Anda di halaman 1dari 3

Nama : Feby Saputro

Nim : 20144800005

Kelas :H

Mata Kuliah : Sastra Kontemporer

Tugas membuat karya sastra kontemporer.

Si Mungil Yang Berbeda

Si mungil dia hamil. Perawakannya yang bertubuh pendek dan kurus, membuatnya
dipangil si mungil. Si mungil dengan lesung pipi di kiri, dengan gigi ginsul, bibir
tipis, rambut panjang terurai sampai bawah bahu. Sifatnya yang periang, mudah
bergaul, dan terkenal dikalangan pria di sekolah, membuanya memiliki banyak
teman. Si mungil bukan berasal dari keluarga kaya-raya, kurus tubuhnya menandakan
ia tak mendapat asupan makanan cukup dan bergizi. Pakaiannya yang lusuh tak
pernah tersentuh setrika, mungkin setrikapun tak punya. Istirahat sekolah ia hanya di
dalam kelas, atau di depan kelas dengan menghabiskan waktu istirahat untuk
mengobrol bersama temannya. Namun si mungil mulai berbeda.

Si mungil menjadi berisi. Tubuhnya yang kurus kini mulai berisi, lengannya yang
sebelumnya terlihat uratnya kini tertutup oleh daging. Istirahat pun ia pergi ke kantin
membeli jajanan. Tampak menikmati setiap gigitan dari jajanannya. Pria-pria
penghuni kantin tampak silih berganti menggodanya. Merasa risih, si mungil pun
pergi menuju kelasnya. Setelah kejadian itu, si mungil hanya membeli jajanan di
kantin dan membawanya ke dalam kelas pada hari-hari berikutnya. Apa yang terjadi?
Bagaimana bisa? Seseorang dari keluarga tidak mampu, yang sebelumnya makan pun
tak tentu, dapat memiliki uang jajan sebanyak itu, si mungil mulai berbeda.

Si mungil menjadi pendiam. Dulunya riang gembira, mudah bergaul kini menjadi
pendiam. Lesung di pipi kirinya kini tak lagi terlihat, gigi gingsulnya kini hilang
tertutup bibir tipisnya. Kini ia tak lagi mau keluar dari kelas, membeli jajanan hanya
menitip kepada teman. Si mungil hanya terlihat saat berangkat dan pulang dari
sekolah. Pakainya yang lusuh, kini rapi dan putih bersih, menandakan seragamnya
baru. Ketika berangkat dan pulang sekolah, jaket tebal membalut tubuh kecilnya,
mungkin ia sedang sakit. Temanya berkata bahwa si mungil sedang mengalami fase
menstruasi, wajar bila ia berubah menjadi pendiam. Hal tersebut berlangsung
beberapa bulan, si mungil mulai berbeda.

Si mungil terbaring lemas di lantai. Tubuh kecilnya terbaring lemas di lantai,


dengan rok panjang yang terangkat keatas sampai paha. Pria dewasa berlari keluar
dari rumah kumuh si mungil. Lemah tak berdaya, sesekali ia mencoba menurunkan
rok yang terangkat dengan tangan kecilnya. Ibunya yang pulang dari mencari kayu
bakar kaget ketika melihat si mungil tergeletak di lantai. Ibunya memapah si mungil
untuk duduk di kursi. Tangis yang sudah Ibunya tahan, pecah tak terbendung
mendengar cerita dari si mungil. Tetangga si mungil yang merupakan pejabat daerah,
datang ke rumah sembari bertanya apakah Ayah dari si mungil ada. Namun ketika si
mungil menjawab tidak ada, tetangganya langsung mendekap mulut si mungil,
sembari mengrayanginya, pemerkosaan pun terjadi. Tetangganya yang melihat Ibu si
mungil pergi mencari kayu bakar, langsung memiliki niat buruk kepada si mungil.
Dia memastikan keadaan rumah si mungil dengan bertanya apakah Ayah dari si
mungil ada, karena si mungil menjawab tidak ada, maka tetangganya tahu bahwa
keadaan rumah si mungil sedang sepi. Sejak kejadian itulah si mungil mulai berbeda.

Si mungil dibungkam dengan uang. Ayah dan Ibu si mungil datang ke rumah
tetangganya, demi meminta pertanggungjawaban, serta akan melaporkan kepada
pihak berwajib. Kenyataanya laporan pemerkosaan tersebut tidak pernah sampai
kepada pihak berwajib. Rumah si mungil yang kumuh kini telah menjadi rumah yang
layak huni. Ibunya yang sebelumnya bekerja mencari kayu bakar, kini telah memiliki
toko kelontong di depan rumahnya. Ayahnya yang pergi memulung sampah dari pagi
hingga malam, kini bekerja sebagai tenaga kebersihan di kantor pemerintah daerah. Si
mungil kini menjadi istri sirih dari tetangganya, si mungil telah berbeda.

Anda mungkin juga menyukai