Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MANDIRI DOSEN PENGIMPUN

FIQIH ZAKAT AHMAD ADRI RIFA’I .M.Ag

MAKALAH

ZAKAT PERDAGANGAN

DISUSUN OLEH :

NUR AINUN PANE (11920223139)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
1444 H / 2022 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, karunia serta
kasih sayang-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah zakat
perdagangan. Sholawat serta salam saya hadiahkan kepada junjungan alam Nabi
besar Muhammad SAW, keluarga, dan sahabatnya, yang telah berupaya
membawa umat manusia dari alam jahiliyah kepada alam yang penuh ilmu
pengetahuan, iman dan islam. Selanjutnya, tidak lupa pula saya ucapkan terima
kasih kepada Bapak Ahmad Adri Riva’I, M.Ag selaku dosen mata kuliah Fiqih
Zakat.

Dalam penulisan makalah ini, saya menyadari masih banyak terdapat


kesalahan dan kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan
maupun dengan Teknik pengetikan, walaupun demikian inilah usaha penulis.

Semoga dengan adanya makalah ini, para pembaca dapat menambah


wawasan ilmu pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun dari para
pembaca guna memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.

Pekanbaru, 02 Januari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I : PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian zakat perdagangan 2
B. Syarat zakat barang perdagangan 3
C. Dasar hukum zakat perdagangan 6
D. Operasional perhitungan zakat perdagangan 7
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan 9
B. Saran 9
DAFTAR PUSTAKA 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Zakat merupakan pokok agama yang sangat penting dan strategis
dalam Islam, karena zakat adalah rukun Islam yang ketiga setelah dua
kalimat syahadat dan shalat. Jika shalat berfungsi untuk membentuk
keshalihan dalam pribadi dan hanya kepada Allah SWT saja, maka zakat
berfungsi membentuk keshalihan kepada Allah SWT serta kepedulian
terhadap sosial kemasyarakatan. Pembentukan keshalihan kepada Allah
SWT dan kepada sosial kemasyarakatan inilah yang merupakan salah satu
tujuan diturunkanya Risalah Islam kepada umat manusia1

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu zakat perdagangan ?
2. Apa saja syarat zakat barang perdagangan ?
3. Apa saja dasar hukum zakat perdagangan ?
4. Bagaimana cara menghitung zakat perdagangan ?

C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui apa itu zakat perdagangan
2. Untuk mengetahui syarat zakat perdagangan
3. Untuk mengetahui dasar hokum zakat perdagangan
4. Untuk mengetahui cara menghitung zakat perdagangan

1 Yusuf Al Qaradhawi, Al Ibadah Fi Al-Islam, (Beirut : Muassasah Risalah. 1993), h. 235

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Zakat Perdagangan

Kata dagang atau perdagangan sebagai konsep yang mempunyai


arti yang penting sekali dalam Islam, dalam al-Qur’an kata “perdagangan”
tersebut tidak saja digunakan untuk menunjuk pada aktivitas transaksi
dalam pertukaran barang atau produk tertentu pada kehidupan nyata
sehari-hari, tetapi juga digunakan untuk menunjuk pada sikap ketaatan
seseorang kepada Allah swt., perdagangan dapat dipahami sebagai ibadah.
Perdagangan atau pertukaran dalam ilmu ekonomi diartikan sebagai proses
transaksi yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing
pihak.
Perdagangan atau perniagaan pada umumnya, ialah pekerjaan
membeli barang dari suatu tempat atau pada suatu waktu dan menjual
barang itu di tempat lain dengan maksud memperoleh keuntungan.
Zakat Perdagangan atau perniagaan adalah zakat yang wajib
dikeluarkan oleh pelaku usaha yang mengambil keuntungan dari suatu
barang.Zakat Perdagangan atau Zakat Perniagaan (dalam hukum islam
dinamakan dengan zakat tijarah) adalah zakat yang dikeluarkan atas
kepemilikan harta yang diperuntukkan untuk jual-beli.
Dengan demikian, dalam harta niaga harus ada 2 motivasi, yaitu
motivasi untuk berbisnis (diperjualbelikan) dan motivasi mendapatkan
keuntungan. Barang-barang yang diniagakan tersebut, bisa bersumber dari
hasil pertanian, hewan ternak, emas, perak, serta hasil perikanan,
perkebunan dan lain-lain.

2
B. Syarat Zakat Perdagangan
Salah satu harta yang wajib dizakati adalah harta hasil pedagangan
atau juga disebut dengan hasil perniagaan. Didalam Al Quran dan Hadis
diatas kita telah membahas dalil yang digunakan para ulama fiqh dalam
menetapkan hukum wajib zakat perdagangan. Adapun syarat-syarat zakat
perdagangan adalah sebagai berikut :
1. Nisab
Penentuan nishab dalam zakat perdagangan ini dilakukan
dengan nishab zakat emas. Namun, dalam hal ini terdapat
perbedaaan pada kalangan ulama dalam menentukanya. Namun
pendapat yang lebih banyak digunakan dalam penentuan nishab
zakat perdagangan adalah sebesar 85 gram emas murni. Yang
diambil zakatnya adalah sebesar 2,5%. Jika saat ini harga emas
550.000/ gram dikalikan dengan 85 gram emas, yaitu sebesar
46.750.000. artinya, apabila harta seorang pedagang, misalnya
tabungan, keuntungan, piutang dan sisa barang penjualan lalu
dikurang dengan utang sudah mencapai 46.750.000 saat
perhitungan bearti sudah cukup nishabnya dan wajib untuk
mengeluarkan 2,5% dari hartanya. Namun, jika belum mencapai,
maka tidak ada kewajiban bagi pedagang untuk mengeluarkan
zakatnya.
2. Haul
Haul adalah waktu kepemilikan barang aset selama satu
tahun. Disyaratkan sempurna satu haul untuk harta benda
perdagangan. haulnya bermula sejak dimilikinya harta benda
perdaganga melalui transaksi. Jika telah sempurna haulnya, dan
harta dagangan mencukupi nishab, maka diwajibkan zakatnya. Jika
tidak mencukupi nishab maka tidak diwajibkan menunaikan zakat 2.
Ada tiga pendapat yang berbeda mengenai haul ini.

2 El Madani, Fiqh Zakat Lengkap, (Jogjakarta : DIVA Press. 2013), h. 101

3
Pendapat pertama Menurut Imam Syafi’i dan Imam Maliki,
yang menjadi ukuran dalam hal ini adalah akhir haul sebab pada
saat inilah zakat diwajibkan. Apabila pada awal haul seseorang
memeiliki harta yang bisa menyempurnakan nishab, dan
selanjutnya mencapai nishab maka ia terkena wajib zakat.3
Pendapat kedua, yaitu Menurut pendapat Tsauri, Ahmad,
Ishaq, Abu Ubaid, Abu Tsaur, Dan Ibnu Mundzir, bahwa nishab itu
harus diperiksa setiap waktu. Bila nishab tidak cukup pada suatu
waktu, maka tempo batal oleh karean kekayaan dagang adalah
kekayaan yang memerlukan nishab dan waktu. Oleh karena itu
jumlah senishab penuh harus konstan setiap waktu begitu juga
ketentuan lainya harus konstan setiap waktu.4
Sedangkan menurut pendapat Abu Hanifah dan kawan-
kawanya, perhitungan cukup senishab dilakukan pada awal dan
akhir tahun saja, bukan diantara kedua hal itu. Bila pada awal dan
akhir tahun nishab terpenuhi maka terkena wajib zakat, jika tidak
maka tidak ada wajib zakat.5
Dari semua pendapat diatas mengenai zakat perdagangan,
maka dapatlah diringkas sebagai berikut. Menurut Fuqaha Hanafi,
berkurangnya suatu dagangan dari nishab selama dalam tahun itu
tidak mengapa, asalkan pada awal dan akhir tahun genap sampai
nishab. Fuqaha Maliki, ulang tahun itu bisa terjadi, sekalipun
perdagangan dimulai dari kadar yang kuarng dari nishab. Artinya
asalkan saja pada akhir tahun genap senishab, maka wajiblah zakat
atasnya. Sedangkan menurut Fuqaha Hambali beranggapan zakat
barulah wajib dikeluarkan kalau barang dagangan itu senantiasa
genap senishab sepanjang tahun.

3 Imam Muhammad Bin Idris Al Syafi’i, Al-Um jilid 1 (MD 204 H). h. 55,
seperti dikutip oleh Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat..., h. 314.
4 Syaikhul Islam Ibnu Qudamah Al-Maqdusi, Al-Mughni Jilid 3 (MD 630 H). h. 32,
seperti dikutip oleh Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat..., h. 314
5 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat..., h. 314

4
Jadi jelaslah bahwa haul disini adalah terpenuhinya satu
tahun atas harta tersebut yang menjadi sebab ia terkena wajib
zakat. memang ulama berbeda pendapat dalam hal ini, tetapi bisa
dilihat sebagian besar ulama mensyaratkan haul pada zakat
perdagangan. Maka apabila suatu harta barang dagangan sudah
satu haul dan cukup nishab maka wajib zakat atas hartanya
tersebut.
3. Niat Melakukan Perdagangan Saat Membeli Barang Dagangan.
Harta benda tidak serta merta menjadi harta dagangan,
melainkan jika pemiliknya memang saat memilikinya berniat untuk
meperdagangkanya. Ia memperlakukan harta bendanya tersebut
untuk diperjualbelikan. Ketika harta benda itu diperdagangkan,
maka hukumnya akan tetap menjadi barang dagangan. Pemilik
barang ini tidak memerlukan niat lagi ketika ia melaksanakan jual
beli. Oleh karena itu, apabila membeli harta benda tidak berniat
untuk diperjualbelikan maka harta benda tersebut bukanlah harta
dagangan.
Kata “memperdagangakan” disini, mempunyai dua unsur
yaitu tindakan dan niat. Tindakan yaitu perbuatan pembeli dan
penjual, sedangkan niat adalaah maksud untuk memperoleh
keuntungan dari kegiatan atau tindakan tersebut. Kedua hal
tersebut harus ada dua-duanya agar harta perdagangan tersebut bisa
dikatakan wajib terkena zakat.6
4. Harta Didapat dengan Transaksi Jual Beli
Harta benda tidak serta merta menjadi harta perdagangan,
kecuali dimiliki dengan transaksi jual beli. Adapun jika dimiliki
dengan harta Warisan, Hibah, Wasiat, Menemukan dan lain
sebagainya, maka barang barang ini bukan barang dagangan,

6 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat..., h.312

5
kecuali setelah memperoleh harta tersebut pemiliknya memperjual
belikan harta tersebut.7
C. Dasar Hukum Zakat Perdagangan
Dalil Zakat Perdagangan , Allah berfirman dalam Surah at-
Taubah ayat 10:

‫ص ٰلوتَكَ َس َك ٌن لَّهُ ۗ ْم‬


َ ‫صلِّ َعلَ ْي ِه ۗ ْم اِ َّن‬ َ ‫م‬fْ ‫ُخ ْذ ِم ْن اَ ْم َوالِ ِه‬
َ ‫م بِهَا َو‬fْ ‫م َوتُزَ ِّك ْي ِه‬fُْ‫ص َدقَةً تُطَهِّ ُره‬
‫َوهّٰللا ُ َس ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم‬

Artinya, "Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan


dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi
mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui".
Dari ayat tersebut, dapat disimpulkan bahwa zakat
berfungsi sebagai cara untuk membersihkan harta yang dimiliki
oleh seseorang.
Zakat perdagangan adalah zakat yang wajib dikeluarkan
dari harta niaga. Harta niaga sendiri bermakna harta atau aset yang
terlibat dalam akad jual beli dengan tujuan memperoleh
keuntungan.
Dalil zakat perdagangan pada Surah Al-Baqarah; (2):267

ِ ْ‫ت َما َك َس ْبتُ ْم َو ِم َّمٓا اَ ْخ َرجْ نَا لَ ُك ْم ِّمنَ ااْل َر‬


‫ض‬ ِ ‫ۗ ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اَ ْنفِقُوْ ا ِم ْن طَي ِّٰب‬
‫م بِ ٰا ِخ ِذ ْي ِه آِاَّل اَ ْن تُ ْغ ِمضُوْ ا فِ ْي ِه ۗ َوا ْعلَ ُم ْٓوا‬fُْ‫ْث ِم ْنهُ تُ ْنفِقُوْ نَ َولَ ْست‬
َ ‫َواَل تَيَ َّم ُموا ْال َخبِي‬

‫اَ َّن هّٰللا َ َغنِ ٌّي َح ِميْد‬


Artinya" Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian
dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang
Kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih
yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata (enggan)
terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha kaya, Maha
Terpuji”.

‫ار ِة‬ ِ ‫ص َدقَ ِة ْال َك ْس‬


َ ‫ب َوالتِّ َج‬ َ ‫اب‬

7 Abdul Aziz Muahammad Azzam, Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah, (Jakarta
: Amzah, 2013), h. 34

6
Zakat hasil usaha dan tijaroh (perdagangan)”, setelah itu beliau ra
membawakan ayat di atas
Kata Ibnul ‘Arobi,

َ ‫ التِّ َج‬: ‫مَا َك َس ْبتُ ْم } يَ ْعنِي‬


َ‫ارة‬

“Yang dimaksud ‘hasil usaha kalian’ adalah perdagangan”.

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Para ulama empat


madzhab dan ulama lainnya –kecuali yang keliru dalam hal ini-
berpendapat wajibnya zakat barang dagangan, baik pedagang
adalah seorang yang bermukim atau musafir. Begitu pula tetap
terkena kewajiban zakat walau si pedagang bertujuan dengan
membeli barang ketika harga murah dan menjualnya kembali
ketika harganya melonjak.

D. Operasional Penghitungan Zakat Perdagangan


Harta perdagangan yang dikenakan zakat dihitung dari aset
lancar usaha dikurangi hutang yang berjangka pendek (hutang yang
jatuh tempo hanya satu tahun). Jika selisih dari aset lancar dan
hutang tersebut sudah mencapai nisab, maka wajib dibayarkan
zakatnya.
Dalam penentuan nishab zakat perdagangan adalah sebesar
85 gram emas murni. Yang diambil zakatnya adalah sebesar 2,5%.
Jika saat ini harga emas 550.000/ gram dikalikan dengan 85 gram
emas, yaitu sebesar 46.750.000. artinya, apabila harta seorang
pedagang, misalnya tabungan, keuntungan, piutang dan sisa
barang penjualan lalu dikurang dengan utang sudah mencapai
46.750.000 saat perhitungan bearti sudah cukup nishabnya dan
wajib untuk mengeluarkan 2,5% dari hartanya.
Cara menghitung zakat perdagangan adalah 2,5% X (aset
lancar - utang jangka pendek). Misalnya, jika memiliki aset usaha

7
Rp 200 juta dan utang jangka pendek Rp 50 juta, maka selisihnya
sudah lebih dari nisab 85 gram emas yang setara uang Rp
52.870.000.
Oleh karena itu dihitunglah zakatnya menjadi 2,5% X (Rp
200 juta - Rp 50 juta) = Rp 3,75 juta.

8
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Zakat Perdagangan atau perniagaan adalah zakat yang wajib
dikeluarkan oleh pelaku usaha yang mengambil keuntungan dari suatu
barang.Zakat Perdagangan atau Zakat Perniagaan (dalam hukum islam
dinamakan dengan zakat tijarah) adalah zakat yang dikeluarkan atas
kepemilikan harta yang diperuntukkan untuk jual-beli.
B. SARAN
Saran yang penulis dapat sampaikan melalui makalah ini adalah
Sebagai berikut.
1. Bagi Penulis
Hendaknya memanfaatkan makalah ini sebagai bahan untuk dapat
Menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih dalam mengenai
Materi yang dibahas.
2. Bagi Pembaca
Hendaknya dapat menjadikan makalah ini sebagai salah satu Sumber
informasi sehingga dapat menambah wawasan dan Pengetahuan para
pembaca mengenaimateri yang dibahas.

9
DAFTAR PUSTAKA

Yusuf Al Qaradhawi, Al Ibadah Fi Al-Islam, (Beirut : Muassasah Risalah.


1993),

El Madani, Fiqh Zakat Lengkap, (Jogjakarta : DIVA Press. 2013)

Imam Muhammad Bin Idris Al Syafi’i, Al-Um jilid 1 (MD 204 H).
seperti dikutip oleh Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat

Syaikhul Islam Ibnu Qudamah Al-Maqdusi, Al-Mughni Jilid 3 (MD 630


H).
seperti dikutip oleh Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat

Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat

Abdul Aziz Muahammad Azzam, Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh


Ibadah, (Jakarta : Amzah, 2013),

https://muslim.or.id/9440-panduan-zakat-7-zakat-barang-dagangan.html

10

Anda mungkin juga menyukai