Anda di halaman 1dari 7

1.

 konsep-konsep pertemuan ilmiah/seminar (bobot nilai 10)


Secara etimologi, pertemuan ilmiah berasal dari kata pertemuan dan ilmiah,
menurut Depdikbud (1999), pertemuan merupakan perbuatan bertemu,
perjumpaan sedangkan menurut Depdikbud (1999). Ilmiah merupakan sifat ilmu,
memenuhi syarat ilmu pengetahuan, berdasarkan arti kedua kata diatas maka
dapat kita ketahui bawah pertemuan lmiah merupakan suatu kegiatan
bertemunya orang-orang dalam suatu tempat yang telah ditentukan membahas
sesuatu topic yang masuk dalam kriteria ilmu pengetahuan.

Pertemuan Ilmiah : Pertemuan yang dilakukan secara terencana,mulai dari penetapan


dasar pemikiran, judul dan tema, tujuan, sasaran,target dan sumber perincian dana,
pemakalah, susunan acara, tempat dan waktu pelaksanaan dan susunan panitia
Ada beberapa jenis pertemuan ilmiah, diantaranya seperti:
 Diskusi panel : merupakan forum pertukaran pikiran yang dilakukan oleh
sekelompok orang dihadapan sekelompok hadirin mengenai suatu masalah
tertentu yang telah dipersiapkannya. Bisa juga diartikan sebagai salah satu
bentuk diskusi yang dilakukan oleh panelis yang membahas suatu masalah yang
menjadi perhatian umum dan dilaksanakan secara umum, disiarkan melalui
media masa, seperti televisi atau radio. Dalam diskusi panel, penonton diberi
kesempatan untuk bertanya atau memberikan pendapat. Panel mungkin sangat
terstruktur atau mungkin saja sangat tidak formal. Suatu panel yang berstruktur
mungkin membatasi panjang dan keleluasaan dalam menuturkan kata-kata
(sampai pendapat), panel yang tidak formal mungkin menekankan interaksi
spontan yang bebas, para peneliti diharapkan terlebih dahulu memberikan pidato
tanpa text dan memiliki pengetahuan/ keahlian sebagai dasar komentar mereka.
Keanggotaan panel biasanya terdiri atas para ahli, orang-orang awam yang
tertarik atau gabungan keduanya, tergantung pada topik yang dibahas. Satu
kriteria penting diskusi panel yang baik adalah adanya interaksi antar para
peserta diskusi panel.
 Seminar : merupakan suatu pembahasan masalah secara ilmiah, walaupun topik
yang dibahas adalah masalah sehari-hari. Dalam membahas masalah, tujuannya
adalah mencari suatu pemecahan, oleh karena itu suatu seminar selalu diakhiri
dengan kesimpulan atau keputusan-keputusan yang merupakan hasil pendapat
bersama, yang kadang-kadang diikuti dengan resolusi atau rekomendasi.
Pembahasan dalam seminar berpangkal pada makalah atau kertas kerja yang
telah disusun sebelumnya oleh beberapa orang pembicara sesuai dengan pokok-
pokok bahasan yang diminta oleh sesuatu panitia penyelenggara. Pokok-pokok
bahasan yang diminta oleh suatu penitia penyelenggara. Pokok bahasan yang
telah ditentukan, akan dibahas secara teoritis dan dibagi menjadi beberapa
subpokok bahasan bila masalahnya sangat luas. Pembahasan dalam seminar
memakan waktu yang lebih lama karena sifatnya yang ilmiah. Apabila para
pembicara tidak dapat mengendalikan diri biasanya waktu banyak dipergunakan
untuk pembahasan yang kurang penting. Oleh karena itu dibutuhkan pimpinan
kelompok yang menguasai persoalan sehingga penyimpangan dari pokok
persoalan dapat dicegah. Penyimpangan ini dapat diatasi bila setiap kali ketua
sidang menyimpulkan hasil pembicaraan sehingga apa yang akan dibicarakan
selanjutnya sudah terarah.
 Simposium adalah serangkaian pidato pendek di depan pengunjung dengan
seorang pemimpin. Simposium menampilkan beberapa orang pembicara dan
mereka mengemukakan aspek-aspek pandangan yang berbeda dan topik yang
sama. Dapat juga terjadi, suatu topik persoalan dibagi atas beberapa aspek,
kemudian setiap aspek disoroti tersendiri secara khusus, tidak perlu dari berbagai
sudut pandangan. Pembicara dalam simposium terdiri dari pembicara (pembahas
utama) dan penyanggah (pemasaran banding), dibawah pimpinan seorang
moderator. Pendengar diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan atau
pendapat setelah pembahas utama dan penyanggah selesai berbicara. Moderator
hanya mengkoordinasikan jalannya pembicaraan dan meneruskan pertanyaan-
pertanyaan, sanggahan atau pandangan umum dari peserta. Hasil simposium
dapat disebar luaskan, terutama dari pembahas utama dan penyanggah,
sedangkan pandangan-pandangan umum yang dianggap perlu saja.
 Rapat/Konferensi adalah suatu bentuk pertemuan yang umumnya dihadiri oleh
wakil-wakil cabang suatu organisasi (induk) untuk membicarakan dan
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh organisasi yang
bersangkutan
 Kongres dapat didefinisikan sebagai berikut : Pertemuan besar para wakil
organisasi (politik, sosial, profesi) untuk mendiskusikan dan mengambil
keputusan mengenai pelbagai masalah; muktamar; rapat besar atauPertemuan
wakil-wakil negara untuk membicarakan satu masalah dan atau Politik/ Dewan
legislatif yang terdiri atas senat dan dewan perwakilan di Amerika Serikat, yang
pada dasarnya bertugas mengawasi dan mencocokkan kegiatan pemerintah.
 Lokakarya merupakan pertemuan dari orang yang memiliki minat dan masalah
yang sama dengan para ahli untuk memperoleh pengetahuan dan latihan secara
langsung. Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan peserta
dengan menggunakan berbagai jenis metode pertemuan ilmiah.
 Penataran merupakan pertemuan dengan tujuan agar sekumpulan pengetahuan
dan atau keterampilan dilimpahkan kepada peserta, atau serangkaian topik yang
diajukan untuk dijadikan pertimbangan mereka.

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan :


a) Karya ilmiah dan temu ilmiah adalah laporan tertulis dan diterbitkan yang merupakan
hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim
dengan memenuhi kaidah dan disiplin keilmuan.Bentuknya bisa buku, artikel jurnal,
makalah, dan laporan tugas akhir mahasiswa (skripsi, tesis, desertasi);
b) Sebutkan jenis-jenis karya ilmiah dan temu ilmiah :
 Makalah : merupakan karya ilmiah yang berisi ide berdasarkan studi pustaka atau
kajian lapangan, sebagi syarat penyelesaian tugas pada salah satu mata kuliah.
Karena itu cukup membaca beberapa buku yang berkenaan dengan mata kuliah
tersebut, kemudian menyusun laporan tertulisnya
 Skripsi : merupakan karya tulis resmi yang membahas permasalahan dalam
bidang tertentu (syarat S1)
 Tesis : karya tulis ilmiah resmi yang berfokus pada pengujian teori yang telah ada
dalam satu disiplin ilmu tertentu (syarat S2)
 Desertasi : karya ilmiah yang memiliki karakteristik : berfokus pada penemuan
sesuatu yang baru dalam disiplin ilumu tertentu, berfokus pada prinsip-prinsip
teori yang telah ada danberisi pengembangan model-model yang telah diuji
(syarat S3)

3. Coba sdr. Jelaskan jenis-jenis penelitian ilmiah (Bobot nilai 15)


a) Berdasarkan hasil yang diperoleh :
 Basic Research (Penelitian Dasar) , Mempunyai alasan intelektual, dalam rangka
pengembangan ilmu pengetahuan.
 Applied Reseach (Penelitian Terapan) , Mempunyai alasan praktis, keinginan
untuk mengetahui; bertujuan agar dapat melakukan sesuatu yang lebih baik,
efektif, efisien
b) Berdasarkan bidang yang diteliti:
 Penelitian Sosial, secara khusus meneliti bidang sosial: ekonomi, pendidikan,
hukum, dsb.
 Penelitian Eksakta, secara khusus meneliti bidang eksakta: Kimia, Fisika,Teknik,
dsb
c) Berdasarkan Tempat Penelitian :
 Field Research (Penelitian Lapangan), langsung di lapangan.
 Library Research (Penelitian Kepustakaan), dilaksanakan denganmenggunakan
literatur (kepustakaan) dari penelitian sebelumnya.
 Laboratory Research (Penelitian Laboratorium), dilaksanakan padatempat
tertentu/lab, biasanya bersifat eksperimen atau percobaan

d) Berdasarkan Teknik yang digunakan :


 Survey Research (Penelitian Survei), tidak melakukan perubahan (tidakada
perlakuan khusus) terhadap variabel yang diteliti;
 Experimen Research (Penelitian Percobaan) , dilakukan perubahan (ada
perlakuan khusus) terhadap variabel yang diteliti;

e) Berdasarkan keilmuan :
 Penelitian Ilmiah, menggunakan kaidah-kaidah ilmiah (mengemukakan pokok-
pokok pikiran, menyimpulkan dengan melalui prosedur yang sistematis dengan
menggunakan pembuktian ilmiah/menyakinkan). Ada dua kriteria dalam menentukan
kadar/tinggi- rendahnya mutu ilmiah suatu penelitian yaitu:
 Kemampuan memberikan pengertian yang jelas tentang masalah yang diteliti;
 Kemampuan untuk meramalkan: sampai dimana kesimpulan yang sama dapat
dicapai apabila data yang sama ditemukan ditempat/waktu lain;
 Penelitian non ilmiah (tidak menggunakan metode atau kaidah- kaidah ilmiah)

f) Berdasarkan spesialisasi bidang (ilmu) garapannya


 Bisnis (Akunting,Keuangan, Manajemen, Pemasaran),
 Komunikasi (Massa, Bisnis,Kehumasan/PR, Periklanan)
 Hukum (Perdata, Pidana, Tatanegara,Internasional),
 Pertanian (agribisnis, Agronomi, Budi Daya Tanaman,Hama Tanaman),
 Teknik
 Ekonomi (Mikro, Makro, Pembangunan), dll

g) Berdasarkan dari hadirnya variabel (ubahan) : variabel adalah hal yang menjadi objek
penelitian, yang ditatap, yang menunjukkan variasi baik kuantitatif maupun kualitatif.
Variabel : masa lalu, sekarang, akan datang.
 Penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan /menggambarkan variabel masa
lalu dan sekarang (sedang terjadi) adalah penelitian deskriptif (to describe =
membeberkan/menggambarkan).
 Penelitian dilakukan terhadap variabel masa yang akan datang adalah penelitian
eksperimen.

4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan sitasi dan jenis-jenis sitasi beserta contohnya
(bobot nilai 30)
Sitasi adalah suatu prosedur yang menunjukkan tentang tata cara mengutip pendapat orang
lain atau suatu sumber dengan maksud mengenalkan dan menyatakan pengakuan atas hak-
hak kekayaan intelektual dari penulis yang menjadi sumber kutipan. Sitasi merupakan suatu
masalah etika dan upaya untuk mencegah plagiarisme. Sebagaimana dinyatakan Alwasilah,
“Citations are used to recognize and acknowledge the intellectual property rights of authors.
They are a matter of ethics and a defense against plagiarism”. (Alwasilah, 2015:24).
Terdapat dua bentuk sitasi :
 Integral Citation, adalah sitasi yang ditulis dengan nama pakar ditulis langsung dalam
kalimat dan diakhiri dengan penulisan tahun dalam tanda kurung. Kutipan ini memiliki
efek author-prominent yang secara tidak langsung menonjolkan pendapat pakar yang
dikutip. Contoh Integral Sitation:
Dye (1995), mendefinisikan kebijakan publik sebagai “whatever governments choose
to do or not to do, yaitu segala sesuatu atau apapun yang dipilih oleh pemerintah
untuk dilakukan atau tidak dilakukan”

 Non-integral Citation, adalah sitasi yang ditulis dengan mendahulukan kutipan,


biasanya dalam bentuk parafrase, lalu diakhiri dengan nama penulis dan tahun dalam
tanda kurung. Kutipan ini memiliki efek research-prominent yang menonjolkan
informasi yang mendukung penelitian.
Contoh Non-Integral Sitation:
dalam kehidupan masyarakat yang ada diwilayah hukum suatu negara sering terjadi
berbagai permasalahan. Negara yang memegang penuh tanggung jawab pada
kehidupan rakyatnya harus mampu menyelesaikan permasalahanpermasalahan
tersebut. Kebijakan publik yang dibuat dan dikeluarkan oleh negara diharapkan dapat
menjadi solusi akan permasalahan-permasalahan tersebut. Berdasarkan hal tersebut,
Mustopadidjaja mendefinisikan kebijakan publik sebagai “suatu keputusan yang
dimaksudkan untuk tujuan mengatasi permasalahan yang muncul dalam suatu
kegiatan tertentu yang dilakukan oleh instansi pemerintah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan”. (Mustopadidjaja, 2002).

Mahasiswa disarankan untuk menggunakan Non-Integral Citation, karena selain


bersifat research prominent, peneliti juga memiliki ruang untuk mengemukakan
pendapatnya tanpa terlalu “tergantung” pada teori dari pakar yang dikutip. Namun
demikian, Integral Citation juga dapat digunakan sesuai dengan konteks tulisan,
namun tidak terlalu banyak dan dominan.

5. Jelaskan ketentuan-ketentuan dalam penulisan daftar Pustaka (bobot nilai 25)

Penulisan daftar pusataka dilakukan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:

Nama penulis, tahun publikasi, judul publikasi, tahun publikasi dan nama penerbit, ditulis

dalam urutan: last name, koma, first name, spasi, middle name, koma, tahun penerbitan, titik,

judul lengkap buku (tiap permulaan kata dimulai dengan huruf besar sesuai kaidah baku

dalam bahasa Indonesia, dan ditulis miring), titik, tempat penerbitan, titik dua, nama

penerbit, titik;

Jika nama akhir (last name) tidak dapat dipastikan maka disarankan untuk menanyakan

kepada pustakawan, atau dengan melacak kebiasaan dalam penulisan nama akhir dari

penulis yang bersangkutan;

untuk karangan di dalam buku, majalah, koran, makalah, fotokopi (mimeograf); judulnya

tidak ditulis dengan huruf miring, tetapi diapit dengan ta nda petik (“);

Setiap sumber diketik satu spasi, dan untuk baris kedua, ketiga, dan seterusnya diketik

menjorok ke dalam tujuh ketukan atau satu setengah tap- stop;

Antara satu sumber dengan sumber yang lain diberi jarak dua spasi;

Nama penulis atau sumber ditulis dalam urutan abjad, ascending (A-Z);

Daftar pustaka dimuat pada halaman baru, diberi judul “DAFTAR PUSTAKA”, ditulis huruf

kapital dan diletakkan pada posisi tengah halaman;

Tidak ada sub-judul dalam DAFTAR PUSTAKA, jadi tidak diperkenankan menulis sub-judul,

misalnya: Buku Teks, Jurnal, dan sebagainya;


Jika nama penulis atau sumber lebih dari satu, maka semua nama atau sumber ditulis

lengkap dengan pemisah menggunakan kata sambung: “dan”, tidak diperkenankan

mengganti dengan “et al.”.

Contoh: Fisher, Frank dan Miller, Gerald J., dan Sidney, Mara S., 2015.

Jika nama sumber sebelumnya persis sama dengan nama sumber berikutnya, maka sumber

tersebut tidak perlu ditulis ulang, tetapi diganti dengan garis putus-putus sebanyak lima

belas ketukan;

Contoh: Dwiyanto, Agus, 2006. Reformasi Birok rasi Publik di Indonesia.Yogyakarta: Gadj ah

Mada University Press.

Jika sumber yang samamemiliki publikasi lebih dari satu, dan tahun publikasinya sama, maka

hendaknya tahun publikasi dibedakan menggunakan abjad (a, b, c, dan seterusnya), dan

ditulis subscript di sebelah tahun publikasi tanpa spasi.

Contoh: 2005a, 2005b;

Jika penulis adalah editor atau penyunting dari buku sumber, maka setelah nama penulis

ditulis “ed.” untuk satu penyunting dan “eds.” Untuk lebih dari satu penyunting, diletakkan di

dalam tanda kurung.

Contoh: Mubyarto, (ed.), 1995. Singarimbun, Masri, dan Effendi, Sofian, (eds.), 1989.

Jika dalam judul publikasi terdapat sub-judul, maka antara judul utama dengan sub-judul

dipisah oleh titik dua (“:”).

Contoh judul publikasi: Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan Prospek

Pemberantasan.

Sumber yang tidak diketahui tahun publikasinya, penulisannya diganti dengan n.d. Contoh:

Kemendagri, n.d.

Anda mungkin juga menyukai