Sebelum ditangani oleh Pep Guardiola, FC Bayern dilatih oleh Jupp Heynckes yang merupakan pelatih
pertama yang mampu membawa klub kebanggaan masyarakat Bavaria tersebut meraih tiga trofi
sekaligus, yang diraih dalam gelaran musim 2012-2013, Bundesliga Jerman; DFB Pokal; Liga Champions
Eropa. Banyak orang yang menganggap bahwa tugas Pep relatif lebih mudah karena ketika dirinya
bergabung, yang disodorkan padanya adalah skuad pemain yang baru saja membawa FC Bayern merajai
kompetisi sepak bola di benua biru. Lain anggapan tersebut, lain pula anggapan Pep. Dirinya sadar betul
pekerjaan di Bayern ini tidak akan mudah, mengingat tekanan ada pada dirinya untuk paling tidak
membawa Bayern menyamai pencapaian yang telah diraih bersama Heynckes. Untuk dapat menyamai
torehan Heynckes, atau bahkan melebihinya, Pep haruslah mampu memotivasi para pemainnya untuk
terus merasa lapar, dan hal tersebut jelaslah tidak mudah. Sederhananya, para pemain mungkin berpikir
bahwa mereka telah meraih semuanya, mereka telah dicap sukses terlepas dari apa yang mungkin kelak
terjadi di masa depan. Tantangan seperti inilah yang tidak ditemui Pep ketika menangani Barcelona. Kala
itu Pep mewarisi tim yang sangat rapuh, tim yang baru saja melalui musim dengan performa amat
buruk. Pep kemudian melakukan perubahan besar-besaran dari segi personel timnya, sesuatu yang tidak
dapat dilakukannya di Bayern.
Pep dikenal khalayak sebagai sosok pelatih yang mengedepankan penguasaan bola dalam permainan.
Gaya permainan tiki-taka tak dapat dilepaskan dari sosok Pep. Pemahaman publik mengenai filosofi tiki-
taka inilah yang kerap ditafsirkan secara keliru oleh publik dan bahkan pemainnya sendiri. “sejujurnya
aku benci dengan istilah tiki-taka yang dilabelkan pada tim yang kutangani. Anda harus tahu, bahwa tiki-
taka yang mereka maksud hanya berupa system permainan di mana para pemain hanya mengumpan
dan mengumpan tanpa mempunyai motif dibalik apa yang mereka lakukan tersebut. Dan itu semua
sampah! Yang kumau adalah melalui mengumpan ke satu sisi permainan, dan membuat pertahanan
musuh bergeser ke sisi tersebut, sehingga menimbulkan ruang kosong, dan PAM!! Kami akan masuk
menyerang melalui celah kosong tersebut. Pada dasarnya seperti itulah yang aku inginkan.”
Selain lekat dengan tiki-taka, orang juga terlanjur melabeli Pep sebagai pelatih yang amat ofensif, dan
tak jarang Pep dilabeli sebagai pelatih yang tidak terlalu memusingkan dalam mengatur pertahanan.