Gangguan Sistem Pernapasan Fix
Gangguan Sistem Pernapasan Fix
Kep
1
Refleks deflasi Hering Breur (refleks inflasi dan
deflasi) inhibisi inspirasi maksimal dan ekspirasi
maksimal
Redistribusi curah jantung setelah tali pusat diklem
Penurunan suhu tubuh
Hormon persalinan seperti katekolamin
2
Apnea
• Apnea abnormal pada neonatus jika berlangsung lebih dari 20
detik + sianosis dan bradikardia
• Etiologi: imatur pusat pernapasan, obstruksi jalan napas,
kelainan paru berat, gangguan metabolik (hipoglikemia,
perubahan keseimbangan asam-basa, cairan dan elektrolit
tubuh)
• Penanganan: memberikan ransangan mekanis pada neonatus
dengan mengubah letak neonatus atau memukul telapak kaki
neonatus, memberikan oksigenasi intranasal + sedikit tekanan,
atau melakukan ‘frog breathing’
3
• Gejala: dispnea atau hiperpnea dengan frek napas >
60x/menit, sianosis, ‘expiratory grunting’ bunyi dengkuran
saat ekspirasi, retraksi di daerah epigastrium, suprasternal,
intercosta saat inspirasi dan terdapat pe↓an ‘air entry’ dalam
paru
• Pada bayi prematur/ BBLR, dispnea terjadi bayi mengalami
berat lahir rendah sehingga mempunyai dinding dada lemah
sehingga FRC (kapasitas residu fungsional pengisian udara) ↓,
dan terjadi kelainan rasio ventilasi perfusi yang besar kalau
ini menetap lama maka gas akan terperangkap akibatnya
PaO2 menurun dan Pa CO2 meningkat sehingga terjadi
hipoventilasi dan akibatnya terjadi sindrom gawat napas
4
• Sindrom Gawat Napassuatu gejala gangguan pernapasan yang
ditandai dg dispnea, sianosis perifer dan sentral, grunting, retraksi
strenal, napas cuping hidung hingga apnea periodik
• Beberapa kasus sindrom gawat napas RDS/ HMD, sindrom aspirasi
mekonium, dan TTN
• RDS merupakan suatu gangguan pernapasan pada bayi dg usia
kehamilan <35 minggu yg ditandai dg adanya pe↑an kerja
pernapasan spt takipnea, retraksi, napas cuping hidung,
merintih/grunting, sianosis dan apnea
• Merupakan gangguan pernapasan pada bayi terutama disebabkan
krn atelektasis dan pe↓an perfusi paru.
• TTNgangguan pernapasan pada bayi dg usia kehamilan > 35
minggu yg ditandai dg takipnea, pe↑an kebutuhan O2 dan AGD ada
retensi CO2
• Kelainan ini penyebab utama ke†an bayi prematur (50-70%)
• Sering disertai dg riwayat asfiksia pada waktu lahir.
5
hipoksia, retensi CO2 dan asidosis kompensasi tubuh:
me↑kan usaha napas, metabolisme anaerob jaringan yg
me↑kan asam laktat dan menyebabkan tjdnya asidosis
metabolik (hiperkarbia)
Hiperkarbia + hipoksia dan asidosis vasokonstriksi a.
Pulmonalis dg kenaikan shunt dr kanan ke kiri mll foramen
ovale, duktus arteriosus dan dlm paru2 sendiri
Kerusakan endotel dan kapiler dan epitel duktus alveolaris
transudasi ke dlm alveoli dan terbentuk fibrin fibrin dan jar.
epitel yg nekrotik membentuk membran hialin.
• Asidosis dan atelektasis aliran darah dari dan ke
jantungberkurang pembentukan substansi surfaktan
6
• Pemeriksaan darah: asam laktat ↑ (bila > 45mg%,
prognosis buruk), kadar bilirubin lebih tinggi drpd bayi
normal, PaO2 ↓ akibat atelektasis paru, pH darah ↓ dan
defisit basa ↑
7
• Perawatan suportif awal bayi BBLR, terutama pada
pengobatan asidosis , hipoksia, hipotensi dan hipotermi
• Monitor frek. Jantung dan pernapasan, PO2, PCO2, pH,
bikarbonat, elektrolit arteri, glukosa darah, Ht, TD, dan suhu
• Kateterisasi arteri umbilikalis seringkali diperlukan
• Tujuan pengobatan meminimalkan variasi kelainan fisiologis
dan masalah iatrogenik yg menumpangi
• 24 jam I 10% glukosa dan air hrs diberikan parenteral dg
kec 65-75 mL/kg/24 jam
• Elektrolit dan volume cairan ditambah sedikit demi sedikit
sampai 120-150 ml / kg/ 24 jam
8
• Bayi dg HMD berat atau pd yg memiliki komplikasi akibat
apnea terus menerus perlu bantuan ventilasi mekanis.
• Indikasinya:
1. pH darah arteri kurang dari 7,20
2. PCO2 darah arteri 60 mmHg atau lebih
3. PO2 darah arteri 50 mmHg atau kurang pd kadar O2 100 %
4. Apnea menetap
9
Sistemik
• Demam tidak tinggi dan hilang timbul dlm jgka waktu lama (≥ 2minggu):
40-80% kasus. Demam dapat disertai keringat malam.
• Anoreksia, BB tidak naik (jika naik tdk sesuai dg grafik pertumbuhan
<failure to thrive>)
• Malaise (letih, lesu, lemah, lelah)
• Batuk kronik bukan menjadi manifestasi utama pd anak. Mungkin asma
• Batuk lama >3 minggu
• Fokus primer TB paru pd anaktdp pada parenkim yg tdk punya resptor
batuk
• Namun, gejala batuk kronik pd TB anak dapat timbul bl limfadenitis
regional menekan bronkus shg merangsang reseptor batuk scr kronik
• Diare persisten yg tidak sembuh dg pengobatan baku diare
10
• Selain itu batuk berulang dapat timbul krn penurunan imunitas
tubuh mudah mengalami infeksi respiratorik akut berulang
(IRA) berulang
• Gejala sesak jarang dijumpai, kecuali pd keadaan sakit berat
yg berlangsung akut misal TB milier, efusi pleura & pneumonia
TB
• Kelenjar limfe: ada pembesaran kelenjar limfe spt kelenjar limfe kolli
anterior atau posterior, tp dpt jg tjd di aksila, inguinal submandibula
dan supraklavikula. Klinisnya yg dijumpai biasanya multipel,
unilateral, tidak nyeri tekan, tidak hangat pd perabaan, mudah
digerakkan dan dpt slg melekat satu dg yg lain.
• SSPmeningitis TB. Spt nyeri kepala, muntah proyektil, penurunan
kesadaran, kaku kuduk dan kejang
• Skeletal TB tulang. Spt nyeri, bengkak pd sendi yg terkena dan
gangguan atau keterbatasan gerak. Pd bayi dan anak epifisis tulang
merupakan daerah vaskularisasi tinggi yg disukai kuman TB. TB
tulang lebih banyak terjadi pd anak dibanding dg orang dewasa
• Kulit
11
• Paru port d’entree lebih dari 98 % kasus infeksi TB.
• Kuman TB yg terhirup mll droplet dpt mencapai alveolus
• Infiltrasi kuman TB makrofag alveolus memfagosit beberapa
kuman
• Se:an kecil kuman yg tdk berhasil difagosit akn berkembang
dlm makrofag makrofag lisis
• Selanjutnya kuman TB membentuk lesi di tempat tersebut atau
disebut juga dg fokus primer Ghon
• Dr fokus primer Ghon kuman TB menyebar mll sal limfe menuju
kelenjar limfe regional inflamasi di sal limfe (limfangitis) dan
di kelenjar limfe (limfadenitis)
12
• Kelenjar limfe regional jg akan mengalami fibrosis dan enkapsulasi,
namun penyembuhannya biasanya tdk sesempurna fokus primer di
jaringan paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan menetap selama
bertahun-tahun dlm kelenjar ini, tapi tdk menimbulkan gajala sakit TB
• Komplikasi yg tjd berupa fokus primer di paru dpt membesar dan
menyebabkan pneumonitis atau pleuritis fokal
• Jk tjd nekrosis yg berat, :an tgh lesi akan mencair & keluar mll bronkus
shg meninggalkan rongga di jaringan paru (kavitas)
• Kelenjar limfe hilus atau paratrakeal yg mulanya berukuran normal pd
awal infeksi akan membesar krn reaksi inflamasi yg berlanjut shg
bronkus akan tggu.
• Obstruksi parsial pd bronkus akbt teknan eksternal menimbulkan
hiperinflasi di segmen distal paru mll mekanisme ventil
• Obtruksi total dpt menyebabkan atelektasis
• Klnjar yg mengalami inflamasi dan nekrosis dpt merusak dan
menimbulkan erosi dinding bronkus TB endobronkial atau membentuk
fistula
13
• Wallgren: ada 3 bentuk dasar TB paru pd anak: penyebaran
limfohematogen, TB endobronkial, TB paru kronik
• 0,5- 3 % kasus penyebaran limfohematogen akan berkembang
mjdi TB milier atau meningitis TB
14
Uji tuberkulin (+) bila:
• Infeksi TB alamiah: infeksi TB tanpa sakit TB (infeksi TB laten),
infeksi TB dan sakit TB, TB yg telah sembuh
• Imunisasi BCG (imunisasi BCG buatan)
• Infeksi micobacterium atipik
Uji tuberkulin (-) bila:
• Tidak ada infeksi TB
• Dalam masa inkubasi infeksi TB
• Anergi keadaan penekanan sistem imun oleh berbagai
keadaan, shg tubuh tdk memberikan rx thd tuberkulin walau
sudah reinfeksi TB
15
• Pada infeksi TB respon imun seluler lebih memegang peranan
utk pemeriksaan diagnostik (interferon gamma release assay,
IGRA) drpd respon imun humoral
• Uji tuberkulin dan uji IFN-Y didasarkan adanya pelepasan
sitokin inflamasi yg dihasilkan oleh sel limfosit T yg telah
tersensitisasi antigen M tuberculosis
• Pemeriksaan IGRA belum dibuktikan hasilnya pd anak-anak
16
• Diagnostik pasti ditegakkan bila ditemukan kuman TB pd
pemeriksaan mikrobiologis.
• 2 macam pemeriksaan mikrobiologis untuk menegakkan diagnosis TB:
pemeriksaan mikroskopis apusan langsung utk menemukan BTA dan
biakan kuman M. Tuberculosis
• Pemeriksaan tsb sulit utk anak krn sulit mendapatkan spesimen
sputum. Sbg gantinya, dilakukan pemeriksaan bilas lambung 3 hr
berturut-turut, minimal 2 hari.
• Hasil mikroskopik lgsg pd anak sebagian besar negatif dan untuk
hasil biakan M. Tuberculosis memerlukan waktu lama (6-8 mggu)
• Saat ini ada pemeriksaan biakan yg hasilnya diperoleh lebih cepat
(1-3 mggu) yakni pemeriksaan Bactec, namun biayanya mahal dan
teknologinya lebih rumit
17
Dicurigai TB
• Anak sakit dg riwayat kontak (+)
• Anak dg: keadaan klinins tdk membaik stlh menderita campak atau
batuk rejan, BB ↓, batuk dan mengi tidak membaik dg pengobatan
antibiotika utk penyakit pernapasan, pembesaran kelenjar
superfisialis yg tdk sakit
Mungkin TB
• Uji tuberkulin (+): 10 mm atau lebih
• Foto rontgen paru sugestif TB
• Pemeriksaan histologis biopsi sugestif tuberculosis
• Respon baik pd pengobatan dg OAT
Pasti TB
• Ditemukannya basil M.tuberculosis pd pemeriksaan lgsung atau
biakan
• Isoniazid
• Rifampisin
• Pirazinamid
• Etambutol
• Streptomisin
Pasien dikatakan putus obat bila berhenti menjalani pengobatan
selama ≥ 2 mggu
Jika terputus, pasien perlu dirujuk utk penanganan selanjutnya
18
• Pendekatan DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse)perlu
keteraturan (adherens) minum obat
• Teratur minum obat mencegah relaps dan tjdnya resistensi
• Lacak sumber penularan dan case finding
• Aspek edukasi dan sosial ekonomi
• Pencegahan: imunisasi BCG dan kemoprofilaksis (primer: mencegah
infeksi TB, sekunder: mencegah berkembang mjd sakit TB).
Kemoprofilaksis diberikan pd anak yg ada riwayat kontak terutama
dg yg memiliki BTA sputum positif. Kemoprofilaksis sekunder pd yg
telah terinfek namun belum sakit TB yg ditandai olehuji tuberkulin
positif, klinis dan radiologis normal pd anak yg imunokompromais
(balita, sakit morbili, campak, pertusis), mendapat obat
imunokompromais (sitostatik dan kortikosteroid). Lama pemberian
kemoprofilaksis sekunder adalah 6-12 bulan
19
• Merupakan penyakit infeksi tenggorokan dg bakteri bordetella
pertusis
• Pd bayi serius. Biasanya pd bayi < 6bl, yg blm cukup
terlindungi dg imunisasi
• Dpt dicegah dg imunisasi DPT
• Pertusis biasanya mulai spt pilek; hidung beringus, lelah, dan
adakalanya demam parah
• Batuk diakhiri batuk dg hembusan yg besar whoop
• Pd anak kecil gejala serius, anak bisa apneu atau berhenti
bernapas ketika serangan batuk dan perlu ke rumah sakit
• Insiden pd anak biasanya tjd pd usia 11- 18 th, dmn kekebalan
pertusis mulai berkurang
20
• Infeksi berlangsung sekitar 6-10 mggu dan berkembang mll 3
tahapan:
• Tahap kataral: 7-10 hr stlh terinfeksi. Gjala berupa flu ringan
spt bersin2, mata berair, nafsu makan berkurang, lesu, dan
batuk
Tahap paroksismal: 10-14 hr stlh gjala awal. Gejala berupa:
• Batuk hebat akibat kesulitan mengeluarkan lendir yg kental dr
saluran napas
• Batuk hebat yg diikuti dg usaha menghirup napas dalam dg
nada tinggi
• Batuk seringkali mengeluarkan banyak lendir kental (biasanya
tertelan oleh bayi atau anak)
21
• Pemeriksaan laboratorium: leukositosis pd tahap paroksismal
• Diagnosis dipastikan dg cara membiakkan (kultur) dr lendir
hidung atau tenggorokan
• Pemeriksaan darah lengkap
• Pemeriksaan serologis
• PCR dan
• Foto torak
• Causa: antibiotik
• Simptomatikbatuk, mukolitik; kodein bila batuk hebat
sekali;luminal sbg sedative, O2, inhalasi nebulisasi: mencegah
obstruksi bronkus
22
• Pneumonia
• Kejang akibat apnea, sianosis dan ensefalopati akibat
pelepasan toksin
• Gizi kurang
• Perdarahan dan hernia
23
• Penyakit bronchitis tjd krn adanya peradangan & infeksi pd
hidung
• Bonkitis akut krn pilek. Sebagian besar disebabkan oleh krn
virus
• Bronkitis akut proses inflamasi selintas yg mengeni trakea,
bronkus utama dan menengah yg bermanifestasi sbg batuk
• Bronkitis kronis biasanya krn ada tonsil yg terinfeksi
24
• Resiko terkena bronkitis akan meningkat pada bayi yang
memiliki faktor-faktor seperti sering berada di lingkungan
perokok, usia bayi anda masih berada di bawah 6 bulan,
kurang mengkonsumsi asi yang memiliki sistem imun untuk bayi,
lahir secara prematur atau berada di lingkungan yang padat
penduduk.
• Batuk berdahak
• Pusing atau sakit kepala
• Demam
• Nafsu makan berkurang
• Pipi tampak kemerahan
• Malaise
• Pembesaran adenoid atau amandel
• Bengek atau mengi terutama setelah batuk
• Sesak
• Sering menderita infeksi pernapasan
25
• Symptomatik: utk mengurangi demam dan
tidak enak badan
• Causa: jika gejala menetap atau berulang
atau jika bronkitisnya sgt berat perlu
dilakukan biakan sputum
26
• ISPAinfeksi saluran pernapasan akut yg ditularkan melalui
droplet
• Infeksi akut berlangsung selama 14 hari
• Etiologi:300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Beberapa bakteri
penyebabnya adalah: streptococcus, staphilococcus,
Pnemococcus, hemofilus, bordetella, cornibacterium
• Streptokokus & difteria bakteri utama penyakit faring
primer
• Faktor resiko ISPA: Menurunnya sistem kekebalan tubuh atau
daya tahan tubuh, misal krn kelelahan dan stres.
27
• Demam disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual,
muntah dan insomnia
• nyeri tenggorokan,
• pilek dan hidung mampet,
• batuk kering dan gatal,
• batuk berdahak,
• dan bahkan bisa menimbulkan komplikasi spt pneumonia (radang
paru) dg gejala sesak napas. Umumnya, influenza dikaitkan dg
gejala yang lebih berat dan lama, serta lebih sering
menimbulkan komplikasi pneumonia.
28
• ISPA ringan: batuk, pilek dan sesak
• ISPA sedang: sesak nafas, suhu tubuh lebih dari 390 C dan bila
bernafas mengeluarkan suara seperti mengorok
• ISPA berat: kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba,
nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis)
dan gelisah.
ISPA
Bagian Bagian
atas bawah
29
• Nasofaringitis akut
• Faringitis akut
• Uvulitis akut
• Rhinitis dan Nasofaringitis kronis
• Abses Retrofaring
• Abses faring Lateral
• Abses Peritonsiler
• Sinusitis
• Trakeitis
• Laringitis
• Bronchitis Akut
• Broncho Pneumonia atau Pneumonia
30
• Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dg dunia
luar shg utk mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan
yg efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernafasan thd
infeksi maupun partikel dan gas yg ada di udara amat
tergantung pada tiga unsur alami yg selalu tdp pd org sehat
yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia, makrofag
alveoli, dan antibodi.
• Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel
epitel mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu.
Selain hal itu, hal2 yg dpt mggu keutuhan lapisan mukosa dan
gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama
dlm pencemaran udara), sindroma imotil, pengobatan dg O2
konsentrasi tinggi (25 % atau lebih)
31
• Terjadinya infeksi antara bakteri dan flora normal di saluran
nafas. Infeksi oleh bakteri, virus dan jamur dapat merubah pola
kolonisasi bakteri. Timbul mekanisme pertahanan pada jalan
nafas seperti filtrasi udara inspirasi di rongga hidung, refleksi
batuk, refleksi epiglotis, pembersihan mukosilier dan fagositosis.
Krna menurunnya daya tahan tubuh penderita maka bakteri
pathogen dapat melewati mekanisme sistem pertahanan
tersebut akibatnya terjadi invasi di daerah2 saluran
pernafasan atas maupun bawah. Kemudian produksi lendir
meningkat shg menyebabkan penyempitan sal pernapasan dan
rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernapasan
• Akibatnya bakteri tdk dpt keluar dr sal pernapasan
• Antibiotik
• Simptomatik
32
33