Anda di halaman 1dari 19

SOP DAN PENATALAKSANAAN

DETEKSI DINI GANGGUAN JIWA

Disampaikan oleh:
Aan Somana, S.Kp.,M.Pd.,M.N.S.
Tujuan YanKesWa

1. Memberi keterampilan mengenali masalah


mental emosional yang menyertai keluhan
fisik
2. Menangani masalah tersebut sampai derajat
tertentu
3. Merujuk pasien yang sulit ditangani
4. Memberi pengobatan lanjutan
5. Pelayanan terpadu
6. Pencatatan pelaporan kesehatan jiwa
Prinsip Umum YanKeswa
1. Komunikasi dengan orang yang mencari layanan
(pasien) dan pelaku rawatnya (carers)
2. Penilaian/pemeriksaan (assessment)
3. Tatalaksana dan monitoring
4. Penggerakan dan penyediaan dukungan sosial
5. Perlindungan terhadap hak asasi
6. Perhatikan kesehatan secara umum
Komunikasi dengan pasien dan carers
1. Komunikasi jelas, empatik, dan sensitif terhadap usia,
jenis kelamin, kultur, dan perbedaan bahasa.
2. Bersikap ramah, menghargai, dan tidak menghakimi.
3. Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas.
4. Berikan respons terhadap keterbukaan informasi yang
pribadi dan menimbulkan distress (seperti
memperhatikan adanya penyerangan seksual atau
menyakiti diri sendiri) .
5. Berikan informasi tentang status kesehatannya dalam
bahasa yang mereka dapat pahami.
6. Tanyakan pemahaman orang tersebut terhadap
kondisinya.
Penilaian/pemeriksaan (assessment)
1. Riwayat medis, riwayat keluhan saat ini, riwayat
dahulu, dan riwayat keluarga yang relevan.
2. Lakukan penilaian fisik umum.
3. Nilai, tatalaksana atau rujuk, yang sesuai, untuk
semua kondisi medis yang menyertai
4. Nilai problem psikososial, masa lalu dan yang saat
ini terjadi
Tatalaksana dan monitoring
1. Tentukan pentingnya tatalaksana dan kesiapan
mereka untuk berpartisipasi dalam perawatan.
2. Tentukan tujuan tatalaksana dan buat perencanaan
tatalaksana dengan menghargai pilihan mereka
dalam terapi (juga termasuk carers)
3. Pikirkan perencanaan untuk keberlanjutan terapi
dan lakukan pemantauan, melalui komunikasi
dengan orang tersebut.
4. Informasikan lama terapi yang diharapkan,
kemungkinan efek samping dari intervensi, pilihan
tatalaksana alternatif lainnya, pentingnya kesetiaan
terhadap terapi, dan kemungkinan prognosis.
Tatalaksana dan monitoring (cont-)
5. Jawab pertanyaan dan kekhawatiran tentang
tatalaksana, komunikasikan harapan yang realistik
untuk fungsi yang lebih baik dan pemulihan.
6. Monitor hasil terapi, interaksi obat, efek samping
7. Fasilitasi rujukan ke spesialis, bila tersedia dan
dibutuhkan.
8. Usahakan untuk menghubungkan orang tersebut ke
dukungan masyarakat.
9. Dalam pemantauan, nilai kembali pemahaman pasien
terhadap penyakitnya, tatalaksana, dan kesetiaan
terhadap terapi, koreksi jika ada kesalahpahaman.
Tatalaksana dan monitoring (cont-)
10. Dorong monitoring diri untuk gejala-gejala dan
terangkan kapan mereka harus mencari bantuan
secepatnya.
11. Catat aspek penting interaksi dengan orang dan
keluarganya dalam catatan kasus.
12. Gunakan sumber daya di keluarga dan masyarakat
untuk mereka yang tidak kembali dalam pemantauan
ulang.
13. Minta pemantauan lebih sering untuk perempuan
hamil dan menyusui, serta pada orang dengan usia
lanjut
14. Pastikan bahwa mereka ditatalaksana secara
menyeluruh, fisik dan jiwa.
Penggerakan dan Penyediaan Dukungan Sosial
1. Bila tersedia, libatkan pelaku rawat atau keluarga
untuk melakukan perawatan.
2. Dorong keterlibatan dalam kelompok swabantu dan
dukungan keluarga, bila tersedia.
3. Identifikasi dan gerakkan sumber daya sosial dan
dukungan sosial yang mungkin di area lokal, contoh:
anak dan remaja -- koordinasikan dengan sekolah
Perlindungan terhadap hak asasi
1. Berikan layanan dengan menghargai martabat,
sensitif, sesuai dengan kultur, bebas dari
diskriminasi.
2. Beri perhatian khusus pada isu kerahasiaan dan
privasi
3. Pastikan pasien memahami tatalaksana yang
diusulkan dan memberikan persetujuan terhadap
tatalaksana tersebut.
4. Libatkan anak-anak dan remaja dalam pengambilan
keputusan sesuai kapasitas perkembangan mereka,
beri mereka kesempatan untuk mendiskusikan
secara pribadi hal-hal yang menjadi kekhawatiran.
Perhatikan kesehatan secara umum
1. Beri saran tentang aktivitas fisik dan pemeliharaan berat
badan yang sehat.
2. Edukasi tentang bahaya penggunaan alkohol.
3. Dorong penghentian penggunaan tembakau dan zat
lainnya.
4. Sediakan pendidikan tentang perilaku berisiko lainnya
(contoh: seks bebas).
5. Adakan pemeriksaan kesehatan fisik secara reguler.
6. Persiapkan orang dengan perubahan perkembangan
hidup, seperti pubertas /menopause, berikan dukungan
yang diperlukan.
7. Diskusikan perencanaan untuk hamil dan metode
kontrasepsi dengan perempuan di usia reproduksi.
Deteksi Dini dan Diagnosis
Gangguan Jiwa ( ICD-10 P C )
di Puskesmas
ANAMNESIS & PEMERIKSAAN
KELUHAN UTAMA (SPONTAN)

(1) (2) (3)


FISIK (F) PSIKOSOMATIK (PS) MENTAL EMOSIONAL
(ME)
FISIK FISIK + ME Keluhan fisik diduga ada
MURNI (komorbiditas) hubungannya dgn masalah Keluhan berhubungan
(FI) (FII) kejiwaan: dengan perasaan, pikiran &
1. Keluhan pada jantung perilaku:
Batuk pilek Gangguan Fisik 2. Keluhan pd perut
Demam
Diare
+ Gangguan 3. Keluhan pd pernafasan
4. Keluhan pd kulit 1. Ggn tidur
Hemorrhoid Mental
5. Keluhan pd otot 2. Ggn perilaku
Luka Emosional
Infeksi mata 6. Keluhan endokrin 3. Ggn emosi
Dll. 7. Keluhan urogenital 4. Ggn pikiran
(Dual Diagnosis)
8. Keluhan serebrovaskuler

D/ ggn LIHAT LANGKAH SELANJUTNYA: ALGORITME UTAMA


fisik
1. Membagi pasien berdasarkan kode F (Fisik), PS (
Psikosomatik ) dan ME ( Mental Emosional) Untuk
pasien FII ( komorbid dengan ME ), PS dan ME
dilakukan pemeriksaan keswa lebih lanjut sediakan
waktu khusus
2. Deteksi Dini dilakukan oleh: dokter dan atau
perawat
3. Diagnosis, intervensi farmakologis, rujukan
dilakukan oleh: dokter
4. Intervensi psikososial dilakukan oleh: dokter dan
atau perawat
ALGORITME UTAMA: KONDISI PRIORITAS

1. Merasa murung, mudah sedih


2. Hilang minat & ketertarikan terhadap aktivitas yang biasanya menyenangkan
3. Perasaan mudah lelah, gangguan lambung, sakit kepala, atau keluhan DEPRESI
fisik lain yang berkepanjangan
4. Gangguan tidur

1. Pikiran, rencana, tindakan menyakiti diri sendiri atau bunuh diri yang MENYAKITI
dimiliki saat ini / riwayat sebelumnya DIRI/USAHA
BUNUH DIRI

1.Merasa kuatir atau takut yang berlebihan


2. Merasa gelisah atau tidak dapat duduk tenang ANSIETAS
3. Mudah berkeringat dingin, berdebar-debar, gemetar, keluhan fisik lain
seperti pusing, mual

1. Mengalami ketakutan atau mempunyai pikiran-pikiran tidak masuk akal


(merasa seseorang bermaksud mencelakai, curiga berlebihan, orang-orang
membicarakan dirinya) – (waham) PSIKOSIS
2. Melihat bayangan atau suara-suara yang tidak jelas sumbernya (halusinasi)
3. Gejala manik (gembira abnormal, terlalu bersemangat, banyak bicara,
mudah tersinggung)
GANGGUAN
1. Apakah pernah/saat ini menggunakan alkohol atau napza? PENYALAHGUNAAN ZAT
DAN ALKOHOL

1. Masalah dengan memori (kepikunan yang berat) dan


orientasi (kesadaran akan waktu, tempat, dan orang)
2. Kehilangan kontrol emosional – mudah kecewa, mudah marah DEMENSIA
iritabel), atau mudah menangis (lansia)
3. Problem pada perilaku dan kesulitan dalam aktivitas sehari-hari

1. Mengalami kejang atau riwayat epilepsi sebelumnya EPILEPSI


1. Keterlambatan perkembangan: lebih lambat belajar dibandingkan Gg PERKEMBANGAN
anak -anak seusianya dalam hal: tersenyum, duduk, berdiri, (anak-remaja)
berjalan, bicara/komunikasi, dan area perkembangan lainnya
seperti membaca dan menulis
2. Abnormalitas dalam berkomunikasi: perilaku yang terbatas,
berulang
3. Kesulitan untuk melakukan aktivitas normal harian sesuai usianya

1. Kesulitan dalam memusatkan perhatian yang berlebihan, berhenti


mengerjakan tugas sebelum selesai secara berulang, dan berpindah ke
aktivitas lainnya Gg PERILAKU
2. Aktivitas berlebihan: berlarian, kesulitan untuk duduk tenang, banyak (anak-remaja)
bicara atau gelisah
3. Impulsivitas yang berlebihan: sering melakukan sesuatu tanpa berpikir
lebih dahulu
4. Perilaku mengganggu yang berulang dan berlanjut (seperti temper
tantrum yang tidak biasanya dan berat, perilaku kejam, ketidakpatuhan
yang menetap dan berat, mencuri)
Merujuk
1. Menunjukkan ide/tanda-tanda usaha bunuh diri atau risiko
yang membahayakan orang lain
2. Pasien mengalami disabilitas berat ; tidak dapat
meninggalkan rumah, merawat anak, atau melakukan
aktivitas sehari-hari;
3. Membutuhkan keahlian spesialistik untuk mengkonfirmasi
diagnosis atau melakukan terapi spesialistik
4. Relasi dokter-pasien sudah tidak berefek terapeutik
5. Upaya yang dilakukan tidak membawa hasil yang optimal;
6. Gangguan fisik yang berat dari pasien;
7. Mmbutuhkan obat spesifik yang tidak disediakan
8. Meminta untuk dirujuk.
Referensi

1. mhGAP Intervention Guide for mental, neurological


and substance use disorders in non-specialized
health settings, World Health Organization, 2010.
2. Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Dasar, Kementerian Kesehatan
RI, 2011.

Anda mungkin juga menyukai