ITBT - Kelompok Rekayasa Sungai
ITBT - Kelompok Rekayasa Sungai
MAKALAH
Disusun sebagai syarat untuk tugas mata kuliah Rekayasa Sungai pada Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Siliwangi Tasikmalaya
Oleh:
Fahri Agung Nugraha Saparuloh 197011014 Kelas A
Annisa Bunga Oktavianti 197011003 Kelas B
Amalia Nur Rizki 197011004 Kelas B
Reni Alfiatun Mu'minah 197011053 Kelas B
Muhammad Lutfi Nur Arifin 197011060 Kelas B
Hana Devina Rihhadatul'aisy 197011084 Kelas B
Gambar 3. 9 Distrik yang berpengaruh dan yang terkena dampak akbibat ITBT-2
............................................................................................................................... 17
PENDAHULUAN
wilayah Jakarta adalah banjir, kebakaran dan gempa bumi. Bencana yang menjadi
perhatian khusus bagi Jakarta adalah banjir. Banjir di Jakarta terbagi menjadi dua,
yaitu banjir yang disebabkan oleh meluapnya sungai-sungai karena curah hujan
yang tinggi dan banjir yang terjadi karena kiriman dari daerah hulu, yaitu Bogor.
Terjadinya banjir di Jakarta juga disebabkan oleh sistem drainase yang tidak
berfungsi dengan optimal serta tersumbatnya sungai dan saluran air oleh sampah.
Selain itu, dibangunnya hunian pada lahan basah atau daerah resapan air serta
air menjadi sangat berkurang. Hal lainnya adalah pembangunan prasarana dan
sarana pengendalian banjir yang belum berfungsi maksimal. Ada 13 sungai dan
anak sungai yang mengalir ke Jakarta. Sungai ini sebagian besar polanya meander
atau berkelak-kelok. Mulai dari Kali Angke, Pesanggrahan, Ciliwung, dan Kali
Krukut. DAS Krukut memiliki luas ± 84,9 km2 dengan panjang sungai utama ± 40
Km. Dengan adanya perkembangan pemanfaatan lahan di bagian hulu dan tengah
permukaan (run off) yang mengalir ke Kali Krukut. (Sugiyo, 2008:1) Dengan
adanya perkembangan pemanfaatan lahan di bagian hulu dan tengah DAS Krukut,
maka secara langsung berpengaruh terhadap volume aliran permukaan (run off)
yang mengalir ke Kali Krukut. Kali Krukut termasuk Wilayah Sungai Ciliwung
Cisadane dan merupakan bagian dari sistem drainase kota. Ketika musim hujan tiba,
Kali Krukut meluap khususnya di daerah Kemang, Jalan Kapten Tendean dan
daerah lain yang rawan banjir dapat menghentikan kegiatan ekonomi yang
membahasnya sebagai satu kesatuan sistem. Dalam tugas rekayasa sungai ini,
penulis akan mencari solusi yang tepat berupa perencanaan pengendalian banjir
Rumusan masalah yang timbul dari latar belakang penelitian adalah sebagai
berikut:
1.3.1 Maksud
Maksud dari makalah ini adalah untuk memnuhi tugas rekayasa sungai dan
1.3.2 Tujuan
BAB I : PENDAHULUAN
pengendalian banjir.
BAB IV : PENUTUP
LANDASAN TEORI
2.1 Banjir
Banjir dapat berupa genangan pada lahan yang biasanya kering seperti pada
lahan pertanian, permukiman, pusat kota. Banjir dapat juga terjadi karena
debit/volume air yang mengalir pada suatu sungai atau saluran drainase melebihi
atau diatas kapasitas pengalirannya. Luapan air biasanya tidak menjadi persoalan
merendam permukiman dalam waktu lama, tidak menimbulkan persoalan lain bagi
kehidupan sehari-hari. Bila genangan air terjadi cukup tinggi, dalam waktu lama,
Dalam sepuluh tahun terakhir ini, luas area dan frekuensi banjir semakin
bertambah dengan kerugian yang makin besar (BNPB, 2013). Di Indonesia banjir
sudah lama terjadi. Di Jakarta, misalnya, banjir sudah terjadi sejak 1959, ketika
jumlah penduduk masih relative sedikit. Banjir Jakarta terjadi sejak 1621, kemudian
disusul banjir 1878, 1918, 1909, 1918, 1923, 1932 yang menggenangi permukiman
Setelah Indonesia merdeka, banjir masih terus terjadi di Jakarta pada 1979,
bencana banjir. Curah hujan pada periode tersebut biasanya lebih tinggi dari bulan
lainnya (BMKG, 2013). Oleh karena itu masyarakat yang bertempat tinggal di
kawasan rawan banjir (bantaran sungai, dataran banjir, pantai, dll) atau yang rutin
mengalami banjir, biasanya sudah siap dengan kemungkinan terburuk mengalami
banjir, apalagi bila tempat tinggalnya berada dekat tubuh perairan khususnya
sungai.
di dataran banjir 13 sungai, sehingga genangan yang diakibatkan luapan air sungai
tersebut dapat mebimbulkan masalah banjir. Masalah banjir ini semakin lama
penduduk dan pertambahan lahan di daerah bantaran sungai yang berubah menjadi
penyebab banjir di wilayah DKI Jakarta. Secara keseluruhan, yang menjadi faktor
sector tata ruang di beberapa kota, seperti wilayah DKI Jakarta, wilayah Bogor,
perubahan yang terjadi ini menyebabkan penurunan jumlah daerah yang seharusnya
berfungsi sebagai daerah resapan air hujan, karena penurunan jumlah daerah ini,
maka air hujan yang turun ke bumi mengalir ke jalanan dan tidak meresap ke dalam
tanah.
yang terjadi di wilayah DKI Jakarta sangat bertalian erat dengan banyaknya factor-
faktor, seperti pembangunan fisik di kawasan tangkapan air di hulu yang kurang
pun sudah sangat dipusingkan dengan permasalahan banjir ini dan juga
permasalahan lainnya seperti tata kelola air di Jakarta. Kemudian hanya berselang
sekitar dua tahun saja setelah Batavia dibangun sekitar tahun 1621 lengkap dengan
system kanalnya, kota ini mengalami banjir kembali. Kemudian banjir besar terjadi
kembali pada tahun 1918 yang membuat hamper seluruh kota tergenang air.
Berdasarkan laporan pada saat itu ketinggian air banjirnya adalah sekitar
satu meter atau sekitar setinggi dada orang dewasa. Salah satu upaya dari
penanggulangan banjir yang dilakukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda saat itu
adalah dengan membangun saluran air yang disebut sebagai Banjir Kanal Barat
pada tahun 1922. Pembangunan Banjir Kanal Barat ini merupakan ide dari seorang
serangkaian banjir dalam waktu yang relative pendek dan terulang setiap tahunnya,
banjir di DKI Jakarta. Upaya dalam penanggulangan banjir ini di DKI Jakarta ini
hujan yang tinggi dengan tidak diimbangi dengan saluran pembuangan air yang
orang-orang yang ada di sana. Banjir yang terjadi ini juga dapat disebabkan karena
terjadinya jebol pada system aliran air yang ada, sehingga daerah yang lebih rendah
Kemudian menurut Kodoatie, et, al 2002 dalam Nurhaimi A dan Sri Rahayu
(2014) ada dua factor yang menjadi penyebab terjadinya banjir, yaitu penyebab
yang bersifat alami dan penyebab yang bersifat tidak alami (dari aktivitas manusia).
Contohnya yang bersifat alami adalah : (a) hujan lebat; (b) pengaruh geografi pada
sungai di daerah hulu dan hilir; (c) pengendapan sedimen; (d) system jaringan
drainase tidak berjalan dengan baik; (e) pasang surut air laut. Kemudian contoh
yang bersifat tidak alami (aktivitas manusia) adalah : (a) perubahan daerah
Kerugian ekonomi dari banjir dan longsor yang terjadi sangat besar, mulai
dari kerugian langsung seperti rusaknya rumah, baik ringan maupun berat, barang-
barang yang rusak dan hilang akibat terkena banjir, sampai dengan mobil dan motor
yang terendam air. Banjir juga mengakibatkan rusaknya infrastruktur fisik dan
prasarana sosial, seperti gedung sekolah, rumah ibadah dan puskesmas, serta
Bandara Halim Perdana Kusuma yang ditutup sementara dan semua penerbangan
ekonomi banjir yang kedua adalah diperkirakan akan meningkatkan inflasi volatile
foods, sehingga inflasi dapat meningkat tinggi dan meleset dari target APBN Tahun
inflasi Januari 2020 (Bisnis Indonesia, 6 Januari 2020). Selain itu, pasokan bahan
baku, bahan makanan, dan produk jadi menjadi tidak lancar. Sektor perdagangan
besar hingga ritel juga terganggu karena jalur distribusi yang tersendat. Pedagang
sayuran segar dan komoditas pangan lainnya seperti ikan laut. Pasokan yang
tersendat tersebut adalah dampak dari banjir yang menimbulkan naiknya harga
barang di pasar secara signifikan. Hal ini diperparah dengan curah hujan yang tinggi
menurut prakiraan cuaca oleh BMKG, baru mencapai puncaknya pada Februari dan
Dampak ekonomi lainnya adalah kerugian yang dialami oleh pedagang ritel.
kerugian akibat banjir ada dua jenis, yaitu potential loss dan fix loss. Kerugian
potential loss dihitung dari kerugian berdasarkan jumlah toko yang tutup akibat
ini, perusahaan ritel anggota Aprindo yang terkena dampak banjir di DKI Jakarta
mencapai hampir Rp1 triliun. Sedangkan untuk fix loss belum dapat dihitung
karena masih menunggu data dari APINDO (Suara Pembaruan, 7 Januari 2020).
2.4 Pengendalian Banjir
yang terjadi di Batavia pada saat itu telah menyebabkan kota tersebut lumpuh. Pada
awal perencanaan kota ini, dimaksudkan untuk membangun kota menyerupai kota-
kota yang ada di Belanda, sehingga banyak dibangun kanalkanal. Sampai dengan
resiko banjir di Jakarta. Enam trase yang diusulkan oleh pengembang terdapat dua
trase yang digunakan untuk pengendalian banjir yaitu ITBT-1 dan ITBT-2.
PEMBAHASAN
kemacetan dan resiko banjir di Jakarta. Enam trase yang diusulkan oleh
banjir yaitu ITBT-1 dan ITBT-2. Efektivitas kedua trase yang diusulkan
yang berpemukiman padat menyebabkan beberapa alur sungai yang ada mengalami
dari Sungai Ciliwung ke Banjir Kanal Barat (BKB) diharapkan dapat memotong
puncak banjir yang terjadi di Sungai Ciliwung sehingga mengurangi beban aliran
sebagian aliran banjir yang melewati daerah rawan banjir di Sungai Ciliwung.
Rencana trase Infrastruktur Bawah Tanah dan daerah banjir yang dikendalikan
dapat dilihat pada Gambar 3. 1 dan skema rencana tunnel di bawah tanah dapat
banjir di wilayah barat. Infrastruktur Terpadu Bawah Tanah ke-2 berfungsi untuk
mengendalikan banjir yang terjadi di daerah Daan Mogot dan sekitarnya, yang
Banjir Kanal Barat di Tanah Abang. Adapun rencana jalur dari ITBT-2 dapat dilihat
pada Gambar 3. 3. Dimensi terowongan yang digunakan dalam simulasi adalah
dinilai efektif jika dapat mengurangi risiko banjir di daerah layanannya. Untuk
mengetahui seberapa besar efektivitas dari pengendalian banjir ini, maka dilakukan
Ciliwung ke BKB. Model banjir yang telah dibentuk ini, digunakan untuk menilai
melakukan simulasi terhadap data hujan rencana 100 tahun. Besarnya hujan rencana
100 tahun di daerah aliran sungai-sungai yang masuk ke Jakarta dapat dilihat pada
metode L-Moment (Ginting, 2015). Kisaran hujan rencana yang terjadi di daerah
aliran sungai-sungai yang masuk ke Jakarta sekitar 200 mm sampai dengan 276 mm
menerima beban lebih dari pengalihan tersebut akan bertambah luas genangannya.
Oleh karena hal tersebut, maka dilakukan analisis terhadap daerah yang akan
Gambar 3. 6.
banjir yaitu sistem wilayah barat, sistem wilayah tengah dan sistem wilayah timur.
Dari ke-18 distrik ini, akan dilihat distrik mana yang akan berpengaruh dan yang
terkena dampak akibat dari pada flood measure yang diterapkan. Berdasarkan
analisis dari genangan banjir yang telah dilakukan terhadap pendekatan ITBT-1,
maka diperoleh hasil bahwa terdapat beberapa distrik yang akan terkena dampak
seperti adanya peningkatan luas genangan pada distrik tertentu dan adanya
pengurangan genangan pada distrik tertentu seperti pada Gambar 15. Besaran
perubahan kedalaman genangan yang terjadi akibat dari ITBT-1 ini dapat dilihat
pada Gambar 3. 7.
Gambar 3. 7 Genangan yang mengalami peningkatan dan penurunan
sekitar Jalan Daan Mogot. Upaya yang dilakukan ini tentu saja akan berdampak
dihasilkan perubahan debit puncak banjir yang menuju Cengkareng Drain semakin
berkurang. Debit puncak banjir yang terjadi di titik intake tunnel sekitar 204 m3/s
dan yang menuju ke tunnel sekitar 125 m3/s sehingga yang diteruskan melalui
Sungai Pesanggrahan sekitar 78 m3/s. Berdasarkan hasil ini, maka dapat diketahui
mengurangi resiko banjir di daerah hilir dari Sungai Pusanggrahan, namun akan
menambah beban di BKB sehingga menambah resiko banjir di area BKB. Untuk
melihat hal ini, maka dilakukan simulasi banjir dengan 2D agar diperoleh daerah
dilakukan ITBT-2.
bahwa distrik yang akan berpengaruh dari flood measure ini adalah yang masuk
dalam sistem wilayah barat dan tengah, seperti terlihat pada Gambar 9. Distrik yang
berpengaruh belum tentu akan terkena dampak akibat dari ITBT-2, dan hal ini dapat
dilihat pada Gambar 3. 9 bahwa dengan adanya ITBT-2 terdapat distrik yang
mengalami penurunan genangan dan penambahan luas genangan pada distrik yang
terkena dampak.
masing distrik maka dapat dilihat pada Tabel 3. 2. Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat
pengalihan air banjir bawah tanah terbesar di dunia, dibangun untuk mengurangi
meluapnya saluran air utama kota dan sungai selama musim hujan dan topan.
Pekerjaan proyek dimulai pada tahun 1992 dan selesai pada awal tahun
2006. dan dikenal pula sebagai Proyek G-Can atau “Terowongan Bawah Tanah”.
Sistem terowongan beton ini terdiri dari lima silo penahanan beton dengan
di bawah permukaan , serta tangki air besar dengan tinggi 25,4 m, panjang 177 m,
hp) pompa yang dapat memompa hingga 200 ton air ke Sungai Edo per detik.
Sekitar tujuh kali setahun, sistem ini mengalihkan air dari hujan badai besar dan
Sistem yang rumit ini terdiri dari lima silo pengumpulan besar yang
cukup besar untuk menyimpan seluruh Patung Liberty. Saat hujan lebat, air masuk
banjir di satu area, tetapi dapat menyebabkan banjir di bagian hilir di area
lain. Hal ini terjadi karena sejumlah besar air bergerak cepat melalui
terowongan. Jika fasilitas aliran keluar tidak dibangun dengan baik maka
erosi tepian hilir, banjir, dan kerusakan lingkungan sekitar dapat terjadi.
permukaan tanah memerlukan lahan yang terbilang luas, ditinjau dari segi
efisiensi, floodway bawah tanah tidak memerlukan lahan kosong yang mana
floodway baik jika dibuat lebih dekat ke daerah sungai hilir atau langsung
pemukiman.
b. Dapat membuat jalur floodway yang lebih pendek untuk outfall ke sungai
memiliki jalur yang pendek untuk mengalirkan ke bagian hilir, jika terdapat
terpendek.
c. Dapat menentukan titik genangan untuk pembangunan tunnel, hal ini lebih
system yang tidak mampu dialirkan secara bersamaan dalam suatu badan air
guna mengurangi debit puncak banjir di hilir, dimana pada saat terjadi debit
banjir pada bagian hulu kemudian air akan disalurkan ke terowongan dan
e. Mengatasi kelangkaan air baku, yang mana selain dialirkan ke sungai atau
a. Inflow Facilities
Gambar 3. 10 Inflow Facilities
ketinggian tanggul pelimpah, maka secara alami air banjir akan mengalir ke
berfungsi secara efektif bahkan pada saat banjir skala kecil hingga
menengah.
b. Shaft
Shaft berfungsi untuk memelihara dan mengontrol aliran banjir dan saluran
debit. Poros nomor 1 s.d. 5 adalah poros dalam yang terhubung satu sama
lain melalui terowongan bawah tanah dan digunakan untuk mengambil air
banjir dari sungai. Digunakan juga untuk memasang sistem ventilasi dan
Gambar 3. 14 Tunnels
Sungai bawah tanah ini dibangun untuk mengalirkan air banjir yang
tanah (50m di bawah permukaan tanah) dan diperlukan bukaan yang besar
adalah terowongan yang dibuat oleh tabung baja silinder yang menggali
tabung baja silindris ini menggali tanah sekaligus melindungi alat berat dari
tanah dan pasir di bagian depan, dan mendorong mesin pelindung ke depan.
terowongan penuh.
Gambar 3. 16 Tampilan Luas Ryukyukan
Tabel 3. 4 Spesifikasi Terowongan
Tangki air yang sangat besar ini, dibangun di sekitar 22 m di bawah tanah
dua peran kunci. Salah satunya adalah membuang air banjir yang mengalir
dari terowongan bawah tanah, dari tangki air pengatur tekanan dan melalui
pompa raksasa dan saluran air drainase, ke Sungai Edogawa. Yang lainnya
terpusat.
(a) (b)
tinggi untuk memberikan energi (gaya angkat dan sentrifugal) ke air dan
menghasilkan aliran air. Turbin gas yang digunakan adalah versi modifikasi
f. Drainage Sluiceway
Bawah Tanah Metropolitan Outer Area. Air banjir yang dihisap oleh pompa
4.1 Kesimpulan
bumi. Bencana yang menjadi perhatian khusus bagi Jakarta adalah banjir.
Banjir di Jakarta terbagi menjadi dua, yaitu banjir yang disebabkan oleh
meluapnya sungaisungai karena curah hujan yang tinggi dan banjir yang
Abang.
lama serta jika terjadi banjir, terowongan banjir bawah tanah mengurangi
dampak banjir di satu area, tetapi dapat menyebabkan banjir di bagian hilir
di area lain.
keterbatasan lahan, dapat membuat jalur floodway yang lebih pendek, dapat
drainage sluiceway.
4.2 Saran
https://doi.org/10.12695/jmt.2017.16.2.4
https://doi.org/10.1007/BF01305369
Forrester, J. W. (1994). System dynamics, systems thinking, and soft OR. System
Tanam dan Reduksi Lahan Tanam pada Daerah Irigasi Cimulu. Jurnal Ilmiah
Hidayat, A. K., & Empung. (2016). ANALISIS CURAH HUJAN EFEKTIF DAN
126.
Litsaniyah, A. (2018). Evaluasi dan Rasionalisasi Kerapatan Sistem Pos Hujan dan
Pos Duga Air dengan Metode Stepwise di Sub DAS Lesti [Brawijaya
University]. In Jurnal ….
http://pengairan.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jmtp/article/view/23
Mori, K. (2003). Manual on Hydrology (S. Sosrodarsono & K. Takeda (eds.); 9th
https://doi.org/10.1016/j.cesys.2021.100031
Sasminto, R. A., Tunggul, A., & Rahadi, J. B. (2014). Spatial Analysis for Climate
Soewarno. (1995). Hidrologi Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa Data (9th
ed.). NOVA.
http://www.lavoisier.fr/notice/frJWOAR6SA23WLOO.html
Suprayogi, I., Rinaldi, & Prasetio, T. D. (2013). Bangkitan Data Debit pada Daerah
https://www.researchgate.net/publication/326893544_Systems_Thinking_Su
atu_Pendekatan_Pemecahan_Permasalahan_yang_Kompleks_dan_Dinamis
Van de Goor, G. A. W., & Zijlstra, G. (1968). Irrigation Requjrements for Double
Cropping of Lowland Rice (Issue Publication / International Institute for Land
https://edepot.wur.nl/61327