Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENYEBAB DAN DAMPAK KEMISKINAN

DISUSUN

H:

RINA VERONICA BR SIMARMATA (7202341001)

DINDA KHAIRUL APRILADINI (7203341011)

SANTI FITRIANI MUNTHE (7203341017

DOSEN PENGAMPU :

MATA KULIAH : EKONOMI KEMISKINAN

PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita rahmat kesehatan
dan kesempatan, sehingga bisa menyusun atau menyelesaikan penyusunan Makalah.

Penyusun menyadari bahwa isi makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, mengingat waktu dan
kemampuan yang penyusun miliki. Karena itu kepada para pembaca, penyusun harapkan kritik
dan sarannya demi sempurnanya makalah ini dimasa yang akan datang. Untuk itu penyusun
ucapkan terimakasih.

Semoga amal baik yang telah diberikan kepada penyusun, mendapat imbalan dari Allah swt. Dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi peyusun dan umumnya bagi para
pembaca. Jika ternyata ada yang benar dalam makalah ini maka itu semata-mata karuniadari
Allah, dan jika ada kesalahan maka itu tidak lain dari diri penyusun sendiri. Penyusun berharap
kepada para pembaca agar bersedia memberikan masukan atas apa yang dibacanya.

Penyusun

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................3

A. Penyebab Kemiskinan....................................................................................................3
B. Pertumbuhan Ekonomi Dan Kemiskinan.....................................................................4
C. Pertumbuhan Ekonomi Dan Kesejahtraan..................................................................6
D. Elastisitas Kemiskinan, Ketimpangan Serta Pertumbuhan Yang Pro-Poor.............6
...........................................................................................................................................
E. Pertumbuhan Ekonomi Dan Kemiskinan Di Indonesia..............................................7

BAB III PENUTUP.....................................................................................................................9

A. Kesimpulan......................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kemiskinan merupakan masalah utama yang ingin dituntaskan oleh berbagai negara di
seluruh dunia.Negara Indonesia yang merupakan negara berkembang berusaha untuk
menurunkan kemiskinan.Oleh karena itu, upaya penanggulangan kemiskinan harus
dilakukansecara komprehensif, meliputi berbagai aspek kehidupan masyarakat dan
dilaksanakan secaraterpadu. Pengentasan kemiskinan akan menjadi salah satu indikator
penting dari keberhasilanpembangunan.
Kemiskinan juga membuat jutaan anak- anak bangsa tidak bisa melanjutkan pendidikan
yang berkualitas, kurangnya kesempatan menatap dan berinvestasi, kesulitan membiayai
kehidupan sehari -hari, kesulitan dalam membiayai kesehatan, kurangnya lapangan
pekerjaan,ketidakmampuan dalam membeli pangan dan sandang, dan kurangnya akses
layanan publik.Kemiskinan juga menyebabkan masyarakat mengorbankan apa saja demi
sebuah kebutuhanhidup sehingga masyarakat rela dibayar tidak sepadan demi
mendapatkan pendapatan untukkebutuhan hidup. Pemerintah Indonesia menyadari bahwa
pembangunan nasional adalah salahsatu upaya untuk mewujudkanmasyarakat adil dan
makmur. Sejalan dengan tujuan tersebut,berbagai kegiatan pembangunan telah diarahkan
kepada pembangunan daerah khususnya daerahyang relatif miskin terus dari tahun ke
tahun. Pembangunan daerah dilakukan secara terpadudan berkesinambungan sesuai
prioritas dan kebutuhan masing masing daerah dengan dasar dansasaran pembangunan
nasional yang telah ditetapkan melalui pembangunan jangka panjang dan
jangka pendek.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Penyebab Kemiskinan
2. Pertumbuhan Ekonomi Dan Kemiskinan
3. Pertumbuhan Ekonomi Dan Kesejahtraan
4. Elastisitas Kemiskinan, Ketimpangan Serta Pertumbuhan Yang Pro-Poor
5. Pertumbuhan Ekonomi Dan Kemiskinan Di Indonesia
C. TUJUAN
Menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Ekonomi Kemiskinan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENYEBAB KEMISKINAN
Seperti diutarakan pada beberapa bagian terdahulu, bahwa kemiskin merupakan suatu
kajian yang menarik minat banyak orang. Oleh karena pengertian, definisi, penyebab,
dampak, metode pengukuran dan can mengatasinyapun berbeda-beda sesuai dengan
pendapat dan sudu pandangnya. Spicker (2002), berpendapat bahwa penyebab kemiskina
dapat dibagi dalam empat mazhab, yaitu:
1. Individual explanation, mazhab ini berpendapat bahwa kemiskinan cenderung
diakibatkan oleh karakteristik orang miskin itu sendin Karakteristik yang dimaksud
seperti malas dan kurang sungguh- sungguh dalam segala hal, termasuk dalam
bekerja. Mereka juga sering salah dalam memilih, termasuk memilih pekerjaan,
memilih jalan hidup, memilih tempat tinggal, memilih sekolah, dan lainnya.
2. Familial explanation, mazhab ini berpendapat bahwa kemiskinan 1 disebabkan oleh
faktor keturunan. Tingkat pendidikan orang tua yang rendah telah membawa dia ke
dalam kemiskinan. Akibatnya ia juga tidak mampu memberikan pendidikan yang
layak kepada anaknya sehingga anaknya juga akan jatuh pada kemiskinan, Demikian
secara terus menerus dan turun temurun.
3. Subcultural explanation, menurut mazhab ini bahwa kemiskinan dapat disebabkan
oleh kultur, kebiasaan, adat-istiadat, atau akibat karakteristik perilaku lingkungan.
Misalnya, kebiasaan yang bekerja adalah kaum perempuan, kebiasaan yang enggan
untuk bekerja keras dan menerima apa adanya, keyakinan bahwa mengabdi kepada
para raja atau orang terhormat meski tidak diberi bayaran dan lainnya yang berakibat
pada kemiskinan. Terkadang orang seperti ini justru tidak merasa miskin karena
sudah terbiasa dan memang kulturnya yang membuat demikian.
4. Structural explanations, mazhab ini menganggap bahwa kemiskinan timbul akibat
dari ketidakseimbangan, perbedaan status yang dibuat oleh adat istiadat, kebijakan,
dan aturan lain menimbulkan perbedaan hak untuk bekerja, sekolah dan lainnya
hingga menimbulkan kemiskinan di antara mereka yang statusnya rendah dan haknya
terbatas.
Isdjoyo (2010), membedakan penyebab kemiskinan di desa dan di kota Kemiskinan di
desa terutama disebabkan oleh faktor-faktor antara lain :

1. Ketidakberdayaan. Kondisi ini muncul karena kurangnya lapangan kerja,rendahnya


harga produk yang dihasilkan mereka, dan tingginya biayapendidikan.
2. Keterkucilan, rendahnya tingkat pendidikan, kurangnya keahlian, sulitnya
transportasi, serta ketiadaan akses terhadap kredit menyebabkan mereka terkucil dan
menjadi miskin.
3. Kemiskinan materi, kondisi ini diakibatkan kurangnya modal, dan minimnya lahan
pertanian yang dimiliki menyebabkan penghasilan mereka relatif rendah.
4. Kerentanan, sulitnya mendapatkan pekerjaan, pekerjaan musiman, dan bencana alam,
membuat mereka menjadi rentan dan miskin.
5. Sikap, sikap yang menerima apa adanya dan kurang termotivasi untuk bekerja keras
membuat mereka menjadi miskin.

Kemiskinan di kota pada dasarnya disebabkan oleh faktor-faktor yang sama dengan di
desa, yang berbeda adalah penyebab dari faktor-faktor tersebut misalnya faktor
ketidakberdayaan di kota cenderung disebabkan oleh kurangnya lapangan kerja, dan
tingginya biaya hidup.

B. PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KEMISKINAN


Benarkah pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan positif dengan pengurangan angka
kemiskinan? Pertanyaan ini telah mengalami pengujian yang panjang, Hasil dari berbagai
penelitian menemukan bahwa pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan pendapatan per
kapita dan akhirnya mengarah pada penurunan angka kemiskinan (Dollar and Kraay,
2001; Field, 1989).
Penelitian kebijakan menunjukkan bahwa laju pengurangan kemiskinan sangat
bergantung pada tingkat pertumbuhan pendapatan rata-rata, kondisi awal dari
ketimpangan, dan tingkat perubahan dari ketimpangan tersebut (Klassen, 2005)
Pengurangan kemiskinan akan semakin cepat terjadi di negara-negara dengan tingkat
pertumbuhan pendapatan rata-rata yang lebih tinggi (Dollar and Kra 2002), dan tingkat
kesenjangan yang rendah.
Pandangan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat mengurangi kemiskinan awalnya didasari
pada teori trikle down effect yang menyebutkan adanya bagian yang menetes ke bawah
dari kelompok kaya ke kelompok miskin. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan
meningkatkan kapasitas perekonomian, menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan
pendapatan per kapita (berarti mengurang kemiskinan), menaikkan permintaan dan
penawaran, dan seterusnya berputar mengikuti mekanisme perekonomian. Berdasarkan
konsep ini, tujuan pembangunan di era tahun 1950-an dan 1960-an adalah menciptakan
pertumbuhan yang tinggi. Konsep ini juga dianut oleh Indonesia di era pemerintahan
Presiden Suharto.
Menggunakan model CGE, studi yang dilakukan Fare dan War (20) mengkaji bagaimana
pertumbuhan ekonomi dapat mengurangi kemiskinan di Indonesia. Studi ini
menyimpulkan bahwa jika semakin besar pertumbuhan yang dapat meningkatkan return
terhadap faktor yang merupakan sumber pendapatan bagi kaum miskin, maka semakin
besar pula kemungkinan untuk menurunkan kemiskinan dan ketimpangan pendapatan.
Perbedaan sumber pertumbuhan akan mempengaruhi kemiskinan dan distribusi
pendapatan secara berbeda, sebab mereka akan mempengaruhi pendapatan faktor secara
berbeda dan karena yang miskin dan yang tidak miskin juga memiliki proporsi yang
berbeda.
Simatupang dan Dermoredjo (2003) dalam studinya menemukan bahwa (1) dampak
produk domestik bruto (PDB) terhadap insiden kemiskinan bervariasi menurut sektor; (2)
PDB sektor pertanian memiliki dampak lebih besar terhadap kemiskinan di pedesaan,
sedangkan kemiskinan di perkotaan dominan dipengaruhi oleh PDB sektor industri; (3)
PDB sektor lain (nonpertanian dan industri) juga berpengaruh terhadap kemiskinan di
pedesaan; (4) insiders kemiskinan juga dipengaruhi oleh harga beras; (5) strategi
pembangunan yang menitikberatkan pada pembangunan di sektor pertanian (agricultural
sector led- development) khususnya sektor tanaman pangan akan lebih efektif untuk
pengentasan kemiskinan.
disimpulkan bahwa pembangunan industri yang berorientasi pada komoditas pertanian
lebih tinggi dan signifikan pengaruhnya terhadap kenaikan GDP riil Indonesia
dibandingkan dengan pembangunan industri yang berorientasi pada pengolahan makanan
dan industri ringan. Dani aspek distribusi pendapatan, pengaruh kenaikan GDP lebih
besar dampaknya terhadap perubahan pendapatan kelompok rumahtangga yang
berpendapatan rendah, baik di sektor pertanian maupun di sektor non pertanian.

C. PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KESEJAHTRAAN


Komlos dan Salomon (2005) menjelaskan implikasi dari pertumbuhan ekonomi terhadap
kesejahteraan, menggunakan fungsi utilitas yang saling berhubungan dengan eksternalitas
negatif dalam konsumsi yaitu "kecemburuan". Dalam teori ekonomi konvensional, fungsi
utilitas dari para pelaku ekonomi umumnya diasumsikan bebas dari konsumsi orang lain,
artinya tingkat utilitas atau kepuasan seseorang dalam mengkonsumsi suatu barang dan
jasa tidak bergantung pada tingkat kepuasan orang lain. Oleh karena itu semakin banyak
konsumsi biasanya mengarah kepada tingkat kebahagiaan yang semakin tinggi pula.
Sekarang, kita asumsikan bahwa individu tidak berfikir dan bertindak dengan cara yang
sama dengan individu lain, baik dalam satu kelompok maupun tidak. Kemudian, standar
kekayaan ditentukan dari perbandingan dengan orang lain, seperti kerabat, teman,
tetangga, dan lainnya. Bila terjadi kenaikan konsumsi yang menyebabkan perbedaan
relatif di antara mereka menjadi mengecil bahkan hilang, maka terkadang seseorang atau
orang kaya tidak lagi menjadi senang. Inilah yang dimaksud dengan eksternalitas.
Negatif dari konsumsi. Artinya ketika seseorang merasa puas, orang lan justru dapat
saja menjadi cemburu dan ini. Utilitas juga memik eksternalitas yang positif, misalnya
ketika seorang ayah melihat anakny merasa puas dan senang, maka ia juga turut merasa
puas dan senang.
Komlos dan Salomon (2005), dalam kajiannya mengasumsikan bah andaikan masyarakat
terdiri dari dua individu, yaitu A dan Menggunakan fungsi Cobb-Douglas, andaikan
fungsi utilitas ked individu saling tergantung (interdependent) satu sama lain dalin
mengkonsumsi barang X, sehingga fungsi utilitas kedua individu dituliskan seperti pada
persamaan.
D. ELASTISITAS KEMISKINAN, KETIMPANGAN SERTA PERTUMBUHAN
YANG PRO-POOR
Tanggapan kemiskinan terhadap perubahan pertumbuhan ekonomi, sering disebut dengan
elastisitas kemiskinan. Elastisitas ini memperkirakan perserie perubahan kemiskinan
yang disebabkan perubahan sebesar satu persen dalan pendapatan per kapita.
Squire (1993), dalam kajiannya menemukan bahwa kenaikan pertumbuha ekonomi
sebesar 10 persen dapat mengurangi kemiskinan sebesar 24 persen Penelitian yang sama
dilakukan oleh Bruno et al (1998), dengan sampe sebanyak 20 negara, menggunakan data
tahun 1984-1993. Mereka menemukan bahwa peningkatan 10 persen pertumbuhan
ekonomi dapat dikaitkan dengan penurunan tingkat kemiskinan sebesar 21,2 persen.
Ravallion dan Chen (1997) melakukan penelitian menggunakan regresi data lintas negara
dari 62 negan berkembang. Mereka menemukan bahwa rata-rata kenaikan 1 persen dalam
pendapatan per kapita menyebabkan turunnya 3,1 persen penduduk miski (yang hidup di
bawah $1 per hari).
Tentu saja hasil tersebut tidak sama untuk setiap negara dan setiap saat, karen sangat
bergantung pada berbagai hal, seperti kondisi awal pembangunan ekonomi dan
ketimpangan suatu negara (Klassen, 2005).
Tumbuhan ekonomi yang cepat, dapat menyebabkan penurunan kemiskinan yang lebih
lambat atau bahkan menambah angka kemiskinan. Hal ini sangat gantung pada seberapa
besar dampak pertumbuhan terhadap pembentukan ketimpangan. Bila pertumbuhan yang
terjadi diiringi dengan meningkatnya pangan, maka kemiskinan akan bertambah, dan
sebaliknya.
Suatu pertumbuhan dikatakan pro-poor bila pertumbuhan tersebut dapat gurangi
ketimpangan yang ada. Ini berarti bahwa, manfaat pertumbuhan sebut dapat dinikmati
lebih proporsional oleh masyarakat miskin dari pada yang tidak miskin. Bila yang terjadi
adalah pertumbuhan yang pro-poor, maka pengurangan kemiskinan akan dapat dilakukan
lebih cepat.

E. PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KEMISKINAN DI INDONESIA


Pembangunan ekonomi dalam tatanan kebijakan pada umumnya diartikan sebagai
pencapaian pertumbuhan yang tinggi dan pemerata Pertumbuhan ekonomi saja
kemungkinan hanya akan menguntung sebagian kecil masyarakat dan meninggalkan
sebagian besar masyarakat miskin. Sedangkan mengutamakan pemerataan saja tanpa
pertumbuh ekonomi yang tinggi, tidak akan dapat meningkatkan kesejahteraan atau
hanya berputar pada pemerataan kemiskinan. Oleh kerana itu kebijak ekonomi suatu
negara harus disusun untuk lebih pro-growth (mem pertumbuhan ekonomi), pro-job
(memperluas lapangan kerja) dan prepr (mengurangkan kemiskinan) (Maipita et al.
2010).
Jika dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi, kondisi perkembang perekonomian Indonesia
sejak Pembangunan Lima Tahun I (Pelita 1) hing Pelita IV sangat mengagumkan,
sehingga Indonesia disebut satu di antara “Asian Miracle” stabilitas ekonomi makro yang
terjamin pada masa tersebut telah mencungkil pertumbuhan ekonomi yang signifikan
yang juga di ikuti oleh pertumbuhan pendapatan perkapita dari US $ 56.68 tahun 1968
menjadi lebih dari US $ 1,000 pada tahun 1997. Tetapi akibat krisis moneter pendapatan
perkapita turun menjadi US $ 640 tahun 1998 dan US $ 580 pada tahun 1999.
Perkembangan struktur ekonomi Indonesia selama tiga dekade sebelum krisis tahun 1997
tersebut didorong oleh beberapa kebijakan pokok yang ditempuh pemerintah dalam
mempercepat pertumbuhan ekonomi seperti: reformasi stabilitas, reformasi perpajakan,
reformasi perdagangan, reformasi tersebut telah menghasilkan pertumbuhan GDP (Gross
Domestic Product) modal luar negeri, dan reformasi sektor keuangan. Pelaksanaan
reformasi yang signifikan hingga masa krisis ekonomi tahun 1997.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kemiskinan merupakan persoalan yang kompleks. Kemiskinan tidak hanya berkaitan
dengan masalah rendahnya tingkat pendapatan dan konsumsi, tetapi berkaitan juga
dengan rendahnya tingkat pendidikan, kesehatan, ketidak berdayaannya untuk
berpartisipasi dalam pembangunan serta berbagai masalah yang berkenaan dengan
pembangunan manusia. Dimensi kemiskinan tersebut termanifestasikan dalam bentuk
kekurangan gizi, air, perumahan yang sehat, perawatan kesehatan yang kurang baik, dan
tingkat pendidikan yang rendah.
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/51556/3/BAB%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai