Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SIKAP DAN KEBIASAAN BELAJAR

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Dosen Pengampu : 1.
2.

Disusun oleh
(Nama)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PENDIDIKAN


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
METRO
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segenap
kekuatan dan kesanggupan, sehingga makalah yang berjudul "Sikap dan Kebiasaan Belajar
”Ini dapat diselesaikan tepat waktu. Dalam tugas ini, kami menyampaikan rasa terima kasih
kepada (nama dosen) selaku dosen pembimbing mata kuliah (nama mata kuliah) yang telah
memperkenankan kami untuk menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan kepada pembaca mengenai (Sikap dan
Kebiasaan Belajar).Tetapi kami juga menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna.
Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Demikian makalah ini kami susun, apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dan banyak
terdapat kekurangan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Metro,14 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4

1.1 Latar Belakang Masalah...............................................................................4

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6

2.1 Sikap Belajar..................................................................................................7


2.2 Kebiasaan Belajar........................................................................................11
2.3 Transfer Dalam Belajar .................................................................................

BAB III PENUTUP..............................................................................................28

3.1 Kesimpulan.................................................................................................28

3.2 Saran...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini era globalisasi menuntut kesiapan yang lebih matang dalam segala hal.
Bidang pendidikan merupakan salah satu andalan untuk mempersiapkan sumber daya
manusia yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan zaman. Persiapan tersebut dapat
dimulai dari pendidikan usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, hingga
pendidikan tinggi.

Peranan pendidikan dalam mempersiapkan sumber daya manusia dalam menghadapi era
globalisasi tidaklah mudah. Pendidikan selalu menghadapi tantangan yang berat dalam
proses pelaksanaannya. Masalah mutu adalah salah satu tantangan terbesar dalam bidang
pendidikan. Mendidik anak mulai dari nol hingga memperoleh pengetahuan yang
bermutu kemudian mempertahankan mutu tersebut sangatlah sulit. Dengan demikian
diperlukan perhatian yang intensif dalam pelaksanaan proses pendidikan tersebut. Dan
jika kita berbicara proses maka pasti berkaitan dengan belajar.

Belajar,Perkembangan dan pendidikan merupakan hal yang menarik untuk dipelajari.


Ketiga gejala tersebut terkait dengan pembelajaran. Belajar dilakukan oleh siswa secara
individu. Perkembangan dialami dan dihayati pula oleh individu siswa. Sedangkan
pendidikan merupakan kegiatan interaksi. Dalam kegiatan interaksi tersebut pendidik atau
guru bertindak mendidik peserta didik atau siswa. Tindak mendidik tersebut tertuju pada
perkembangan siswa menjadi mandiri. Untuk dapatbberkembang menjadi mandiri, siswa
harus belajar.
Bila siswa belajar maka akan terjadi perubahan mental pada diri siswa.Dalam pendidikan,
belajar merupakan kata kunci yang paling penting. Jika tidak ada belajar maka tidak akan
ada pendidikan. Belajar merupakan suatu tindakan dan perilaku yang kompleks. Belajar
merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat diamati dari luar . Apa yang terjadi dalam diri
seseorang tidak dapat diketahui secara langsung hanya dengan mengamati orang tersebut.
Hasil belajar hanya bisa diamati jika seseorang menampakkan kemampuan yang telah
diperoleh melalui belajar. Karenanya berdasarkan perilaku yang ditampilkan dapat ditarik
kesimpulan bahwa seseorang telah belajar.

Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi belajar. Faktor-faktor tersebut


dikelompokkan dalam faktor internal dan faktor eksternal. Dalam makalah ini akan
dipaparkan mengenai dua faktor yang termasuk dalam kategori faktor internal yang
mempengaruhi proses belajar, yaitu sikap belajar dan kebiasaan belajar.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas maka dibuat rumusan masalah sebagai berikut
A.Bagaimana Sikap Belajar?
B.Bagaimana Kebiasaan Belajar?
C.Bagaimana Transfer Belajar?

1.3 Tujuan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari masalah ini ialah

A. Untuk mengetahui Sikap Belajar


B. Untuk mengetahui Kebiasaan Belajar
C. Untuk mengetahui transfer belajar
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sikap Belajar

Sebelum mulai membahas faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, kiranya perlu


ditinjau lebih dahulu apa itu belajar, hakekat belajar itu apa dan cirri-ciri khasnya apa.

Dalam kehidupan sehari-hari kita melakukan banyak kegiatan yang sebenarnya


merupakan “gejala belajar”, dalam arti mustahillah melakukan kegiatan itu, kalau kita
tidak belajar terlebih dahulu. Misalnya, kita mengenakan pakaian, kita makan dengan
alat-alat makan, kita berkomunikasi satu sama laian dengan bahasa nasional dan lain
sebagainya. Gejala-gejala belajar semacam itu terlalu banyak untuk disebutkan satu
per satu, karena jumlahnya ribuan, namun mengisi kehidupan kta sehari-hari. Jadi,
Belajar merupakan suatu perkembangan dari seseorang yang dinyatakan dalam cara
bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Belajar itu perubahan-
perubahan yang bersifat psikis.(oemar hamalik,1993).

Menurut Morgan, et al. (1986) belajar dapat didefinisikan sebagai setiap perubahan
tingkah laku yang relative tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman.
Omrod (1995) mendeskripsikan adanya dua definisi belajar yang berbeda. Definisi
pertama menyatakan bahwa “ learning is a relatively permanent change in behavior
due to experience”. Belajar merupakan perubahan perilaku yang relatif permanen
karena pengalaman . sedangkan definisi kedua menyatakan bahwa “learning is
relatively permanent change in mental associations due to experience”. Belajar
merupakan perubahan mental yang relatif permanen karena pengalaman. Definisi
pertama memberikan penekanan pada perubahan perilaku, sedangkan definisi kedua
memberikan penekanan pada perubahan mental.

Pengertian-pengertian belajar ini memberikan “warning” bahwa orientasi belajar,


tidaklah semata-mata pada “hasil” tetapi juga pada “proses” yang dilakukan unntuk
memperoleh hasil tersebut. Dengan demikian belajar dapat diartikan sebagai suatu
tahapan aktivitas yang mengahasilkan perubahan perilaku dan mental yang relative
tetap sebagai bentuk respons terhadap suatu situasi atau sebagai hasil pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan.

Umar tirtaraharja mengemukakan tentang ciri-ciri belajar :

 Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar bukan perubahan tingkah laku
karena proses kematangan.
 Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar bukan perubahan tingkah laku
karena perubahan kondisi fisik.
 Hasil belajar bersifat relative menetap.

Selain yang dikemukakan diatas, unsure/cirri-ciri belajar dapat pula dilihat sebagai
berikut :

 Bahwa Belajar merupakan suatu aktifitas yang menghasilkan perubahan pada


individu yang belajar.
 Bahwa perubahan tersebut berupa kemampuan baru dalam memberikan
respons terhadap suatu stimulus.
 Bahwa perubahan itu terjadi secara permanen
 Bahwa perubahan tersebut terjadi karena proses pertumbuhan atau
kematangan fisik,melainkan karena usaha sadar.

Tujuan Belajar

Belajar pada diri manusia, merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan
mempunyai tujuan serta sasaran yaitu :

 Tujuannya mengubah tingkah laku kearah yang lebih baik.


 Sasarannya meliputi tingkah laku penalaran (kognitif), keterampilan
(psikomotorik), dan sikap (afektif).

Tujuan belajar dapat diartikan sebagai kondisi yang diinginkan setelah pebelajar
(individu yang belajar) selesai melakukan kegiatan belajar.Dalam pengertian bahwa
setelah belajar diharapkan akan terjadi perubahan dalam diri siswa, dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak memahami menjadi memahami, dari tidak terampil menjadi
terampil dan sebagainya. Demikian pula dalam hal sikap, belajar bertujuan untuk
membangun sikap yang positif terhadap sesuatu.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar dan faktor-faktor tersebut
dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

 Faktor Kognitif : persepsi, ingatan, pengetahuan, pembentukan konsep,


intelegensi dan kreatifitas.
 Faktor Afektif : motivasi,minat,sikap belajar, kebiasaan belajar, emosi,
kepribadian dan konsep diri.

Dari faktor-faktor tersebut diatas sikap dan kebiasaan belajar merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi terjadinya proses belajar. Olehnya itu pada kesempatan ini
makalah ini akan membahasnya lebih jauh.

A. Definisi Sikap

Sikap dapat didefinisikan dengan berbagai cara dan setiap definisi itu berbeda satu
sama lain. (Trow :109) mendefinisikan sikap sebagai suatu kesiapan mental atau
emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat. Disini Trow lebih
menekankan pada kesiapan mental atau emosional seseorang terhadap suatu objek.
Sementara Allport seperti yang dikutip oleh (Gable : 45) mengemukakan bahwa sikap
adalah sesuatu kesiapan mental dan saraf yang tersusun melalui pengalaman dan
memberikan pengaruh langsung kepada respons individu terhadap semua objek atau
situasi yang berhubungan dengan objek itu. Sikap adalah kecenderungan untuk
berkenaan dengan objek tertentu. Sikap bukan tindakan nyata melainkan masih
bersifat tertutup.

B. Konsep sikap belajar


Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas, sikap belajar dapat diartikan sebagai
kecenderungan perilaku seseorang tatkala ia mempelajari hal-hal yang bersifat
akademik.

Brown dan Holtzman mengembangkan konsep sikap belajar melalui dua komponen,
yaitu Teacher Approval (TA) dan Education Acceptance (EA). TA berhubungan
dengan pandangan siswa terhadap guru-guru. EA terdiri atas penerimaan dan
penolakan siswa terhadap tujuan yang akan dicapai;materi yang akan disajikan,
praktik, tugas, dan persyaratan yang ditetapkan disekolah.

Sikap belajar penting karena didasarkan atas peranan guru sebagai leader dalam
proses belajar mengajar.Sikap belajar bukan saja sikap yang ditujukan pada guru,
melainkan juga kepada tujuan yang akan dicapai, materi pelajaran, tugas dan lain-lain.
Sikap belajar sisiwa akan berwujud dalam bentuk perasaan senang atau tidak senang,
setuju atau tidak setuju, suka atau tidak suka terhadap hal-hal tersebut. Sikap seperti
itu akan berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar yang dicapainya.

C. Peranan sikap belajar

Sikap belajar ikut menentukan intensitas kegiatan belajar. Sikap belajar yang positif
akan menimbulkan intensitas kegiatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sikap
belajar yang negatif. Peranan sikap bukan saja ikut menentukan apa yang dilihat
seseorang melainkan juga bagaimana ia melihatnya.

Segi afektif dalam sikap merupakan sumber motif. Sikap belajar yang positif dapat
disamakan dengan minat, sedangkan minat akan memperlancar jalannya pelajaran
siswa yang malas, tidak mau belajar dan gagal dalam belajar, disebabkan oleh tidak
adanya minat.

Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap belajar
ikut berperan dalam menentukan aktivitas belajar siswa. Sikap belajar yang positif
berkaitan erat dengan minat dan motivasi. Oleh karena itu, apabila faktor lainnya
sama, siswa yang sikap belajarnya positif akan belajar lebih aktif dan dengan
demikian akan memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan siswa yang sikap
belajarnya negatif.
Cara menegembangkan sikap belajar yang positif :

 Bangkitkan kebutuhan untuk menghargai keindahan, untuk mendapat


penghargaan, dan sebagainya;
 Hubungkan dengan pengalaman yang lampau;
 Beri kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik;
 Gunakan berbagai metode mengajar seperti diskusi, kerja kelompok,
membaca, demonstrasi, dan sebagainya.

2.2 Kebiasaan Belajar

Berbagai hasil penelitian menunjukkan, bahwa hasil belajar mempunyai korelasi


positif dengan kebiasaan belajar atau studi habit. Witherington dalam Andi Mappiare
1983 mengartikan kebiasaan (habit) sebagai : an acquired way of acting which is
persistent, uniform, and fairly automatic.

Kebiasaan merupakan cara bertindak yang diperoleh melalui belajar secara berulang-
ulang yang pada akhirnya menjadi menetap dan bersifat otomatis.

Setiap siswa yang telah mengalami proses belajar kebiasaan-kebiasaanya akan tampak
berubah. Menurut Burghardt (1973) kebiasaan itu timbul karena proses penyusunan
kecenderungan respons dengan menggunakan stimulus yang berulang-ulang.

Perbuatan kebiasaan tidak memerlukan konsentrasi perhatian dan pikiran dalam


melakukannya. Kebiasaan dapat berjalan terus, sementara individu memikirkan atau
memperhatikan hal-hal lain.
Kebiasaan belajar dapat diartikan sebagai cara atau teknik yang menetap pada diri
siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan
pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan.

A. Peranan Kebiasaan Belajar

Kebiasaan belajar cenderung menguasai perilaku siswa pada setiap kali mereka
melakukan kegiatan belajar. Sebabnya ialah karena kebiasaan mengandung motivasi
yang kuat. Pada umumnya setiap orang bertindak berdasarkan force of habit sekalipun
ia tahu, bahwa ada cara lain yang mungkin lebih menguntungkan. Hal ini disebabkan
oleh kebiasaan sebagai cara yang mudah dan tidak memerlukan konsentraasi dan
perhatian yang besar.

Sesuai dengan Law of effect dalam belajar, perbuatan yang menimbulkan kesenangan
cenderung untuk diulang. Oleh karena itu, tindakan berdasarkan kebiasaan bersifat
mengkukuhkan (reinforcing). Sumadi Suryabrata merumuskan cara belajar yang
efisien adalah dengan usaha sekecil-kecilnya memberikan hasil yang sebesar-besarnya
bagi perkembangan individu yang belajar. Mengenai cara belajar yang efisien, belum
menjamin keberhasilan dalam belajar. Yang paling penting , siswa dalam
mempraktikannya dalam belajar sehari-hari, sehingga lama-kelamaan menjadi
kebiasaan, baik di dalam maupun di luar kelas.

2.3 Transfer Belajar


Transfer belajar merupakan suatu proses di mana pelajar menggunakan informasi
sebelumnya dalam konteks yang baru. Transfer belajar sangat penting karena terkait
dengan pembelajaran selanjutnya dalam konteks yang baru. Berbagai ragam transfer
belajar akan difahami agar dapat memahami kondisi pelajar ketika diantara mereka ada
yang dapat menerima materi baru ataupun sebaliknya. Kemudian perlu difahami factor
yang memudahkan di dalam transfer belajar. Kemudian teori daya dan transfer akan
menjelaskan pentingnya melatih daya-daya, sepertidaya ingatan, berfikir, merasakan
sebagainya di sekolah, sehingga daya-daya yang sudah terlatih itu akan dapat digunakan
dalam mata-mata pelajaran yang lain dan juga bagi pekerjaan-pekerjaan lain di luar
sekolah.
Transfer menurut Gage dan Berlinner (1984) adalah suatu proses yang memungkinkan
menggunakan pelajaran sebelumnya di dalam situasi yang baru. Sedangkan menurut
Gentile, dkk (dalam Santrock, 2007) transfer adalah seseorang mengaplikasikan
pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya untuk mempelajari atau memecahkan
masalah (problem solving) dalam situasi baru

Transfer sangat penting di dalam belajar karena transfer menyebabkan pelajar


mempergunakan informasinya di dalam konteks yang baru:

Sekolah tidak mampu mengajarkan pelajar segala sesuatu yang mereka ingin ketahui,
tetapi seharusnya melengkapi pelajar dengan kemampuan untuk mentransfer---
menggunakan apa yang telah mereka pelajari untuk mengatasi permasalahan baru secara
sukses atau untuk belajar secara cepat di dalam situasi baru (Mayer & Wittrock dalam
Eggen & Kauchack, 2004).

Mengingat kembali suatu informasi bukan suatu transfer. Transfer terjadi ketika pelajar
dapat mengatasi permasalahan yang mereka tidak temukan sebelumnya, dan transfer
terjadi di dalam strategi belajar. Contohnya di dalam membuat beberapa pertanyaan
mengenai apa yang sudah dipelajari.

Transfer dalam belajar ada yang bersifat positif dan ada yang negatif. Transfer belajar
disebut positif jika pengalaman-pengalaman atau kecakapan-kecakapan yang telah
dipelajari dapat diterapkan untuk mempelajari situasi yang baru. Atau dengan kata lain,
respons yang lama dapat memudahkan untuk menerima stimulus yang baru. Contohnya,
seorang siswa yang telah menguasai matematika akan mudah mempelajari statistika.
Contoh lain adalah kepandaian mengendarai sepeda membuat orang mudah belajar naik
sepeda motor.

Adapun disebut transfer negatif jika pengalaman atau kecakapan yang lama menghambat
untuk menerima pelajaran/kecakapan yang baru. Contoh berikut kiranya dapat
mempenjelas pengertian kita. Seseorang yang telah biasa mengetik dengan dua jari, jika
ia akan belajar mengetik dengan sepuluh jari tanpa melihat, akan lebih banyak mengalami
kesukaran daripada seseorang yang baru belajar mengetik. Seorang guru yang berusaha
memperbaiki/mengajar membaca anak-anak yang telah gagal diajar oleh guru lain dengan
suatu metode, akan banyak mengalami kesukaran dan memakan waktu yang lebih lama,
daripada mengajari anak- anak yang baru saja belajar membaca.

Menurut Gagne (baca: Gaenye) seorang education psychologist (pakar psikologi


pendidikan) yang masyhur, transfer dalam belajar dapat digolongkan ke dalam empat
kategori.
 Transfer positif, yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar
selanjutnya.
 Transfer negatif, yaitu transfer yang berefek buruk terhadap kegiatan belajar
selanjutnya;
 Transfer vertikal, yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar
pengetahuan/keterampilan yang lebih tinggi.
 Transfer lateral, yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar
pengetahuan /keterampilan yang sederajat.

Penjelasan lebih lanjut mengenai aneka ragam transfer adalah sebagai berikut :

a. Transfer positif
Transfer positif dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila guru membantu untuk
belajar dalam situasi tertentu yang mempermudah siswa tersebut belajar dalam situasi-
situasi lainnya. Dalam hal ini, transfer positif menurut Barlow (dalam Syah, 2006) adalah
learning in one situation helpful in other situations, yakni belajar dalam suatu situasi yang
dapat membantu belajar dalam situasi-situasi lain.

b. Transfer negatif
Transfer negatif dapat dialami seorang siswa apabila ia belajar dalam situasi tertentu yang
memiliki pengaruh merusak terhadap keterampilan/pengetahuan yang dipelajari dalam
situasi-situasi lainnya.Pengertian ini diambil dari Educational Psychology: The Teaching-
Learning Process oleh Daniel Lenox Barlow (1985) yang menyatakan bahwa transfer
negatif itu berarti, learning in one situation has a damaging effect in other situations.

c. Transfer vertikal
Transfer vertikal (tegak lurus) dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila pelajaran
yang telah dipelajari dalam situasi tertentu membantu siswa tersebut dalam menguasai
pengetahuan/keterampilan yang lebih tinggi atau rumit. Misalnya, seorang siswa SD yang
telah menguasai prinsip penjumlahan dan pengurangan pada waktu menduduki kelas II
akan mudah mempelajari perkalian pada waktu dia menduduki kelas III. Sehubungan
dengan hal ini, penguasaan materi pelajaran kelas II merupakan prerequisite (prasyarat)
untuk mempelajari materi pelajaran kelas III.Agar memperoleh transfer vertikal, guru
sangat dianjurkan untuk menjelaskan kepada para siswa secara eksplisit mengenai faidah
materi yang sedang diajarkannya bagi kegiatan belajar materi lainnya yang lebih
kompleks. Upaya ini penting sebab kalau siswa tidak memiliki alasan yang benar
mengapa ia harus mempelajari materi yang sedang diajarkan gurunya itu (antara lain
untuk transfer vertikal), mungkin ia tak akan mampu memanfaatkan materi tadi untuk
mempelajari materi lainnya yang lebih rumit. Padahal, learning in one situation allows
mastery of more complex skills in other situations (Barlow, dalam Syah 2006) yang
berarti bahwa belajar dalam suatu situasi memungkinkan siswa menguasai keterampilan-
keterampilan yang lebih rumit dalam situasi yang lain.

d. Transfer lateral
Transfer lateral (ke arah samping) dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila ia
mampu menggunakan materi yang telah dipelajarinya untuk mempelajari materi yang
sama kerumitannya dalam situasi-situasi yang lain. Dalam hal ini, perubahan waktu dan
tempat tidak mengurangi mutu hasil belajar siswa tersebut. Contoh: seorang lulusan SIM
yang telah menguasai teknologi ‘X’ dari sekolahnya dapat menjalankan mesin tersebut di
tempat kerjanya. Di samping itu, ia juga mampu mengikuti pelatihan menggunakan
teknologi mesin-mesin lainnya yang mengandung elemen dan kerumitan yang kurang
lebih sama dengan mesin “X’ tadi. Hasilnya, transfer lateral itu dapat dikatakan sebagai
gejala wajar yang memang sangat diharapkan baik oleh pihak pengajar maupun pihak
pelajar. Namun, idealnya hasil belajar siswa tidak hanya dapat digunakan dalam konteks
kehidupan yang sama rumitnya dengan belajar, tetapi juga dapat digunakan dalam
konteks kehidupan yang lebih kompleks dan penuh persaingan.

Menurut Eggen & Kauchack (2004) sedikitnya terdapat enam factor yang dapat
mempengaruhi kemampuan pelajar untuk transfer, sebagai berikut:
Kesamaan di dalam situasi belajar
Pemahaman mendalam atas apa yang telah dipelajari
Kualitas dari pengalaman belajar
Situasi untuk pengalaman pelajar
Variasi dari situasi dan pengalaman
Penekanan metacognition

Kesamaan di dalam situasi belajar


Transfer belajar terjadi apabila seseorang dapat menerapkan sebagian atau semua
kecakapan-kecakapan yang telah dipelajarinya ke dalam situasi lain yang tertentu.
Seseorang yang telah dapat mengendarai sepeda motor lebih mudah jika ia belajar
mengendarai mobil. Pengetahuan dan kecakapannya mengendarai sepeda motor
diterapkan atau ditransferkan kepada kecakapan mengendarai mobil.

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan Uraian diatas maka dapat disimpulkan :


Belajar merupakan suatu tahapan aktivitas yang mengahasilkan perubahan
perilaku dan mental yang relative tetap sebagai bentuk respons terhadap suatu
situasi atau sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.Sikap
merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang
membawa diri sesuai dengan penilaian.Sikap belajar dapat diartikan sebagai
kecenderungan perilaku seseorang tatkala ia mempelajari hal-hal yang bersifat
akademik.Sikap belajar yang positif akan menimbulkan intensitas kegiatan
yang lebih tinggi dibanding dengan sikap belajar yang negatif.Sikap belajar
ikut berperan dalam menentukan aktivitas belajar siswa.Kebiasaan merupakan
cara bertindak yang diperoleh melalui belajar secara berulang-ulang, yang
pada akhirnya menetap dan bersifat otomatis.Kebiasaan belajar dapat diartikan
sebagai cara atau teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima
pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu untuk
menyelesaikan kegiatan.Transfer belajar merupakan suatu proses di mana
pelajar menggunakan informasi sebelumnya dalam konteks yang baru.
Transfer belajar sangat penting karena terkait dengan pembelajaran
selanjutnya dalam konteks yang baru.

3.2 Saran

Kritik dan saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
perbaikan dan kesempurnaan Makalah kami.Bagi para pembaca dan rekan-
rekan yang lainnya, jika ingin menambah wawasan dan ingin mengetahui
lebih jauh, maka penulis mengharapkan dengan rendah hati agar lebih
membaca buku-buku lainnya yang berkaitan dengan judul “Sikap dan
Kebiasaan Belajar “Jadikanlah Makalah ini sebagai sarana yang dapat
mendorong para mahasiswa/i berfikir aktif dan kreatif

DAFTAR PUSTAKA
Ali Mohammad.2006.Perkembangan peserta didik.Bandung :Bumi Aksara.

Andi Mappiare,1983.Psikologi orang dewasa.Surabaya:Usaha Nasional.

Dimiyati dan Mudjiono.1994.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta :Depdikbbud

Djaali.2008.Psikologi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.

Haling,Abd.2004.Belajar pembelajaran(suatu Ringkasan).Makassar:UNM

Muhibbin Syah.2000.Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru.Jakarta :

Nasution,S.,1878.Azas-azas kurikulum (Hlm 58).Bandung : Terate

Sumadi Sumabrata.1991.Psikologi pendidikan, Jakarta : Rajawali.

Staton,Thomas F.,1978.Cara –cara mengajar dengan hasil yang baik, terjemahan oleh
tahalele (Bandung;Diponeggoro)

Tanwei Gerson R.2004.Belajar dan Pembelajaran.Unesa University Press

Winkel,WS.1996. Psikologi Pengajaran.Yogyakarta : Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai