LP Halusinasi
LP Halusinasi
Oleh :
J.0105.20.019
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Kasus : Halusinasi Pendengaran
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Definisi
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perubahan sensori
persepsi yang disebabkan stimulus yang sebenarnya itu tidak ada (Sutejo, 2017).
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata,
sehingga klien menginterpretasikan sesuatu yang tidak nyata tanpa stimulus atau
rangsangan dari luar (Stuart dalam Azizah, 2016).
Halusinasi adalah perubahan dalam jumlah atau pola stimulus yang dating disertai
gangguan respon yang kurang, berlebihan, terhadap stimulus tersebut (Nanda-I,
2002).
2. Faktor Predisposisi :
a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilang percaya diri, dan lebih rentan terhadap stress.
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungan sejak bayi sehingga akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya
c. Faktor Biokimia
Hal ini berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang
berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat
yang bersifat halusiogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan
menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak, misalnya terjadi
ketidakseimbangan acetylchoin dan dopamine.
d. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien
mengambil keputusan tegas, klien lebih suka memilih kesenangan sesaat dan
lari dari alam nyata menuju alam hayal.
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian Menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orangtua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia . Hasil studi menunjukkan bahwa
faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangatberpengaruh pada penyakit
ini.
3. Faktor Presipitasi :
a. Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,
perasaan tidak aman, gelisah dan bingung, perilaku menarik diri, kurang
perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan
keadaan nyata dan tidak nyata.
Menurut (Rawlins dan Heacock 1993 dalam Damayanti, Dkk 2014), dalam
hakekatnya seorang individu sebagai mahluk yang dibangun atas dasar unsur
bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi,
yaitu:
1) Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium
dan kesulitan tidur dalam waktu yang lama.
2) Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat
diatasi. Halusinasi dapat berupa perintah memasa dan menakutkan. Klien
tida sanggup menentang sehingga klien berbuat sesuatu terhadap
ketakutan tersebut.
3) Dimensi Intelektual
Menerangkan bahwa individu dengan halusinasi mengalami penurunan
fungsi ego. Awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk
melawan impuls yang menekan,namun menimbulkan kewaspadaan yang
dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol
semua perilaku klien.
4) Dimensi Sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial di dalam fase awal dan
comforting menganggap bahwa bersosialisasi nyata sangat
membahayakan. Klien halusinasi lebih asyik dengan halusinasinya
seolah-olah itu tempat untuk bersosialisasi.
5) Dimensi Spiritual
Klien halusinasi dalam spiritual mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas
tidak bermakna, dan hilangnya aktivitas beribadah. Klien halusinasi
dalam setiap bangun merasa hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya.
Isolasi sosial
Cause
1 2 3 4 5 6 7
Gangguan 1.Klien dapat 1.1 Ekspresi wajahbersahabat, 1. Bina hubungan saling percaya Hubungan saling percaya
persepsi membina menunjukkan rasa senang, ada dengan mneggunakan prinsip merupakan dasar untuk
sensori: hubungan saling kontak mata, mau berjabat komunikasi terapeutik: kelencaran hubungan interaksi
Halusinasi percaya tangan, mau menyebutkan nama, selanjutnya
mau menjawab salam, klien mau a. Sapa klien dengan ramah
duduk berdampingan dengan baik verbal maupun
perawat, mau mengutarakan nonverbal
masalah yang dihadapi. b. Perkenalkan diri dengan
sopan
2.1 klien menyebutkan waktu, isi, c. Tanyakan nama lengkap
2. Klien dapat frekuensi timbulnya halusinasi klien dan nama panggilan
mengenali yang disukai klien
halusinasinya d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. tunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanya
g. beri perhatian pada klien dan
perhatikan kebutuhan dasar
klien Kontak sering tapi singkat selain
membina hubungan saling
2. Adakah kontak sering dan percaya, juga dapat memutuskan
singkat secara berharap halusinasi.
2.2 Klien dapat mengungkapkan 2.1.2 Observasi tingkah laku klien Mengenal perilaku pada saat
perasaan terhadap halusinasi terkait dengan halusinasinya, halusinasi timbul memudahkan
bicara dan tertawa tanpa stimulus, perawat dalam melakukan
memandang ke kiri atau ke kanan intervensi
atau ke depan seolah-olah ada
teman bicara.
Mengenal halusinasi
2.1.3 Bantu klien mengenali
memungkinkan klien untuk
halusinasi.
mneghindarkan faktor pencetus
a. Jika menemukan yang sedang timbulnya halusinasi.
halusinasi, tanyakan apakah
ada suara yang didengar
b. Jika klien menjawab ada,
lanjutkan: apa yang
diakatakan
c. Katakan bahwa perawat
percaya klien mendengar
suara itu, namun perawat
sendiri tidak mendengarnya
(dengan nada bersahabat tanpa
menuduh atau menghakimi)
d. Katakan bahwa klien ada juga
yang seperti klien
Dengan mengetahui waktu, isi,
2.1.4 diskusikan dengan klien dan frekuensi munculnya
halusinasi mempermudah tidakan
a. Situasi yang menimbulkan keperawatan klien yang akan
atau tidak menimbulkan dilakukan perawat
halusinasi
b. Waktu dan frekuensi
terjadinya halusinasi (pagi,
siang, sore dan malam atau
jika sendiri, jengkel atau
sedih)
Untuk mengidentifikasi pengaruh
2.1.5 Diskusikan dengan klien apa halusinasi klien
yang dirasakan jika terjadi
halusinasi (marah atau takut,
seidh, senang) beri kesempatan
mengungkapkan perasaannya.
3. Klien dapat 3.1 Klien dapat menyebutkan 3.1.1 Identifkikasi bersama klien Upaya untuk memutuskan siklus
mengontrol tindakan yang bisa dilakukan cara tindakan yang dilakukan jika halusinasi sehingga halusinasi
halusinasinya untuk mengendalikan terjadi halusinasi (tidur, marah, tidak berlanjut.
halusinasinya. menyukkan diri dll).
4. Klien dapat 4.1 Klien dapat membina 4.1.1 Anjurkan klien untuk Untuk mendapatkan bantuan
dukungan dari hubungan saling percaya dengan memberitahu keluarga jika keluarga mengontrol halusinasi
keluarga dalam perawat mengalami halusinasi
mengontrol
halusinasi 4.2 Keluarga dapat menyebutkan 4.1.2 Diskusikan dengan keluarga
Untuk mengetahui pengetahuan
penertian, tanda dan kegiatan (pada saat berkunjung/pada saat
keluarga dan meningkatkan
untuk mengendalikan halusinasi kunjungan rumah):
kemampuan pengetahuan tentang
a. Gejala halusinasi yang dialami halusinasi
klien
b. Cara yang dapat dilakukan
klien dan keluarga untuk
memutus halusinasi
c. Cara merawat anggota
keluarga untuk memutus
halusinasi di rumah, beri
kegiatan, jangan biarkan
sendiri, makan bersa,a,
bepergian bersama.
d. Beri informasi waktu follow
up atau kapan perlu mendapat
bantuan: halusinasi terkontrol
dan resiko mencederai orang
lain.
5. Klien dapat 5.1 Klien dan keluarga dapat 5.1.1 Diskusikan dengan klien Dengan menyebutkan dosis,
memanfaatkan menyebutkan manfaat, dosis dan dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat obat
obat dengan efek samping obat. frekuensi, manfaat obat
baik
5.2 Klien dapat 5.1.2 Anjurkan klien minta
Diharapkan klien melaksanakan
mendemonstrasikan penggunaan sendiri obat pada perawat dan
program pengobatan. Menilai
obat secara benar merasakan manfaatnya
kemampuan klien dalam
pengobatannnya sendiri.
5.3 Klien dapat informasi tentang 5.1.3 Anjurkan klien bicara Dengan mengetahui efek samping
efek samping obat dengan dokter tentang manfaat obat klien akan tahu apa yang
dan efek samping obat yang harus dilakukan setelah minum
dirasakan obat
5.4 Klien dapat memahami akibat 5.1.4 Diskusikan akibat berhenti Program pengobatan dapat
berhenti minum obat minum obat tanpa konsultasi berjalan sesuai rencana
5.5 Klien dapat menyebutkan 5.1.5 Bantu klien menggubnakan Dengan mengetahui prinsip
prinsip 5 benar penggunaan obat obat dengan prinsip benar penggunaan obat, maka
kemandirian klien untuk
pengobatan dapat ditingkatkan
secara bertahap.
Contoh Rencana Keperawatan Halusinasi
N Pasien Keluarga
o
SP1P SP2K
SP2P SP2K
SP3P SP3K
SP4P
Prodi PendidikanNers
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: Indomedia Pustaka
Damayanti, M., & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama
Nanda, 2012. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifisikasi 2012-2014. Buku Kedoktertan:
EGC
Sutejo, 2017. Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Jiwa: Gangguan Jiwa dan Psikososial.
Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.
Prodi PendidikanNers