Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS MAKNA KULTURAL PADA ALAT DAN

BAHAN DARI PROSESI PERNIKAHAN ADAT SUNDA


Oktavia Pratiwi
Program Studi Sastra Indonesia
Universitas Jambi
Oktaviapratiwi1410@gmail.com

LATAR BELAKANG
Menurut Kridalaksana (1983), linguistik adalah ilmu bahasa atau ilmu yang
menyelidiki bahasa secara ilmiah. Linguistik juga merupakan ilmu yang mempelajari,
mengkaji, atau menelaah hakikat dan seluk-beluk bahasa. Khususnya pada bahasa yang
umumnya hanya dimiliki oleh manusia sebagai sarana komunikasi.
Berkaitan dengan topik kajian linguistik ini, bahasa yang dimaksud tidak berkonsentrasi pada
bahasa tertentu melainkan pada bahasa umum yang digunakan untuk berkomunikasi dengan
penutur bahasa lainnya. Artinya, bahasa yang dimaksud bisa bahasa Indonesia, bahasa
daerah, atau bahasa asing.
Dalam setiap kegiatan, bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting. Manusia
mengkomunikasikan pikiran, ide, dan pendapatnya melalui sebuah bahasa. Peran bahasa ini
adalah untuk menyampaikan informasi sesuai dengan fungsinya. Hal ini sejalan dengan apa
yang dikatakan oleh Keraf dalam Sumadiria (2006) yang mengatakan bahwa secara umum
fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi untuk mengekspresikan diri. Oleh karena
itu, terbukti bahwa bahasa berfungsi sebagai alat untuk mengkomunikasikan makna atau
pesan antar manusia (Retnaningsih, 2014: 168).
Tindakan menyampaikan sebuah ide, pikiran atau pesan dari satu orang ke orang lain itu
dikenal sebagai komunikasi. Lebih khusus Tarigan (2015:134) yang menyatakan bahwa
komunikasi adalah rangkaian unsur-unsur dengan maksud dan tujuan tertentu yang
digabungkan atau diintegrasikan menjadi satu. Komunikasi ini merupakan salah satu aspek
terpenting dalam kehidupan sehari-hari karena merupakan cara manusia untuk berkolaborasi
satu sama lain dan masyarakat.

Interdisipliner ilmu linguistik ini banyak macamnya, salah satunya adalah


etnolinguistik. Menurut Kridalaksana (1983: 42) etnolinguistik adalah cabang ilmu linguistik
yang menyelidiki hubungan antara bahasa dan masyarakat pedesaan atau masyarakat yang
belum mempunyai tulisan, bidang ini juga disebut linguistik antropologi. Cabang linguistik
antropologi yang menyelidiki hubungan bahasa dan sikap kebahasawan terhadap bahasa.
Salah satu aspek etnolinguistik yang sangat menonjol ialah masalah relavitas bahasa.
Istilah "etnolinguistik" berasal dari gabungan kata "etnologi" dan "linguistik". Itu tercipta
sebagai hasil dari kombinasi pendekatan yang sering digunakan oleh para etnolog (sekarang:
antropologi budaya) yang menggunakan metode linguistik. Linguistik antropologi atau
antropo-linguistik adalah nama lain untuk bidang etnolinguistik (Duranti, 1997: 2).
Subbidang linguistik yang dikenal sebagai etnolinguistik menyelidiki struktur bahasa dari
perspektif dan budaya individu. Seperti yang diungkapkan oleh Humboldt bahwa perbedaan
dalam ketajaman mental dan kontras dalam perspektif dunia pada masyarakat umum harus
terlihat dari bahasanya. Menurut Werzbicka (1992), setiap bahasa "mengandung pandangan
dunia yang khas". Menurut perspektif etnolinguistik, bahasa dan pandangan dunia penutur
saling terkait.
Etnolinguistik melihat bahasa tidak hanya dari segi strukturnya, tetapi juga dari fungsi dan
penggunaannya dalam konteks sosial dan budaya. Sementara itu, Kamus Besar Bahasa
Indonesia menyatakan bahwa etnolinguistik adalah subbidang ilmu linguistik yang mengkaji
hubungan antara bahasa dengan masyarakat pedesaan atau masyarakat yang tidak menulis.
Menurut Wilhelm von Humboldt, perbedaan pandangan dunia masyarakat dan persepsi
kognitif dapat dilihat dalam bahasa. Menurut perspektif etnolinguistik, bahasa dan pandangan
dunia penutur saling terkait.

Menurut Harimurti Kridalaksana (1983:42), etnolinguistik adalah (1) bagian semantik


yang mengkaji hubungan antara bahasa dan jaringan pedesaan atau individu yang tidak
berkomposisi, bidang ini juga disebut fonetik antropologis (2) bagian dari etimologi ilmu
manusia yang mengeksplorasi hubungan bahasa dan mentalitas etimologis terhadap bahasa,
salah satu bagian dari etnolinguistik yang sangat jelas adalah masalah relativitas bahasa.
Menurut teori Harimurti Kridalaksana 1983:145, relativitas bahasa berpendapat bahwa
pandangan dunia seseorang ditentukan oleh kategori gramatikal dan klasifikasi semantik yang
ada dalam bahasa itu dan diciptakan bersama dengan budaya. Sementara itu, Wakit Abdullah
(2013: 10), bidang linguistik yang dikenal sebagai etnolinguistik berfokus pada peran bahasa
(kosa kata, frasa, klausa, wacana, dan unit bahasa lainnya) dalam dimensi sosial dan budaya
(seperti ritual, peristiwa budaya, cerita rakyat, dan lain-lain) berperan dalam membina dan
mempertahankan struktur sosial dan praktik budaya.
Putra (1997) dalam makalah Temu Ilmiah Bahasa dan Sastra berjudul Etnolinguistik:
Beberapa Bentuk Kajian menjelaskan bahwa etnolinguistik secara etimologis terbentuk dari
kata etnologi dan linguistik. Etnologi merupakan ilmu tentang unsur atau masalah
kebudayaan suku bangsa dan masyarakat penduduk suatu daerah diseluruh dunia secara
komparatif dengan tujuan mendapatkan pengertian tentang sejarah dan proses evolusi serta
penyebaran kebudayaan umat manusia di muka bumi (KBBI, 2008:383). Kemudian linguistik
memiliki pengertian telaah ilmiah mengenai bahasa manusia (Martinet, 1987:19 dalam Chaer,
2007:1-2). Jadi, etnolinguistik adalah studi tentang proses terbentuknya kebudayaan dan
keterkaitannya dengan bahasa (Putra, 1997:1).
Sejalan dengan penilaian ini, Duranti (1997:2) menggambarkan etnolinguistik sebagai
penyelidikan bahasa sebagai aset sosial dan berbicara sebagai karya sosial, menyiratkan
bahwa etnolinguistik adalah penyelidikan bahasa sebagai mata air budaya dan bahasa sebagai
praktik sosial. . Artinya, ada hubungan antara bahasa dan budaya karena untuk memahami
budaya, seseorang harus terlebih dahulu memahami bahasa, dan untuk memahami bahasa,
seseorang harus memahami budaya. Humaniora dan ilmu sosial bekerja sama dengan cara ini.

Didalam kajian etnolingustik yang menjadi kajian pokok utama adalah tradisi. Secara
epistemologis, tardisi berasal dari bahasa latin (adat), dan yang mengandung arti
kecenderungan-kecenderungan seperti kebudayaan (budaya) atau adat-istiadat, di bawahnya
akan memberi arti pentingnya adat menurut beberapa ahli. Van Reusen(1992:115)
berpendapat bahwa kebiasaan adalah artefak atau warisan atau aturan, atau properti, aturan,
adat istiadat dan selanjutnya standar. Namun, tradisi ini dipandang sebagai integrasi antara
hasil perilaku manusia dan pola hidup manusia secara keseluruhan. Itu bukan sesuatu yang
tidak bisa diubah. WJS Poerwadaminto (1976) Sebaliknya, WJS Poerwadaminto memandang
tradisi sebagai segala sesuatu yang berhubungan secara irasional dengan kehidupan sosial,
seperti budaya, kebiasaan, bahkan kepercayaan. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia) mengartikan tradisi sebagai “adat atau kebiasaan turun-temurun yang diwariskan
oleh nenek moyangnya dan masih dilestarikan oleh masyarakat, dengan menganggap dan
menilai bahwa adat istiadat yang ada adalah yang paling benar dan terbaik. “Tradisi
diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyangnya.
Dari beberapa pendapat dan juga pengertian tentang tradisi diatas, maka penulis
menyimpulkan bahwa tradisi merupakan sesuatu yang telah diwariskan oleh para pendahulu
atau nenek moyang secara turun temurun baik berupa simbol, prinsip, material, benda
maupun kebijakan. akan tetapi tradisi yang telah diwariskan tersebut bisa juga berubah
maupun tetap bertahan asalkan tradisi tersebut masih sesuai dan juga relevan dengan situasi,
kondisi serta seiring dengan perubahan jaman.

Salah satu tradisi menarik yang akan penulis bahas dalam penelitian ini adalah tradisi
prosesi adat pernikahan sunda ( Jawa Barat ). Tradisi sunda adalah suatu kebiasaan yang
sudah biasa atau lumrah serta merta sering dilakukan oleh masyarakat suku sunda, Tradisi
sunda juga sama artinya dengan adat istiadat sunda. Dalam penelitian ini, penulis akan
meneliti makna kultural yang ada dalam prosesi upacara adat pernikahan sunda, baik itu
dilihat dari alat maupun bahan yang digunakan dalam rentetan upacara yang dilakukan.
Pernikahan menandai dimulainya babak baru dalam kehidupan seseorang, ketika mereka
dianggap memasuki usia dewasa. 1 Upacara pernikahan merupakan rangkaian kegiatan yang
sakral dalam suatu budaya, sama seperti aspek-aspek lain dari budaya tersebut. Ritual
tradisional ini menghasilkan simbol perwakilan norma budaya dengan implikasi filosofis
yang mendalam. Selain itu, sebagai permohonan kepada-Nya, untuk hidup berdampingan
dengan laki-laki dan perempuan melalui perkawinan agar selalu berada dalam Ridho-Nya.
Misalnya, dalam perkawinan adat Sunda, terdapat simbol-simbol yang menghubungkan
sejumlah rangkaian kegiatan yang berbeda. Simbol-simbol tersebut dapat berupa kata-kata
atau sikap atau tindakan yang diungkapkan melalui lagu atau kawih. Karena merupakan
tradisi yang unik, maka adat pernikahan sunda perlu diketahui banyak orang. khususnya
dalam upacara saweran yang merupakan upacara pernikahan adat sunda. Ketika orang
menganggap pernikahan sebagai institusi yang sakral, maka perlu untuk melestarikannya
dengan sebaik mungkin. Salah satunya melalui upacara sawer untuk mempelajari nilai-nilai
sebelum hidup bersama.

METODE PENELITIAN

Untuk mendeskripsikan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan


penjabaran deskriptif. Selain itu, penelitian deskriptif dilakukan semata-mata berdasarkan
fakta atau fenomena yang ada, sehingga menghasilkan deskripsi bahasa yang mencerminkan
pemaparan sebagaimana adanya.
Pendekatan kualitatif, yang umum dalam penelitian linguistik, digunakan dalam
penelitian ini. Corbin dan Strauss (dalam Afrizal, 2014:12) Mendefinisikan metode penelitian
kualitatif sebagai metode yang hasil penelitiannya tidak diturunkan melalui penggunaan
prosedur statistik atau perhitungan lainnya. Karena masalah yang diteliti diwakili oleh data
berupa teks percakapan yang dikumpulkan dari observasi lapangan, maka dipilihlah metode
kualitatif. Dalam penelitian ini, teknik sadap dimasukkan ke dalam metode menyimak.
Teknik sadap dan simak digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara menyadap dan
menyimak bahasa lisan dan tulisan. 2012: Mahsun 133) menyatakan bahwa teknik sadap
disebut sebagai teknik menyimak yang mendasar, menandakan bahwa sadapan mewujudkan
hakekat menyimak. Teknik tingkat lanjut, termasuk teknik mencatat, ikuti yang ini juga.
Strategi ini dapat digunakan bersama-sama dengan anggapan informasi yang diambil adalah
informasi lisan, jika informasi yang diambil adalah informasi tertulis maka penyadapan
menggunakan metode pencatatan.
Analisis data terbuka digunakan dalam metode analisis data ini. Menurut Soeparno
(2013), metode analisis terbuka ini ditempuh dengan menganalisis data bahasa dengan
memulai dari awal, bukan menunggu sampai semua data terkumpul. Sumber data yang
digunakan pada penelitian ini adalah berupa tuturan-tuturan dari percakapan yang dilakukan
oleh peneliti dengan seorang informan, mengenai makna kultural pada alat dan bahan dari
prosesi adat pernikahan sunda
Teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan
mencatat dan menyimak pembicaraan yang dilakukan oleh seorang informan atau seorang
ketua adat dari suku sunda.. Teknik analisisnya sendiri adalah dengan melakukan traskrip
pembicaraan yang dilakukan oleh informan kedalam sebuah tulisan, kemudian dengan
mengklasifikasikan tuturan-tuturan dari pembicaraan ini yang termasuk kedalam alat dan
bahan dari prosesi adat pernikahan sunda, serta melakukan analisis makna kultural pada
simbol-simbol tersebut.

Anda mungkin juga menyukai