Anda di halaman 1dari 4

Tugas Mk : Teori Administrasi Publik Lanjutan

Nama : Nofoliyon Hendrawan


NPM : 20090144 MAP

Salah satu bentuk dalam konsep penyelenggaraan pemerintahan atau


governance yakni disebut konsep collaborative governance atau penyelenggaraan
pemerintahan yang kolaboratif. Menurut pendapat Ansell dan Grash “Collaborative
governance is therefore a type of governance in which public and private actor work
collectively in distinctive way, using particular processes, to establish laws and rules
for the provision of public goods”(Ansell dan Gash, 2007:545). Collaborative
Governance dapat dikatakan sebagai salah satu dari tipe governance. Konsep ini
menyatakan akan pentingnya suatu kondisi dimana aktor publik dan aktor privat
(bisnis) bekerja sama dengan cara dan proses tertentu yang nantinya akan menghasilkan
produk hukum, aturan, dan kebijakan yang tepat untuk publik atau,masyarakat. Konsep
ini menunujukkan bahwa dalam penyelenggaraan pemerintahan. Aktor publik yaitu
pemerintah dan aktor privat yaitu organisasi bisnis atau perusahaan bukanlah suatu
yang terpisah dan bekerja secara sendiri-sendiri melainkan bekerja bersama demi
kepentingan masyarakat.
Kolaborasi dipahami sebagai kerjasama antar aktor, antar organisasi atau antar
institusi dalam rangka pencapain tujuan yang tidak bisa dicapai atau dilakukan secara
independent. Dalam bahasa Indonesia, istilah kerjasama dan kolaborasi masih
digunakan secara bergantian dan belum ada upaya untuk menunjukkan perbedaan dan
kedalaman makna dari istilah tersebut.Secara definisi, para ahli mendefinisikan
collaborative governance dalam beberpa makna yang ide utamanya sama, yakni
adanya kolaborasi antara sektor publik dan non publik atau privat dalam
penyelenggaraan pemerintahan atau governance. Ansell dan Gash (2007:546)
mendefinisikan collaborative governance sebagai berikut :
Collaborative governance adalah serangkain pengaturan dimana satu atau lebih
lembaga publik yang melibatkan secara langsung stakeholder non-state di
dalam proses pembuatan kebijakan yang bersifat formal, berorientasi consensus
dan deliberative yang bertujuan untuk membuat atau mengimplementasikan
kebijakan publik atau mengatur program atau aset.
Disamping pendapat tersebut, pendapat lain mengenai collaborative
governance dikemukakan Agranoff dan McGuire dalam Chang (2009:76-77) yang
menyatakan sebagai berikut:
Secara khusus, collaborative gvernance telah menempatkan banyak penekanan
pada kolaborasi horisontal sukarela dan hubungan horizontal anatara partisipan
multi sektoral, karena tuntutan dari klien sering melampaui kapasitas dan peran
organisasi publik tunggal, dan membutuhkan interaksi di antara berbagai
organisasi yang terkait dan terlibat dalam kegiatan publik. kolaborasi
diperlukan untuk memungkinkan governance menjadi terstruktur sehingga
efektif memenuhi meningkatnya permintaan yang timbul dari pengelolaan
lintas pemerintah, organisasi, dan batas sektoral.
Berdasarkan pada pendefinisian oleh dua ahli tersebut, sebenarnya telah
mendefinisakan collaborative governance dalam gagasan yang sama. Akan tetapi pada
penjelasan Ansell dan Gash dapat dlihat bahwa aspek kolaborasi penyelenggaraan
pemerintah lebih pada aspek perumusan dan impletasi kebijakan publik atau program
dari lembaga publik, dalam hal ini yakni pemerintah. Selain itu, dalam praktiknya
kolaboasi penyelenggaraan pemerintah haruslah menjunjung tinggi nilai deliberative atau
musyawarah dan konsensus antar tiap aktor atau stakeholder ya terlbat dalam
kolaborasi tersebut.
Jadi Menurut saya Kolaborasi adalah salah satu kunci dalam penyelenggaraan
Pemerintahan , Kolaborasi ini diperlukan adanya sinergi kerja yang berbasis pada komitmen
bersama untuk menyelaraskan pemahaman terhadap suatu permasalahan public dengan
melibatkan berbagai kepentingan yaitu pemerintah, swasta, akademis, masyarakat dan media
yang sudah disepakati berdasarkan peraturan yang ditetapkan untuk mencapai tata kekola
pemerintahan yang baik. pemerintah yang dalam hal ini instansi pusat dan daerah tidak dapat
bekerja menyelesaikan masalah-masalah public sendirian.

Salah satunya contohnya Kolaborasi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam
penanganan Covid 19 dimana Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah berkolaborasi guna
pembahasan percepatan penurunan angka kematian dan peningkatan angka kesembuhan
Covid-19 serta pemulihan ekonomi, Dalam hal ini intruksi dari Kementerian Kesehatan
keseluruh pemerintah daerah menyampaikan berdasarkan Instruksi Presiden RI bahwa
pemerintah pusat harus berkolaborasi dan membantu dalam penurunan angka penularan,
penurunan angka kematian dan meningkatkan angka kesembuhan serta pemulihan ekonomi
dalam penanganan covid 19 ini.

Terkait dengan pemulihan ekonomi di tengah pandemi Covid-19, dari mulai Pemerintah pusat,
Pemerintah provinsi dan Pemerintah Kabupaten/kota selalu berkolaborasi guna mendorong
pemerintah kabupaten-kota, untuk melaksanakan belanja daerah khususnya belanja modal.
Sehingga perputaran ekonomi ditengah masyarakat dapat berjalan dengan lancar guna
memulihkan pertumbuhan ekonomi baik dari mulai pemerintah pusat sampai ke pemerintah
daerah sesuai dengan yang kita harapkan.

Kesimpulan Pemerintahan tersebut sudah mencapai kriteria pemerintahan yang


kolaboratif karena berkolaborasi dalam penyelenggaraan pemerintah merupakan suatu hal
yang dibutuhkan dalam praktik pemerintahan sekarang terdapat banyak alasan dan tujuan yang
melatarbelakangi, salah satu contoh terkait kasus tersebut diatas yang tidak bisa dijalankan
sendiri hanya oleh pemerintah saja perlu kolaborasi banyak pihak , pemerintah, swasta, tim
medis, tokoh masyarakat dan media masa agar dampak pandemi covid 19 ini bisa di hadapi
secara menyeluruh,tanpa adanya kolaborasi dari berbagai pihak maka bahwasanya kasus
tersebut diatas dapat dipastikan tidak akan bisa diselesaikan sesuai dengan yang diharapkan
demi tercapainya pemulihan ekonomi dan penurunan angka covid 19 ini.
Tugas Mk : Teori Administrasi Publik Lanjutan
Nama : Nofoliyon Hendrawan
NPM : 20090144 MAP

Pembelajaran Kolaboratif di Era dan Pasca


Pandemi
Kolaborasi Merupakan Suatu Keniscayaan
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang sangat pesat ditambah kondisi pandemi
yang mengharuskan pembelajaran dari rumah, saat ini sangat memungkinakan untuk dilaksanakannya
pembelajaran secara kolaboratif. Kolaborasi sesungguhnya merupakan kebutuhan manusia, di mana
secara alamiah manusia sebagai makhluk sosial senantiasa berhubungan dengan manusia lainnya,
bekerjasama, dan saling bantu membantu antar sesama. Demikian juga dalam kegiatan pembelajaran,
kolaborasi merupakan suatu keniscayaan. Pada kegiatan belajar konvensional, kolaborasi biasanya
dilakukan antar siswa atau guru dalam satu sekolah atau dalam satu kelas yang sama. Namun dengan
tersedianya jaringan komunikasi internet, kolaborasi sangat mungkin dilakukan antar sekolah, antar
wilayah, bahkan melampuai batas negara. Salah satu hikmah besar dibalik musibah pandemi coved-19
dalam dunia pendidikan adalah kita telah “dipaksa” untuk menggunakan TIK untuk pembelajaran.
Pembelajaran berbasis TIK di era pandemik menunjukkan dinamika yang luar biasa. Pada satu sisi hal
tersebut merupakan berkah, pencapaian yang luar biasa dibanding upaya sosialisasi pemanfaatan TIK
yang sudah dilaksanakan bertahun tahun. Di sisi lain, bagi para guru, siswa, serta stakeholder pendidikan
lainnya, pengalaman BDR, telah memberikan pengalaman yang beragam yang memperkaya khasanah
teori dan praktek pembelajaran dengan TIK. Hal tersebut merupakan suatu kekuatan yang dahsyat
apabila bisa disinergikan. Misalnya, pengalaman masing-masing guru dalam melakukan BDR berbeda-
beda, ada yang merasa berhasil, setengah berhasil, bahkan di beberapa tempat tidak berdaya, sehingga
kembali ke cara konvensional dengan kunjungan ke rumah siswa. Agar pengalaman-pengalaman
tersebut menjadi lebih bermakna, maka “berbagi” dan “berkolaborasi” merupakan suatu keharusan bagi
para pelaku pendidikan. Dengan berbagi dan berkolaborasi, para pelakuk pendidikan bisa saling belajar,
saling mengisi dan melengkapi, yang menimbulkan sinergi.

Anda mungkin juga menyukai