A. DEFINISI
1
8. Siswa anestesi non-dokter: misalnya siswa perawat anestesi, siswa
asisten anestesi, atau siswa lainnya yang mengikuti program studi /
pelatihan terakreditasi secara nasional.3
10. Kepala Staf Medis Fungsional (SMF) Anestesiologi dan Reanimasi adalah
seorang dokter spesialis Anestesiologi yang diangkat oleh Direktur
Rumah Sakit.
15. Pelayanan kritis adalah pelayanan yang diperuntukkan bagi pasien sakit
kritis di lingkungan RS. Dr. Soetomo
2
17. Pelayanan anestesia rawat jalan adalah subspesialisasi darianestesiologi
yang dikhususkan kepada perawatan, pra operatif,intraoperatif, dan pasca
operatif pada pasien yang menjalani prosedurpembedahan rawat jalan.
B. RUANG LINGKUP
a. Kegawatan Pra Hospital (ambulan siaga PPGD & Siaga VVIP/ VIP)
3
dilakukan secara terencana sebelumnya maupun on call (panggilan)
pada keadaan khusus.
b. Pelayanan Resusitasi
Pelayanan Kegawatan Resusitasi melingkupi penanganan kegawatan
di ruang resusitasi untuk stabilisasi pasien yang mengalami gangguan
fungsi vital (Airway, breathing, circulation dan Dissability) yang
bertujuan agar pasien segera stabil dan dilakukan terapi definitif dari
penyakit yang diderita melalui proses diagnosis lebih lanjut
2. Penatalaksanaan Nyeri
4
Jenis nyeri yang dapat ditemukan selama masa perioperatif meliputi nyeri
akut, nyeri kronis, nyeri nosiseptik, nyeri neuropatik dan nyeri fisiologis.
5
h) Metode pilihan pasien dalam mengatasi nyeri (bila pasien
mengerti dan tahu)
Sangat penting untuk mengetahui nyeri post operasi yang
tidak dikeluhkan sama sekali pada saat diam, namun
mengkeluhkan nyeri sedang sampai berat hanya saat
digerakkan.
6) Penilaian rutin dan sistematis serta komunikasi yang efektif antara
tenaga kesehatan dan pasien sangat penting untuk memastikan
nyeri berat yang timbul mendadak atau nyeri hebat yang persisten
untuk segera diketahui oleh karena kemungkinan keluhan
tersebut berkaitan erat dengan kegawatan medis.
7) Nyeri postoperasi merupakan keluhan subyektif sehingga patient
self report of pain merupakan “gold standar” dari penilaian nyeri.
8) Tenaga kesehatan harus memotivasi pasien untuk melaporkan
dan mendiskripsikan nyeri yang dideritanya. Mendengarkan dan
percaya terhadap keluhan pasien merupakan hal yang sangat
penting dalam melakukan assesment nyeri postoperasi.
6
laporan tersebut yang disesuaikan dengan standar prosedur yang
sudah ada,
C. Pelayanan Perioperatif
- Pelayanan perioperatif merupaka pelayanan anestesi yang merujuk
pada semua perjalanan prosedur tindakan anestesi dan termasuk
sebelum (pre-), selama (intra-) dan sesudah (pasca-) operasi dan
anestesi yang dilakukan pada ranah emergency maupun elektif
- Pelayanan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi pelayanan yang berkaitan dengan
anestesi dan pembedahan
- Masa perioperaitf adalah dimulai saat pasien datang ke rumah sakit,
kemudian direncanakan atau dilakukan tindakan prosedur pembedahan
atau diagnostik sampai pada saat pasien pulang dari rumah sakit
- Pelayanan perioperatif merupakan pelayanan yang memerlukan
kerjasama dan melibatkan semua unsur dan unit pelayanan yang ada.
- Instansi dan unit yang terlibat dan terkait dengan pelayanan ini meliputi :
instalasi rawat jalan (IRJ), instalasi rawat inap (IRNA), instalasi rawat
darurat (IRD), instalasi rawat intensif dan reanimasi (IRIR), Gedung
Pusat Bedah Terpadu (GBPT), dan Gedung Pusat Diagnostik Terpadu
(GPDT) serta unit-unit dibawahnya.
- Pelayanan perioperatif tidak dapat berdiri sendiri dan memerlukan
kerjasama dan koordinasi dengan beberapa disiplin keilmuan untuk
dapat memberikan pelayanan yang paripurna.
7
(meliputi persiapan pasien, mesin anestesi, alat dan obat, serta
premedikasi).
a. Kunjungan preoperatif
1) Kunjungan preoperatif juga bertujuan untuk menggali informasi
terkait dengan kondisi pasien, riwayat penyakit sebelumnya
dan permasalahan lainnya terkait dengan tindakan yang akan
dijalani.
2) Penilaian klinis yang baik dan lengkap sebelum pasien
menjalani rawat inap itu harus dilakukan secara teliti dan
sistematis.
3) Komunikasi antara anggota tim, seperti dokter bedah, anestesi,
perawat dan tenaga kesehatan lain yang terlibat, sangat
diperlukan untuk mengetahui kebutuhan khusus atau spesifik
pasien dalam menjalani suatu tindakan pembedahan, dan
persiapan perioperatif memberikan jaminan bahwa hal tersebut
telah siap saat sebelum tindakan pembedahan.
4) Kunjungan preopratif meliputi penerimaan atau evaluasi pasien
di pasien rawat jalan, rawat darurat (untuk pembedahan
emergensi), poli anestesi, ICU/ROI dan pasien yang akan
menjalani tindakan diagnostik.
5) Pasien dapat dikonsulkan ke bagian lain (penyakit dalam,
jantung, dll) untuk memperoleh gambaran kondisi pasien
secara lebih spesifik bila ditemukan kondisi klinis yang
mendukung.
6) Konsultasi ke bagian lain dijadikan bahan pertimbangan dan
diskusi dalam melakukan pelayanan anestesi berikutnya.
7) Konsultasi ke bagian lain bukan untuk meminta kesimpulan /
keputusan apakah pasien ini boleh dianestesi atau tidak.
8) Penetuan status fisik pasien berdasarkan kriteria yang
dikeluarkan ASA (American Society of Anesthesiologist).
a) ASA 1 ; tanpa ada penyakit sistemik
b) ASA 2 ; kelainan sistemik ringan sampai sedang.
Misalnya apendisitis akut tanpa komplikasi
8
c) ASA 3 ; kelainan sistemik berat, ketergantungan pada
obat-obat, aktivitas terbatas. Misal ileus
d) ASA 4; kelainan sistemik berat yang mengancam nyawa,
sangat tergantung dengan obat-obat, aktivitas sangat
terbatas.
e) ASA 5; dioperasi ataupun tidak, dalam 24 jam akan mati
juga. Tanda-tandanya : nadi tidak teraba, pasien ruptur
aneurisma aorta.
f) ASA 6; untuk pasien yang akan menjalani donor organ
Pasien usia > 60 tahun, pasien obesitas tergolong kategori
ASA 2.
b. Informed Consent
9
8) Informed constent dapat diberikan kepada pasien, suami/istri,
anak, orang tua, saudara kandung, dst
9) Informed Consent tidak berlaku pada 5 keadaan :
a) Keadaan darurat medis
b) Ancaman terhadap kesehatan masyarakat
c) Pelepasan hak memberikan consent (waiver)
d) Clinical privilege (penggunaan clinical privilege hanya
dapat dilakukan pada pasien yang melepaskan haknya
memberikan consent.
e) Pasien yang tidak kompeten dalam memberikan consent.
10
sebelumnya diberi penjelasan dan informasi terkait saat
melakukan kunjungan di Poli Anestesi.
e) Persiapan pre operasi secara umum minimal meliputi :
5) Premedikasi
a) Premedikasi adalah pemberian obat 1-2 jam sebelum
tindakan induksi anestesi
b) Tujuan premedikasi adalah meredakan kecemasan dan
ketakutan, memperlancar induksi anestesia, mengurangi
sekresi kelenjar ludah dan bronkus, meminimalkan jumlah
obat anestetik (obat anestetik adalah obat yang berefek
menghilangkan sensasi -- seperti rasa raba -- dan
kesadaran), mengurangi mual muntah pasca-bedah,
menciptakan amnesia, mengurangi isi cairan lambung,
mengurangi refleks yang membahayakan.
c) Kebutuhan premedikasi bagi masing-masing pasien dapat
berbeda.
d) Pemberian obat sedatif atau penenang memberikan
penurunan aktivitas mental dan berkurangnya reaksi
11
terhadap rangsang sehingga memerlukan observasi ketat
terhadap fungsi vital.
Pemberian obat premedikasi bisa diberikan secara oral
(mulut), rectal maupun intravena (melalui vena).
Pemberian premedikasi mempertimbangkan kondisi
klinis pasien seperti usia, suhu tubuh, emosi, nyeri dan
jenis penyakit yang sedang dialami pasien.
Obat-obat yang sering digunakan dalam premedikasi
adalah obat antikolinergik, obat sedatif (penenang) dan
obat analgetik narkotik (penghilang nyeri).
6) Persiapan alat dan obat-obatan meliputi persiapan obat-obat
anestesia, obat pendukung anestesia dan obat resusiatasi.
7) Persiapan alat meliputi
a) mesin anestesi
b) set intubasi termasuk bag and mask (ambubag)
c) alat pemantau tanda vital
d) alat/bahan untuk antisepsis (kalau menggunakan anestesi
regional)
e) alat-alat penunjang :
alat pengisap (suction)
sandaran infus
sandaran tangan
bantal
tali pengikat tangan
anesthesia pin screen / boug
dll
8) Persiapan Obat-obatan meliputi :
9) Obat-obatan meliputi :
- obat anestesi :
obat premedikasi
obat induksi
obat anestesi volatil / abar
- obat resusitasi
12
- obat penunjang anestesi :
pelumpuh otot
hemostatika
13
c. Evaluasi ulang diperlukan pada kondisi operasi atau prosedur
diagnostik poliklinik atau one day care untuk mengetahui
persiapan operasi yang dilakukan dirumah oleh pasien dan
keluarga pasien sendiri.
d. Re-evaluasi ini juga penting untuk memastikan kondisi pasien
setelah menjalani optimalisasi selama fase pre operasi dan
memastikan tidak ada penyulit tambahan yang dapat terjadi
selama fase optimalisasi tersebut, terutama pada kasus
emergensi atau pasien ICU / ROI
6) Tindakan anestesi secara umum terdiri dari anestesi umum dan
anestesi regional.
7) Anestesi umum adalah kondisi atau prosedur ketika pasien
menerima obat untuk amnesia, analgesia, melumpuhkan otot, dan
sedasi.
8) Anestesi umum dapat menggunakan obat intravena (injeksi) atau
inhalasi.
9) Anestesi regional adalah anestesi lokal dengan menyuntikan obat
anestesi disekitar syaraf sehingga area yang di syarafi teranestesi.
10) Anestesi regional dibagi menjadi epidural, spinal dan blok saraf
tepi.
11) Spinal anestesi adalah suntikan obat anestesi kedalam ruang
subarahnoid.
12) Anestesi Epidural adalah penyuntikan obat lokal anestesi kedalam
ekstradural.
13) Blok saraf tepi dilakukan penyuntikan di saraf yang memberikan
persarafan didaerah yang akan dioperasi.
14) Anestesi umum dan regional serta prosedur pembedahan dapat
menyebabkan kondisi vital pasien menjadi tidak stabil sehingga
perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi secara kontinual
terhadap oksigenasi, ventilasi, sirkulasi, suhu dan perfusi jaringan
15) Semua kegiatan yang dilakukan selama tindakan anestesi harus di
dokumentasikan pada catatan rekam medis anestesi.
14
E. Pelayanan Pasca Operasi
1) Pelayanan pasca operasi meliputi pelayanan anestesi setelah
dilakukan operasi dalam ranah emergency maupun elektif dengan
mengedepankan prinsip patient safety.
2) Tujuan pelayanan pasca operasi adalah agar pasien terbebas dari
efek obat anestesi, stabilisasi hingga fungsi-fungsi metabolisme
tubuh kembali normal hingga penanganan nyeri pasca operasi.
3) Jenis peralatan yang ada diantaranya adalah alat bantu pernafasan
: oksigen, laringoskop, set trakheostomi, peralatan bronkhial,
kateter nasal, ventilator mekanik dan peralatan suction.
4) Ruang pulih sadar harus terdapat alat yang digunakan untuk
memantau status hemodinamika dan alat-alat untuk mengatasi
permasalahan hemodinamika, seperti : apparatus tekanan darah,
peralatan parenteral, plasma ekspander, set intravena, set
pembuka jahitan, defibrilator, kateter vena, torniquet.
5) Kriteria penilaian yang digunakan untuk menentukan kesiapan
pasien untuk dikeluarkan dari PACU adalah :
Nyeri minimal
Komponen
Nilai
15
Pernapasan
Dyspnea/penapasan dangkal 1
Apnea 0
Saturasi O2
Tingkat kesadaran
Sadar baik 2
Sirkulasi
Aktivitas
16
1) Pelayanan anestesi diluar kamar operasi meliputi pelayanan pembiusan
diluar kamar operasi dengan pemberian sedasi dalam berbagai tingkatan,
analgetik dan muscle relaxant sesuai dengan indikasi dan kondisi pasien
yang bertujuan agar prosedur diagnostik maupun prosedur tindakan lain
yang dimaksudkan dapat berjalan dengan baik dan pasien tetap dalam
keadaan aman.
2) Evaluasi prabedah harus dilakukan dengan baik pada setiap pasien yang
direncanakan untuk dilakukan prosedur diluar kamar operasi.
3) Alat-alat yang tersedia di ruang radiologi atau ruangan lainnya idelanya
harus seperti di kamar bedah.
4) Alat-alat yang dimaksud meliputi : monitor EKG, pulse oksimetri, tekanan
darah yang harus kompatibel dengan alat MRI, gas oksigen, alat
pengisap (suction apparatus), alat untuk membebaskan jalan nafas, alat
resusitasi, serta obat-obatan anestesi dan emergensi.
17
intubasi, penggunaan bantuan ventilasi mekanik maupun tindakan
lainnya.
2) Pelayanan ini juga meliputi pelayanan gawat darurat dan bantuan
pemeriksaan diagnostik.
18
bertujuan
atau bertujuan
(terhadap terhadap
sedikit terhadap dibangunkan
rangsangan) verbal/
berubah taktil/nyeri
taktil
Normal
Tidak Intervensi
atau Diperlukan
Jalan Napas perlu bila
sedikit Intervensi
intervensi diperlukan
berubah
Normal
Ventilasi atau Mungkin
Adekuat Inadekuat
Spontan sedikit adekuat
berubah
G. TATA LAKSANA
Tata laksana pada berbagai pelayanan anestesi ,
2. Pelayanan Resusitasi
19
b. Dokter spesialis anestesiologi atau dokter lain yang memiliki
kompetensi memainkan peranan penting sebagai tim resusitasi dan
dalam melatih dokter, perawat serta paramedis.
c. Standar Internasional serta pedoman praktis untuk resusitasi
jantung paru mengikuti European Resuscitation Council dan/atau
American Heart Association (AHA).
d. Semua upaya resusitasi harus dimasukkan ke dalam audit yang
berkelanjutan.
4. Penatalaksanaan Nyeri
21
Tugas dan wewenang tim manajemen nyeri :
22
Pasien dengan nyeri akut postoperasi
Apakah pasien tidak stabil secara medis atau pembedahan? Lanjutkan ke tindakan yang sesuai
Y
untuk menstabilkan kondisi pasien
Nyeri signifikan konsisten dengan trauma pembedahan? Jalankan terapi penanganan nyeri :
Y Mulai berikan analgesia postoperasi tambahan
Berikan edukasi spesifik kepada pasien dan keluarga terkait dengan
intervensi penanganan nyeri yang diberikan
T
Apakah intervensi adekuat dan mengurangi rasa nyeri?
Y
T
Ganti obat, interval, dosis, cara pemberian
atau kombinasi Evaluasi ulang secara
Berikan adjuvan atau atasi efek samping periodik
Tidak nyeri atau nyeri tidak memerlukan intervensi
24
Melakukan pemeriksaan fisik secara teliti ( B1-B6 ) dan bila
perlu ditambah pemeriksaan penunjang yang mendukung
melakukan assesment PS ASA penderita
Penjelasana dan Inform consent pasien dan keluarga pasien
(pembiusan, prosedur pembiusan, resiko, komplikasi, alternatif
tindakan)
Menulis pesanan pre op di status rekam medis
Mengoperkan pesanan pre op pada perawat yang bertugas
Dokter /PPDS Anestesiologi yang bertanggung jawab membuat
rencana kerja
Melaporkan dan diskusi mengenai kondisi penderita dan
rencana pembiusan kepada chif GBPT dan Chif lantai yang
bertugas
Melaporkan dan diskusi mengenai kondisi penderita dan
rencana pembiusan kepada konsultan GBPT yang bertugas
pada minggu tersebut dan konsultan bidang minat
Apabila dari hasil diskusi dengan konsultan, pasien tersebut
diperlukan optimalisasi kondisi terlebih dahulu maka harus
segera dilaporkan kepada chief resident anestesi GBPT untuk
didiskusikan kepada chief TS sejawat yang bersangkutan
PPDS yang melakukan pre operatif visite wajib mengikuti
proses optimalisasi terhadap pasien tersebut dan
melaporkannya kepada konsultan GBPT dan bidang minat
25
3. Harus ada formulir khusus dari rumah sakit tentang Informed
Consent yang disediakan oleh Sub Bag.Perlengkapan
4. Setiap pasien harus selalu memiliki lembar Informed Consent
yang sudah terisi lengkap diserta dengan tandatangan dokter
serta tandatangan pasien & keluarganya sebagai tandatangan
persetujuan
5. Petugas harus memberikan penjelasan dengan sopan, senyum
serta manusiawi terhadap penderita
6. Bahasa yang digunakan harus dimengerti oleh pasien dan
keluarga
7. Kelengkapan formulir Informed Concent harus sudah dibuat
sebelum pasien dikirim ke kamar operasi, bisa di ruangan /
poliklinik
8. Kemudian diberikan premedikasi lebih awal oleh petugas yang
berkompeten (bagian Anesthesi), 1 (satu) jam sebelum
pembedahan
h) Persiapan pasien pre operasi di ruang perawatan meliputi
a. Pengosongan lambung : dengan cara puasa, memasang NGT.
26
c. Cek ulang data pasien dengan melihat rekam medik; informed
consent, label, form persiapan darah, & DMK V anestesi
d. Baringkan pasien pada posisi yang dirasa nyaman oleh pasien
e. Pasang monitoring yang ada, tensi, suhu, dan EKG
f. Pasang infus. (lihat panduan pasang infus)
g. Siapkan obat premedikasi dan berikan (lihat panduan
menyiapkan obat dan cara pemberian obat)
h. Pantau ketat fungsi vital
i. Semua dicatat di rekam medik
27
d. Pemindahan pasien ke ruang pulih harus didampingi oleh PPDS /
dokter spesialis anestesiologi atau anggota tim pengelola anestesi.
Selama pemindahan, pasien harus dipantau/dinilai secara kontinual
dan diberikan bantuan sesuai dengan kondisi pasien.
e. Setelah tiba di ruang pulih dilakukan serah terima pasien kepada
perawat ruang pulih dan disertai laporan kondisi pasien.
g. Kondisi pasien di ruang pulih harus dinilai secara kontinual dan bila
perlu melakukan tindakan tertentu yang dibutuhkan oleh pasien
(Contoh: usaha membebaskan jalan nafas, memberikan oksigen,
memberikan selimut hangat)
28
a. Pasien terlebih dahulu dikonsulkan di Poli Anestesi pada hari kerja
b. Pasien dengan status fisik ASA 1 dan 2 yang terkendali sesuai
penilaian dokter spesialis anestesiologi sebelum hari H dan
dievaluasi ulang pada Hari H
c. Pelayanan di radiologi meliputi MRI, CT Scan, Brachy terapi,
Endoskopi dan Bayi tabung.
d. Pemantauan fungsi vital selama tindakan anestesi atau sedasi di
Radiologi sesuai standar pemantauan anestesi dan sedasi.
e. Pemantauan di luar tindakan pembedahan atau di luar kamar
bedah dapat dilakukan oleh dokter PPDS I/II atau perawat anestesi
yang mendapat supervisi dokter spesialis anestesiologi
I. DOKUMENTASI
1. Dokumentasi terkait pelayanan anestesi
30
Contoh Rekam Medis Pre op Anestesi
2. informed consent
31
3. Persiapan pre operasi
32
Pada pelayanan intra operasi, semua tindakan anestesi dan evaluasi
kondisi pasien selama tindakan anestesi di catat didalam rekam medis
lembar obesevasi anestesi.
33
34
Semua tindakan pelayanan pasca anestesi dan evaluasi kondisi pasien
selama diruang pulih sadar di catat didalam rekam medis lembar
anestesi. Dokumentasi juga harus mencangkup evaluasi nyeri pasca
operasi dan evaluasi krteria keluar dari ruang pulih sadar. Pesanan pasca
35
operasi dan catatan khusus yang perlu diperhatikan diruangan juga harus
didokumentasikan dan diserahterimakan.
36
REFERENSI
37