Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN BEST PRACTICE

PENINGKATAN KOMPETENSI PEMBELAJARAN


(PKP)
TAHUN 2019/2020

PEMBELAJARAN KOMPOSISI DAN INVERS FUNGSI DAN PROGRAM


LINIER MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING
PADA PESERTA DIDIK KELAS X DAN XII SMA
DI SMA NEGERI 1 SIBABAGUN
JL. M SORIMUDA
SIBABAGUN

Oleh:
TIO FADLI TAMBUNAN, S.Pd
HALAMAN PENGESAHAN

Pengembangan dalam bentuk Laporan Best Practice berjudul pembelajaran Komposisi dan
Invers Fungsi da Program Linear melalui penggunaan model Discovery Learning di kelas X
dan XII di SMA Negeri 1 Sibabagun
Nama : Tio Fadli, S.Pd
Asal Sekolah : SMA NEGERI 1 Sitahuis
Telah disetujui dan disahkan pada/ oleh:
Hari : Rabu
Tanggal :18 Desember 2019

Kepala SMA Negeri 1 Sibabagun

Kasno S.Pd,M.Pd
NIP. 19630807 198803 1 006
BIODATA PENULIS

1 NAMA : Tio Fadli Tambunan, S.Pd


2 NIP :-
3 NUPTK :-
4 JABATAN : GURU MATEMATIKA
5 TEMPAT/TANGGAL LAHIR : BANDUNG /05 JUNI 1992
6 JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI
7 AGAMA : ISLAM
8 PENDIDIKAN TERAKHIR : S-1
9 UNIT KERJA : SMA NEGERI 1 SIBABAGUN
ALAMAT RUMAH : JL.M SORIMUDA
10

Barus, 18 Desember 2019

TIO FADLI, S.Pd


NIP. -
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan semua kegiatan ini. Dalam penyusunan
Best Practice penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh
karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat,
1. Kepala Dinas Pendidikan Tapanuli Tengah
2. Kepala SMA Negeri 1 Sibabagun yang telah memberi izin, kesempatan dan
kepercayaan kepada penulis untuk pengadakan penelitian ini
3. Guru Inti yang telah memberikan masukan dan informasi pada program PKP sampai
tersusunnya Laporan Best Practice
4. Semua rekan guru di SMA Negeri 1 Barus yang telah memberi saran selama proses
penelitian sampai dengan terwujud dalam bentuk Laporan Best Prcatice ini
5. Orang tua, istri dan anak tercinta yang selalu memberi dukungan doa dan memberikan
kekuatan dalam setiap langkah
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan berupa apapun dalam menyelesaikan Best Practice ini
Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan karya ini.

Sibabagun, 18 Desember 2019


Penulis

TIO FADLI, S.Pd


Nip: -
DAFTAR ISI

JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
BIODATA PENULIS
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Jenis Kegiatan
C. Manfaat Kegiatan
BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Tujuan Dan Sasaran
B. Bahan dan Materi Kegiatan
C. Metode/Cara Melaksanakan Kegiatan
D. Alat/ Instrumen
E. Waktu dan Tempat Kegiatan
BAB III HASIL KEGIATAN
BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. SIMPULAN
B. REKOMENDASI
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pasal 57 menyatakan bahwa evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu
pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik,
lembaga, dan program pendidikan pada jalur formal dan nonformal untuk semua
jenjang, satuan, dan jenis pendidikan.
Dalam praktik pembelajaran Kurikulum 2013 yang penulis lakukan selama ini,
penulis menggunakan buku siswa dan buku guru. Penulis meyakini bahwa buku
tersebut sudah sesuai dan baik digunakan di kelas karena diterbitkan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Ternyata, dalam praktiknya, penulis
mengalami beberapa kesulitan seperti materi dan tugas tidak sesuai dengan latar
belakang siswa. Selain itu, penulis masih berfokus pada penguasaan pengetahuan
kognitif yang lebih mementingkan hafalan materi.
Dengan demikian proses berpikir siswa masih dalam level C1 (mengingat),
memahami (C2), dan C3 (aplikasi). Guru hampir tidak pernah melaksanakan
pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher
Order Thinking Skills/ HOTS).  Penulis juga jarang menggunakan media
pembelajaran. Dampaknya, suasana pembelajaran di kelas kaku dan anak-anak
tampak tidak ceria. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa diperoleh
informasi bahwa (a) siswa malas mengikuti pembelajaran yang banyak dilakukan
guru dengan cara ceramah, (b) selain ceramah, metode yang selalu dilakukan guru
adalah penugasan. Sebagian siswa mengaku jenuh dengan tugas-tugas yang hanya
bersifat teoritis, dan hanya menyalin dari buku teks. 
Untuk menghadapi era Revolusi Industri 4.0, siswa harus dibekali
keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills).  Salah satu model
pembelajaran yang berorientasi pada HOTS dan disarankan dalam implementasi
Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran Discovery Learning. Model
pembelajaran Discovery Learning merupakan model pembelajaran yang
mengedepankan strategi pembelajaran dengan menggunakan masalah dari dunia nyata
sebagai konteks siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan
pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari
materi yang dipelajarinya. 
Salah satu upaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran yang bermuara pada peningkatan kualitas siswa adalah
menyelenggarakan Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP).
Untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, serta pemerataan mutu pendidikan,
maka pelaksanaan Program PKP mempertimbangkan pendekatan kewilayahan, atau
dikenal dengan istilah zonasi. Melalui langkah ini, pengelolaan Pusat Kegiatan Guru
(PKG) TK, Kelompok Kerja Guru (KKG) SD, atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) SMP/ SMA/ SMK, dan Musyawarah Guru Bimbingan Dan Konseling
(MGBK), yang selama ini dilakukan melalui Gugus atau Rayon, dapat terintegrasi
melalui zonasi pengembangan dan pemberdayaan guru. Zonasi memperhatikan
keseimbangan dan keragaman mutu pendidikan di lingkungan terdekat, seperti status
akreditasi sekolah, nilai kompetensi guru, capaian nilai rata-rata UN/USBN sekolah,
atau pertimbangan mutu lainnya. Pedoman ini disusun untuk memberikan arah dalam
implementasi Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran Berbasis Zonasi dalam
penggunaan aspek HOTS, 5M, 4 Dimensi Pengetahuan dan Kecakapan Abad 21 di da
lam RPP.

B. JENIS KEGIATAN
Kegiatan yang dilaporkan dalam laporan praktik ini adalah kegiatan
pembelajaran matematika materi Komposisi dan invers fungsi kelas X dan materi
Program Linear kelas XI.

C. MANFAAT KEGIATAN
Manfaat Program PKP Berbasis Zonasi adalah sebagai berikut:
1. Membiasakan guru untuk membuat pembelajaran yang berorientasi pada
keterampilan berpikir tingkat tinggi mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga
penilaiannya;
2. Membiasakan siswa untuk berpikir tingkat tinggi sehingga dapat meningkatkan
kompetensinya;
3. Memberikan acuan kepada kepala sekolah dalam pelaksanaan supervisi akademik;
4. Memberikan acuan kepada pengawas sekolah dalam pelaksanaan supervisi
akademik dan manajerial.
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. TUJUAN DAN SASARAN


1. TUJUAN
a. Untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, serta pemerataan mutu
pendidikan, maka pelaksanaan Program PKP mempertimbangkan
pendekatan kewilayahan, atau dikenal dengan istilah zonasi
b. Menginspirasi guru untuk mengembangkan materi dan melaksanakan
pembelajaran berorientasi pada kemampuan berpikir tingkat tinggi
c. Membiasakan siswa untuk belajar yang mengarah pada kemampuan
berpikir tingkat tinggi
2. SASARAN
Sasaran pelaksanaan best practice ini adalah siswa kelas X sebanyak
36 orang dan siswa kelas XII Sebanyak 36 orang di SMA Negeri 1 Barus.

B. BAHAN DAN MATERI


Bahan yang digunakan dalam praktik baik pembelajaran ini adalah materi:
Kelas X untuk materi Komposisi Dan Fungsi invers dan Kelas XI untuk materi
Program Linear.
Materi Kompetensi Dasar
Komposisi dan Invers 3.6 Menjelaskan operasi komposisi pada fungsi dan
Fungsi operasi invers pada fungsi invers serta sifat-
sifatnya serta menentukan eksistensinya.
4.6 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
operasi komposisi dan operasi invers suatu
fungsi.
Program Linear 3.2 Menjelaskan Program linear dua variable dan
metode penyelesaian dengan menggunakan
masalah kontekstual.
4.2 Menjelaskan masalah kontekstual yang
berkaitan dengan program linier dua variable.
C. METODE/CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
1. Metode
a. Penggunaan aspek HOTS, 5M, 4dimensi Pengetahuan dan Kecakapan
Abad 21 didalam proses pembelajaran
b. Karena K-13 mengamanatkan penerapan pendekatan saitifik (5M) yang
meliputi; mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
menalar/mengasosiasikan, dan mengomunikasikan. Lalu optimalisasi
peran guru dalam melaksanakan pembelajaran abad 21 dan HOTS.
Selanjutnya ada integrasi literasi dan Penguatan Pendidikan Karatkter
(PPK) dalam proses belajar mengajar (PBM). Pembelajaran pun perlu
dilaksanakan secara kontekstual dengan menggunakan model, strategi,
metode, dan teknik sesuai dengan karakteristik Kompetensi Dasar (KD)
agar tujuan pembelajaran tercapai. Pembelajaran abad 21 secara sederhana
diartikan sebagai pembelajaran yang memberikan kecakapan abad 21
kepada peserta didik, yaitu 4C yang meliputi: (1) Communication (2)
Collaboration (3) Critical Thinking and Problem Solving (4) Creative and
Innovative, Berdasarkan Taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh
Krathwoll dan Anderson, kemampuan yang perlu dicapai siswa bukan
hanya LOTS (Lower Order Thinking Skills) yaitu C1 (mengetahui) dan C-
2 (memahami), MOTS (Middle  Order Thinking Skills) yaitu C3
(mengaplikasikan) dan C-4 (mengalisis), tetapi juga harus ada peningkatan
sampai HOTS (Higher Order Thinking Skills), yaitu C-5 (mengevaluasi),
dan C-6 (mengkreasi).Penerapan pendekatan saintifik, pembelajaran abad
21 (4C), HOTS, dan integrasi literasi dan PPK dalam pembelajaran
bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam rangka menjawab
tantangan, baik tantangan internal dalam rangka mencapai 8 (delapan)
SNP dan tantangan eksternal, yaitu globalisasi.Melalui berbagai pelatihan
atau bimbingan teknis (bimtek) K-13 yang telah dilakukan selama ini
diharapkan mampu mengubah paradigma guru, juga meningkatkan
kompetensi guru dalam pembelajaran. Pendekatan saintifik, pembelajaran
abad 21 (4C), HOTS, integrasi literasi dan PPK, dan pembelajaran
kontekstual sebenarnya bukan hal yang baru bagi guru. Secara sadar
ataupun tidak sebenarnya sudah hal tersebut dilakukan, hanya dalam K-13
lebih ditegaskan lagi untuk dilaksanakan pada PBM, dan hasilnya
dilakukan melalui penilaian otentik yang mampu mengukur ketercapaian
kompetensi siswa.

D. ALAT/INSTRUMEN
Model-model pembelajaran yang sudah banyak dikenal oleh guru, guru pun
diharapkan untuk menggunakan atau mengembangkan mode-model pembelajaran
yang lebih variatif agar pembelajaran lebih menyenangkan dan menantang.
Pembelajaran HOTS ditindaklanjuti dengan penilaian HOTS. Soal-soal yang
diberikan harus mengukur ketercapaian siswa pada ranah C-4, C-5, dan C-6,
disesuaikan dengan KKO yang telah ditetapkan pada RPP. Instrumen test yang
digunakan bisa dalam bentuk soal Pilihan Ganda (PG) atau uraian. Soal PG dan
HOTS yang berorientasi pada HOTS tentunya bukan sekedar menanyakan sekedar
menanyakan "apa?", "siapa?", "kapan?" dan "dimana?", tetapi menanyakan
"mengapa?" dan "bagaimana?". Berdasarkan kepada hal tersebut, maka guru harus
banyak membiasakan soal-soal HOTS kepada siswa, agar siswa terbiasa
mengasah nalar, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan solutif.
Media pembelajaran yang digunakan dalam praktik ini adalah buku
Matematika SMA/MA Kelas X dan XII dan menggunakan slide power point
untuk menayangkan gambar komposisi dan fungsi invers dan program linier.
Instrumen yang digunakan dalam praktik baik ini ada 2 macam yaitu (a) instrumen
untuk mengamati proses pembelajaran berupa lembar observasi dan (b) instrumen
untuk melihat hasil belajar siswa dengan menggunakan tes tertulis.

E. WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN

Waktu kegiatan :
No Kegiatan Tanggal
1 In-1 30 November 2019
2 In-2 1 Desember 2019
3 On-1 2 – 6 Desember 2019
4 In-3 7 Desember 2019
5 On-2 9-13 Desember 2019
6 In-4 14 Desember 2019
7 On-3 16 – 20 Desember 2019
8 In-5 21 Desember 2019

Tempat Kegiatan : SMA Negeri 1 Sibabagun


Jl.M Sorimuda
BAB III
HASIL KEGIATAN

Diimplementasikannya kurikulum 2013 (K-13) membawa konsekuensi guru yang


harus semakin berkualitas dalam melaksanaan kegiatan pembelajaran.Karena K-13
mengamanatkan penerapan pendekatan saintifik (5M) yang meliputi mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, menalar/ mengasosiasikan, dan mengomunikasikan. Lalu
optimalisasi peran guru dalam melaksanakan pembelajaran abad 21 dan HOTS (Higher Order
Thinking Skills).  Selanjutnya ada integrasi literasi dan Penguatan Pendidikan Karakter
(PPK) dalam proses belajar mengajar (PBM). Pembelajaran pun perlu dilaksanakan secara
kontekstual dengan menggunakan model, strategi, metode, dan teknik sesuai dengan
karakteristik Kompetensi Dasar (KD) agar tujuan pembelajaran tercapai.Pembelajaran abad
21 secara sederhana diartikan sebagai pembelajaran yang memberikan kecakapan abad 21
kepada peserta didik, yaitu 4C yang meliputi: (1) Communication (2) Collaboration, (3)
Critical Thinking and problem solving, dan (4) Creative and Innovative. Berdasarkan
Taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Krathwoll dan Anderson, kemampuan yang perlu
dicapai siswa bukan hanya LOTS (Lower Order Thinking Skills) yaitu C1 (mengetahui) dan
C-2 (memahami), MOTS (Middle  Order Thinking Skills) yaitu C3 (mengaplikasikan) dan C-
4 (mengalisis), tetapi juga harus ada peningkatan sampai HOTS (Higher Order Thinking
Skills), yaitu C-5 (mengevaluasi), dan C-6 (mengkreasi).Penerapan pendekatan saintifik,
pembelajaran abad 21 (4C), HOTS, dan integrasi literasi dan PPK dalam pembelajaran
bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam rangka menjawab tantangan, baik
tantangan internal dalam rangka mencapai 8 (delapan) SNP dan tantangan eksternal, yaitu
globalisasi.Melalui berbagai pelatihan atau bimbingan teknis (bimtek) K-13 yang telah
dilakukan selama ini diharapkan mampu mengubah paradigma guru, juga meningkatkan
kompetensi guru dalam pembelajaran. Pendekatan saintifik, pembelajaran abad 21 (4C),
HOTS, integrasi literasi dan PPK, dan pembelajaran kontekstual sebenarnya bukan hal yang
baru bagi guru.Secara sadar ataupun tidak sebenarnya sudah hal tersebut dilakukan, hanya
dalam K-13 lebih ditegaskan lagi untuk dilaksanakan pada PBM, dan hasilnya dilakukan
melalui penilaian otentik yang mampu mengukur ketercapaian kompetensi siswa.
Masalah yang dihadapi terutama adalah belum terbiasanya siswa belajar degan model
Discovery Learning. Dengan tujuan untuk mendapat nilai ulangan yang baik guru selalu
menggunakan metode ceramah, siswa pun merasa lebih percaya diri menghadapi ulangan
(penilaian) setelah mendapat penjelasan guru melalui ceramah.
Agar siswa yakin bahwa pembelajaran dengan Discovery Learning dapat membuat
mereka lebih meguasai materi pembelajaran, guru memberi penjelasan sekilas tentang apa,
bagaimana, mengapa, dan manfaat belajar berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat
tinggi (Higher Order Thinking Skills/ HOTS).
BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Pembelajaran yang dilakukan pada unit 1 dan 2 dengan model pembelajaran
Discovery Learning layak dijadikan praktik pada pembelajaran berorientasi
HOTS karena dapat meingkatkan kemampuan siswa dalam melakukan
transfer pengetahuan, berpikir kritis, dan pemecahan masalah.
2. Dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara
sistematis dan cermat, pembelajaran unit 1 dan 2 dengan model pembelajaran
Discovery Learning yang dilaksanakan tidak sekadar berorientasi HOTS,
tetapi juga mengintegrasikan PPK, literasi, dan kecakapan abad 21.

B. REKOMENDASI
Berdasarkan hasil praktik pembelajaran dengan model Discovery Learning,
berikut disampaikan rekomendasi yang relevan.
1. Guru seharusnya tidak hanya mengajar dengan mengacu pada buku siswa dan
buku guru serta jaring-jaring tema yang telah disediakan, tetapi berani
melakukan inovasi pembelajaran yang kontekstual sesuai dengan latar
belakang siswa dan situasi dan kondisi sekolahnya. Hal ini akan membuat
pembelajaran lebih bermakna.
2. Siswa diharapkan untuk menerapkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam
belajar, tidak terbatas pada hafalan teori. Kemampuan belajar degan cara ini
akan membantu siswa menguasai materi secara lebih mendalam dan lebih
tahan lama (tidak mudah lupa).
3. Sekolah, terutama kepala sekolah dapat mendorong guru lain untuk ikut
melaksanakan pembelajaran berorientasi HOTS. Dukungan positif sekolah,
seperti penyediaan sarana da prasarana yang memadai dan kesempatan bagi
penulis utuk mendesiminasikan praktik baik ini akan menambah wawasan
guru lain tentang pembelajaran HOTS.
DAFTAR PUSTAKA

Ariyana, Yoki dkk.2019. Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi pada Keterampilan


Berpikir Tingkat Tinggi. Jakarta:Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2016. Buku Siswa Mata Pelajaran Matematika
kelas X. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2016. Buku guru Mata Pelajaran Matematika kelas
X. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2016. Buku siswa Mata Pelajaran Matematika
kelas XII. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2016. Buku guru Mata Pelajaran Matematika kelas
XII. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Lampiran Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai