Anda di halaman 1dari 28

ALAT YANG WAJIB ADA DI ICU

No Nama Alat Fungsi Karakteristik


1 Ventilasi mekanik atau  memberikan bantuan nafas pasien dengan  alat yang bisa menghembuskan gas (dalam
ventilator cara memberikan tekanan udara positif pada hal ini oksigen) ke dalam paru-paru pasien,
paru-paru melalui jalan nafas buatan bersifat membantu otot pernafasan sehingga
 membantu sebagian atau seluruh proses kerja otot pernafasan diperkuat
ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi  Klasifikasi alat kesehatan : elektromedik non
 Membantu kegagalan pernapasan serius atau radiasi
defisiensi pernapasan yang disebabkan oleh  Kelas risiko : IIb
berbagai penyebab klinis  Indikasi : gagal napas ( RR > 35 atau < 5 x/m ;
 Mengurangi kerja pernapasan SSaO2 < 90% atau PaO2 < 60 mmHg
 Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien (Hipoxemia) ; pCO2 > 55 mmHg
 Pemberian MV yang akurat (Hipercapnia) ; Penurunan kesadaran (GCS <
 Mengatasi ketidakseimbangan ventilasi dan 8) ; Tidal volume < 5 mL/kg ) , pasca operasi
perfusi mayor, pasca henti jantung
 Menjamin hantaran O2 ke jaringan adekuat  Prinsip kerja :
sehingga memperbaiki oksigenasi 1. Intermittent positive pressure ventilation
 Membantu eliminasi karbondioksida (IPPV) = sistem pernapasan pasien
 Membantu kerja otot pernafasan diintegrasikan ke dalam sistem ventilator.
Tekanan positif diterapkan secara intermiten
ke jalan napas pasien. Ketika tekanan jalan
napas sementara lebih tinggi dari tekanan
alveolar, fresh air didorong ke dalam paru-
paru sehingga terjadi proses inspirasi. Ketika
tekanan jalan napas lebih rendah dari tekanan
alveolar, gas dikeluarkan dari paru-paru
sehingga terjadi proses ekspirasi. Baik
inspirasi maupun ekspirasi diatur oleh
pengaturan operator
2. Ventilasi tekanan negatif intermiten (INPV) =
mulut dan hidung pasien yang berventilator
terbuka ke atmosfer sehingga gas dapat
bergerak masuk atau keluar ketika tekanan
alveolar berubah relatif terhadap tekanan
atmosfer. Selama inspirasi, tekanan negatif
diterapkan pada permukaan dinding dada,
untuk sementara mengurangi tekanan
alveolar. Fresh air kemudian tersedot ke
paru-paru. Selama ekspirasi, tekanan negatif
yang diterapkan dihilangkan. Gaya elastis
secara sementara menghasilkan tekanan
alveolar positif, menekan udara kotor keluar
dari paru-paru.
3. High-frequency ventilation (HFV) =
menggunakan frekuensi pernapasan yang jauh
lebih tinggi (150 b/mnt atau lebih tinggi)
daripada yang kita lihat pada tipe lain. Volume
tidal umumnya lebih kecil daripada volume
fisiologis
2. Alat ventilasi manual dan penunjang jalan nafas
Bag walve Mask (BVM)  untuk memberikan tekanan pada sistem  klasifikasi alat : non elektromedik
pernafasan pasien yang henti nafas atau yang  kelas risiko : Iia
nafasnya tidak adekuat  indikasi : ventilasi darurat untuk apnea, gagal
 untuk memperbaiki fungsi ventilasi dengan napas, atau henti napas yang akan datang ;
cara memberikan pernapasan buatan untuk praa-ventilasi dan atau oksigenasi atau
menjamin kebutuhan adanya oksigen, untuk ventilasi interim dan atau oksigenasi selama
menjamin pertukaran antara oksigen dan upaya untuk mencapai dan mempertahankan
karbondioksida yang terjadi di paru-paru jalan napas buatan yang definitif (intubasi
secara normal endotrakeal)
 prinsip kerja : masker diaplikasikan dengan
benar dan "bag" ditekan, perangkat memaksa
udara masuk ke paru-paru pasien; ketika
kantong dilepaskan, kantong akan
mengembang sendiri dari ujungnya yang lain,
menarik udara sekitar atau aliran oksigen
bertekanan rendah yang disuplai oleh silinder
yang diatur, sementara juga memungkinkan
paru-paru pasien mengempis ke lingkungan
sekitar (bukan kantong) melewati katup satu
arah
Oropharyngeal airway  untuk mempertahankan atau membuka jalan  klafisikasi alat : non elektromedik
(OPA) nafas pasien  kelas risiko : IIa
 membantu pemberian ventilasi yang memadai  indikasi : Pasien yang tidak responsif atau
selama BVM dengan secara fisik mencegah tidak sadar dan yang tidak memiliki reflek
lidah menyumbat jalan nafas muntah atau batuk ; Ventilasi bag-valve-
mask ; Pasien yang bernafas secara spontan
dengan obstruksi jaringan lunak pada saluran
nafas bagian atas yang sangat menonjol dan
tidak memiliki reflek muntah
 kontraindikasi : kesadaran atau adanya refleks
muntah (kontraindikasi mutlak) ; trauma mulut
dan trismus (kontraindikasi relative)
 prinsip kerja : Jalan napas orofaringeal
ditempatkan di atas lidah. Lengkungan atau
badan jalan napas menggeser lidah ke depan
dari dinding posterior faring, tempat umum
obstruksi jalan napas. OPA mempertahankan
atau membuka jalan napas pasien dengan
mencegah lidah menutupi epiglotis, yang
dapat mencegah orang tersebut bernapas
Nasopharungeal airway  untuk dimasukkan ke dalam saluran hidung  klasifikasi risiko : non elekrtomedik
(NPA) untuk mengamankan jalan nafas terbuka.  kelas risiko : Iia
 digunakan pada pasien sadar di mana jalan  prinsip kerja : dimasukkan ke dalam satu naris
napas orofaringeal akan memicu refleks dan diteruskan ke orofaring posterior sampai
muntah ke pangkal lidah sehingga jalan nafas terbuka
 mencegah lidah menutupi epiglotis pada
pasien dengan kesadaran berkurang
3. Alat hisap  untuk menghisap cairan yang tidak diperlukan  klasifikasi alat : elektromedik non radiasi
dalam tubuh pasien (contoh: mucus; darah;  kelas risiko : A
ludah; pus; dll) untuk tujuan yang  prinsip kerja : proses penarikan/penghisapan
bermacam-macam seperti mempertahankan cairan ini dibantu oleh motor yang dapat
jalan napas hingga penegakan diagnosa diatur tegangan dan kekuatannya sesuai
terhadap suatu penyakit dengan kebutuhan
 untuk mempertahankan jalan nafas,  macam alat :
membebaskan jalan nafas dari secret atau a Mobile suction pump = jenis alat yang
lendir yang menumpuk, mendapatkan sampel memiliki kekuatan hisap yang tinggi
atau secret untuk penegakkan diagnosa sehingga cocok digunakan pada keadaan
penyakit kegawatan (ICU), ruang operasi, dan klinik
kecantikan
b Portable suction pump = jenis alat hisap
yang mudah dipindahkan dan dibawa
(biasanya di faskes primer, ruang perawatan
rs, perawatan mandiri dirumah
c Transport suction pump = alat hisap yang
sering digunakan untuk kebutuhan saat
diperjalanan sebab motor pada alat hisap jenis
ini dapat digerakkan dengan menggunakan
baterai (ambulan, evakuasi)
d Manual suction pump = dioperasikan dengan
menggunakan pompa hidrolik manual yang
dipompa dengan tangan atau kaki ketika akan
digunakan. Alat ini sudah jarang digunakan
sebab tidak efektif dan memiliki banyak
kerugian dalam aplikasinya
4. Peralatan akses vaskuler  untuk memudahkan dalam mengambil atau  klasifikasi alat : non radiasi
memasukkan obat secara langsung menuju  kelas risiko : kelas D
pembuluh darah  prinsip kerja : Peralatan akses vaskuler bekerja
 untuk memudahkan dalam pemberian obat- dengan cara memasukkan kateter pada
obatan rute intravena, terapi infus, terapi pembuluh darah di bagian tubuh tertentu untuk
ekstrakorporal dan untuk penegakkan diagnosa selanjutnya digunakan dalam memberikan
 untuk memberikan nutrisi parenteral terapi pada pasien
 meningkatkan kenyamanan pasien  cara penggunaan nya terbagi menjadi beberapa
tahapan yaitu antiseptic, banding, cannula,
drainage, examination, fixation
5. Patient monitor  untuk memonitor fisiologis pasien.  Klasifikasi alat : elektromedik non radiasi
 Memantau kondisi fisiologis kesehatan pasien  Kelas risiko : kelas 2
secara langsung dan terus menerus dengan  Terdapat alarm indikator
tampilan layar  Prinsip kerja : Pasien memiliki berbagai jenis
 Untuk membantu dokter memantau kondisi perangkat pengindera yang ada pada tubuh
parameter-parameter vital Kesehatan pasien (misalnya titik EKG atau probe saturasi
 Mempermudah kerja dokter dan tim medis oksigen) yang terhubung ke monitor
dalam menjaga pasien selama 24 jam tanpa dengan kabel (disebut lead). Perangkat
harus mengecek secara berkala setiap jam atau penginderaan mengirim sinyal elektronik
setiap harinya. melalui kabel ke monitor kemudian akan
 Sebagai alarm, pemberi peringatan pada menampilkan sinyal. Monitor memiliki
tenaga medis yang mengawasi ketika ada salah alarm, yang dapat memberi sinyal kepada
satu kondisi kesehatan pasien yang menurun tenaga kesehatan jika fungsi tubuh
atau dalam kondisi tidak normal memerlukan perhatian, namun terkadang
gerakan pasien saja dapat menyebabkan alarm
berbunyi. Semua pasien yang dirawat di
ICU terhubung ke monitor samping tempat
tidur selama mereka di ICU
6. Defibrilator dan alat pacu jantung
Defribilator untuk mengembalikan detak jantung normal  Klasifikasi alat : elektromedik non radiasi
dengan mengirimkan electric pulse atau kejutan  Kelas risiko : kelas 3
listrik ke jantung  Memiliki berbagai tipe:
a Energy-based defibrillators = perangkat
mengisi kapasitor ke tegangan yang ditentukan
dan kemudian memberikan sejumlah energi
tertentu ke tubuh. Jumlah energi tergantung
pada tegangan yang dipilih dan impedansi
transtoraks, yang bervariasi dari pasien ke
pasien
b Impedance-based defibrillators = pemilihan
arus yang diterapkan berdasarkan impedansi
transtoraks. Kapasitor mengisi tegangan
yang sesuai setelah impedansi transtoraks
dinilai dengan test pulse
c Current-based defibrillators = memberikan
dosis arus tetap yang menghasilkan ambang
defibrilasi yang tidak tergantung pada
impedansi transtoraks. Arus optimal untuk
defibrilasi ventrikel tampaknya 30 sampai
40 ampere terlepas dari berat badan dan
impedansi transtoraks sehingga mencapai
defibrilasi dengan energi yang jauh lebih
sedikit daripada metode berbasis energi
konvensional
 Macam-macam defebrilator :
a Defebrilator eksternal manual = ada
beberapa pengaturan dan tindakan dalam
penggunaanya dilakukan secara manual
diantaranya adalah proses menganalisa
irama jantung dan juga memilih berapa
besarnya energi yang akan diberikan dalam
porses defibrilasi. Defibrilator eksternal
manual digunakan bersamaan dengan
monitor EKG. Pemberian defibrilasi
dilakukan dengan menempelkan elektroda
paddle dari luar jantung atau dari dada pasien
bagian luar
b Defebrilator internal manual = dilakukan
oleh tenaga medis yang sudah terlatih secara
internal, yakni langsung pada organ jantung
agar berdetak normal. Tipe ini digunakan di
rumah sakit pada saat proses operasi jantung,
contohnya pada transplantasi jantung
c Defibrilator eksternal otomatis =
dikembangkan untuk menyelamatkan nyawa
orang yang mengalami serangan jantung
mendadak Analisa ritma jantung dan
impedansi pasien dilakukan secara otomatis
oleh alat tersebut. Pengguna akan
diperintahkan untuk menekan tombol “kejut”
oleh protokol apabila memang diperlukan
d Defibrilator implant = yang ditempatkan
melalui pembedahan di dalam tubuh
seseorang. Defibrilator implant bekerja
secara otomatis dan terus-menerus
memonitor irama jantung pasien dan secara
otomatis akan memberikan kejutan listrik
ketika mendeteksi irama jantung yang
abnormal atau berbahaya
Alat pacu jantung  untuk mengatur detak jantung agar lebih  Klasifikasi alat : elektromedik non radiasi
teratur  Kelas risiko : kelas 3
 Menggantikan peran sinus node organ jantung  Ukuran : sebesar kotak korek api
yang sedang bermasalah sehingga
mempertahankan fungsi jantung.  Berat : 20 – 50 gram
 Utk menangani gangguan nodus SA&AV,  Indikasi : Untuk pasien Disfungsi nodus sinus,
kejadian aritmia, bradikardi, gangguan irama yaitu simpul SA tidak berfungsi sebagaimana
jantung pasca IM. Menghilangkan bradikardi mestinya. Hal ini dapat menyebabkan detak
maka meminimalkan risiko timbulnya sesak jantung lambat yang tidak normal
nafas (bradikardia), detak jantung yang sangat cepat
(takikardia), atau kombinasi keduanya ; untuk
pasien Acquired AV block, terdapat banyak
faktor penyebab blok atrioventrikular (AV
block) tetapi fibrosis idiopatik progresif dari
sistem konduksi yang terkait dengan proses
penuaan jantung adalah penyebab terumum
dari acquired AV block ; untuk pasien
Bradikardia, yaitu kondisi detak jantung yang
terlalu lambat ; untuk pasien Pasca infark
miokard
 Prinsip kerja : Sinus node jantung merupakan
alat pacu jantung alami yang dimiliki setiap
orang, berada di atrium jantung. Pada keadaan
normal sinus node mengirimkan impuls listrik
untuk membuat jantung berdetak secara
normal. Pada pasien yang mengalami
gangguan pada jantung dengan sinus node
yang tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya, alat pacu jantung berperan
mengambil alih peran sinus node tersebut.
Impuls listrik dari generator akan dikirim
melalui lead ke elektroda yang berada pada
jantung sehingga dapat menormalkan detak
jantung
 Memiliki 3 tipe yaitu : single charmber, dual
chamber, biventricular pacemaker
 Biaya pemasangan mahal
7. Tempat tidur khusus atau  membantu tenaga medis memberikan  Klasifikasi alat : elektromedik non radiasi
ICU bed perawatan yang lebih cepat pada keadaan  Kelas risiko : kelas 2
darurat  Persyaratan umum : menggunakan listrik,
 dilengkapi dengan fitu khusus yang dapat dapat berfungsi sebagai kursi jantung dan
membantu penanganan darurat dan fungsi pemosisian Trendelenberg, dapat
pemantauan pasien menampung kasur pelepas tekanan
 Ada fitur-fitur nya
8. Peralatan drain thorax /  Memungkinkan pengeringan ruang pleura  Klasifikasi alat : elektromedik non radiasi
chest drain / under water udara, darah atau cairan,  Kelas risiko : IIa
sealed drains  memungkinkan perluasan paru-paru dan  Indikasi : hematotoraks, pneumotoraks, sesak
pemulihan tekanan negative di rongga dada. nafas atau gangguan nafas, bila gambaran
 mencegah aliran balik udara atau cairan ke udara pada foto toraks lebih dari seperempat
rongga pleura. rongga torak sebelah luar, bila ada
 Manajemen drainase dada yang tepat pneumotorak bilateral, bila ada tension
diperlukan untuk mempertahankan fungsi pneumotorak setelah dipunksi, bila ada
pernapasan dan stabilitas hemodinamik haemotoraks setelag dipunksi, bila
pneumotoraks yang tadinya konservatif pada
pemantauan selanjutnya ada perburukan
 Saat memasukkan alatnya sakit
9. Pompa infus dan pompa syringe
Pompa infus  untuk menarik cairan dari standard bag cairan  Klasifikasi alat : elektromedik non radiasi
IV dan mengontrol laju aliran  Kelas risiko : IIa
 untuk mengalirkan cairan dengan kecepatan  Dapat meringankan biaya pasien
infus sangat cepat atau sangat lambat
 Menghantarkan cairan seperti nutrient dan
obat ke dalam tubuh pasien dalam jumlah yang
terkontrol
Pompa syringe untuk memberikan obat yang memiliki volume per  Klasifikasi alat : elektromedik non radiasi
jam sangat kecil (biasanya kurang dari 5 ml/jam)  Kelas risiko : IIa
 Lebih akurasi dan presisi
 Tidak memerlukan pengenceran
 Pasien lebih nyaman
10. Continuous renal Sebagai terapi untuk menggantikan fungsi ginjal  Klasifikasi alat : elektromedik non radiasi
replacement therapy menggunakan extra corporal dimana darah di  Kelas risiko : IIa
(CRRT) saring melalui filter  Berat : 60 kg
 Indikasi : Pasien gagal ginjal akut terutama
hemodinamik tidak stabil ; Pasien dengan
edema serebral ; Pasien asidosis metabolik
yang terus menerus ; Pasien yang kelebihan
cairan yang tidak respon dengan pengobatan
diuretik ; Pasien yang membutuhkan
pengeluaran cairan yang besar (nutrisi,
komponen-komponen darah
 Kriteria penggunaan (jika terdapat 1 kriteria
dipertimbangkan untuk CRRT dan 2 kriteria
sangat direkomendasikan untuk CRRT) :
Olugira ( < 200 ml/12 jam) , Anuria ( 0-50
ml/12 jam , Urea > 35 mmol/L ( > 98 mg/dL) ,
Serum kreatinin > 400 mmol/L ( > 4,5 mg/dL),
Serum K+ > 6,5 mmol/L , Serum Na2+ < 110
dan > 160 mmol/L , Suhu tubuh > 40’C ,
Komplikasi uremia (ensefalopati, miopati,
neuropati, pericarditis, overdosis zat-zat yang
mengandung toksin, pulmonary udem yag
tidak respon dengan cepat, asidosis metabolik
( Ph < 7,1) )
 Memiliki berbagai macam tipe : Slow
continuous ultrafiltration (SCUF),
Continuous venous venous hemofiltration
(CVVH), Continuous venous venous
hemodialysis (CVVHD), Continuous venous
venous hemodiafiltration (CVVHDF)
 Prinsip kerja : CRRT melibatkan transfer
cairan dan zat terlarut melintasi membran semi
permeabel. CRRT mengeluarkan molekul
yang kecil sampai besar dan juga
mengeluarkan mediator sepsis
ALAT ALAT KESEHTAAN UNTUK PENGUJIAN IN VITRO

No Nama Alat Fungsi Karakteristik


1. Uric acid reagent untuk penentuan kadar asam urat dalam serum  Klasifikasi alat : non elektromedik dan
atau plasma diagnostic invitro
 Kelas risiko : kelas B
 Parameter : laki laki 3,4 – 7,0 mg/dL ;
perempuan 2,4 – 5,7 mg/dL
 Prinsip kerja : uricase memecah asam urat
menjadi allantoin dan hidrogen peroksida.
Selanjutnya dengan adanya peroksidase,
peroksida, Toos dan 4-aminophenazone
membentuk warna quinoneimine. Intensitas
warna merah yang terbentuk sebanding
dengan konsentrasi asam urat
Creatinin reagen untuk menentukan kreatinin didalam serum,  Klasifikasi alat : non elektromedik dan
plasma atau urin diagnostic invitro
 Kelas risiko : kelas A
 Stabilitas : Reagen kreatinin stabil sampai
dengan batas kadaluwarsa jika disimpan
pada suhu 2-8ºC, terlindung dari cahaya
dan terhindar dari kontaminasi, dan tidak
boleh dibiarkan beku
 Prinsip kerja : Pikrat bereaksi dengan
kreatinin dalam suasana basa membentuk
senyawa cromophore merah. Senyawa
cromophore diukur dengan teknik
bikromatik pada panjang gelombang 510
nm. Absorbance dari senyawa
chromophore setara dengan konsentrasi
kreatinin dalam sampel. Bilirubin
dioksidasi oleh kalium ferrisianida untuk
mencegah adanya gangguan pemeriksaan
kadar kreatinin
Urinalysis reagen strip Untuk mendeteksi kadar glukosa urin  Klasifikasi alat : non elektromedik dan
diagnostic invitro
 Kelas risiko : kelas A
 Leukosit : Deteksi sel darah putih dalam urin
menunjukkan kemungkinan ISK (hasil harus
negatif) ; menghasilkan warna azo dari krem
sampai ungu
 Nitrit : untuk skrining kemungkinan ISK
(parameter nya leukosit dan nitrit), infeksi
tanpa gejala yang disebabkan oleh bakteri
pereduksi nitrat ; reaksi positif terjadi bila
kandungan bakteri > 105/mL
 Urobilonogen : adanya kemungkinan
penurunan fungsi hati. Urobilinogen adalah
produk pemecahan bilirubin. (Hasil yang
diharapkan: kurang dari 17 mol/l (< 1mg/dl) )
 Protein : prosedur skrining yang cepat dan
murah untuk skrining proteinuria (penyakit
ginjal); Sensitivitas berkisar antara 6- 30
mg/dL protein ; Positif  hijau-biru ; negatif
 kuning
 pH : Mengukur keasaman dalam urin yang
mungkin merupakan tanda batu ginjal
 darah : untuk melihat apakah hematuria atau
tidak (hal yang dapat menyebabkan
hematuria antara lain ISK, Infeksi ginjal,
obat-obatan, menstruasi, olahraga berat)
 berat jenis : Mengevaluasi keseimbangan air
tubuh (hidrasi), konsentrasi urin dan
membantu mengevaluasi fungsi ginjal serta
kemungkinan penyakit ginjal.Hasil yang
Diharapkan: rendah pada 1.000 tetapi kisaran
normal dari 1,020 - 1,030
 keton : untuk mengelola dan memantau DM
tipe 1
 bilirubin
 glukosa
Clinical chemistry analyzer  Untuk menentukan konsentrasi pada darah,  Klasifikasi alat : elektromedik non radiasi dan
serum, plasma atau urin (misal untuk ukur diagnostic invitro
kolestrol, cairan elektrolit, glukosa, kalsium)  Kelas risiko : kelas A
 Untuk pemeriksaan hematologi tertentu
(menentukan jumlah konsentrasi hemoglobin,
prothrombin)
 Pengujian efek terapi obat tertentu (teofilin)
 Membantu diagnos dan mengobati berbagai
penyakit (DM, kanker, HIV, STD, hepatitis,
gangguan ginjal, kesuburan, tiroid
Tes kehamilan cepat untuk mendeteksi adanya hCG (human chorionic  Klasifikasi alat : non elektromedik dan
(pregnancy rapid rest) gonadotropin) dalam urin untu memperoleh hasil diagnostic invitro
deteksi kehamilan dini secara visual kualitatif  Kelas risiko : kelas B
 Usahakan urine yang digunakan untuk tes
adalah urine di pagi hari ketika bangun tidur
karena hormon HCG mengandung
konsentrasi tertinggi
 Alat test uji kehamilan ini mendeteksi adanya
HCG di dalam urine yang mengandung
konsentrasi 25 mIU/ml (Milli-International
Units) atau lebih besar. Konsentrasi HCG
pada wanita-wanita yang tidak hamil
normalnya adalah 5.0 mIU/ml. Pada saat
periode terakhir tidak terjadi menstruasi, level
urin HCG sekitar 100 mIU/ml dengan
tingkat teringgi mencapai 100,000 sampai
200.000 mIU/ml dilihat pada akhir trimester
pertama
Tes masa subur (luteinizing untuk mendeteksi kadar hormon LH pada air seni  Klasifikasi alat : non elektromedik dan
hormone test system) untuk mengetahui masa ovulasi pada wanita diagnostic invitro
 Kelas risiko : kelas B
Glucose analyzer untuk menentukan kuantitatif glukosa dalam darah  Klasifikasi alat : non elektromedik dan
diagnostic invitro
 Kelas risiko : kelas B
 Prinsip kerja : Pada optik blood glucose
monitoring, sampel darah dipaparkan ke
lapisan reagent, yang diapisi dengan enzim
(glukosa oksidase, glukosa dehidrogenase).
Reaksi tersebut menyebabkan perubahan
warna, intensitas dari perubahan ini
tergantung pada kadar glukosa yang terdapat
pada sampel darah. Cahaya dari LED
menekan permukaan lempeng dan tercermin
ke fotodioda, yang mengukur intensitas
cahaya dan mengubahnya menjadi sinyal
listrik. Blood glucose monitoring
elektrokimia menggunakan sensor elektroda
untuk mengukur arus yang diproduksi
ketika enzim mengkonversi glukosa
menjadi asam glukonat
Test hepatitis B Untuk mendeteksi antigen dalam serum dan  Klasifikasi alat : non elektromedik dan
membantuk dalam mendiagnosa penyakit infeksi diagnostic invitro
hepatitis B  Kelas risiko : kelas B
 Prinsip kerja : Imunokromatografi dengan
prinsip serum/plasma yang diteteskan pada
bantalan sample bereaksi dengan partikel
yang telah dilapisi dengan anti HBs (HBsAb).
Campuran ini selanjutnya akan bergerak
sepanjang strip membrane untuk berikatan
dengan antibody spesifik pada daerah tes (T),
sehingga akan menghasilkan garis warna
Uji TBC (IgG/IgM rapid test) untuk mendeteksi adanya antibodi igG dan igM  Klasifikasi alat : non elektromedik dan
dari infeksi mycobacterium tuberculosis pada diagnostic invitro
serum atau plasma  Kelas risiko : B
Automates blood grouping  untuk melakukan uji pengolahan darah dasar  Klasifikasi alat : non elektromedik dan
analyzer yang meliputi pengelompokkan ABO dan Rh, diagnostic invitro
fenotip sel darah merah lainnya, dan deteksi  Kelas risiko : D
antibodi.
 Untuk menentukan faktor-faktor yang dapat
menyebabkna reaksi transfusi seperti hemolisis
sel darah merah, anafilaksis dan efek
imunologi dan non imunologi

KATETER DAN INFUS


Ada dua tipe kateter yaitu:

1) Kateter sementara (straight kateter) pemasangan kateter sementara dilakukan dengan tujuan mengeluarkan urine. Tindakan ini dapat
dilakukan selama 5 sampai 10 menit. Pada saat kandung kemih kosong maka keteter kemudian ditari keluar. Karakteristik sementata
diindikasi pada pasien yang tidak mampu berkemih 8-12 jam.
2) Kateter menetap (foley kateter) kateter yang digunakan untuk periode waktu yang lebih lama. Kateter ditematakan dalam kandung kemih
untuk beberapa minggu pemakaian sebelum dilakukan pergantian kateter

No Nama alat Fungsi Karakteristik


Kateter Urin
1. Berdasarkan indikasi
Intermittent Catheter untuk meredakan retensi urin akut,  Klasifikasi alat : non elektromedik steril
memperoleh  Kelas risiko :
spesimen urin bersih, menanamkan obat ke  Frekuensi pemakaian kateter ini adalah
dalam kandung kemih misalnya BCG, jangka pendek atau sementara yaitu bisa
antikolinergik harian sampai mingguan
 Kelebihan dari kateter ini adalah tidak
berdampak pada mobilitas, kemandirian dan
citra tubuh serta mengurangi kejadian
CAUTI,
 kekurangan dari kateter ini adalah hanya
digunakan pada pasien yang kompeten dan
tingkatan insiden trauma uretra dengan
beberapa penyisipan
 jenis-jenis :
a uncoated catheter (coloplast) (ada yang latex
free dan red rubber
b coated catheter : hidrofilik (Memiliki lapisan
luar lapisan polimer yang terikat pada
permukaan kateter yang permukaan menjadi
licin dan lebih halus saat terhidrasi) ;
antibiotik (Lapisan antibakteri (nitrofurazone)
pada permukaan kateter silikon untuk
menghasilkan aktivitas antibakteri local)
 closed system
Indwelling catheter untuk mengeluarkan urine dari kandung kemih  klasifikasi alat : non elektromedik
 kelas risiko :
 mampu tetap in situ selama 1–12 minggu dan
secara umum efisien dan diterima pengobatan
retensi urin
Suprapubic catheter alat khusus yang dipasang pada kandung kemih  klasifikasi alat : non elektromedik
untuk membantu mengeluarkan air seni  kelas risiko :
 insikasi : untuk retensi urin akut atau
kronis setelah kateterisasi uretra yang
gagal/rusak
 dapat tetap di tempatnya selama 2–3
bulan
 dapat di kontraindikasi untuk pasien yang
koagulopati dan infeksi dinding perut,
potensi risiko cedera organ perut dan
peritonisme,
membutuhkan akses cepat ke layanan urologi
di kasus komplikasi, insersi dan perawatan
yang sulit pada penderita obesitas, dan pasien
mungkin terus mengeluarkan urin melalui
uretra
External catheter  klasifikasi alat : non elektromedik
 kelas risiko :
 indikasi : untuk pengobatan urin
inkontinensia.
 Kelebihan : Mengurangi kejadian bakteriuria,
ISK, nyeri dibandingkan dengan Indwelling
catheters dapat meningkatan keamanan dan
kenyamanan, terutama pada orang yang
mengigau dan gangguan jiwa pilihan praktis
untuk lansia laki laki yang sulit untuk
menahan keluarnya urin secara mendadak
 Kekurangan : kesalahan pemasangan dapat
menyebabkan kerusakan jaringan pada batang
penis, Kapasitas drainase kandung kemih
yang tidak memadai, dan produk ini hanya
untuk pria
2. Berdasarkan durasi penggunan

3. Berdasarkan cara pemakaian


Single use catheter  Klasifikasi alat : non elektromedik
 Kelas risiko :
 Kelebihan : kemungkinan kecil meningkatkan
risiko UTI ; mudah diu=gunakan ; mudah
dibawa
 Kekurangan : mahal ; dampak bagi lingkungan
dan limbah
 Macam-macam :
a Single use catheter without coating
 Non elektromedik steril
 Kateter steril sekali pakai tanpa peralatan
apapun dan tanpa pelapis dapat digunakan
dengan pelumas
 menyebabkan peningkatan iritasi pada
uretra, kepuasan pasien yang buruk,
peningkatan bacteriuria, dan komplikasi
uretra jangka Panjang
b single use catheter with coating gel
 Kateter steril sekali pakai dengan pelapisan
hidrofilik, larutan siap pakai, dengan gel
pada permukaan kateter atau gel pada
pembungkusnya dilapisi sebelum
memudahkan penyisipan dan pelepasan
 Mengurangi iritasi mukosa uretra
c discreet atau compact catheter
Reusable catheter  Teknik penggunaan reusable catheter ini
biasanya diambil catheter yang baru dan
steril dan kemudian dipasang menggunakan
tangan yang higienis, setelah digunakan,
catheter dicuci dan dibilas. catheter kemudian
dikeringkan dengan udara dan disimpan,
kemudian catheter digunakan kembali oleh
pasien yang sama secara terbatas jangka waktu
1 minggu seperti yang diarahkan oleh dokter
 Kelebihan : murah, dampak kecil bagi
lingkungan
 Kekurangan : dibutuhkan pembersihan, risiko
UTI meingkat

GATAU LAGI BINGUNG NGANU YANG KATETER

Anda mungkin juga menyukai