muslim dari Sulaiman bin Yasar, ia berkata:
Ketika majelis Abu Hurairah usai dan orang-orang pergi
meninggalkan majelis, maka Natil –seorang penduduk Syam- berkata
kepada Abu Hurairah: Wahai Guru, sampaikanlah kepada kami sebuah
hadits yang telah engkau dengar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Abu Hurairah berkata: Iya, aku telah mendengar Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Orang yang pertama kali diberikan

3
keputusan kepadanya di hari kiamat adalah orang yang tewas di medan
peperangan. Ia pun didatangkan dan diingatkan tentang nikmat-nikmat
yang diberikan kepadanya di dunia maka dia pun mengingatnya. Dikatakan
kepadanya: Apa yang engkau lakukan terhadap nikmat-nikmat tersebut?.
Dia pun menjawab: aku berperang di jalan-Mu hingga aku mati syahid.
Maka dikatakan kepadanya: Engkau telah berdusta, engkau berperang
untuk dikatakan sebagai pemberani dan itu sudah dikatakan. Kemudian
diperintahkan agar orang tersebut diseret dengan posisi muka di bawah
hingga dilempar ke neraka. Begitu juga seorang hamba yang telah
mempelajari ilmu agama, mengajarkannya dan rajin membaca al Qur’an,
maka didatangkan dan diberitahukan nikmat-nikmat yang diberikan
kepadanya, maka ia pun mengingatnya. Ditanyakan kepadanya: Apakah
yang engkau lakukan terhadap nikmat-nikmat tersebut?. Ia menjawab: Aku
mempelajari ilmu, mengajarkannya dan membaca al Qur’an karena-Mu ya
Allah. Dikatakan kepadanya: Engkau berdusta, kenyataannya engkau
mempelajari ilmu agar dikatakan sebagai ulama, engkau membaca al
Qur’an agar engkau dikatakan pandai membaca al Qur’an dan ini telah
dikatakan. Kemudian diperintahkan agar orang itu diseret dengan posisi
muka di bawah sehingga dilempar ke neraka. Begitu juga seseorang yang
Allah lapangkan rezekinya dan Allah berikan kepadanya seluruh jenis harta,
maka ia didatangkan, diingatkan tentang nikmat-nikmatnya, maka ia pun
mengingatnya. Dikatakan kepadanya: Apa yang engkau lakukan terhadap
nikmat-nikmat tersebut?. Ia pun menjawab: Aku tidak meninggalkan jalan
infaq yang Engkau anjurkan kecuali aku infaqkan hartaku untuk meraih
ridla-Mu ya Allah. Lalu dikatakan kepadanya: Engkau berdusta, engkau
lakukan ini agar dikatakan sebagai dermawan dan itu telah dikatakan.
Kemudian diperintahkan agar orang itu diseret dengan posisi muka di
bawah sehingga dilemparkan di neraka” (HR. Muslim)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Jika kita melakukan shalat, maka kita lakukan karena Allah. Jika kita
bersedekah, maka kita bersedekah karena Allah. Jika kita perindah
akhlak, kita lakukan itu karena Allah. Jika kita belajar ilmu agama, maka
juga karena Allah. Jika kita mengajarkan ilmu agama, maka kita mengajar
karena Allah. Jika kita menaati Allah, maka kita taat karena semata-mata
ingin meraih ridla-Nya. Jika kita melakukan itu semua bukan karena Allah
melainkan karena tujuan-tujuan lain, maka sia-sialah umur kita dan
alangkah ruginya waktu kita.

4
‫‪Hadirin rahimakumullah,‬‬
‫‪Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan‬‬
‫‪ini. Semoga kita senantiasa diberi kemudahan untuk menata hati dan‬‬
‫‪meluruskan niat agar setiap kebaikan yang kita lakukan benar-benar‬‬

‫َ ْ َْ ْ م َ ََ ْ َْ‬
‫‪diterima oleh Allah ta’ala. Amin.‬‬
‫ْ‬ ‫َّ‬ ‫ْ‬ ‫َ ْ َ َ ْ َ ْ َ ْ ْ َّ َ ْ َ‬
‫ُولكم‪ُ،‬فاستغ هفروه‪ ُ،‬هإنهُهوُالغفورُالر هحيم‪ُ .‬‬
‫ُهذاُوأستغ هفرُالل هُِل ُ‬‫أقولُقو هِل ُ‬

‫َ ْ‬
‫‪Khutbah II‬‬
‫َ‬ ‫ْ ْ َ‬ ‫َ َ‬ ‫َ‬ ‫ِّ‬ ‫ِّ‬ ‫ََ‬
‫آلُ‬‫َع ُ ه هُ‬ ‫َع ُ َس هِّي هدنا ُُم َّمدُ ُالمص َطَف‪َ ُ ،‬و َ ُ‬ ‫ل ُ َوأ َس هلمُ ُ َ ُ‬ ‫لل ُ َوكَف‪َ ُ ،‬وأ َص ه ُْ‬ ‫احل َ ْمدُ ُ هُ‬
‫َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َّ َ ِّ َ َ‬ ‫َ َ ْ َ َ ْ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ َّ َ َّ‬
‫ن ُس هيدناُ‬ ‫ك ُل‪ُ ،‬وأشهدُ ُأ ُ‬ ‫َشي ُ‬ ‫ّل ُ ه‬ ‫ّل ُاللُ ُوحدهُ ُ ُ‬ ‫ل ُ هإ ُ‬ ‫ّل ُ هإ ُ‬‫نُ ُ‬ ‫ل ُالوفا‪ُ.‬أشهدُ ُأ ُ‬ ‫وأصحابه هُه ُأه هُ‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫ُم َّم ًداُعبْدهُُ َو َرس ْولُ‪ُ .‬‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َْ ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ َّ َ ْ َ َ َ ر َ ْ‬
‫ل ُالع هظي هُمُ‬ ‫لل ُالع ه هُِّ‬ ‫س ُبهتقوى ُا هُ‬ ‫ُأما ُبعد‪ُ ،‬فيا ُأيها ُالمس هلمون‪ُ ،‬أو هصيك ُم ُونف ه ُ‬ ‫ُ‬
‫ْ‬ ‫َ َ َ ِّ ْ َ‬ ‫َّ َ َ َّ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ ْ َ ْ َ َّ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ‬
‫َع ُن هب هي هُه ُالك هري هُمُ‬ ‫الل ُأمرك ُم ُبهأمرُ ُع هظيم‪ُ ،‬أم ُرك ُم ُبهالصَل هُة ُوالسَلمهُ ُ ُ‬ ‫َ‬ ‫نُ ُ‬ ‫واعلموا ُأ ُ‬
‫ِّ‬ ‫َ‬ ‫ر‬ ‫َ‬
‫َ َ َ ر َ َ َ َّ َ ر َ َّ‬ ‫َ َ َ َّ َ َ َ َ‬
‫آمنواُ َصلواُ َعليْ هُهُ َو َس هُلمواُ‬ ‫ينُ َ‬ ‫اَّل َُ‬ ‫ه‬ ‫ُ‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ي‬ ‫أ‬ ‫ُ‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫ُ‬ ‫‪،‬‬ ‫ُ‬
‫ب‬ ‫ِّ‬
‫هه‬ ‫انل‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫َع‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫ون‬ ‫ل‬ ‫ص‬ ‫ي‬ ‫ُ‬ ‫ه‬
‫ُ‬ ‫ت‬ ‫ك‬ ‫اللُوم ه‬
‫ئ‬ ‫َل‬ ‫نُ ُ‬ ‫ال‪ ُ:‬هإ ُ‬‫فق ُ‬
‫َ‬ ‫َ ِّ َ َ َّ َ َ َ َّ ْ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ‬ ‫َ ْ ً َ َّ َ ِّ َ‬
‫َع ُ َس هِّي هدناُ‬ ‫تُ َ ُ‬ ‫س هي هدنا ُُممدُ ُكما ُصلي ُ‬ ‫آل ُ ُ‬ ‫َع ُ هُ‬ ‫َع ُ َس هِّي هدنا ُُم َّمدُ ُ َو َ ُ‬ ‫لُ َ ُ‬ ‫تس هليما‪ُ ،‬اللُه ُم ُص هُ‬
‫َ‬ ‫َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ‬ ‫َ ِّ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ‬ ‫َْ َْ َ ََ‬
‫آل ُ َس هيِّ هدنا ُُم َّمدُ ُك َماُ‬ ‫َع ُ هُ‬ ‫َع ُ َس هِّي هدنا ُُم َّمدُ ُ َو َ ُ‬ ‫كُ َ ُ‬ ‫ار ُ‬‫ه‬ ‫ب‬ ‫و‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫م‬ ‫ي‬ ‫ه‬
‫ه‬ ‫ا‬ ‫ر‬ ‫ب‬‫إ‬
‫ه‬ ‫ُ‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫د‬‫ه‬ ‫ي‬
‫ه‬ ‫س‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫آل‬‫ه‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫َع‬ ‫هإبرا ههي ُم ُو‬
‫َ ِّ َ ْ َ ْ َ ْ ْ َ َ ْ َ َّ َ َ ْ َ‬ ‫َ َ ْ َ َ َ َ ِّ َ ْ َ ْ َ َ َ َ‬
‫َميْدُ‪ُ.‬‬ ‫ه‬ ‫ُ‬ ‫د‬
‫ُ‬ ‫ي‬ ‫ح‬‫ه‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫ك‬ ‫ن‬ ‫إ‬ ‫ُ‬
‫ه ه‬ ‫ُ‬
‫ي‬ ‫م‬ ‫ال‬ ‫ع‬ ‫ال‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫ف‬ ‫ه‬ ‫ُ‬ ‫‪،‬‬ ‫ُ‬
‫م‬ ‫ي‬‫ه‬‫ه‬ ‫ا‬‫ر‬ ‫ب‬ ‫إ‬ ‫ُ‬
‫ه ه ه‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫د‬
‫ه‬ ‫ي‬ ‫س‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫آل‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫َع‬ ‫َع ُس هي هدنا ُ هإبرا ههي ُم ُو‬ ‫تُ ُ‬ ‫بارك ُ‬
‫َ‬ ‫ْ ْ َ َْْ‬ ‫َ‬ ‫َْ ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ ْ َْ َ ْ ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ َّ ْ ْ ْ ْ ْ َ َ ْ‬
‫ات‪ُ،‬‬ ‫اتُاْلحيا هُءُ همنه ُمُواْلمو ه‬ ‫يُوالمؤ همن ه ُ‬ ‫اتُوالمؤ هم هن ُ‬ ‫يُوالمس هلم ه ُ‬ ‫اللُه ُمُاغ هف ُرُلهلمس هل هم ُ‬
‫ْ َ ْ َ َّ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ر َ‬
‫فُ‬ ‫السي ْو ُ‬ ‫غ ُو‬ ‫اء ُوالم ُنك ُر ُوابل ُ‬ ‫اء ُوالفحش ُ‬ ‫امهلل ُادف ُع ُعنا ُابلَل ُء ُوالغَل ُء ُوالوب ُ‬
‫ْ ْ َ َ َ َ َّ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َّ ً‬
‫نُ‬ ‫اص ُة ُ َو هم ُْ‬ ‫َلنا ُهذا ُخ‬ ‫ن ُب ه‬ ‫المخت هلف ُة ُوالشدائه ُد ُوال همحن‪ُ ،‬ما ُظه ُر ُ همنها ُوما ُبطن‪ ُ ،‬هم ُ‬
‫ْ ْ ْ َ َ َّ ً َّ َ َ َ ِّ َ ْ َ‬ ‫ْ‬
‫َشءُُق هديْرُ ُ‬ ‫كُ‬ ‫َعُ هُ‬ ‫كُ ُ‬ ‫يَُعمة‪ ُ،‬هإن ُ‬ ‫انُالمس هل هم ُ‬ ‫ب ََل هُ‬
‫َ‬ ‫ْ َْ ََْ‬ ‫َ‬ ‫َ ْ‬ ‫َْ ْ َ ْ ْ‬ ‫َّ َ َ ْ‬ ‫َ‬
‫نُ‬ ‫ه ُع هُ‬ ‫ب ُوين ُ‬ ‫ان ُو هإيتا هُء ُ هذي ُالقر ُ‬ ‫َ‬
‫الل ُيأمرُ ُبهالعد هُل ُواْلحس هُ‬ ‫إن ُ ُ‬ ‫لل‪ُ ُ ،‬‬ ‫اد ُا ه‬ ‫هعبَ ُ‬
‫الل ُالْ َعظيْ ُمَُ‬ ‫ن‪ُ .‬فَاذكروا ُ َُ‬ ‫ْ َ َ َّ ْ َ َ َّ ْ َ‬
‫غ‪ُ ،‬ي هعظك ُم ُلعلك ُم ُتذكرو ُ‬ ‫َ‬ ‫َ ْ ْ َ َ َْ‬
‫ابل‬ ‫و‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫ر‬ ‫ك‬ ‫ن‬‫م‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫ء‬
‫ه‬ ‫ا‬‫ش‬
‫َ ْ َ‬
‫الفح‬
‫ه‬ ‫َ ْ ه َ ْ ه‬
‫َْ‬
‫ب‪.‬‬‫للُأك َ ُ‬ ‫َّلكرُُا هُ‬ ‫ْ‬
‫يذك ْرك ُمُ َو ه‬

‫‪5‬‬
Ustadz Nur Rohmad, Anggota Tim Aswaja NU Center PWNU Jatim dan
Aswaja NU Center PCNU Kab. Mojokerto, Dosen STAI Al-Azhar, Gresik

Anda mungkin juga menyukai