Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Penerapan Good Corporate Governance

TUTOR: Patricia Purba,MPA

OLEH:

NAMA : TITIS SANGHA MAHESWARI

NIM : 042484943

UNIVERSITAS TERBUKA

2022
Bab I

Pendahuluan

Good Corporate Government merupakan salah satu pilar dari ssitem ekonomi pasar. Penerapan
Good Corporate Government diyakini dapat memberikan kontribusikan yang strategis dalam
meningkatkan kesejahteraan rakyat, menciptakan iklim bisnis yang sehat, meningkatkan
kemampuan daya saing, serta sangat efektif menghindari terjadinya penyimpangan-
penyimpangan. Penerapan Good Corporate governance akan mencegah kesalahan dalam
pengambilan keputusan dan perbuatan menguntungkan diri sendiri sehingga secara otomatis
akan meningkatkan nilai yang tercermin pada kinerja keuangan.

Pembahasan tentang good corporate governance (tata kelola perusahaan yang baik) berawal dari
pemisahan antara principal (pemilik) dengan pihak agent (pengelola) dalam sebuah korporasi
modern, yaitu untuk menyelesaikan masalah keagenan (the agency problem) diantara pemilik,
pengelola dan stakeholder yang lain secara efektif. Dengan diterapkan good corporate
governance akan tersedia nilai lebih dan ukuran kinerja yang jelas dalam mencapai tujuan
perusahaan serta adanyamekanisme untuk penilaian akuntabilitas dan transparasi untuk
memastikan bahwa peningkatan kesejahteraan lahir sebagai akibat dari peningkatan nilai
perusahaan yang telah didistribusikan secara nyata.

Diterapkan good corporate governance tidak terlepas adanya keinginan perusahaan agar dapat
berjalan dengan baik, efisien serta memperoleh output yang memuaskan. Yaitu apabila semua
mekanisme yang ada dapat berjalan dengan baik mulai dari top manajemen sampai level paling
bawah, terlihat dengan adanya aturan yang menjamin terlaksanannya tugas pokok dan fungsi
masing-masing serta dilaksanajjannya tugas tersebut sehingga tercipta suasana kerja yang baik.
Perusahaan juga menampakkan pengaruhnya di masyarakat sebagai perusahaan yang tumbuh san
berkembang serta memberikan banyak manfaat sebagai imbas dari pelaksanaan praktik yang
sehat atau tata kelola yang baik.
BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Pengertian Good Corporate Governance


Istilah corporate government diperkenalkan pertama kali oleh Komite Cadburry pada
tahun 1992 dalam laporannya yang dikenal sebagai Cadbiry Report. Isu corporate
governance semakin berkembang ketika beberapa peristiwa ekonomi penting terjadi.
Seperti krisis keuangan asia pada 1997, dilanjutkan dengan kejatuhan perusahaan besar
seperti Enron dan Worldcom tahun 2002, serta krisis subprime mortage di Amerika
Serikat pada tahun 2008. Beberapa peristiwa tersebut menyadarkan dunia akan
pentingnya penerapan good corporate governance. Kare melihat dampak dari krisis
tersebut yaitu banyaknya perusahaan yang berjatuhan karena tidak mampu untuk
bertahan.
Corporrate governance didefinisikan sebagai susunan aturan yang menentukan hubungan
antara pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan dan stakeholder
internal dan eksternal yang lain sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya (FCGI, 2003).
Sedangkan menurut OECD (2004) good corporate governance merupakan satu set
hubungan antara manajemen perusahaan, dewan, pemegang saham, dan pemangku
kepentingan lainnya.
Komite cadbury mendefinisikan Corporate Governance sebagai sistem yang
mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan, agar mencapai
keseimbangan anatar kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk
menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders. Hal
ini berkaitan dengan peraturan kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham
dan sebagainya.
Konsep Good Corporate Governance secara definitif merupakan sistem yang mengatur
dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) untuk
semua stakeholder. Ada 2 hal yang ditekankan dalam konsep ini, pertama pentingnya hak
pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya
dan kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara
akurat, tepat waktu dan transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan,
kepemilikan dan stakeholder.
Dapat disimpulkan bahwa Corporate Government adalah sistem, proses dan seperangkat
peraturan yang mengatur hubungan anatar berbagai pihak yang berkepentingan terutama
dalam arti sempit, hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris dan dewan
direksi demi mencapai tujaun organisasi.
B. Mekanisme Penerapan Good Coprorate Governance
Dalam suatu pelaksanaan aktivitas perusahaan, prinsip Good Corporate Governance
(GCG) dituangkan dalam suatu mekanisme. Mekanisme ini dibutuhkan agar ativitas
perusahaan dapat berjalan secara sehat sesuai dengan arah yang ditetapkan. Dalam kaitan
ini, mekanisme governance. Menurut Akhmad Syakhroza (2002) good corporate
governance dapat diartikan sebagai suatu aturan main, prosedur dan hubungan yang jelas
antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang akan melakukan pengawasan
terhadap keputusan tersebut.
Sementara menurut Ahmad Daniri (2005) mekanisme good corporate governance adalah
suatu pola hubungan, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan (Direksi,
Dewan Komisaris, RUPS) guna memberikan nilai tambah kepada pemegang saham
secara berkesinambungan dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan
kepentingan skateholers lainnya, berlandaskan peraturan dan perundangan dan norma
yang berlaku. Dalam kegiatan memonitoring perusahaan mekanisme good corporate
governance adakah dewan komisaris dan komite audit.
a. Dewan Komisaris terdiri dari beberapa komisaris salah satunya komisaris
independen. Komisaris sebuah perusahaan diangkat oleh RUPS. Mereka diangkat
untuk suatu periode tertentu, dan apabila dimungkinkan, mereka bisa diangkat
kembali. Dewan komisaris merupakan inti dari corporate governance yang ditugaskan
untuk menjamin pelaksanaan strategis perusahaan, mengawasi manajemen dalam
mengelola perusajaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Dewan
momisaris merupakan pusat ketahanan dan kesuksesan perusahaan.
b. Komite Audit adalah suatu komite yang sedikitnya terdiri dari tiga orang, diketahui
oleh komisaris independen perusahaan dengan 2 orang eksternal yang independen
terhadap perusahaan serta menguasasi dan memiliki latar belakang akuntansi dan
keuangan. Dengan adanya komite audit dapat memberikan nilai tambah terhadap
penerapan prinsip-prinsip GCG yang pada akhirnya dapat membatasi atau bahkan
mencegah manajemen laba. Komite audit bertugas untuk memberikan pendapat yang
independen kepada dewan komisaris terhadap atau hal-hal yang disampaikan oleh
direksi kepada dewan komisaris.
BAB III

ISI

Setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas Good Corporate Governance diterapkan pada
setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Asas Good Corporate Governance
diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha (sustainabilit) perusahaan dengan
memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholders). Asas yang dimaksud meliputi sebagai
berikut:

1. Transparasi: Bahwa untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan


harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadahi, jelas, akurat dan dapat
diperbandingkan, serta mudah diakses oleh pemangku kepentimgan sesuai dengan
haknya.
2. Akuntabilitas: bahwa perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya
secara transparan dan wajar. Perusahaan harus dikelola secara benar, terukur, dan sesuai
dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang
saham dan pemangku kepentingan lain.
3. Responsibilitas: bahwa organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan
memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran dasar dan
peraturan perusahaan serta melaksanakan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat dan
kelestarian lingkungan disekitar perusahaan sehingga kesinambungan usaha dalam jangka
oanjang dapat terpelihara dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.
4. Independensi: Bahwa melancarkan pelaksanaan asas Good Corporate Governance,
perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan
tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
5. Kewajaran dan Kesetaraan: Bahwa dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus
senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan
lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
6. Etika bisnis dan Pedoman Perilaku: Bahwa setiap perusahaan harus memiliki nilai-nilai
perusahaan yang menggambarkan sikap moral perusahaan dalam mencapai visi dan misi
perusahaan.
Dengan demikian untuk mencapai keberhasilan dalam jangka panjang penerapan Good
Corporate Governance perlu dilandasi oleh pedoman perilaku yang dapat menjadi acuan bagi
organ perusahaan dan semua karyawan dalam menerapkan nilai-nilai dan etika bisnis secara
berkesinambungan sehingga mendukung terciptanya budaya perusahaan.

Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-11/M-MBU/2002 Tentang
Penerapan Praktek Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Dalam Bab I Pasal 1, Corporate governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan
oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna
mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka oanjang dengan tetap memperhatikan
kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai etika.
Kemudian pada Pasal 2 BUMN wajib menerapkan good corporate governance secara konsisten
dan atau menjadikan good corporate governance sebagai landasan operasional.

Penerapan Good Corporate Governance pada BUMN, bertujuan untuk:

a. Memaksimalkan nilai BUMN dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan,


akuntabilitas, dapa dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar perusahaan memiliki
daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional;
b. Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, transparan dan efisien,serta
memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ;
c. Mendorong agar organ dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi
nilai moral yang tinggi dan kepatutan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial BUMN terhadap
stakeholders maupun kelestarian lingkungan di sekitar BUMN
d. Meningkatkan kontribusi BUMN dan perekonomian nasional
e. Meningkatkan iklim investasi nasional
f. Mensukseskan program privatisasi

Menurut Sofyan A. Djalil mengungkapkan bahwa keberhasilan implementasi Good Corporate


Governance di BUMN/D dapat terlihat dari oeningkatan kualitas proses pengambilan keputusan
korporasi yang didasarkan pada good faith, diligent, care, dan tidak ada konflik kepentingan.
Keberhasilan implementasi Good Corporate Governance di BUMN/D sangat ditentukan oleh
faktor-faktor:

1. Struktur pengelolaan BUMN, yang diarahkan segara diubah dari pendektan birokratis
akan direduksi secara signifikan menjadi pengelolaan BUMN yang benar-benar
menjalankan prinsip korporasi berbasis kinerja
2. Sistem Manajemen BUMN, terutama antara lain yang terkait dengan siklus perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan program, pemantauan, serta evaluasi dan audit kinerja yang
tidak boleh lagi dilaksanakan secara business-as-usual dan birokratis, tetapi harus mampu
mengatasi hurdle atau benchmark yang menantang dari perusahaan sejenis baik domestik
dan regional. Proses perencanaan dan penganggaran perusahaan harus benar-benar
dibahas seacar rigorous dengan target yang stretched antara pemegang saham dengan
manajemen secara cascading hingga ke tingkat kebawah.
3. Style leadership Direksi dan Dewan Komisaris bukan kepemimpinan, tidak bersifat care
atau bahkan otoriter yang tidak akan kondusif untuk implementasi Good Corporate
Governance. Termasuk dalam hal ini adalah agilitas dan mentalitas juang yang tinggi
merupakan tuntutan yang harus dipenuhi.
4. Skills Direksi, Komisaris, Komite Audit, komite-komite Good Corporate Governance
lainnya menunjukkan kapasitas dan kompetensi yang memadai untuk melaksanakan
tugas dan perannya masing-masing.

Untuk mendorong implementasi asas Good Corporate Governance dan meningkatkan


perlindungan bagi para kreditor di Indonesia, Organ Perseroan (RUPS, Direksi, dan Dewan
Komisaris) didukung oleh Organ Tmabahan dalam struktur perseroan yang mencakup Komisaris
Independen; Direksi Independen/ direksi tidak terafilasi; komite penunjang dewan komisaris; dan
sekretaris perusahaan.
BAB IV

A. Kesimpulan
Good Corporate Governance diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien,
transparan, konsisten dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tiga pilar
penciptaan situasi kondusif bagi penerapan Good Corporate Governance, yaitu negara
dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku psar, dan masyarakat
sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha. Untuk mencapai keberhasilan dalam
jangka panjang, penerapan Good Corporate Governance perlu dilandasi oleh pedoman
perilaku yang dapat menajdikan acuan bagi organ perusahaan dan semua karyawan dalam
menerapkan nilai-nilai (values) dan etika bisnis bisnis secara berkesinambungan sehingga
mendukung terciptanya budaya perusahaan.
Penerapan Good Corporate Governance pada BUMN untuk Memaksimalkan nilai
BUMN dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapa dipercaya,
bertanggung jawab, dan adil agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara
nasional maupun internasional; dan Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional,
transparan dan efisien,serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian
organ;

B. Daftar Pustaka
Buku Materi Pokok ADPU 4337
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : Kep-117/M-Mbu/2002
Eko Sudarmanto, Elly Susanti, Dkk. 2021. Good Corporate Governance (GCG).
Sumatera Utara: Yayasan Kita Menulis
Citrawati, Jatiningrum. 2021. Good Corporate Governance Dan Pengungkapan Enterprise
Risk Management Di Indonesia. Jawa Barat: Penerbit Adab
Riska,Franita. 2018. Mekanisme Good Corporate Governance dan Nilai Perusahaan:
Studi untuk Perusahaan Telekomunikasi. Sumatera Utara: Lembaga Penelitian dan
Penulisan Ilmiah AQLI

Anda mungkin juga menyukai