Makalah
Makalah
Dosen Pengampu : 1.
2.
Disusun oleh
(Nama)
Segala puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segenap
kekuatan dan kesanggupan, sehingga makalah yang berjudul "Sikap dan Kebiasaan Belajar
”Ini dapat diselesaikan tepat waktu. Dalam tugas ini, kami menyampaikan rasa terima kasih
kepada (nama dosen) selaku dosen pembimbing mata kuliah (nama mata kuliah) yang telah
memperkenankan kami untuk menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan kepada pembaca mengenai (Sikap dan
Kebiasaan Belajar).Tetapi kami juga menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna.
Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Demikian makalah ini kami susun, apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dan banyak
terdapat kekurangan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6
3.1 Kesimpulan.................................................................................................28
3.2 Saran...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Peranan pendidikan dalam mempersiapkan sumber daya manusia dalam menghadapi era
globalisasi tidaklah mudah. Pendidikan selalu menghadapi tantangan yang berat dalam
proses pelaksanaannya. Masalah mutu adalah salah satu tantangan terbesar dalam bidang
pendidikan. Mendidik anak mulai dari nol hingga memperoleh pengetahuan yang
bermutu kemudian mempertahankan mutu tersebut sangatlah sulit. Dengan demikian
diperlukan perhatian yang intensif dalam pelaksanaan proses pendidikan tersebut. Dan
jika kita berbicara proses maka pasti berkaitan dengan belajar.
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari masalah ini ialah
PEMBAHASAN
Menurut Morgan, et al. (1986) belajar dapat didefinisikan sebagai setiap perubahan
tingkah laku yang relative tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman.
Omrod (1995) mendeskripsikan adanya dua definisi belajar yang berbeda. Definisi
pertama menyatakan bahwa “ learning is a relatively permanent change in behavior
due to experience”. Belajar merupakan perubahan perilaku yang relatif permanen
karena pengalaman . sedangkan definisi kedua menyatakan bahwa “learning is
relatively permanent change in mental associations due to experience”. Belajar
merupakan perubahan mental yang relatif permanen karena pengalaman. Definisi
pertama memberikan penekanan pada perubahan perilaku, sedangkan definisi kedua
memberikan penekanan pada perubahan mental.
Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar bukan perubahan tingkah laku
karena proses kematangan.
Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar bukan perubahan tingkah laku
karena perubahan kondisi fisik.
Hasil belajar bersifat relative menetap.
Selain yang dikemukakan diatas, unsure/cirri-ciri belajar dapat pula dilihat sebagai
berikut :
Tujuan Belajar
Belajar pada diri manusia, merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan
mempunyai tujuan serta sasaran yaitu :
Tujuan belajar dapat diartikan sebagai kondisi yang diinginkan setelah pebelajar
(individu yang belajar) selesai melakukan kegiatan belajar.Dalam pengertian bahwa
setelah belajar diharapkan akan terjadi perubahan dalam diri siswa, dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak memahami menjadi memahami, dari tidak terampil menjadi
terampil dan sebagainya. Demikian pula dalam hal sikap, belajar bertujuan untuk
membangun sikap yang positif terhadap sesuatu.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar dan faktor-faktor tersebut
dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
Dari faktor-faktor tersebut diatas sikap dan kebiasaan belajar merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi terjadinya proses belajar. Olehnya itu pada kesempatan ini
makalah ini akan membahasnya lebih jauh.
A. Definisi Sikap
Sikap dapat didefinisikan dengan berbagai cara dan setiap definisi itu berbeda satu
sama lain. (Trow :109) mendefinisikan sikap sebagai suatu kesiapan mental atau
emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat. Disini Trow lebih
menekankan pada kesiapan mental atau emosional seseorang terhadap suatu objek.
Sementara Allport seperti yang dikutip oleh (Gable : 45) mengemukakan bahwa sikap
adalah sesuatu kesiapan mental dan saraf yang tersusun melalui pengalaman dan
memberikan pengaruh langsung kepada respons individu terhadap semua objek atau
situasi yang berhubungan dengan objek itu. Sikap adalah kecenderungan untuk
berkenaan dengan objek tertentu. Sikap bukan tindakan nyata melainkan masih
bersifat tertutup.
Brown dan Holtzman mengembangkan konsep sikap belajar melalui dua komponen,
yaitu Teacher Approval (TA) dan Education Acceptance (EA). TA berhubungan
dengan pandangan siswa terhadap guru-guru. EA terdiri atas penerimaan dan
penolakan siswa terhadap tujuan yang akan dicapai;materi yang akan disajikan,
praktik, tugas, dan persyaratan yang ditetapkan disekolah.
Sikap belajar penting karena didasarkan atas peranan guru sebagai leader dalam
proses belajar mengajar.Sikap belajar bukan saja sikap yang ditujukan pada guru,
melainkan juga kepada tujuan yang akan dicapai, materi pelajaran, tugas dan lain-lain.
Sikap belajar sisiwa akan berwujud dalam bentuk perasaan senang atau tidak senang,
setuju atau tidak setuju, suka atau tidak suka terhadap hal-hal tersebut. Sikap seperti
itu akan berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar yang dicapainya.
Sikap belajar ikut menentukan intensitas kegiatan belajar. Sikap belajar yang positif
akan menimbulkan intensitas kegiatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sikap
belajar yang negatif. Peranan sikap bukan saja ikut menentukan apa yang dilihat
seseorang melainkan juga bagaimana ia melihatnya.
Segi afektif dalam sikap merupakan sumber motif. Sikap belajar yang positif dapat
disamakan dengan minat, sedangkan minat akan memperlancar jalannya pelajaran
siswa yang malas, tidak mau belajar dan gagal dalam belajar, disebabkan oleh tidak
adanya minat.
Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap belajar
ikut berperan dalam menentukan aktivitas belajar siswa. Sikap belajar yang positif
berkaitan erat dengan minat dan motivasi. Oleh karena itu, apabila faktor lainnya
sama, siswa yang sikap belajarnya positif akan belajar lebih aktif dan dengan
demikian akan memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan siswa yang sikap
belajarnya negatif.
Cara menegembangkan sikap belajar yang positif :
Kebiasaan merupakan cara bertindak yang diperoleh melalui belajar secara berulang-
ulang yang pada akhirnya menjadi menetap dan bersifat otomatis.
Setiap siswa yang telah mengalami proses belajar kebiasaan-kebiasaanya akan tampak
berubah. Menurut Burghardt (1973) kebiasaan itu timbul karena proses penyusunan
kecenderungan respons dengan menggunakan stimulus yang berulang-ulang.
Kebiasaan belajar cenderung menguasai perilaku siswa pada setiap kali mereka
melakukan kegiatan belajar. Sebabnya ialah karena kebiasaan mengandung motivasi
yang kuat. Pada umumnya setiap orang bertindak berdasarkan force of habit sekalipun
ia tahu, bahwa ada cara lain yang mungkin lebih menguntungkan. Hal ini disebabkan
oleh kebiasaan sebagai cara yang mudah dan tidak memerlukan konsentraasi dan
perhatian yang besar.
Sesuai dengan Law of effect dalam belajar, perbuatan yang menimbulkan kesenangan
cenderung untuk diulang. Oleh karena itu, tindakan berdasarkan kebiasaan bersifat
mengkukuhkan (reinforcing). Sumadi Suryabrata merumuskan cara belajar yang
efisien adalah dengan usaha sekecil-kecilnya memberikan hasil yang sebesar-besarnya
bagi perkembangan individu yang belajar. Mengenai cara belajar yang efisien, belum
menjamin keberhasilan dalam belajar. Yang paling penting , siswa dalam
mempraktikannya dalam belajar sehari-hari, sehingga lama-kelamaan menjadi
kebiasaan, baik di dalam maupun di luar kelas.
Sekolah tidak mampu mengajarkan pelajar segala sesuatu yang mereka ingin ketahui,
tetapi seharusnya melengkapi pelajar dengan kemampuan untuk mentransfer---
menggunakan apa yang telah mereka pelajari untuk mengatasi permasalahan baru secara
sukses atau untuk belajar secara cepat di dalam situasi baru (Mayer & Wittrock dalam
Eggen & Kauchack, 2004).
Mengingat kembali suatu informasi bukan suatu transfer. Transfer terjadi ketika pelajar
dapat mengatasi permasalahan yang mereka tidak temukan sebelumnya, dan transfer
terjadi di dalam strategi belajar. Contohnya di dalam membuat beberapa pertanyaan
mengenai apa yang sudah dipelajari.
Transfer dalam belajar ada yang bersifat positif dan ada yang negatif. Transfer belajar
disebut positif jika pengalaman-pengalaman atau kecakapan-kecakapan yang telah
dipelajari dapat diterapkan untuk mempelajari situasi yang baru. Atau dengan kata lain,
respons yang lama dapat memudahkan untuk menerima stimulus yang baru. Contohnya,
seorang siswa yang telah menguasai matematika akan mudah mempelajari statistika.
Contoh lain adalah kepandaian mengendarai sepeda membuat orang mudah belajar naik
sepeda motor.
Adapun disebut transfer negatif jika pengalaman atau kecakapan yang lama menghambat
untuk menerima pelajaran/kecakapan yang baru. Contoh berikut kiranya dapat
mempenjelas pengertian kita. Seseorang yang telah biasa mengetik dengan dua jari, jika
ia akan belajar mengetik dengan sepuluh jari tanpa melihat, akan lebih banyak mengalami
kesukaran daripada seseorang yang baru belajar mengetik. Seorang guru yang berusaha
memperbaiki/mengajar membaca anak-anak yang telah gagal diajar oleh guru lain dengan
suatu metode, akan banyak mengalami kesukaran dan memakan waktu yang lebih lama,
daripada mengajari anak- anak yang baru saja belajar membaca.
Penjelasan lebih lanjut mengenai aneka ragam transfer adalah sebagai berikut :
a. Transfer positif
Transfer positif dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila guru membantu untuk
belajar dalam situasi tertentu yang mempermudah siswa tersebut belajar dalam situasi-
situasi lainnya. Dalam hal ini, transfer positif menurut Barlow (dalam Syah, 2006) adalah
learning in one situation helpful in other situations, yakni belajar dalam suatu situasi yang
dapat membantu belajar dalam situasi-situasi lain.
b. Transfer negatif
Transfer negatif dapat dialami seorang siswa apabila ia belajar dalam situasi tertentu yang
memiliki pengaruh merusak terhadap keterampilan/pengetahuan yang dipelajari dalam
situasi-situasi lainnya.Pengertian ini diambil dari Educational Psychology: The Teaching-
Learning Process oleh Daniel Lenox Barlow (1985) yang menyatakan bahwa transfer
negatif itu berarti, learning in one situation has a damaging effect in other situations.
c. Transfer vertikal
Transfer vertikal (tegak lurus) dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila pelajaran
yang telah dipelajari dalam situasi tertentu membantu siswa tersebut dalam menguasai
pengetahuan/keterampilan yang lebih tinggi atau rumit. Misalnya, seorang siswa SD yang
telah menguasai prinsip penjumlahan dan pengurangan pada waktu menduduki kelas II
akan mudah mempelajari perkalian pada waktu dia menduduki kelas III. Sehubungan
dengan hal ini, penguasaan materi pelajaran kelas II merupakan prerequisite (prasyarat)
untuk mempelajari materi pelajaran kelas III.Agar memperoleh transfer vertikal, guru
sangat dianjurkan untuk menjelaskan kepada para siswa secara eksplisit mengenai faidah
materi yang sedang diajarkannya bagi kegiatan belajar materi lainnya yang lebih
kompleks. Upaya ini penting sebab kalau siswa tidak memiliki alasan yang benar
mengapa ia harus mempelajari materi yang sedang diajarkan gurunya itu (antara lain
untuk transfer vertikal), mungkin ia tak akan mampu memanfaatkan materi tadi untuk
mempelajari materi lainnya yang lebih rumit. Padahal, learning in one situation allows
mastery of more complex skills in other situations (Barlow, dalam Syah 2006) yang
berarti bahwa belajar dalam suatu situasi memungkinkan siswa menguasai keterampilan-
keterampilan yang lebih rumit dalam situasi yang lain.
d. Transfer lateral
Transfer lateral (ke arah samping) dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila ia
mampu menggunakan materi yang telah dipelajarinya untuk mempelajari materi yang
sama kerumitannya dalam situasi-situasi yang lain. Dalam hal ini, perubahan waktu dan
tempat tidak mengurangi mutu hasil belajar siswa tersebut. Contoh: seorang lulusan SIM
yang telah menguasai teknologi ‘X’ dari sekolahnya dapat menjalankan mesin tersebut di
tempat kerjanya. Di samping itu, ia juga mampu mengikuti pelatihan menggunakan
teknologi mesin-mesin lainnya yang mengandung elemen dan kerumitan yang kurang
lebih sama dengan mesin “X’ tadi. Hasilnya, transfer lateral itu dapat dikatakan sebagai
gejala wajar yang memang sangat diharapkan baik oleh pihak pengajar maupun pihak
pelajar. Namun, idealnya hasil belajar siswa tidak hanya dapat digunakan dalam konteks
kehidupan yang sama rumitnya dengan belajar, tetapi juga dapat digunakan dalam
konteks kehidupan yang lebih kompleks dan penuh persaingan.
Menurut Eggen & Kauchack (2004) sedikitnya terdapat enam factor yang dapat
mempengaruhi kemampuan pelajar untuk transfer, sebagai berikut:
Kesamaan di dalam situasi belajar
Pemahaman mendalam atas apa yang telah dipelajari
Kualitas dari pengalaman belajar
Situasi untuk pengalaman pelajar
Variasi dari situasi dan pengalaman
Penekanan metacognition
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
Kritik dan saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
perbaikan dan kesempurnaan Makalah kami.Bagi para pembaca dan rekan-
rekan yang lainnya, jika ingin menambah wawasan dan ingin mengetahui
lebih jauh, maka penulis mengharapkan dengan rendah hati agar lebih
membaca buku-buku lainnya yang berkaitan dengan judul “Sikap dan
Kebiasaan Belajar “Jadikanlah Makalah ini sebagai sarana yang dapat
mendorong para mahasiswa/i berfikir aktif dan kreatif
DAFTAR PUSTAKA
Ali Mohammad.2006.Perkembangan peserta didik.Bandung :Bumi Aksara.
Staton,Thomas F.,1978.Cara –cara mengajar dengan hasil yang baik, terjemahan oleh
tahalele (Bandung;Diponeggoro)