Proposal Metlid Yulia
Proposal Metlid Yulia
Disusun Oleh :
Yulia Ulfa Kusuma Astuti
30902200319
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker merupakan masalah kesehatan utama di dunia dan merupakan penyakit
tidak menular yang sering dialami oleh masyarakat. Sebagai peringatan atau bentuk
kepedulian kita pada penderita kanker, setiap tanggal 4 Februari diperingati sebagai hari
kanker sedunia. Pada momen ini kita diingatkan untuk selalu meningkatkan kesadaran
kita dalam upaya mencegah penyakit kanker.World Health Organization (WHO) (2010)
memprediksi kasus kanker akan mencapai 21,4 juta kasus pada tahun 2030 dan akan terus
mengalami peningkatan. Dua pertiga kasus terjadi di Negara-negara berkembang seperti
di Indonesia. Menurut data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi penyakit
tumor/kanker di Indonesia mencapai 1,4 per 1000 penduduk (Kemenkes RI, 2013).
Menurut data Global Burden of Cancer Study (Globocan) (2020) total kasus kanker di
Indonesia mencapai 396.914 kasus dan total kematian sebesar 234.511 kasus.
Berdasarkan data Globocan (2020) jumlah kasus pada kanker payudara di
Indonesia memiliki presentase tertinggi sebesar 16,6% atau 65.858 kasus dari total
396.914 kasus kanker. Urutan kedua yaitu Kanker serviks (leher rahim) dengan jumlah
36.633 kasus atau 9,2% dari total kasus. Kanker paru-paru berada di urutan ketiga dengan
jumlah presentase kasus 8,8% atau 34.783 kasus, kemudian kanker hati dengan jumlah
kasus 21.392 kasus (5,4% dari total kasus), dan kanker nasofaring sejumlah 19.943 kasus
(5% dari total kasus).
Kanker merupakan sekelompok penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan dan
penyebaran sel abnormal yang tidak terkontrol . Sel-sel kanker akan terus membelah diri
dan tumbuh dengan cepat. Kemudian sel kanker tersebut akan masuk ke jaringan
sekitarnya dan terus menyebar ke jaringan ikat, darah, serta akan menyerang organ-organ
penting dan syaraf tulang belakang (Indah, 2019). Ada beberapa pengobatan yang bisa
dilakukan oleh penderita kanker. Pengobatan kanker yang dilakukan saat ini bisa melalui
operasi pengangkatan jaringan, radioterapi, dan atau kemoterapi (Nurjanah, 2016).
Kemoterapi adalah upaya atau cara untuk menghancurkan sel kanker dengan
pemberian obat anti kanker (antineoplastik) dimana nantinya obat ini akan bekerja
dengan menghalangi penyebaran dan mengakibatkan regresi kanker (Kowalak, 2011).
Obat kemoterapi dapat mempengaruhi sel kanker maupun sel normal dan dalam jumlah
tertentu dapat menimbulkan beberapa efek samping terhadap mukosa oral dan
gastrointestinal (mual muntah), folikel rambut, sistem reproduktif, dan sistem hemopoetik
(Aziz dkk, 2010).
Menurut Aziz dkk (2010) sebanyak 67-81% pasien kanker yang telah menjalani
kemoterapi menderita anemia. Menurut Aminullah dkk (2012), terjadinya anemia pada
diri pasien saat pemberian obat anti kanker, menyebabkan hasil pengobatan menjadi
kurang efektif. Respons pasien terhadap kemoterapi bisa menurun. Menurut penelitian
Winarsih (2014), kemoterapi memiliki dampak dalam bidang kehidupan baik segi fisik
maupun dari segi psikologis. Pelaksananaan kemoterapi diberikan secara berkala, hal ini
bertujuan untuk meminimalkan jumlah sel kanker yang juga dapat menimbulkan
kerusakan pada sel sehat sehingga menimbulkan beberapa gejala. Toksisitas yang umum
terjadi pada obat-obat kemoterapi antara lain mielosupresi (anemia, leukopenia,
trombositopenia), mual muntah, ulserasi membran mukosa dan alopesi. Anemia karena
toksisitas obat kemoterapi bisa diakibatkan oleh karena pendesakan sumsum tulang
belakang yang akan mengakibatkan terjadinya pengurangan jumlah stem cells. Obat
kemoterapi akan menghambat proses pembentukan sel – sel darah baru di sumsum tulang
belakang. Tetapi kemungkinan efek toksisitas yang lain seperti mual dan muntah juga
bisa mengakibatkan nutrisi pasien berkurang yang bisa mengakibatkan anemia.
Anemia merupakan salah satu kelainan darah dimana jumlah sel darah merah
dalam tubuh menjadi terlalu rendah atau kurang dari normal. Hal ini dapat menyebabkan
masalah kesehatan karena sel darah merah mengandung hemoglobin yang membawa
oksigen ke jaringan tubuh. Anemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk
kelelahan dan stress pada organ tubuh (Proverawati, A, 2011). Pemberian transfusi darah
pada pasien anemia dapat membantu pemenuhan kadar hemoglobin. Transfusi darah
merupakan proses pemindahan atau pemberian darah dari seseorang (pendonor) kepada
orang lain (resipien). Transfusi bertujuan sebagai penggantian darah yang hilang akibat
perdarahan, luka bakar, mengatasi shock dan mempertahankan daya tahan tubuh terhadap
infeksi (Setyati, 2010).
Berdasarkan hal tersebut, kejadian anemia atau pemberian transfusi darah pada
pasien kanker menjadi penting untuk ditangani khususnya pada pasien yang menjalani
kemoterapi. Untuk itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Anemia dan Pemberian Transfusi Darah pada Pasien Kanker Pre
Kemoterapi khususnya di RSI Sultan Agung Semarang, sehingga dapat dilakukan
penanganan yang tepat.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1) Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi anemia dan pemberian
tranfusi darah pada pasien kanker pre kemoterapi di RSI Sultan Agung Semarang
2) Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakterisik pasien dengan anemia dan pemberian transfusi
darah pada penderita kanker yang menjalani kemoterapi yang meliputi umur,
jenis kanker dan kadar Hb anemia.
b. Mengetahui gambaran anemia pada pasien kanker berdasarkan frekuensi
kemoterapi di RSI Sultan Agung Semarang.
c. Mengidentifikasi asupan gizi yang dikonsumsi pasien kanker yang akan
menjalani kemoterapi di RSI Sultan Agung Semarang.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan pengalaman
peneliti tentang faktor apa saja yang mempengaruhi anemia dan pemberian transfusi
darah pada pasien kanker kemoterapi yang menjalani kemoterapi.
2. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi dan masukan serta bisa
dijadikan referensi rujukan untuk menambah pengetahuan khusunya status anemia
pada pasien kanker pre kemoterapi.
3. Manfaat Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan standar pelayanan di rumah
sakit untuk meningkatkan intervensi keperawatan dalam penanganan pasien anemia
pada penderita kanker pre kemoterapi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Anemia
a) Definisi
Anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah atau
eritrosit berkurang sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai
pembawa oksigen ke seluruh jaringan (Astuti & Ertiana, 2018).
b) Etiologi
Menurut Proverawati, A (2011) penyebab umum dari anemia antara lain :
1) Anemia dari pendarahan aktif
Kehilangan darah melalui perdarahan menstruasi berat atau luka dapat
menyebabkan anemia. Kehilangan darah akut dari perdarahan internal
(dampak dari ulkus peptikum) atau perdarahan eksternal (seperti
trauma) dapat menyebabkan anemia dalam kurun waktu yang sangat
singkat. Jenis anemia ini bisa mengakibatkan gejala yang parah dan
konsekuensi berat jika tidak segera ditangani.
2) Anemia defisiensi besi
Kebutuhan zat besi pada sumsum tulang untuk membuat sel-sel darah
merah. Iron memainkan peranan penting dalam struktur yang tepat dari
molekul hemoglobin. Jika asupan besi terbatas atau tidak tercukupi
karena diet yang buruk, maka terjadilah anemia. Hal ini disebut
anemia kekurangan zat besi.
3) Anemia penyakit kronis
Setiap kondisi medis jangka panjang dapat menyebabkan anemia.
Mekanisme yang tepat dari proses ini tidak diketahui, tetapi
berlangsung lama dan kondisi medis yang berkelanjutan seperti infeksi
kronis atau kanker dapat menyebabkan anemia.
4) Anemia yang berhubungan dengan penyakit ginjal
Ginjal mengeluarkan hormon yang disebut eritropoietin yang
membantu tulang untuk membuat sel darah merah. Pada orang dengan
penyakit ginjal kronis (jangka panjang), produksi hormon ini
berkurang, hal ini dapat menyebabkan anemia.
5) Anemia yang berhubungan dengan kehamilan
Peningkatan kadar cairan plasma selama kehamilan mengencerkan
darah (hemodilusi), yang dapat tercermin sebagai anemia.
6) Anemia yang berkaitan dengan gizi buruk
Banyak vitamin dan mineral diperlukan untuk membuat sel-sel darah
merah. Selain zat besi, vitamin B12 dan folat diperlukan untuk
produksi hemoglobin yang tepat. Kekurangan dalam salah satu dapat
menyebabkan anemia karena kurangnya produksi sel darah merah.
7) Anemia pernisiosa
Masalah dalam perut atau usus dapat menyebabkan gangguan
penyerapan vitamin B12. Hal ini dapat menyebabkan anemia karena
kekurangan vitamin B12.
8) Anemia sel sabit
Pada beberapa individu, masalahnya mungkin berhubungan dengan
produksi molekul hemoglobin abnormal. Dalam kondisi ini masalah
hemoglobin kualitatif atau fungsional. Molekul hemoglobin dapat
menyebabkan masalah pada integritas struktur sel darah merah dan
mereka mungkin menjadi berbentuk bulan sabit.
9) Thalassemia
Ini adalah kelompok lain penyebab hemoglobin yang berhubungan
dengan anemia. Thalassemia merupakan penyakit yang diwariskan,
tetapi mereka menyebabkan kelainan hemoglobin kuantitatif, yang
berarti jumlah cukup dari tipe molekul hemoglobin yang benar dibuat.
10) Alkoholisme
Alkohol sendiri dapat menjadi racun bagi sumsum tulang dan dapat
memperlambat produksi sel darah merah.
11) Anemia terkait sumsum tulang
Anemia mungkin berhubungan dengan penyakit yang melibatkan
sumsum tulang. Beberapa kanker darah seperti leukimia dapat
mengubah produksi sel darah merah dan menyebabkan anemia.
12) Anemia apalstik
Anemia apalstik merupakan kondisi dimana tubuh berhenti
memproduksi cukup sel darah baru. Kadang-kadang beberapa infeksi
virus parah dapat mempengaruhi sumsum tulang dan secara signifikan
mengurangi produksi semua sel-sel darah.
13) Anemia hemolitik
Anemia hemolitik adalah jenis anemia dimana sel-sel darah merah
pecah (hemolisis). Beberapa bentuk anemia ini bisa turun temurun
dengan kehancuran konstan atau obat-obat tertentu yang mengganggu
struktur sel darah merah.
c) Tanda dan Gejala
Menurut Proverawati, A (2011) tanda dan gejala anemia dibedakan menjadi
anemia ringan dan berat. Adapun tanda gejalanya diantara lain :
a. Anemia Ringan
1) Kelelahan
2) Penurunan energy
3) Kelemahan
4) Sesak nafas
5) Tampak pucat
b. Anemia Berat
1) Perubahan warna tinja, termasuk tinja hitam dan lengket dan
berbau busuk, berwarna merah marun, atau tampak berdarah
jika anemia karena kehilangan darah melalui saluran
pencernaan.
2) Denyut jantung cepat
3) Tekanan darah rendah
4) Frekuensi pernafasan cepat
5) Pucat atau kulit dingin
6) Kelelahan atau kekurangan energy
7) Kesemutan
8) Daya konsentrasi rendah
d) Kriteria Anemia
Anemia merupakan kelainan darah (hematologi) yang biasa
ditemukan pada pasien kanker. National Cancer Institute mengklasifikasikan
anemia pada kanker kedalam 5 grade. Grade nol (12 -16 g/dl utk wanita,
14 -18 g/dl untuk pria), grade 1 (ringan) 10-12 g/dl, grade 3 (6,5 –8
g/dl), grade 4/ mengancam jiwa (<6,5 g/dl), grade 5 kematian (wahyuni
dkk, 2022).
Dalam menjelaskan definisi anemia, diperlukan adanya batas batas
kadar hemoglobin dan hematokrit sehingga bisa dianggap telah terjadi anemia.
Batasan (cut off point) ini sangat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor,
diantaranya adalah usia, jenis kelamin, ketinggian tempat tinggal dari
permukaan laut, dan lain lain. Batasan yang umumnya digunakan adalah cutt
off point kriteria WHO 1968, yang selanjutnya membagi derajat keparahan
anemia berdasarkan nilai hemoglobinnya.
Tabel 1. Kriteria Anemia WHO 1968, Rokim (2014)
Kadar Hemoglobin
Kriteria Non anemia Anemia Anemia Anemia
ringan sedang berat
Laki-laki >13 11,0 – 12,9 8,0-10,9 <8,0
dewasa
Perempuan >12 11,0-11,9 8,0-10,9 <8,0
dewasa tidak
hamil
Perempuan >11 10,0-10,9 7,0-9,9 <7,0
hamil
Anak usia 6- >12 11,0-11,9 8,0-10,9 <8,0
14 tahun
Anak usia 6 >11 10,0-10,9 7,0-9,9 <7,0
bulan-5 tahu
f) Penatalaksanaan
Pada pasien kanker terjadi anemia karena adanya aktivasi sistem imun
dan inflamasi oleh keganasan sel tersebut. Beberapa sitokin yang dihasilkan
oleh sistem imun dan inflamasi seperti interferon (INF), tumor necrosin factor
(TNF) dan interleukin-1 (IL-1) merupakan bahan-bahan yang merangsang
untuk terjadinya anemia. Selain itu, kanker juga dapat mempunyai efek
langsung untuk terjadinya anemia. Anemia memungkinkan menjadi hasil dari
penyebab sebagai kekurangan nutrisi, efek kemoterapi dan terapi radiasi, efek
penyakit langsung, hemolisis kehilangan darah, radang penyakit kronis.
Transfusi sel darah merah menjadi penanganan anemia selama kemoterapi
pertama atau kedua metastasis pada kanker (Elmika, elma. 2021).
Apabila kadar hemoglobin rendah, maka dapat ditingkatkan melalui
pemberian transfusi darah atau dengan pemberian eritropoetin. Untuk
mendukung eritropoesis maka dapat dilakukan terapi zat besi tambahan.
Pemberian transfusi darah dinilai mampu menaikkan kadar hemoglobin secara
cepat (Ogata, 2010).
Selain hal tersebut, penatalaksanaaan anemia terkait dengan kanker
umumnya dapat menggunakan pengukuran kadar EPO (epoetin alfa), yakni
EPO human rekombinan terbukti bermanfaat pada pasien dengan tumor-tumor
padat yang diberi kemoterapi, karena dapat meningkatkan kadar hemoglobin
dan mengurangi kebutuhan akan transfusi pada pasien yang mendapatkan
kemoterapi. EPO diberikan dalam dosis 10.000 IU, tiga kali seminggu secara
subkutan (SC), menghasilkan peningkatan kadar Hb yang bermakna dan
berlangsung dalam waktu lama. Selama pemberian EPO pada waktu
kemoterapi dianjurkan juga memberikan suplemen folat. EPO memiliki
kekurangan dengan dampak samping yang jarang (Fathonah, 2018).
2. Kanker
a. Definisi
Kanker merupakan sekelompok penyakit yang ditandai dengan
pertumbuhan dan penyebaran sel abnormal yang tidak terkontrol . Sel-sel
kanker akan terus membelah diri dan tumbuh dengan cepat. Kemudian sel
kanker tersebut akan masuk ke jaringan sekitarnya dan terus menyebar ke
jaringan ikat, darah, serta akan menyerang organ-organ penting dan syaraf
tulang belakang (Indah, 2019).
Kanker adalah kondisi dimana sel kehilangan kendali dalam
mekanisme normalnya sehingga tidak normal dalam pertumbuhannya. Sel
kanker mempunyai kemampuan menerobos ke jaringan sekitarnya dan
bermetastasis melalui pembuluh darah dan kelenjar getah bening (Hidayati et
all 2020).
b. Klasifikasi Kanker
Menurut National Cancer Institute (2009) kanker dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
1) Karinoma, kanker yang berasal dari kulit atau jaringan yang menutupi
organ bagian dalam.
2) Sarkoma, kanker yang berasal dari tulang, lemak, otot, pembuluh
darah atau jaringan ikat.
3) Limfoma, kanker yang berasal dari kelenjar getah bening dan pada
jaringan system kekebalan tubuh.
4) Adenoma, kanker yang berasal dari tiroid, kelenjar pituitary, kelenjar
adrenal.
5) Leukemia, kanker yang berasal dari jaringan pembentuk darah seperti
sumsum tulang.
d. Manifestasi Klinis
Menurut Ramania (2021) pada awal terjadinya kanker (stadium awal)
umumnya tidak menimbulkan gejala yang akan mengganggu pasien. Akan
tetapi, seiring berkembangnya sel abnormal dapat mengganggu pasien. Gejala
primer yang sering dialami pasien antara lain: Penurunan nafsu makan,
penurunan berat badan secara signifikan dalam waktu yang cukup singkat
tanpa diketahui penyebabnya, sindrom Cushing (gejala karena tingginya
hormon kortisol), terjadi dermatitis atau peradangan yang timbul pada kulit.
terjadi kemerahan, pada kulit terasa kering dan merasakan sensasi gatal,
perubahan kebiasaan buang air besar, misalnya diare kemudian adanya darah
dalam tinja, mengalami gejala batuk yang tidak kunjung sembuh atau
berkepanjangan disertai dengan nyeri dan beberapa kasus disebutkan jika
batuk disertai darah, disfagia atau kesulitan menelan baik makanan maupun
minuman, nausea atau mual yang disertai dengan muntah, fatigue yang parah
dan berlangsung untuk waktu yang lama.
e. Patofisiologi
f. Penatalaksanaan
Ada beberapa penatalaksanaan atau pengobatan pada pasien kanker,
diantaranya :
a) Radioterapi
Salah satu penatalaksanaan kanker adalah dengan penggunaan
radioaktif atau dengan sinar radiasi untuk menghancurkan sel tumor
maligna. Jenis terapi kanker yang ada di Indonesia yaitu dengan
menggunakan jenis sinar radiasi antara lain Kobalt-60, Sinar Gamma
dan Sinar-X. 2.
b) Pembedahan
Terapi ini bertujuan untuk menghilangkan dan mengambil sel tumor.
Pembedahan ini umumnya akan berhasil jika sel kanker belum terjadi
metastasis atau menyebar.
c) Kemoterapi
Penatalaksanaan ini merupakan pemberian terapi dengan
menggunakan obat anti kanker. Obat ini bekerja dengan membuat sel
apoptosis (programed cell death).
d) Imunoterapi
Secara umum, imunoterapi merupakan suatu terapi yang
memanfaatkan bagian tertentu dari sistem kekebalan tubuh untuk
mengatasi masalah kanker (Ramania, 2021).
3. Kemoterapi
a. Definisi
Kemoterapi adalah terapi yang menggunakan zat kimia ataupun obat-
obatan dalam penatalaksanaan kanker. Kemoterapi konvensional bekerja
dengan cara mengahancurkan struktur atau metabolism dari sel-sel kanker
(Ariani, 2015).
Kemoterapi adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker.
Berbeda dengan radioterapi dan operasi yang bersifat local, kemoterapi
merupakan terapi sistemik dimana obat menyebar ke seluruh tubuh dan dapat
mencapai sel kanker yang sudah metastase (Syahidah, 2017).
Kanker
Faktor - faktor yang
Efek samping kemoterapi : mempengaruhi :
Keterangan :
Diteliti :
Tidak Diteliti :
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan uraian dan visualisasi hubungan antara konsep satu
dengan konsep yang lain, atau antara variabel satu dengan variabel lain dari masalah yang
akan diteliti (Notoatmodjo, 2014).
B. Variabel Penelitian
Dalam suatu penelitian, terdapat variabel pembeda antara variabel satu dengan
yang lain. Variabel penelitian merupakan sesuatu yang ditetapkan peneliti dalam bentuk
apa saja untuk dipelajari sehingga informasi dapat diperoleh dan kemudian dapat ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2014).
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel independent yaitu faktor-faktor yang
dimungkinkan mempengaruhi terjadinya anemia pada pasien kanker yang menjalani
kemoterapi.
F. Definisi Operasional
Table 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala Data
Operasional
Karakteristik Ciri-ciri atau Rekam medis Usia Interval
pasien (umur, kekhasan dalam - <46 tahun Ordinal
nilai Hb, jenis membedakan - 46-54 tahun
kanker) seseorang - 54-65 tahun
dengan orang Jenis Hb
lain. - Sebelum Kemoterapi
12.54±1.57
- Setelah Kemoterapi
11.97±1.49
Jenis kanker
- Limfoma
- Ca Buli
- Ca colli/Leher
- Ca Rektal
- Ca Paru
- Ca Kolon
- Ca mamae
1. Etika Penelitian
Menurut Hidayat (2014) etika penelitian yang diperlukan agar terhindar dari tindakan
yang tidak patut yang mendasari penyusunan penelitian ini adalah :
1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)
Informed consent atau Lembar persetujuan berisi penjelasan mengenai penelitian
yang dilakukan dan berisi persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan. Hal
ini bertujuan agar responden mengetahui tata cara penelitian, manfaat yang
diperoleh responden, dan resiko yang mungkin terjadi. Pernyataan yang ada dalam
lembar persetujuan harus jelas dan mudah dipahami sehingga responden paham
alur penelitian yang akan dilakukan. Apabila responden bersedia maka mengisi
dan menandatangani lembar persetujuan secara sukarela.
2. Anonimitas
Menjaga kerahasiaan responden dengan tidak mencantumkan nama pada lembar
alat ukur dan hanya boleh memberikan nama inisial.
3. Confidentiality ( Kerahasiaan )
Tidak memberikan atau menginformasikan data dengan menjaga kerahasiaan hasil
penelitian, namun hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada penelitian.
4. Sukarela
Setiap responden melakukan penelitian dengan tidak di dasari unsur paksaan baik
yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung dan melakukannya
dengan sukarela.