Anda di halaman 1dari 9

HADIS TENTANG MANFAAT BERSIWAK

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Hadis dan Sains

Dosen Pengampu : Arif Friyadi, M.Ag.

Nama Kelompok :

1. Ulya Nihayah (2030410006)


2. Irma Shofiana Sari (2030410021)

PROGRAM STUDI ILMU HADIS


FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUTAGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagian perintah dan larangan Nabi saw. itu bukan termasuk persoalan agama yang
mesti dikerjakan atau ditinggalkan untuk memperoleh pahala dari Allah swt. dan mencari ridha-
Nya, para ulama berpendapat bahwa perbedaan antara anjuran dan sunnah adalah bahwa perintah
sunnah itu untuk mendapatkan pahala akhirat sedangkan anjuran itu untuk kemanfaatan dunia
semata. Pahala akhirat tidak berkurang lantaran meningalkan perintah berupa anjuran.

Seperti halnya anjuran tentang penggunaan siwak yang pada masa sekarang
masyarakatnya hampir tidak mengenal lagi dengan yang namanya siwak, padahal sikat gigi juga
termasuk bagian etimologis dari siwak. Nabi saw. menganjurkan siwak dengan kayu Arak.
Ternyata memang terdapat manfaat yang sangat besar, baik dari segi keagamaan, kesehatan dan
juga Iptek. Jika memang keberadaan dan keutamaan siwak seperti ini juga menyebabkan
memperoleh ridha Allah swt. Dan Nabi saw. sendiri yang menganjurkan umat ini untuk
memperbanyak bersiwak, serta beliau juga sangat sering menggunakannya sampai pada waktu
ajal akan menjemputnya sehingga beliau saw. menutup matanya yang terakhir.

Siwak/ menggosok gigi merupakan salah satu anjuran dari Nabi Muhammad Saw kepada
umat muslim. Nabi Muhammad Saw menganjurkan bersiwak karena sangat banyak sekali
manfaatnya diantaranya seperti memutihkan gigi, membersihkan mulut dari bau busuk atau tidak
sedap, mendapat ridho Allah Swt dan memudahkan dalam mengucap kalimat syahadat ketika
sakarotul maut sehingga mencapai derajat khusnul khotimah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, pemakalah mengambil beberapa rumusan masalah


sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud bersiwak?


2. Apa hukum dari bersiwak?
3. Apa saja hadis yang berkaitan dengan keutamaan/manfaat dari bersiwak?
C. Tujuan

Tujuan dari rumusan masalah diatas adalah

1. Untuk mengetahui makna dari bersiwak.


2. Untuk mengetahui hukum dari bersiwak.
3. Untuk mengetahui hadis manfaat dari bersiwak.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bersiwak

Islam sangat memperhatikan kebersihan badan, pakaian, dan tempat (lingkungan).


Karena itu, untuk melaksanakan shalat lima waktu, Islam mensyari’atkan wudhu dan
mensunnahkan bersiwak (menyikat gigi) sebelum berwudhu, juga setiap bangun tidur dan
setelah makan, apalagi ketika akan membaca Alquran. Nabi saw. menekankan
pelaksanaannya mengingat banyaknya faedah dan keagungan membersihkan gigi.

Dengan kita memperhatikan anjuran yang disyariatkan terkait dengan penggunaan


siwak, maka akan menjadi nilai ibadah bagi siapa saja yang melaksanakan anjuran
tersebut. Nabi saw. juga menyebutkan dalam sebuah hadis terkait dengan keridhaan Allah
swt. terhadap orang yang menggunakan siwak:

ٍ -‫ َّر ْح َم ِن بْنُ َأبِي َعتِي‬-‫ ُد ال‬-‫ َّدثَنِي َع ْب‬-‫ َح‬:‫ قَا َل‬،‫ عَنْ يَ ِزي َد َو ُه َو ابْنُ ُز َر ْي ٍع‬،‫س َع َدةَ َو ُم َح َّم ُد بْنُ َع ْب ِد اَأْل ْعلَى‬
:‫ا َل‬-َ‫ ق‬،‫ق‬- ْ ‫َأ ْخبَ َرنَا ُح َم ْي ُد بْنُ َم‬
َ ‫س َوا ُك َم ْط َه َرةٌ لِ ْلفَ ِم َم ْر‬
" ‫ضاةٌ لِل َّر ِّب‬ ِّ ‫ " ال‬:‫ َع ِن النَّبِ ِّي قَا َل‬،َ‫شة‬َ ‫س ِمعْتُ عَاِئ‬ َ :‫ قَا َل‬،‫َح َّدثَنِي َأبِي‬
Artinya : Telah mengabarkan kepada kami Humaid bin Mas'adah dan Muhammad
bin Abdul A'la dari Yazid yaitu Ibnu Jura'i dia berkata: telah menyampaikan kepadaku
Abdurrahman bin Abu 'Atiq dia berkata: ayahku telah berkata kepadaku: saya mendengar
dari Aisyah dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda: "Bersiwak
mendatangkan kebersihan mulut, serta ridla Allah."

Al-Nawāwī berkata dalam syarẖ al-Muhadzdzab bahwasnya siwak atau sejenisnya


adalah alat yang digunakan untuk membersihkan mulut, berkata Zayn al-῾Arab dalam
syarẖ al-Mashābīh, tentang bagaimana siwak bisa menjadi penyebab mendapatkan ridha
Allah adalah dari sisi anjuran siwak tersebut yang nantinya menghasilkan pahala dan dari
sisi pendahuluan ketika mau shalat adalah dengan munajat kepada Rabb, dan tidak ada
keraguan bahwasanya bau harum yang ditimbulkan oleh siwak menjadikan pemberi
munajat senang akan munajat orang tersebut, dan siwak yang merupakan alat orang
tersebut menjadi bersih dan wangi dalam hal bermunajat.1

Bersiwak dianjurkan pada keadaan yang diutamakan, di antaranya adalah ketika


mau shalat. Adapun rahasia atau hikmah diperintahkan kita bersiwak dalam tiap-tiap

1
Abū ‘Abd Raẖmān Aẖmad ibn Syu’ayb, Sunan al-Nasᾱ’ī, h. 28.
keadaan untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah supaya kita berada dalam keadaan
sempurna dan bersih untuk menyatakan kemuliaan ibadah.2

Al-Nawāwī dalam syarẖ Muslim berkata: “disukai bersiwak untuk segala waktu,
akan tetapi lebih disukai dalam lima waktu:

1. Ketika akan shalat, baik yang shalat itu bersuci dengan air, ataupun dengan tanah
(bertayammum), ataupun tidak bersiwak, seperti orang yang tidak memperoleh air dan
tanah.
2. Ketika akan wudhu’
3. Ketika akan membaca Alquran
4. Ketika bangun dari tidur
5. Ketika telah berubah bau mulut, baik karena tidak makan dan tidak minum, makan
makanan yang berbau, lama tidak berbicara, banyak berbicara atau yang lainnya.3

Menurut Imam al-Syāfi῾ī dimakruhkan bersiwak bagi orang yang berpuasa setelah
tergelincir matahari supaya tidak hilang bau mulutnya. Dan kita disukai bersiwak dengan
kayu Arak dan dengan apa saja yang dapat dipakai untuk bersiwak, seperti kain perca
yang kesat. Alat yang dianjurkan saat bersiwak adalah dengan menggunakan dahan pohon
Arak yang tidak terlalu keras dan kering, sebab hal tersebut dapat melukai gusi dan tidak
dapat menghilangkan bau mulut.

Satu hal yang perlu diperhatikan ketika akan bersiwak adalah dengan niat
bersiwak karena Allah swt. dan mengikuti sunnah Nabi saw. Karena jika seseorang
bersiwak dengan tanpa niat, orang tersebut tidak akan mendapatkan kesunnahan, maka
apabila tidak mendapat kesunnahan berarti orang tersebut tidak akan mendapat pahala.

B. Hukum Bersiwak

Hukum bersiwak pada asalnya adalah sunnah akan tetapi terkadang bisa menjadi
wajib, makruh bahkan haram dan lain-lain sebagaimana hal itu akan dijelaskan sebagai
berikut:4

1. Wajib pada tiga masalah, yaitu: jika tergantung pada penggunaannya akan
menghilangkan suatu najis, jika dia akan shalat jum’at dan dia sengaja memakan

2
Muẖammad Hasbi al-Shiddīqī, Mutiara Hadis 2, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2003), h. 37-40.
3
Imam al-Nawāwī, al-Minhaj Syarẖ Muslim, jilid 2, h. 524.
4
Zayn ibn Ibrāhīm, al-Taqrīrāt al-Sadīdah, cet k-3, (Surabaya: Dār al-„Ulūm alIslāmiyyah, 2004), h 75-76
sesuatu yang menyebabkan bau mulut, dan jika dia bernadzar untuk menggunakan
siwak.
2. Sunnah, sebagaimana diketahui bahwa asal hukum bersiwak adalah sunnah, jadi
bersiwak dalam setiap keadaan dan waktu hukumnya menjadi sunnah. Dalam
beberapa keadaan menjadi lebih kuat kesunnahannya, diantaranya ketika akan
berwudhu, sholat, sakarotul maut, membaca Alquran, membaca hadis Nabi saw.,
membaca kitab-kitab agama, bau mulut berubah, memasuki rumah, tidur dan bangun
tidur.
3. Makruh, yaitu bersiwak setelah masuknya waktu shalat dzuhur bagi orang yang
berpuasa, baik puasa wajib ataupun sunnah.
4. Khilāf al-awlā, yaitu jika bersiwak menggunakan siwak orang lain dengan izinnya
dan dengan tanpa niat tabarruk. Adapun jika niat tabarruk (mencari berkah) maka
hukumnya menjadi sunnah.
5. Haram, yaitu jika bersiwak menggunakan siwak orang lain tanpa seizin darinya dan
tidak yakin dia akan rela meminjamkannya jika dia mengetahui.

Derajat siwak (yang lebih utama digunakan) yaitu sebagai berikut:

1. Dengan kayu arok.


2. Dengan kayu yang diambil dari pelepah kurma yang tidak tumbuh daun disekitarnya.
3. Kayu pohon Zaitun
4. Kayu yang mempunyai bau yang harum kecuali kayu al-Rayhān
5. Selain kayu-kayu yang tersebut di atas.5

Dan pada setiap derajat terdapat derajat-derajat lainnya, yang terhimpun dalam 25
derajat, maka derajat yang paling utama adalah:

1. Dengan menggunakan kayu Arok yang dibasahi dengan air.


2. Kayu Arok yang dibasahi dengan air mawar.
3. Kayu Arok yang dibasahi dengan air liur.
4. Kayu yang lembab.
5. Kayu kering.
C. Hadis tentang Keutamaan Bersiwak
ُ ‫ َأنَّ َر‬،ُ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنه‬
ِ ‫سو َل هَّللا‬ ِ ‫س ِمعْتُ َأبَا ُه َر ْي َرةَ َر‬
َ ،‫ عَنْ َع ْب ِد ال َّر ْح َم ِن‬،َ‫ عَنْ َج ْعفَ ِر ْب ِن َربِي َعة‬،‫ث‬ ُ ‫ َح َّدثَنَا اللَّ ْي‬،‫َح َّدثَنَا َي ْحيَى بْنُ بُ َك ْي ٍر‬
" ‫س َوا ِك‬ ِّ ‫ق َعلَى ُأ َّمتِي َأَل َم ْرتُ ُه ْم بِال‬ َّ ‫ش‬ ُ ‫ " لَ ْواَل َأنْ َأ‬:‫قَا َل‬

5
Zayn ibn Ibrāhīm, al-Taqrīrāt al-Sadīdah, h. 76.
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair telah menceritakan
kepada kami Al Laits dari Ja'far bin Rabi'ah dari Abdurrahman aku mendengar Abu
Hurairah radliallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Kalaulah tidak memberatkan umatku, niscaya kuperintahkan mereka bersiwak."
َ -‫ َوبُ َك ْي‬،‫ ِعي َد بْنَ َأبِي ِهاَل ٍل‬-‫س‬
َ‫ر بْن‬- َ َّ‫ َأن‬،‫ث‬
ِ ‫ ا ِر‬-‫ ُرو بْنُ ا ْل َح‬-‫ا َع ْم‬--َ‫ َأ ْخبَ َرن‬،‫ب‬ٍ ‫ ُد هَّللا ِ بْنُ َو ْه‬-‫ َح َّدثَنَا َع ْب‬،‫ي‬ َ ُ‫وح َّدثَنَا َع ْم ُرو بْن‬
ُّ ‫س َّوا ٍد ا ْل َعا ِم ِر‬ َ
ّ‫ َأن‬،‫ ِه‬-‫ عَنْ َأبِي‬،‫ي‬ َ ‫ َّر ْح َم ِن ْب ِن َأبِي‬-‫ ِد ال‬-‫ عَنْ َع ْب‬،‫لَ ْي ٍم‬-‫س‬
ِّ ‫ ْد ِر‬-‫ ِعي ٍد ا ْل ُخ‬-‫س‬ ُ ‫ ِرو ْب ِن‬-‫ عَنْ َع ْم‬،‫ ِد ِر‬-‫ ِر ْب ِن ا ْل ُم ْن َك‬-‫ عَنْ َأبِي بَ ْك‬،ُ‫ َّدثَاه‬-‫ َح‬،‫ ِّج‬-‫ش‬ َ ‫اَأْل‬
‫ َد‬-‫ذ ُك ْر َع ْب‬-ْ -‫ ًرا لَ ْم َي‬-‫ ِإاَّل َأنَّ بُ َك ْي‬." ‫ب َما قَ َد َر َعلَ ْي ِه‬
ِ ‫س ِمنَ الطِّي‬ ْ ‫ " ُغ‬:‫سو َل هَّللا ِ قَا َل‬
ِ ‫س ُل َي ْو ِم ا ْل ُج ُم َع ِة َعلَى ُك ِّل ُم ْحتَلِ ٍم َو‬
ُّ ‫ َويَ َم‬،ٌ‫س َواك‬ ُ ‫َر‬
‫ب ا ْل َم ْرَأ ِة‬
ِ ‫ب َولَ ْو ِمنْ ِطي‬ ِ ‫ فِي الطِّي‬:‫ َوقَا َل‬،‫ال َّر ْح َم ِن‬
Artinya : Dan telah menceritakan kepada kami Amru bin Sawwad Al Amiri telah
menceritakan kepada kami Abdullah bin Wahb telah mengabarkan kepada kami Amru bin
Harits bahwa Sa'id bin Abu Hilal dan Bukair bin Al Asyaj keduanya telah menceritakan
kepadanya dari Abu Bakr bin Al Munkadir dari Amru bin Sulaim dari Abdurrahman bin
Abu Sa'id Al Khudri dari bapaknya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda: "Mandi pada hari jum'at adalah wajib bagi setiap muslim yang muhtalim (telah
dewasa). Begitu pula menggosok gigi, memakai wewangian sekedar yang dapat ia
lakukan." Kemudian Bukair tidak menyebutkan Abdurrahman. Dan ia berkata: berkenaan
dengan wewangian: "Meskipun dengan wewangian wanita."
Arak ini tentu lebih baik daripada benda yang lain, seperti sikat gigi, pasta gigi, obat
kumur dan lain sebagainya yang memang memiliki khasiat dalam masalah mulut, gigi dan
gusi. Sekalipun dalam eranya siwak tidak lagi lazim dalam pemakaiannya tetapi khasiat
yang ditimbulkan dari siwak sangat banyak dan hampir bisa mengalahkan semua alat yang
diciptakan di zaman sekarang dalam hal kebersihan dan kesehatan mulut. Disebutkan
keistemewaannya, di antaranya ialah dapat menguatkan gusi dan gigi, bahkan dapat
menjaga lidah dari berbagai penyakit yang selalu dapat mengancamnya. Profesor Raudat,
Direktur lembaga Ilmu Bakteri dan Penyakit di perguruan tinggi Rousteok di Jerman (Al
Mania Democratic), menerangkan bahwa alat siwak yang dipergunakan orang-orang Arab
sejak ratusan tahun silam, termasuk alat yang bermutu tinggi karena mengandung faktor
yang sangat efektif yang sanggup melebihi keunggulan dan kemampuan penisilin dalam
membunuh mikrobe (bakteri).6
Berbagai penelitian laboratorium modern menegaskan bahwa siwak yang terbuat
dari pohon Arok mengandung tanin yang merupakan antiseptik, membersihkan dan
menahan pendarahan gusi serta memperkuatnya. Kayu siwak juga mengandung bahan

6
Aẖmad Al-Basyuni, Syarẖ Hadīts: Qabasat min al-Sunnah al-Nabawiyyah, diterjemahkan oleh Tarmana Ahmad
Qasim, Syarẖ Hadīts: Qabasat min al-Sunnah alNabawiyyah, (Bandung: Trigenda Karya, 1994), h. 315.
semacam lada, yaitu sinnigrin yang memiliki bau menyengat dan rasa pedas, sehingga bisa
membantu membunuh bakteri.7
Dengan memperhatikan komposisi kimiawi kayu siwak Arok, dapat dipahami
alasan Nabi saw. memilih menggunakan kayu siwak yang berasal dari wahyu yang
diberikan kepada beliau. Dengan demikian, sebatang siwak yang digunakan dengan penuh
keimanan dapat menggantikan peran dokter spesialis.
Penelitian terbaru membuktikan bahwa akar dan ranting Arak yang digunakan
sebagai siwak ternyata mengandung unsur kimiawi yang mampu melindungi gigi dari
kerusakan akibat kotoran dan kuman, serta melindunginya dari radang gusi. Selain itu, akar
dan ranting Arak memiliki unsur kimiawi lain seperti minyak lada yang terasa manis dan
memiliki aroma yang menyengat karena sifatnya yang panas, akar dan ranting Arak mampu
mengusir kuman yang bersarang di mulut.
Dari uraian tersebut sangat jelas bahwa siwak memiliki banyak manfaat dari segi
kesehatan mulut, melebihi alat-alat dan obat-obatan pembersih mulut dan gigi buatan
sekarang. Orang yang pertama memperkenalkan manfaat siwak adalah Nabi saw., beliau
yang hidup pada abad ke-7 Masehi, namun memilik akal pikiran dan mentalis abad 21.
Bersiwak dari segi kemanfaatan tentu berbeda dengan bersiwak dengan alat selain
kayu Arak. Para ulama berkata bahwasanya memakai siwak banyak faedahnya bahkan
sebagian dari mereka menghitungnya sampai 70 faedah, diantaranya adalah sebagai
berikut:8 Menambah kefasehan lisan; menambah kecerdasan; mempertajam pandangan
mata; mempermudah jalannya ruh ketika sakratul maut; membuat takut musuh;
mendapatkan pahala yang banyak dengan menggunakannya; membuat awet muda
pemakainya; mengharumkan bau mulut; menghilangkan kotoran serta kuningnya gigi;
menguatkan gusi; membuat bundar muka; membuat rela Allah swt.; memutihkan gigi;
menyebabkan kemudahan bagi yang memakainya; menghilangkan pusing kepala dan
penyakit-penyakit kepala; memperbaiki pencernaan serta menguatkannya; membersihkan
hati; mengingatkan kita untuk mengucapkan dua kalimat syahadat ketika sakratul maut dan
masih banyak lagi faedah-faedah lainnya.

BAB III

7
Ahsin Sakho Muẖammad, Ensiklopedi Kemukjizatan Ilmiah, h. 72.
8
Segaf Hasan Baharun, Bagaimanakan Anda Menunaikan Sholat Dengan Benar, (Bangil: Yayasan Pondok
Pesantren Dār al-lughah Wa al-Da῾wāh, 1429 H), h. 20-27.
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Abhary, M. and Al-Hazmi, A.-A. (2016) ‘ Antibacterial activity of Miswak ( Salvadora persica L.)
extracts on oral hygiene ’, Journal of Taibah University for Science. Taibah University, 10(4), pp. 513–
.520. doi: 10.1016/j.jtusci.2015.09.007
Amalia, R., Marfu'ah, N., and Amal, S. (2018) ‘Aktivitas Antibakteri Kayu Siwak (Salvadora Persica)
Fraksi Eter Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Secara In Vitro’, Pharmaceutical Journal of
.Islamic Pharmacy, 2(1), p. 16. doi: 10.21111/pharmasipha.v2i1.2132
Saha, S., Mohammad, S., Saha, S., and Samadi, F. (2012) ‘Efficiency of traditional chewing stick
(miswak) as an oral hygiene aid among Muslim school children in Lucknow: A cross-sectional study’,
Journal of Oral Biology and Craniofacial Research. Elsevier Inc, 2(3), pp. 176–180. doi:
.10.1016/j.jobcr.2012.10.009

Anda mungkin juga menyukai