Anda di halaman 1dari 10

MANUSIA SUCI BU ENG HU

By BBS

“Akhirnya kita bisa menemukan makanan yang enak!” kata Lie Yang
girang.
“Mana?” tanya Kwat Lin tidak mengerti.
“Itu! Telur burung-burung itu dapat kita makan, juga air liurnya dapat
kita jadikan sup sarang walet yang dapat menguatkan daya tubuh!” kata Lie
Yang menjelaskan. Kwat Lin menjadi girang juga. Tiba-tiba perutnya
terdengar berkeruyuk.
“Kamu di sini mengambil telur-telur burung itu yang sepertinya baru
mulai musim bertelur, sedangkan aku akan memeriksa lorong ke dua!” kata
Lie Yang dan meninggalkan Kwat Lin yang tampak sedang mencari akal
bagaimana dapat mengambil telur-telur di sarang walet yang jauh dari
jangkauannya.
Di lorong ke dua, tempatnya tida jauh berbeda dengan lorong pertama,
namun di sini terdapat aliran air yang turun dari atas puncak gunung. Aliran
air yang turun melalui celah-celah dinding gua cukup deras sehingga
sampai menggenangi di dadar gua. Lorong ke dua ini bisa dikatakan
sebagai tempat mandi. Di tempat ini banyak ditemui jamur-jamur yang bisa
dimakan. Di beberapa celah dinding gua ini juga dapat ditemui sarang
walet, bahkan lebih banyak dari gua ke dua. Mungkin karena gua ini lebih
gelap dan ada airnya sehingga banyak burung walet lebih senang membuat
sarang di tempat ini.
Setelah puas memeriksa dua gua, ia mencoba memeriksa dua kamar
yang ada di dalam ruangan besar. Satu kamar kosong, tidak ada barang
sedikitpun hanya kursi dari batu dan tempat tidur. Sebaliknya di kamar ke
dua, banyak sekali ditemukan barang-barang, termasuk beberapa setail baju
dari kain kasar yang masih baik. Ada beberapa buku di atas meja di tengah,
sebentar kemudian Lie Yang sudah membuka-buka beberapa lembar dari
lima buku itu. Ternyata buku itu ada buku ilmu silat yang sengaja
ditinggalkan oleh Uh Hou-hoat kepada mereka. Lie Yang hanya sebentar
saja membuka buku-buku itu dan meninggalkannya, karena matanya
melihat tulisan di tembok.

Bie Hun Tok ( 3 ) Pelataran-68


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

Hiduplah di tempat ini dengan tenang sambil


mempelajari lima buku ilmu silat yang kutinggalkan.
Racun Bie Hun Tok (Racun Pemabuk Sukma) milik Bi-
sianli sangat berbeda dengan racun yang lainnya.
Walaupun sudah berhasil mengobati dengan
berhubungan suami-istri, namun racun itu masih belum
bisa ditawarkan secara bersih. Masih ada sisa racun yang
mengerang di tubuh kalian, aku berharap kalian bisa
mengobati sendiri dengan pelan-pelan dengan
KETENANGAN dan OLAH RAGA melalui bersilat.
Di tempat ini makanan bisa tercukupi untuk kalian dan
jangan terlalu mengkhawatirkan keluargamu, karena
kami berdua akan melindunginya.
Salam, Uh Hou-hoat dan Hong Hou-hoat.

Next Chapter: Bie Hun Tok ( 4 )

BIE HUN TOK ( 4 )


Lie Yang menghela nafas panjang. Entah berapa lama ia akan berdiam
diri di tempat ini. Apakah hanya karena mendapatkan racun saja, sehingga
mereka harus berdiam di tempat sepi seperti ini. Begitulah ia berpikir
dnabertanya-tanya pada dirinya sendiri. Termasuk siapa sebenarnya Uh
Hou-hoat dan Hong Hou-hoat yang telah membantunya. Siapa sebenarnya
istrinya, ia sendiri tidak begitu mengerti hakikatnya, namun rasa cinta dan
kasih sayang tidak mengenal usia, waktu, setatus dan lain-lainnya. Cinta
hanya mengenal apa artinya sebuah PENGORBANAN, TANGGUNG JAWAB,
dan SALING MENGHORMATI. Setidaknya itulah yang sedikit dimengerti oleh
Lie Yang untuk saat ini.
“Apa yang sedang engkau pikirkan, Yang-twako?” di pintu sudah berdiri
Kwat Lin dengan sorot mata tajam.

Bie Hun Tok ( 4 ) Pelataran-69


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

“Tidak! Apakah engkau sudah mendapatkan telur-telur burung itu?”


tanya Lie Yang sambil memaksakan dirinya untuk selalu tersenyum, padahal
hatinya tidak tentram.
Kwat Lin membuka dua tangannya yang mengenggam beberapa telur
burung walet. Lie Yang tertawa melihat telur-telur yang ada di genggaman
Kwat Lin. Sedangkan Kwat Lin memonyongkan mulutnya seperti mengejek
atau sedang jengkel karena ditertawai oleh Lie Yang.
“Cuma lima butir, mana bisa mengenyangkan perut kita berdua!?” kata
Lie Yang yang lalu mengajak Kwat Lin masuk ke gua ke pertama.
“Habis sarangnya mereka begitu jauh, mana ginkangku bisa mencapai
langit-langit gua sana?” kata Kwat Lin penasaran karena merasa disalahkan
oleh Lie Yang.
“Sudah baik engkau bisa mendapatkan lima telur, kalau tidak kan lebih
mengecewakan!” jawab Lie Yang sambil tertawa.
“Memangnya engkau bisa mendapatkan telur itu, walau sebutir saja.
Dasar laki-laki tidak tahu diri. Sudah tidak mampu mengambil, masih
mengolok-ngolok orang lain!” kata Kwat Lin merajuk.
Kwat Lin tanpa tidak langsung mengatakan bahwa Lie Yang adalah laki-
laki lemah, namun sok hebat dan pandai.
“Maafkan aku kalau perkataanku tadi membuatmu marah! Baiklah, kalau
engkau menganggap suamimu ini seorang yang lemah, maka laki-laki di
dunia ini lebih lemah lagi. Apakah mau taruhan denganku?” kata Lie Yang
sambil mengedip-ngedipkan mata kirinya.
“Bertaruh bagaimana?” tanya Kwat Lin.
“Bertaruh setiap telur mendapatkan ciuman sekali, bagaimana?” jawab
Lie yang masih dengan bermain mata.
“Masakan kamu bisa terbang ke sana atau merayap seperti tokek? Baik!
Aku akan mengganti setiap telur dengan apa yang engkau inginkan.”
Jawabnya agak jengah. Ia sengaja tidak menjawab dengan kata-kata
‘mencium’ karena kata itu terlalu memalukan buatnya.

Bie Hun Tok ( 4 ) Pelataran-70


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

“Lihat baik-baik aku akan terbang seperti burung-burung walet itu!”


kata Lie Yang dan tiba-tiba saja badannya melayang tanpa menggerakkan
tubuhnya sama sekali.
Pucat wajah Kwat Lin melihat adegan mengejutkan seperti ini. Hampir ia
tidak percaya bahwa Lie Yang yang dianggapnya sangat lemah, bahkan
membunuh lalat saja tidak bisa, bisa terbang seperti burung. Mulutnya
terkunci tidak bisa mengeluarkan apa-apa, sedangkan matanya melotot
seperti melihat setan.
Lie Yang melayang-layang dengan ginkang sempurna. Pelan-pelan ia
memeriksa satu persatu sarang burung-burung walet dan mengambil
telurnya satu-satu sehingga burung walet itu tidak kehilangan banyak
telurnya. Lalu ia turun di hadapan Kwat Lin yang memandangnya dengan
mata terbelalak lebar.
“Eh! Apa yang engkau lihat?” tegur Lie Yang kepada istrinya.
“Kamu..kamu...Yang-twako??!!” katanya terbata-bata seperti orang
tercekik tidak mampu berbicara.
“Nanti aku jelaskan semuanya, yang terpenting adalah aku sudah bisa
mengumpulkan tiga puluh lima telur, sekarang mana ganti ruginya?”
katanya sambil tersenyum penuh kemenangan.
Sedangkan Kwat Lin menundukkan kepalanya saking malunya. Kwat Lin
tidak bisa menjawab lagi permintaan Lie Yang.
“Ah, kalau kamu seperti itu bagaimana aku bisa menciummu. Kalau
begitu tidak jadi saja!” kata Lie Yang pura-pura jengkel dan kecewa. Lalu ia
meninggalkan Kwat Lin sendirian menyesali nasibnya.
Di ruangan tengah Lie Yang sudah mulai memasak telur-telur burung
walet. Untung saja di gua yang besar ini terdapat juga alat masak yang
lengkap, bahkan ada beberapa bumbu masakan. Tidak sia-sia Lie Yang
belajar memasak dari beberapa pembantunya di rumah selama ini, sehingga
menghadapi masalah hidup saat ini tidak begitu berat. Walaupun tidak ada
berasa, dengan memakan telur dan beberapa jamur yang bisa diambil dari
gua ke dua sangat cukup untuk mengisi perut dua orang. Sambil bersiul-siul
dan membaca puisi seperti biasanya, ia memasak telur-telur burung dan

Bie Hun Tok ( 4 ) Pelataran-71


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

jamur-jamuran. Sedangkan Kwat Lin masih tidak mau keluar dari gua
pertama sejak tadi.
Lie Yang heran sekali, kenapa Kwat Lin tidak juga keluar-keluar padahal
masakannya hampir matang.
Ia meninggalkan masakannya menuju gua pertama untuk melihat apa
yang dilakukan oleh Kwat Lin. Kwat Lin ternyata sedang menangis terisak-
isak di atas batu pinggir gua. Lie Yang benar-benar tidak mengerti kenapa
Kwat Lin menangis, padahal seingatnya ia tidak merasa menyakiti hatinya. Ia
benar-benar tidak mengerti sebenarnya bagaimanakah hati seorang
perempuan.
“Lin-moi, kenapa menangis, kalau aku punya salah engkau boleh
memukulku sampai mampus!”
Kwat Lin diam saja tidak menjawab perkataan Lie Yang. Malahan ia
semakin terisak sedih.
“Ada apakah Lin-moi, kenapa masih menangis? Kalau ada apa-apa bisa
dibicarakan dengan baik-baik!”
“Apa salahku kepadamu, sehingga engkau berani mempermainkanku
dan membohongiku?” isak Kwat Lin.
Lie Yang duduk di sampingnya sambil memegang pundaknya.
“Maafkan aku, Lin-moi. Bukan maksudku untuk membohongimu. Saat
itu ada beberapa hal yang tidak mungkin dapat kujelaskan kepadamu. Kalau
engkau masih penasaran denganku, engkau boleh bertanya dan aku tidak
akan mengelak lagi!”
Kwat Lin melihat wajah Lie Yang dengan sungguh-sungguh seperti ingin
menjenguk hati suaminya.
“Benarkah engkau tidak punya kemampuan apa-apa, sehingga dahulu
sekali pukul saja engkau sudah....?” tanyanya sambil memotong beberapa
perkataannya yang sudah dapat dipahami oleh Lie Yan.
“Hakikatnya kita adalah manusia yang lemah, Lin-moi. Kalau orang bisa
bersilat engkau anggap sebagai orang hebat, maka itu salah. Terus terang
saja, sejak umur sepuluh tahun aku sudah diajari silat oleh seseorang yang
Bie Hun Tok ( 4 ) Pelataran-72
MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

sampai sekarang belum kuketahui siapa namanya atau bagaimana


wajahnya. Memang semua orang yang mengenalku belum tahu tentang
rahasia ini, engkau adalah orang pertama yang tahu tentang rahasiaku ini.
Ayah-ibu atau teman-teman lainnyapun tidak tahu. Kenapa waktu itu aku
bisa tidak melawan ketika engkau pukul, bukan karena aku ingin
mempermainkanmu atau membohongimu. Aku sudah terlanjur berjanji
kepada pengajarku untuk tidak menggunakan ilmu ini kalau tidak
menghadapi keadaan yang sangat berbahaya. Bahkan kalau aku
menggunakan kepandaianku, aku dilarang mengeluarkannya secara terang-
terangan. Kata pengajarku, bahwa kepandaianku baru boleh diperlihatkan
kepada orang lain, ketika pengajarku memberi izin. Sampai sekarangpun
sebenarnya aku masih belum diperkenankan untuk mengeluarkan
kepandaianku kepada orang lain. Aku harus pandai-pandai
menyembunyikan kepandaianku. Lan-moi, engkau harus tahu bahwa aku
berani melanggar janjiku karena aku benar-benar percaya dan
menghargaimu sebagai orang yang paling dekat denganku. Aku sangat
sayang dan cinta padamu, Lan-moi!”
Kwat Lin bukannya malah diam atau senang mendengar penuturan Lie
Yang, tangisannya malah lebih hebat dan menubruk ke arah Lie Yang.
Sejenak mereka berpelukan.
Lie Yang mengelus rambut Kwat Lin yang hitam legam dengan rasa
sayang yang mendalam.
Next Chapter: Bie Hun Tok ( 5 )

BIE HUN TOK ( 5 )


“Dan bagaimana dengan masalah dadamu tidak berdetak ketika
kuperiksa dahulu, apakah itu bukan sengaja mempermainkan diriku?” tanya
Kwat Lin masih dalam pelukan Lie Yang.
“Inilah kesalahanku padamu, Lin-moi. Waktu itu aku sengaja mematikan
semua nadi dalam tubuhku sehingga detak jantungku secara otomatis
berhenti berdetak sesaat. Berharap aku bisa melihat bagaimana reaksimu
dan dapat mengenalmu lebih dekat. Inipun tidak terlepas dari kasih

Bie Hun Tok ( 5 ) Pelataran-73


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

sayangku padamu sejak pertama kali melihat dirimu di penginapan di kota


Lok Yang. Maukah engkau memafkan kesalahanku ini, Lin-moi?”
Sesaat Kwat Lin merenggangkan pelukannya dan menatap senang
wajah Lie Yang. Kali ini ia sudah tidak menangis bahkan tersenyum manis.
Lie Yang juga tersenyum sambil mengelus-elus pipi kanan Kwat Lin. Lalu
dengan punggung dua jari tengah tangan kanan ia mengelus hidung Kwat
Lin.
Tiba-tiba saja Kwat Lin mendekatkan mukanya dan mencium kedua pipi
Lie Yang sambil berbisik, “Aku sayang dan cinta Yang-twako!”.
“Perutku lapar sekali apa masakannya sudah matang?” tanya Kwat Lin
setelah berbisik merdu membetot sukma Lie Yang.
“Hahaha...hampir lupa kalau aku juga sudah kelaparan! Ayo...!!! nanti
setelah makan baru kita ngobrol yang lainnya!” ajak Lie Yang masuk ke
dalam dan menikmati masakannya.
Mereka berlari menuju ruangan dalam yang sudah dinantikan oleh
makanan yang enak. Sebentar kemudian mereka sudah bersantap sampai
kenyang. Masakan Lie Yang benar-benar enak sampai mulut Kwat Lin tidak
henti-hentinya memuji. Sambil main caplok sana-sini, Kwat Lin bertanya
tentang dari mana Lie Yang bisa memasak maskan enak seperti ini. Lie Yang
hanya menjawab dengan senyuman khasnya, senyuman yang dapat
memabokkan iman perempuan termasuk Kwat Lin. Lalu ia menceritakan kisa
masa kecilnya ketika belajar memasak dari para pelayan dapur dan ibunya.
“Yang-twako, apa yang ingin engkau bicarakan kepadaku?” tanya Kwat
Lin yang sudah ingat perkataan Lie yang tadi. Sambil mengunyah makanan
ia bertanya seperti itu, sehingga suaranya terdengar aneh di telinga Lie
Yang. Lie Yang geleng-geleng kepala melihat kelakuan kekanak-kanakan
istrinya.
“Aku ingin tanya tentang siapa sebenarnya orang yang menulis tulisan
di tembok kemarin, barang kali engkau tahu atau kenal dua orang itu.”
“Oh..” jawabnya terputus oleh kunyahan makanan di mulutnya. Selesai
menelan baru ia berkata melanjutkan perkatannya yang putus.

Bie Hun Tok ( 5 ) Pelataran-74


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

“Orang yang mempunyai julukan Hong Hou-hoat adalah ayahku yang


bernama Yang Lu. Sedangkan Uh Hou-hoat adalah salah satu rekan ayah di
dunia kang-ouw. Ayah dan paman Uh adalah Dua Pelindung dari Kim-liong-
pay dengan julukan Kim-liong Ji-sian. Dahulu nama dua orang ini sangat
terkenal, karena mereka disamping menjadi Dua Pelindung luar, juga
menjadi Duta Perdamaian dari Kim-liong-pay untuk menyelesaikan
masalah-masalah orang-orang kang-ouw. Baru setelah Kim-liong-pay
hancur, dua sahabat itu berpisah lama sekali dan baru bertemu kemarin.
Ayah sendiri setelah mengetahui Kim-liong-pay hancur, ia lalu mendirikan
partai sendiri yang bernama Pek-eng-pay dan orang-orang kang-ouw hanya
mengenal ayah sebagai ketua Pek-eng-pay dengan julukan Yang Lu-Ban-li-
hui-eng (Si Elang Terbang Berlaksa Li), karena ginkangnya yang tinggi dan
sempurna. Dua Duta Perdamaian ini selama malang-melintang di dunia
kang-ouw belum pernah ada yang mengetahui wajah aslinya karena mereka
bekerja di bawah topeng emas bergambar naga. Tentang paman Uh, aku
tidak begitu kenal karena baru saja bertemu dengannya kemarin ketika aku
menginap di Lok Yang.”
Lie Yang manggut-manggut mendengar penuturan istrinya. Sebaliknya
Kwat Lin selalu mengawasi gerak-gerik suaminya dari anggukannya sampai
suara pernapasannya.
“Ada apakah Yang-twako? Kenapa diam saja?!” tanya Kwat Lin heran.
“Aku hanya merasa ada yang aneh dengan ayahmu dan Uh Hou-hoat
saja!” jawab Lie Yang masih penasaran.
“Apanya yang aneh?”
“Coba kamu ikut denganku ke kamar sana. engkau akan menemukan
sesuatu yang aneh.” Kata Lie Yang langsung berdiri mengajak Kwat Lin ke
kamar dimana terdapat tulisan dan lima buku teori ilmu silat.
Setelah sampai di dalam, Lie Yang menunjukkan tulisan yang tadi ia
baca dan menunjukkan juga lima buku teori silat yang ada di atas meja.
Setelah membaca tulisan di tembok itu, wajah Kwat Lin menjadi pucat. Ia
pernah mendengar tentang racun Bie Hun Tok (Racun Pemabuk Sukma) di
dunia barat. Baru ia tahu dan percaya bahwa memang di dunia ini ada racun
yang sedemikian aenhnya. Maka tidak heran kalau mereka disuruh menjadi

Bie Hun Tok ( 5 ) Pelataran-75


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

suami-istri karena pengobatannya hanya melakukan hubungan badan


suami-istri.
“Apa yang engkau ketahui tentang Bie Hun Tok (Racun Pemabuk
Sukma) ini, Lin-moi?” tanya Lie Yang yang sebenarnya bisa menebak
bagaimana racun itu. namun ia ingin tahu lebih detail lewat pengetahuan
luas istrinya.
Tampak Kwat Lin menghela napas panjang mendengar pertanyaan
saminya.
“Bie Hun Tok (Racun Pemabuk Sukma) adalah racun yang dimiliki oleh
iblis perempuan dari barat Tok-sim Bi-sianli. Biasanya racun ini disebarkan
melalui pukulan atau minuman untuk meracuni mangsanya dan lawannya.
Dahulu ketika aku melakukan perantauan bersama ayah ke Tibet, pernah
aku mendengar dongeng tentang sepak terjang iblis wanita di sana. Katanya
iblis wanita ini paling suka dengan hawa laki-laki muda yang masih perjaka.
Pernah iblis wanita ini menghisap sepuluh pendeta Lama yang masih muda
sampai tubuhnya kering seperti kayu mati. Tidak hanya hawa murninya yang
lenyap, bahkan darah, sum-sum dan nyawa sepuluh pendeta ini melayang.
Akibatnya ia dikejar-kejar dan dicari oleh para pendeta Lama untuk
menghilangkan malapetaka ini. Namun kelihaian iblis wanita Bi-sianli
ternyata dapat menggagalkan usaha mereka. Sampai akhirnya pendeta
Lama tidak berani mendekati iblis wanita ini lagi. Dulunya aku tidak percaya
ada wanita mempunyai kekejian seperti iblis, namun setelah mengalami
sendiri aku baru percaya bahwa di bumi ini ada orang seperti Bi-sianli dan
racunnya yang mengerikan. Racun dan kecantikannya inilah yang dapat
mengalahkan musuh-musuhnya.”
“Sungguh sulit dipercaya, seandainya aku tidak mendapatkan
pengalaman pahit ini! Dan sungguh ngeri sekali, seandainya aku tidak
diselamatkan oleh dua locianpwe itu.” guman Lie Yang ngeri.
Lalu Lie Yang menunjukkan lima buku teori ilmu silat di atas meja
kepada Kwat Lin. Kwat Lin tampak terkejut dan girang melihat lima buku
teori silat ini.
“Benar-benar kehidupanku seperti mimpi saja. Buku teori silat ini adalah
pelajaran silat tertinggi Kim-liong-pay, bahkan tiga buku yang ini

Bie Hun Tok ( 5 ) Pelataran-76


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

sepengetahuanku hanya khusus diajarkan kepada para Penasehat dan


Pelindung saja. Ayah yang termasuk salah satu Pelindung Kim-liong-pay saja
belum pernah mengajari ke lima ilmu silat ini. Entah apakah maksud paman
Uh memberikan lima buku silat tinggi ini kepada kita, apakah hanya untuk
mengobati racun yang kita derita atau ada maksud lainnya?” kata Kwat Lin
heran.
“Sebenarnya itulah yang ingin kutanyakan kepadamu, Lin-moi. Aku
merasa aneh dengan semua ini, padahal aku tidak pernah mengenal
ayahmu atau pada paman Uh. Aku benar-benar bingung, tidak habis
mengerti apa yang mereka inginkan dan rencanakan?” kata Lie Yang tawar
juga.
Next Chapter: Bie Hun Tok ( 6 )

BIE HUN TOK ( 6 )


“Sebaiknya kita pelajari lima silat tingkat tinggi Kim-liong-pay ini,
mungkin ada manfaatnya bagi kita. Lagian kita juga belum tahu di mana
jalan keluar gua ini!” Kwat Lin berkata dengan semangat.
Lie Yang geleng-geleng kepala melihat sifat istrinya yang selalu
berubah-ubah tidak menentu dan sulit menebaknya.
“Ada apa?” tanya Kwat Lin penasaran.
“Sebaiknya engkau saja yang mempelajari lima macam ilmu silat ini. Aku
tidak mau mempelajari lima ilmu ini! Kali ini aku benar-benar pusing,
sepertinya aku harus bertanya ke paman Uh atau ayah mertua!”
“Apakah engkau tidak mau memberitahu persoalan itu kepadaku?”
tanya Kwat Lin heran melihat wajah Lie Yang tidak lagi tersenyum.
“Kali ini persoalannya sangat memusingkan. Aku tahu engkau saat ini
adalah seorang yang paling dekat denganku, bisa dibilang setengah
nyawaku. Namun persoalan ini aku kira bisa selesai kalau aku bertemu dua
orang itu, atau bertemu pengajarku. Kali ini aku belum bisa memberitahu
persoalanku ini, akan tetapi aku yakin sebentar lagi semuanya akan selesai.”

Bie Hun Tok ( 6 ) Pelataran-77

Anda mungkin juga menyukai