Lap Unit Ii Ani
Lap Unit Ii Ani
Nama : Suhasriani
NIM : 220013301064
Kelompok : 3 (tiga)
Kelas : Pendidikan Biologi C 22
Asisten : Alfiqi Dwiva Annisi, S.Si
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.......................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Tujuan Praktikum.....................................................................................2
C. Manfaat Praktikum...................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................4
A. Kultur in Vitro Tanaman...........................................................................4
B. Jenis-jenis Kultur Jaringan.......................................................................7
C. Tahapan Kultur Jaringan..........................................................................9
D. Pertumbuhan dan Perkembangan Eksplan secara in Vitro.......................12
E. Bahan Sterilan..........................................................................................13
BAB III METODE PRAKTIKUM...................................................................15
A. Waktu dan Tempat....................................................................................15
B. Alat dan Bahan.........................................................................................15
C. Prosedur Kerja.........................................................................................16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................23
A. Hasil Pengamatan.....................................................................................23
B. Pembahasan..............................................................................................38
BAB V PENUTUP..............................................................................................47
A. Kesimpulan..............................................................................................47
B. Saran .......................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................49
LAMPIRAN........................................................................................................51
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berkembangnya zaman tidak luput dari perkembagan berbagai sektor
kehidupan yang saling bergantungan. Salah satu sektor yang paling penting untuk
manusia adalah sektor pertanian. Upaya yang dapat dilakukan untuk mendukung
perkembangan pertanian yaitu dengan mengembangkan teknik kultur jaringan
tumbuhan. Teknik kultur jaringan merupakan suatu proses perbanyakan tumbuhan
secara in-vitro dalam kondisi aseptik yang ditujukan kepada bagian
sel/jaringan/organ suatu tumbuhan.
Perkembangan teknik kultur jaringan bermula dari teori totipotensi oleh
Schwann dan Schleiden tahun 1838. Teori Totipotensi menyatakan bahwa masing-
masing sel tumbuhan mengandung informasi genetik yang dapat mengembangkan
dirinya menjadi tanaman lengkap ketika ditempatkan pada lingkungan yang
sesuai. Teori ini didukung Skoog dan Miller melalui penemun zat pengatur
tumbuh tumbuhan tahun 1957, yang mana regenerasi tunas dan akar secara in-
vitro dikendalikan secara hormonal oleh sitokini dan auksin.
Teknik kultur jaringan telah banyak dikembangkan di Indonesia untuk
mendukung upaya perbanyakan tumbuhan baik yang bertujuan komersil maupun
memelihara tumbuhan yang memiliki peranan penting untuk lingkungan. Salah
satu contohnya adalah kultur jaringan pohon pisang varietas unggul agar
mendapatkan anakan yang sama persis (clone) dari induknya, atau kultur jaringan
tanaman anggrek agar menghindari sulitnya perkembangan akibat biji anggrek
tidak memiliki cadangan makanan. Dalam praktik teknik kultur jaringan,
diperlukan keahlian, tempat serta bahan dan alat yang mendukung.
Bahan penting untuk teknik kultur jaringan adalah tanaman yang akan
dikultur (yang nantinya disebut eksplan. Langkah ketiga setelah sterilisasi dan
pembuatan media dalam kegiatan kultur jaringan adalah menanam. Menanam
1
2
merupakan kegiatan terakhir dalam kultur jaringan yang nantinya akan dilakukan
pengamatan terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan yang ditanam.
Kegiatan penanaman kultur jaringan sangat sederhana, yaitu suatu sel atau
irisan jaringan tanaman yang sering disebut eksplan secara aseptik diletakkan dan
dipelihara dalam medium padat atau cair yang cocok dan dalam keadaan steril.
Dengan cara demikian sebagian sel pada permukaan irisan tersebut akan
mengalami proliferasi dan membentuk kalus. Apabila kalus yang terbentuk
dipindahkan ke dalam medium diferensiasi yang cocok, maka akan terbentuk
tanaman kecil yang lengkap disebut plantet. Dengan teknik kultur jaringan ini
hanya dari satu irisan kecil suatu jaringan tanaman dapat dihasilkan kalus yang
dapat menjadi plantet dalam jumlah yang besar.
Kegiatan menanam ini dilakukan di dalam Laminair Air Flow Cabinet
dengan kondisi aseptik. Prinsip kerja Laminair Air Flow ini ialah dengan
mengalirkan arus udara yang laminair ke dalam almari penabur melalui saluran
saringan. Bakteri dan jamur ditahan oleh saringan ini, sehingga udara yang masuk
ke dalam Laminair Air Flow sudah steril dan membuat ruangan menjadi steril
juga karena berhasil tidaknya kegiatan kultur jaringan sangat ditentukan oleh
kondisi lingkungan penanaman.
Alat dan eksplan yang akan digunakan juga harus dalam keadaan steril,
karena jika tidak kemungkinan terkontaminasi sangat besar dibandingkan dengan
yang disterilkan terlebih dahulu. Bakteri dan jamur yang ada di udara bebas akan
dengan mudah menempel di alat-alat eksplan yang akan dipakai, berdasarkan latar
belakang tersebut, maka dilakukanlah praktikum yang bertujuan untuk
mengetahui cara menanam eksplan dan sub kultur serta mengamati
petumbuhannya. Selain itu mencari faktor-faktor penyebab kegagalan dalam
kultur jaringan tanaman.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu:
1. Untuk mengetahui dan mempraktikkan cara menanam eksplan dan sub kultur
serta mengamati pertumbuhan dan perkembangannya
3
C. Manfaat praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu:
1. Dapat mengetahui dan mempraktikkan cara menanam eksplan dan sub kultur
serta mengamati pertumbuhan dan perkembangannya
3. Dapat mengetahui faktor-faktor penyebab kegagalan dalam kultur jaringan
tanaman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
yang luas untuk pembibitan, sedikit tenaga kerja, dan dapat memperbanyak
tanaman tertentu yang sulit jika diperbanyak secara konvensional.
Kultur jaringan tanaman adalah suatu teknik untuk menumbuhkan sel,
jaringan ataupun irisan organ tanaman di laboratorium pada suatu media buatan
yang mengandung nutrisi yang aseptik (steril) untuk menjadi tanaman secara utuh.
Kondisi steril merupakan suatu syarat mutlak keberhasilan pelaksanaan kultur
jaringan, sehingga kondisi ini harus tetap dijaga selama proses kultur berlangsung.
Walaupun hanya satu spora jamur atau hanya satu sel bakteri yang masuk ke
media kultur, maka pekerjaan kultur akan gagal dan tidak akan dihasilkan
tanaman baru (Dwiyani, 2015)
Kultur jaringan merupakan cara yang tepat untuk meningkatkan sintesis
metabolit sekunder karena dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa dipengaruhi
oleh lingkungan eksternal. Teknik kultur jaringan juga dapat dikembangkan untuk
produksi biomassa metabolit dalam jumlah besar (Yuniardi, 2019). Menurut
Anggraeni (2022), kultur jaringan merupakan alternatif dalam penyediaan
tanaman untuk ekstrak obat-obatan yang dibutuhkan dalam jumlah banyak. Dalam
perbanyakan dengan metode kultur jaringan ada beberapa faktor yang sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan bahan tanam (eksplan)
nantinya.
Perbanyakan tanaman secara in vitro dapat dilakukan melalui proses
organogenesis dan embriogenesis baik secara langsung maupun tidak langsung
melalui pembentukan kalus yang akan beregenerasi menghasilkan tanaman utuh.
Induksi kalus merupakan tahap awal yang sangat penting dalam perbanyakan
tanaman secara in vitro yang dilakukan melalui organogenesis dan embriogenesis
tidak langsung. Kalus dihasilkan melalui proses pembelahan sel secara terus
menerus dari eksplan yang dikultur pada media dengan menggunakan zat
pengatur tumbuh (ZPT) hingga terbentuk massa sel yang selanjutnya beregenerasi
membentuk tanaman yang lengkap atau utuh (Setiawati, 2020).
Kultur jaringan memiliki tujuan untuk dapat mendapatkan tanaman dalam
jumlah yang besar dan dalam waktu yang singkat. Selain kedua tujuan tersebut,
kultur jaringan juga dimaksudkan untuk mendapatkan atau memperoleh tanaman
6
tunas aksilar. Pada ujung pucuk, jaringan ini berada di bagian dalam, Oleh karena
itu untuk mengambil jaringan ini agar dapat digunakan sebagai eksplant kita
membutuhkan mikroskop. Setiap pengambilan sampel terlebih dahulu dilakukan
pengirisan bagian pucuk secara transversal, lalu jaringan meristem yang ditutupi
oleh primordial daun akan dapat diambil semua kegiatan yang dilakukan di bawah
mikroskop (Elfiani dan Jakoni, 2016).
4. Kultur Protoplasma
Kultur protoplasma adalah proses alam yang terjadi pada tumbuhan rendah
sampai tingkat tinggi protoplas itu sendiri adalah sel yang dalam keadaan
telanjang pada proses pembuahan terjadi penyatuan gamet jantan subrotoplas
dengan gamet betina protoplas menjadi zigot hibrida seksual titik sel-sel tanaman
tingkat tinggi berhubungan satu sama lainnya melalui plasmodesmata. Protoplas
dapat diisolasi secara mekanik dengan menggunakan prinsip proses plasmolisis
sel, juga dapat isolasi secara enzimatik. Enzim-enzim digunakan untuk
mengisolasi protoplas antara lain sellulase, dryselase, zymolase, pectyolyase,
hemiselullase, pectinase dan maserase (Nurmayulis, 2014).
5. Kultur suspensi kultur
Kultur Suspensi adalah kultur yang sangat berguna dalam penelitian
metabolik primer maupun sekunder, juga untuk regulasi nitrogen di dalam organ
dan asimilasi sulfur, metabolisme karbohidrat dan karbon fotosintetik, namun
kultur sel kulit dipakai untuk penelitian penelitian biosintesis senyawa tertentu.
Kultur sel dilakukan dengan menggunakan eksplan adalah kalus-kalus
dipindahkan ke media cair untuk menginduksi sel-sel independen atau inisiasi
suspensi sel (Myrna, 2014).
Pada kultur sel ini juga harus dilakukan subkultur secara periodik,
tergantung tujuannya yaitu ke media yang sama atau modifikasi untuk
memperbanyak suspensi sel atau ke media regenerasi atau media padat titik untuk
regenerasi harus didahulukan menginduksi munculnya tunas. Setelah muncul
tunas kemudian baru diinduksi pembentukan akar. Kultur sel harus terus
berkembang terutama untuk melihat hubungan tanaman dengan mikroba tidak
9
hanya dalam pembentukan Tunas tetapi juga dalam proses biokimia dan
perkembangan virus pitotoksin dan resistensi penyakit (Avivi, 2013).
6. Kultur haploid
Kultur haploid sering juga disebut sebagai kultur serbuk sari karena yang
digunakan dalam proses ini sebagai sumber eksplan adalah serbuk sari titik kultur
serbuk sari ini lebih tepat disebut kultur haploid dibandingkan dengan kultur
anther. Kultur haploid lain contohnya adalah kultur ovul di mana sebagai sumber
ekspornya adalah oval kultur haploid adalah kultur yang menghasilkan tanaman
haploid sementara itu tanaman hoploid adalah tanaman yang memiliki jumlah
kromosom yang sama dengan jumlah kromosom gamet n. Adapun keuntungan
dari tanaman haploid adalah semua sifat yang ditampilkan dalam kondisi
monohaploid baik sifat dominan ataupun resesif, seleksi pada level haploid jauh
lebih mudah dibandingkan dengan level ploidi yang tinggi, penggandaan
kromosom tanaman haploid akan menghasilkan tanaman di haploid yang
homozigot penggandaan kromosom berikutnya akan menghasilkan tanaman
tetraploid homozigot serta hibridisasi seksual dengan tanaman diploid akan
menghasilkan tanaman triploid (Ratnasari, 2017).
sitokinin dan/atau pemangkasan tunas apikal dapat dilakukan pada tanaman induk
jenis dikotil untuk merangsang pertumbuhan tunas ateral. Tunas lateral yang baru
tumbuh ini baik digunakan sebagai bahan eksplan, karena bahan eksplan dengan
sel-sel yang masih aktif membelah (tunas yang baru tumbuh) memiliki daya
regenerasi yang tinggi.
2. Sterilisasi Eksplan
Berikut diberikan contoh sterilisasi eksplan yang paling sederhana. Bahan
tanam yang dipilih (misalnya daun tanaman stroberi) diambil dari tanaman induk,
kemudian dipotong menjadi lebih kecil dengan jalan menghilangkan bagian-
bagian yang tidak diperlukan. Selanjutnya dicuci bersih dengan detergen (disikat
dengan sikat gigi yang lembut) dibawah air kran yang mengalir. Selanjutnya
bahan tanam direndam dengan fungisida (konsentrasi 2 gram per liter) selama 10
menit sambil digoyang. Setelah itu dibilas dengan air steril tiga kali kemudian
dimasukkan dalam laminar. Dalam laminar, bahan tanam disterilisasi lagi dengan
menggunakan sodium hipoklorida atau clorox. Pemutih pakaian dapat digunakan
sebagai pengganti sodium hipoklorida karena bahan aktif ini terkandung di
dalamnya meskipun ada pencampur lain (tidak murni). Perendaman dengan clorox
dilakukan dua kali. Yang pertama, direndam pada clorox dengan konsentrasi 10%
selama 5 menit (sambil digoyang), kemudian dibilas air destilasi steril hingga tiga
kali. Yang kedua, dengan clorox konsentrasi 5% selama 5-7 menit, selanjutnya
dibilas lagi dengan air steril hingga 3-4 kali. Pada beberapa spesies tanaman juga
digunakan antibiotik untuk mengeliminasi bakteri, misalnya penggunaan
cefotaxime dengan konsentrasi 300 ppm. Selanjutnya juga dibilas dengan air steril
hingga 3 kali. Yang perlu diperhatikan dalam sterilisasi permukaan bahan eksplan
adalah konsentrasi sterilan dan lamanya perendaman. Angka yang tepat biasanya
diperoleh melalui penelitian awal (trial and error), karena sangat spesifi k untuk
masing-masing spesies tanaman serta jenis dan umur bahan eksplan. Konsentrasi
yang terlalu tinggi akan menyebabkan kematian pada sel-sel tanaman, sedangkan
konsentrasi yang terlalu rendah tidak efektif karena tidak mampu membunuh
mikroorganisme yang ada di permukaan eksplan. Jika tanaman induk sumber
eksplan merupakan tanaman hasil kultur dan berada dalam botol kultur, maka
11
prosedur sterilisasi ini tidak diperlukan. Misalnya jika bahan eksplan adalah
seedling (bibit) anggrek dalam botol, maka sterilisasi bahan eksplan tidak
diperlukan karena tanaman induk sumber eksplan sudah steril.
3. Penanaman Eksplan
Eksplan yang sudah steril selanjutnya dipotong menjadi bagian yang lebih
kecil, misalnya menjadi pangkal dan ujung daun, selanjutnya ditanam pada media
steril yang sudah disiapkan. Media tanam yang digunakan mengandung ZPT
tertentu tergantung dari tujuan kultur. Jika yang diinginkan adalah pembentukan
kalus, maka bahan eksplan ditanam pada media induksi kalus, misalnya media
dengan 2,4-D. Demikian pula jika tujuannya untuk menginduksi tunas maka
ditanam pada media untuk induksi tunas, misalnya media yang mengandung
sitokinin atau mengandung GA3. Gambar 10 memperlihatkan eksplan daun
stroberi yang ditanam pada media yang mengandung 5 ppm GA3 untuk induksi
tunas dan eksplan berupa umbut kelapa sawit yang ditanam pada media MS
dengan 3 ppm 2,4- D untuk induksi kalus. Umbut adalah istilah untuk tunas apikal
yang meristematik pada kelompok tanaman palma (palem-paleman) termasuk
kelapa sawit. Kondisi aseptik harus tetap dijaga selama proses penanaman, baik
ruang tanam, pekerja dan juga alat-alat yang digunakan untuk menanam. Sukses
pekerjaan kultur jaringan sangat dipengaruhi oleh kemampuan pekerja menjaga
kondisi aseptik.
4. Perbanyakan (Proliferasi) Propagul
Propagul adalah bentukan baru hasil morfogenesis yang terbentuk dari
jaringan eksplan yang ditanam. Propagul dapat berupa kalus, tunas atau embrio
somatik. Proliferasi tersebut dapat dilakukan dengan melakukan subkultur ke
medium baru, dapat berupa medium induksi kalus untuk perbanyakan kalus dan
medium induksi tunas untuk perbanyakan tunas. Proliferasi embrio somatik
dilakukan dengan subkultur pada media tanpa hormon setelah sebelumnya
diinisiasi pembentukannya dengan 2,4D.
5. Pengakaran
Tahap pengakaran adalah tahap dimana tunas-tunas yang sudah tumbuh
dipindahkan ke media induksi akar agar terbentuk plantlet. Pengakaran dapat
12
dilakukan secara in-vitro (di laboratorium) atau eksvitro (di luar laboratorium).
Induksi akar secara in-vitro dilakukan tetap di laboratorium dalam kondisi aseptik.
Induksi akar secara eks-vitro dilakukan dengan jalan melakukan transplanting
tunas-tunas mini ke media semi steril di luar laboratorium. Pangkal-pangkal tunas
ini biasanya dicelupkan dahulu ke larutan yang mengandung auksin untuk
merangsang tumbuhnya akar sebelum akhirnya ditanam pada media semisteril
yang sudah disiapkan. Pengakaran eks-vitro kini banyak dilakukan, dianggap lebih
efi sien karena menghindarkan pekerja dari pekerjaan in-vitro yang rumit dan hati-
hati.
6. Aklimatisasi dan Pemindahan Tanaman ke Lapang
Tanaman hasil kultur jaringan tidak dapat ditanam langsung di lapang,
namun memerlukan proses adaptasi bertahap terhadap lingkungan barunya yang
disebut dengan aklimatisasi. Hal ini diperlukan karena kondisi tanaman hasil
kultur jaringan berbeda dengan tanaman normal di lapang. Kondisi lingkungan
mikro botol kultur menyebabkan tanaman hasil kultur jaringan tidak memiliki
lapisan lilin dan stomata tidak berfungsi sehingga sangat riskan jika langsung
ditanam di lapang.
E. Bahan Sterilan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kultur jaringan
antara lain jenis media kultur, kesegaran eksplan, lingkungan tumbuh eksplan, dan
frekuensi subkultur (Hutami & Purmaningsih, 2003). Pemilihan eksplan
merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan perbanyakan
kultur jaringan tanaman. Eksplan dengan kondisi fisik yang baik, sehat dan segar
akan mampu bertahan pada media kultur dengan atau tanpa penambahan ZPT
(Ismani et al., 2021).
Menurut Habibah (2021) keberhasilan kultur jaringan sangat ditentukan
oleh kondisi aseptik atau bebas dari kontaminan. Kontaminasi dapat berasal dari
eksplan, medium, alat-alat yang digunakan, lingkungan kerja, dan kecerobohan
dalam pelaksanaan. Oleh karena itu maka perlu dilakukan sterilisasi pada
lingkungan kerja, alat-alat, medium dan eksplan.
14
16
17
C. Prosedur Kerja
1. Prosedur Kerja Penanaman Eksplan Pisang
a. Sterilisasi
1) Sterilisasi di luar enkas
Menutup medium dengan plastik dan Mengambil bonggol pisang yang telah
menyimpan medium di laboratorium dipotong lalu ditanam pada masing-
untuk diamati masing medium MS, GD dan GM
19
Menanam tangkai krisan atau meristem Meletakkan tangkai meristem apikal pada
apikal pada medium MS, GM, dan GD cawan petri yang dilapisi tissue
dengan menancapkan tangkai pada
permukaaan medium
A. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Hasil pengamatan penanaman kultur jaringan in vitro
PISANG
No Pengamatan Ke- Medium Gambar Keterangan
Eksplan mengalami
browning
MS (pencoklatan)
Eksplan mengalami
browning
Pertama GM (pencoklatan)
1.
(31 Maret 2023)
Eksplan mengalami
browning
GD (pencoklatan)
24
25
Di sekitar eskplan
mulai terlihat adanya
kontaminasi
MS
Di sekitar eskplan
mulai terlihat adanya
kontaminasi
Kedua GM
2
(3 April 2023)
Di sekitar eskplan
mulai terlihat adanya
kontaminasi
GD
MS
GM Di sekitar eksplan
terlihat kontaminasi
26
Di sekitar eksplan
terlihat kontaminasi
GD
Kontaminasi yang
terjadi berubah
warna menjadi abu-
MS
abu
Kontaminasi yang
terjadi berwarna
Keempat putih
4 GM
(10 April 2023)
5 Kelima MS Kontaminasi
berwarna abu-abu
(13 April 2023)
Terjadi
perubahan warna
media
27
Kontaminasi
terjadi di seluruh
permukaan
media, berwarna
GM putih
Terjadi
perubahan warna
media
Kontaminasi
berwarna putih
Terjadi
perubahan warna
GD media
KRISAN
1 Pertama Eksplan mengalami
browning
(31 Maret 2023)
(Pencoklatan)
MS
GM Eksplan mengalami
browning
(Pencoklatan)
28
Eksplan mengalami
browning
(Pencoklatan)
GD
Di sekitar eksplan
mulai terlihat adanya
kontaminasi
MS
Di sekitar eksplan
mulai terlihat
Kedua adanya kontaminasi
2 GM
(3 April 2023)
Di sekitar eksplan
mulai terlihat
adanya kontaminasi
GD
3 Ketiga MS Kontaminasi
menutupi seluruh
(6 April 203)
permukaan
eksplan
Terjadi perubahan
warna pada media
29
Kontaminasi
terjadi di seluruh
permukaan media,
berwarna hijau
GM
Terjadi perubahan
warna media
Kontaminasi
terjadi di seluruh
permukaan media,
berwarna hijau-
GD hitam
Terjadi perubahan
warna media
Kontaminasi
terjadi di seluruh
permukaan media,
berwarna abu-abu,
MS putih dan hijau
Terjadi perubahan
warna media
Kontaminasi
terjadi di seluruh
Terjadi perubhan
Keempat warna media
4 GM
10 April 2023
Kontaminasi
menutupi seluruh
permukaan media,
berwarna hitam
GD dan hijau
Terjadi perubahan
warna
30
Kontaminasi
terjadi di seluruh
permukaan media,
berwarna putih,
MS abu-abu dan hijau,
serta semakin
tebal
Terjadi perubahan
warna media
Kontaminasi
terjadi di seluruh
permukaan media,
Kelima berwarna hijau
5 GM serta semakin
(13 April 2023) tebal
Terjadi perubahan
warna media
Kontaminasi
terjadi di seluruh
permukaan media,
berwarna hitam
GD dan hijau, serta
semakin tebal
Terjadi perubahan
warna media
WORTEL
1 Pertama Terlihat biji mulai
(31 Maret 2023) mengelupas dan
MS medium tidak
mengalami kontam
Tidak terdapat
pertumbuhan,
medium mengalami
GD kontaminasi
Tidak mengalami
pertumbuhan karena
medium mengalami
GD kontaminasi
TOMAT
1 Pertama Biji mengelupas dan
(31 Maret 2023) medium tidak
kontam
MS
Tumbuh 1 tanaman
tomat dengan tinggi
MS 1 cm
Tumbuh 1 tanaman
tomat dengan tinggi
Kedua
2 GM 0,3 cm
(3 April 2023)
Mulai tumbuh
kecambanh dengan
GD tinngi 0,1 cm
Mulai tumbuh 9
tanaman tomat
GM dengan panjang
batang 1 cm
Tumbuh 1 tanaman
tomat dengan tinggi
0,4 cm
GD
Tumbuh 3 tanaman
dengan tinggi 3,5
MS cm
Tumbuh 9 tanaman
yang tidak tegak,
Keempat dengan panjang 2,1
4 GM
10 April 2023 cm
Tumbuh 1 tanaman
yang tidak tegak,
Tumbuh 4 tanaman,
dan 2 tanaman
MS tumbuh tegak
dengan tinggi 4,5
cm
Tumbuh 9 tanaman,
dengan 2 tanaman
Kelima tegak yang
5 GM
(13 April 2023) tingginya 3 cm
Tumbuh 1 tanaman
yang tidak tegak
dengan Panjang 1,5
GD
cm
BAWANG PUTIH
1 Pertama Terjadi
pertumbuhan
(31 Maret 2023)
Tumbuh Tunas
MS 1,8 cm
GM Terjadi
pertumbuhan
Tumbuh Tunas
1,1 cm
37
Terjadi
pertumbuhan
Tumbuh Tunas
GD 1,8 cm
Pertumbuhan
Tunas 2 cm
Akar Mulai
MS tumbuh
Warna Tunas
dominan hijau
Tumbuh Tunas
2,3 cm
Kedua Akar Mulai
2 GM Tumbuh
(3 April 2023) Tunas Berwarna
putih
Pertumbuhan
Tunas pesat 3,3
cm
GD Akar mulai
tumbuh
Tunas dominan
berwarna putih
3 Ketiga MS Tumbuh Tunas
tidak berubah 2
(6 April 203)
cm
Mulai
terkontaminasi
jamur
38
Tumbuh Tunas
sangat pesat 7 cm
Medium Mulai
GD berjamur
Tumbuh Tunas
tidak berubah 3
cm
MS Seluruh
permukaan
medium berjamur
Pertumbuhan
tumbuh tunas
sangat pesat 8,5
Keempat cm
4 GM Medium Mulai
10 April 2023
berjamur
Tumbuh Tunas
tidak berubah
yaitu 7 cm
GD Permukaan
medium sudah
berjamur
39
Tumbuh Tunas
tidak berubah 3
cm
MS Seluruh
permukaan
medium
kontaminasi jamur
Pertumbuhan
tunas bertambah
10,5 cm
Kelima
5 GM Medium
(13 April 2023) kontaminasi jamur
Tumbuh Tunas
tidak berubah
yaitu 7 cm
GD Permukaan
medium
kontaminasi jamur
B. Pembahasan
Kegiatan kultur jaringan sangat erat kaitannya dengan kondisi steril.
Kondisi steril ini sangat menetukan sekali terhadap keberhasilan kegiatan kultur.
Sterilisasi ini dilakukan dari mulai alat-alat dan eksplan yang akan digunakan,
ruang kultur hingga praktikan semuanya harus dalam keadaan steril.
Kegiatan penanaman pun tidak jauh dari kondisi steril/aseptik karena
dengan kondisi seperti ini kemungkinan berhasil lebih besar dan
kegagalan/kontaminasi sedikit bahkan tidak ada. Hal ini sesuai dengan pendapat
Gunawan (2018) yang menyatakan bahwa kontaminasi yang terjadi pada kultur
jaringan merupakan momok yang cukup mengganggu proses kultur jaringan.
Namun kontaminasi juga dapat dicegah dengan perlakuan-perlakuan yang aseptik.
Saat kegiatan penanaman, sterilisasi ruang harus dilakukan karena
kemungkinan kontaminan cukup besar apabila tidak dilakukan, begitupun alat-alat
40
penabur. Hal ini sesuai pendapat Rahardja (2018) yang menyatakan, keberadaan
kontaminan yang berasal dari spora maupun mikroba lainnya sangat sulit
dihindari termasuk juga di dalam ruang kultur. Untuk itu sterilisasi ruangan juga
perlu dilakukan tentunya dengan tujuan untuk menciptakan lingkungan yang
aseptik dan menghilangkan mikroba maupun spora penyebab kontaminan.
Menurut Susilowati (2020) sumber kontaminan dapat berasal dari eksplan
tumbuhan, organisme kecil yang masuk ke dalam media, alat yang tidak steril dan
lingkungan kerja yang kotor. Sehingga harus dilakukan sterilisasi lingkungan
kerja, alat-alat, media dan bahan tanaman. Tetapi pada praktikum saat ini
sterilisasi tidak dilakukan karena membutuhkan waktu cukup lama sedangkan
waktu yang tersedia sangat terbatas dan saat ini praktikan hanya melakukan
sterilisasi alat-alat penabur yang nantinya akan digunakan saat penanaman
berlangsung.
Proses penanaman dilakukan di dalam Laminar Air Flow dalam kondisi
dan ruang yang aseptik. Sebelumnya, tangan praktikan disemprot alkohol terlebih
dahulu sebelum melakukan penanaman dengan tujuan supaya bakteri atau jamur
yang terbawa bisa mati. Alat-alat seperti pinset dan scalpel pun disterilkan dulu
(setiap alat tersebut yang akan digunakan terlebih dahulu disterilkan). Adapun
eksplan yang digunakan yaitu pisang, krisan, wortel, tomat dan bawang putih.
Penanaman eksplan pisang. Langkah pertama yaitu sterilisasi di luar
enkas, mencuci bonggol pisang dengan air mengalir kemudian memasukkan ke
dalam wadah dan merendam dengan larutan fungisida selama 1 jam. Kemudian
selanjutnya menambahkan bakterisida sebanyak 2 gr/L ke dalam larutan
perendaman bonggol pisang selama 1 jam. Setelah direndam, memasukkan ke
dalam wadah steril dan menyemprot dengan alkohol kemudian memasukkan ke
dalam LAF. Selanjunya sterilisasi di luar enkas, pertama yaitu membilas bonggol
pisang dengan air mengalir selama 10-15 menit. Kemudian merendam bonggol
pisang secara beturut-turut dengan alcohol 70% selama 2 menit, bayclin 15%
selama 15 menit, bayclin 5% selama 5 menit kemudian membilas dengan aquades
sebanyak 3 kali. Langkah terakhir yaitu penanaman bonggol pisang, pertama
memotong bonggol pisang kurang lebih 5 cm kemudian meletakkan pada cawan
41
petri yang dilapisi tissue. Selanjutnya membuka plastik penutup botol kemudian
mulut botol diflamir dengan nyala bunsen. Disamping itu, eksplan diambil dengan
menggunakan pinset dan langsung ditanam pada medium MS, GM dan GD.
Setelah itu, botol ditutup kembali dengan menggunakan plastik. Langkah tersebut
terus dilakukan hingga semua eksplan tertanam. Botol-botol yang sudah ditanami
eksplan disimpan di rak inkubasi kultur dengan kondisi lingkungan yang
mendukung untuk pertumbuhan dan perkembangan eksplan. Kemudian lakukan
pengamatan setiap pekan selama 2 pekan lebih. Untuk melihat perkembangan
eksplan apakah tumbuh atau terkontaminasi.
Penanaman eksplan krisan. Eksplan krisan diambil meristem apicalnya
menggunakan gunting dan pinset. kemudian meletakkan pada cawan petri yang
dilapisi tissue. Selanjutnya membuka plastik penutup botol kemudian mulut botol
diflamir dengan nyala bunsen. Disamping itu, eksplan diambil dengan
menggunakan pinset dan langsung ditanam pada medium MS, GM dan GD.
Setelah itu, botol ditutup kembali dengan menggunakan plastik. Langkah tersebut
terus dilakukan hingga semua eksplan tertanam. Botol-botol yang sudah ditanami
eksplan disimpan di rak inkubasi kultur dengan kondisi lingkungan yang
mendukung untuk pertumbuhan dan perkembangan eksplan. Kemudian lakukan
pengamatan setiap pekan selama 2 pekan lebih. Untuk melihat perkembangan
eksplan apakah tumbuh atau terkontaminasi.
Penanaman eksplan wortel dan tomat. Langkah pertama yaitu sterilisasi
biji, merendam biji di dalam alkohol 70% seama kurang lebih 3 menit dan juga di
dalam larutan bayclin selama 5 menit. Kemudian membilas biji dengan aquades
steril sebanyak 3 kali. Setelah dibilas, meletakkan biji yang telah steril di atas
kertas saring. Langkah terakhir yaitu penanaman biji wortel/tomat, pertama
menempatkan biji pada cawan petri yang steril. Selanjutnya membuka plastik
penutup botol kemudian mulut botol diflamir dengan spiritus. Disamping itu,
eksplan diambil dengan menggunakan pinset dan langsung ditanam pada medium
MS, GM dan GD. Setelah itu, botol ditutup kembali dengan menggunakan plastik.
Langkah tersebut terus dilakukan hingga semua eksplan tertanam. Botol-botol
yang sudah ditanami eksplan disimpan di rak inkubasi kultur dengan kondisi
42
terlihat adanya kontaminasi. Pada pengamatan ketiga (6 April 2023), pada botol
kultur MS di sekitar eksplan terlihat kontaminasi. Pada botol kultur GM di sekitar
eksplan terlihat kontaminasi. Pada botol kultur GD juga di sekitar eksplan terlihat
kontaminasi. Pada pengamatan keempat (10 April 2023), pada botol kultur MS
kontaminasi yang terjadi berubah warna menjadi abu-abu. Pada botol kultur GM
kontaminasi yang terjadi berwarna putih. Pada botol kultur GD terlihat ada sedikit
kontaminasi yang terjadi dan berwarna putih. Pada pengamatan kelima (13 April
2023), pada botol kultur MS kontaminasi berwarna abu-abu dan terjadi perubahan
warna media. Pada botol kultur GM kontaminasi terjadi di seluruh permukaan
media berwarna putih dan terjadi perubahan warna media. Pada botol kultur GD
kontaminasi berwarna putih dan terjadi perubahan warna media.
2. Krisan
Pada pengamatan pertama (31 Maret 2023), eksplan pada botol kultur MS
mengalami browning (pencoklatan). Eksplan pada botol kultur GM mengalami
browning (pencoklatan). Eksplan pada botol kultur GD juga mengalami browning
(pencoklatan). Pada pengamatan kedua (3 April 2023), pada botol kultur MS di
sekitar eksplan mulai terlihat adanya kontaminasi. Pada botol kultur GM di sekitar
eksplan mulai terlihat adanya kontaminasi. Pada botol kultur GD juga di sekitar
eksplan mulai terlihat adanya kontaminasi. Pada pengamatan ketiga (6 April
2023), pada botol kultur MS kontaminasi menutupi seluruh permukaan eksplan
dan terjadi perubahan warna pada media. Pada botol kultur GM kontaminasi
terjadi di seluruh permukaan media, berwarna hijau dan terjadi perubahan warna
media. Pada botol kultur GD kontaminasi terjadi di seluruh permukaan media,
berwarna hijau hitam dan terjadi perubahan warna media. Pada pengamatan
keempat (10 April 2023), pada botol kultur MS kontaminasi terjadi di seluruh
permukaan media, berwarna abu-abu, putih dan hijau dan terjadi perubahan warna
media. Pada botol kultur GM kontaminasi terjadi di seluruh permukaan media dan
terjadi perubahan warna media. Pada botol kultur GD kontaminasi menutupi
seluruh permukaan media, berwarna hitam dan hijau dan terjadi perubahan warna.
Pada pengamatan kelima (13 April 2023), pada botol kultur MS kontaminasi
terjadi di seluruh permukaan media, berwarna putih, abu-abu dan hijau serta
44
semakin tebal dan terjadi perubahan warna media. Pada botol GM kontaminasi
terjadi di seluruh permukaan media, berwarna hijau serta semakin tebal dan terjadi
perubahan warna media. Pada botol GD kontaminasi terjadi di seluruh permukaan
media, berwarna hitam dan hijau serta semakin tebal dan terjadi perubahan warna
media.
3. Wortel
Pada pengamatan pertama (31 Maret 2023), pada botol kultur MS terlihat
biji mulai mengelupas dan medium tidak mengalami kontaminasi. Pada botol
kultur GM terlihat biji mulai mengelupas dan medium tidak mengalami
kontaminasi dan. Pada botol kultur GD terlihat biji mulai mengelupas dan
medium tidak mengalami kontaminasi. Pada pengamatan kedua (3 April 2023),
pada botol kultur MS akar tumbuh dari beberapa biji dengan ukuran 0,5 cm. Pada
botol kultur GM akar tumbuh dari beberapa biji 0,2 cm. Pada botol kultur GD
tidak terdapat pertumbuhan, medium mengalami kontaminasi. Pada pengamatan
ketiga (16 April 2023), pada botol kultur MS beberapa biji wortel tumbuh dengan
ukuran pertumbuhan tertinggi 1,8 cm. Pada botol kultur GM beberapa biji wortel
tumbuh dengan ukuran pertumbuhan tertinggi 0,4. Pada botol kulur GD tidak
mengalami pertumbuhan karena medium mengalami kontaminasi. Pada
pengamatan keempat (10 April 2023), pada botol kultur MS semua biji wortel
mengalami pertumbuhan dengan pertumbuhan tertinggi 6,3 cm dan akar 2 cm.
Pada botol kultur GM semua biji tumbuh, pertumbuhan ke samping dan
pertumbuhan paling tinggi 2 cm dan akar 0,5 cm. Pada botol kultur GD ada dua
biji yang tumbuh setinggi 1 cm (ke samping) namun tidak ada akar dan medium
terkontaminasi, pada pengamatan kelima (13 April 2023), pada botol kultur MS
semua biji wortel mengalami pertumbuhan yang tegak dengan pertumbuhan
tertinggi 7,2 cm. Pada botol kultur GM semua biji tumbuh, namun ada yang
pertumbuhan ke samping (tidak tegak lurus) dan pertumbuhan paling tinggi 2,5
cm. Pada botol kultur GD biji wortel mati, medium mengalami kontaminasi.
4. Tomat
Pada pengamatan pertama (31 Maret 2023), pada botol kultur MS biji
mengelupas dan medium tidak kontaminasi. Pada botol kultur GM biji
45
mengelupas dan medium tidak kontaminasi. Pada botol kultur GD juga biji
mengelupas dan medium tidak kontaminasi. Pada pengamatan kedua (3 April
2023), pada botol kultur MS tumbuh 1 tanaman tomat dengan tinggi 1 cm. Pada
botol kultur GM tumbuh 1 tanaman tomat dengan tinggi 0,3 cm. Pada botol kultur
GD mulai tumbuh kecambah dengan tinggi 0,1 cm. Pada pengamatan ketiga (6
April 2023), pada botol kultur MS tumbuh 2 tanaman tegak dan tingginya 2 cm.
Pada botol kultur GM mulai tumbuh 9 tanaman tomat dengan panjang batang 1
cm. Pada botol kultur GD tumbuh 1 tanaman tomat dengan tinggi 0,4 cm. pada
pengamatan keempat (10 April 2023), pada botol kultur MS tumbuh 3 tanaman
dengan tinggi 3,5 cm. Pada botol kultur GM tumbuh 9 tanaman yang tidak tegak,
dengan panjang 2,1 cm. Pada botol kultur GD tumbuh 1 tanaman yang tidak tegak
dan panjang batang adalah 1 cm. Pada pengamatan kelima (13 April 2023), pada
botol kultur MS tumbuh 4 tanaman, dan 2 tanaman tumbuh tegak dengan tinggi
4,5 cm. Pada botol kultur GM tumbuh 9 tanaman, dengan 2 tanaman tegak yang
tingginya 3 cm. Pada botol kultur GD tumbuh 1 tanaman yang tidak tegak dengan
panjang 1,5 cm.
5. Bawang Putih
Pada pengamatan pertama (31 Maret 2023), pada botol kultur MS terjadi
petumbuhan dan tumbuh tunas 1,8 cm. Pada botol kultur GM terjadi pertumbuhan
dan tumbuh tunas 1,1 cm. Pada botol kultur GD terjadi pertumbuhan dan tumbuh
tunas 1,8 cm. Pada pengamatan kedua (3 April 2023), pada botol kultur MS
pertumbuhan tunas 2 cm, akar mulai tumbuh dan warna tunas dominan hijau.
Pada botol kultur GM tumbuh tunas 2,3 cm, akar mulai tumbah dan tunas
berwarna putih. Pada botol kultur GD pertumbuhan tunas pesat 3,3 cm, akar mulai
tumbuh dan tunas dominan berwarna putih. Pada pengamatan ketiga (6 April
2023), pada botol kultur MS tumbuh tunas tidak berubah 2 cm dan mulai
terkontaminasi jamur. Pada botol kultur GM tumbuh tunas 2,5 cm dan medium
mulai ditumbuhi jamur. Pada botol kultur GD tumbuh tunas sangat pesat 7 cm dan
medium mulai berjamur. Pada pengamatan keempat (10 April 2023), pada botol
kultur MS tumbuh tunas tidak berubah 3 cm dan seluruh permukaan medium
berjamur. Pada botol kultur GM pertumbuhan tumbuh tunas sangat pesat 8,5 cm
46
dan medium mulai berjamur. Pada botol kultur GD tumbuh tunas tidak berubah
yaitu 7 cm dan permukaan medium sudah berjamur. Pada pengamatan kelima (13
April 2023), pada botol kultur MS tumbuh tunas tidak berubah 3 cm dan seluruh
permukaan medium kontaminasi jamur. Pada botol kultur GM pertumbuhan tunas
bertambah 10,5 cm dan medium kontaminasi jamur. Pada botol kultur GD tumbuh
tunas tidak berubah yaitu 7 cm dan permukaan medium kontaminasi jamur.
Dari kelima tanaman eksplan yang ditanam ada beberapa yang mengalami
browning. Menurut George dan Sherrington (2018), menyatakan bahwa beberapa
macam tanaman khususnya tanaman tropika mempunyai kandungan senyawa
fenol yang tinggi yang teroksidasi ketika sel dilukai atau terjadi senesens.
Akibatnya jaringan yang diisolasi menjadi coklat atau kehitaman dan gagal
tumbuh. Menurut Lerch (2018), pencoklatan jaringan terjadi karena aktivitas
enzim oksidase yang mengandung tembaga seperti polifenol oksidase dan
tirosinase yang dilepaskan atau disintesis dan tersedia pada kondisi oksidatif
ketika jaringan dilukai. Tabiyeh et al (2020) mengemukakan bahwa pencoklatan
dalam kultur jaringan disebabkan karena meningkatnya produksi senyawa fenolat
yang diikuti oksidasi oleh aktivitas enzim oksidase (PPO) dan polimerasinya.
Fenilalanin amonia liase (PAL) adalah salah satu enzim dalam fenilpropanoid
yang sangat berpengaruh terhadap terjadinya pencoklatan. Salah satu penyebab
utama pencoklatan dalam kultur in vitro adalah luka karena pemotongan pada
jaringan. Luka tersebut memacu stress dan menyebabkan peningkatan aktivitas
PAL yang diikuti oleh produksi fenilpropanoid dan menyebabkan pencoklatan.
Berdasarkan hasil praktikum kultur tanaman yang telah dilakukan ada
beberapa eksplan yang berhasil yaitu wortel, tomat dan bawang putih walaupun
pada bawang putih sudah tumbuh tunas tetapi terdapat kontaminasi dan pada
wortel di media GD terdapat kontaminasi. Selain eksplan yang berhasil tersebut,
ada pula beberapa eksplan yang menunjukkan adanya kontaminasi jamur yaitu
pada eksplan pisang disemua media MS, GM dan GD. Pada krisan disemua media
MS, GM dan GD juga terjadi kontaminasi. Dan ada beberapa dari eksplan wortel
terdapat kontaminasi pada media GD. Begitupun bawang putih yang terjadi
kontaminasi pada saat sudah tumbuh tunas di semua media MS, GM dan GD.
47
Kemungkinan kontaminasi tersebut dapat terjadi karena proses sterilisasi alat dan
media yang kurang baik, kondisi ruangan yang kurang aseptik, para praktikan
yang kebersihan badannya kurang terjaga, kondisi ruang inkubasi yang tidak
memadai, seperti kotor dan banyak dilalui orang lain dan faktor-faktor pendukung
lainnya. Salah satu faktor pembatas dalam keberhasilan kultur jaringan adalah
kontaminasi yang dapat terjadi pada setiap kegiatan kultur eksplan. Menurut
Imran (2020), menyatakan bahwa kontaminasi dapat berasal dari beberapa hal,
diantaranya: (1) eksplan, baik eksternal maupun internal; (2) organisme kecil yang
masuk ke dalam media, seperti semut; (3) botol kultur atau alat-alat tanam yang
kurang steril; (4) lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor (spora di udara);
dan (5) kecerobohan dalam pelaksanaan.
48
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pratikum yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan yaitu:
1. Metode yang dilakukan pada kultur eksplan tanaman pisang, krisan, wortel,
tomat dan bawang putih dimulai dengan menyiapkan alat dan bahan terlebih
dahulu kemudian mensterilisasi eksplan dan alat yang digunakan dan
selanjutnya menanam eksplan tersebut pada media yang sudah disediakan
yaitu MS, GM dan GD, lalu menyimpan pada rak kultur untuk diamati
pertumbuhan dan perkembangannya. Untuk pertumbuhan dan perkembangan
beberapa eksplan yang berhasil yaitu wortel, tomat dan bawang putih
walaupun pada bawang putih sudah tumbuh tunas tetapi terdapat kontaminasi
dan pada wortel di media GD terdapat kontaminasi. Kemudian beberapa
eksplan yang menunjukkan adanya kontaminasi jamur yaitu pada eksplan
pisang disemua media MS, GM dan GD. Pada krisan disemua media MS, GM
dan GD juga terjadi kontaminasi. Dan ada beberapa dari eksplan wortel
terdapat kontaminasi pada media GD. Begitupun bawang putih yang terjadi
kontaminasi pada saat sudah tumbuh tunas di semua media MS, GM dan GD.
2. Adapun faktor-faktor penyebab kegagalan dalam kultur jaringan tanaman
yaitu adanya kontaminan pada eksplan dan media kultur. Kemungkinan
kontaminasi dapat terjadi karena proses sterilisasi alat dan media yang kurang
baik, kondisi ruangan yang kurang aseptik, para praktikan yang kebersihan
badannya kurang terjaga, kondisi ruang inkubasi yang tidak memadai, seperti
kotor dan banyak dilalui orang lain dan faktor-faktor pendukung lainnya.
49
50
B. Saran
Dalam hal menaikkan keberhasilan pada praktikum ini, adapun beberapa
saran yang pastinya perlu untuk diperhatikan, yaitu:
1. Sebaiknya memperhatikan kesterilan alat dan bahan dan memastikan
semuanya dalam keadaan steril
2. Sebaiknya selalu menggunakan jas praktikum saat praktikum baik pada
praktikan maupun asisten laboratorium untuk menghindari adanya
kontaminasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, D. Ismaini, L. Surya, M.I. Rahmi, H & Saputro, N.W. 2022. Inisiasi
Kalus Daun Talinum triangulare (Jacq.) Willd pada Beberapa Kombinasi
Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh 2,4-Dichlorophenoxyatic Acid dan
Benzyl Adenine. Jurnal Agrikultura. Vol. 33 (3), 276-288. ISSN 0853-
2885.
Avivi, S., dan Ikrawati. 2013. Mikropropagasi Pisang Abaca melalui Teknik
Kultur Jaringan. Jurnal ilmu Pertanian. 2 (11).
B. Ziraluo, Y.P. 2021. Metode Perbanyakan Tanaman Ubi Jalar Ungu (Ipomea
Batatas Poiret) dengan Teknik Kultur Jaringan atau Stek Planlet. Jurnal
Inovasi Penelitian. Vol. 2 No. 3. ISSN 2722-9467.
Elfiani & Jakoni. 2016. Sterilisasi Exsplan dan Sub Kultur Anggrek, Sirih Merah,
dan Krisan pada Perbanykan Tanaman Secara In Vitro. Jurnal dinamika
pertanian. 2 (30).
George, E.F., & Sherrington. P.D. 2018. Plant Propagation by Tissue Culture.
Hand Book and Directory of Comercial Laboratories. Eastern Press,
Reading, Berks. England. Hal: 9.
Gunawan, L.W. 2018. Teknik Kultur in Vitro dalam Holtikultura. Jakarta: Penebar
Swadaya
Gupta, N., Jain, V., Joseph, M.R & Devi, S. 2020. A Review on Micropropagation
Culture Method. Asian Jurnal of Pharmaceutical Research and
Development. 8 (1), 86-93.
Ismani, L., Lailaty, I.Q., & Efendi, M. 2021. Micropropagation of Three Endemic
Begonias Using Various Hormones Concentration and Culture Media
Application. Jurnal Biodjadi. 6 (2). 284-294.
51
52
Nurmayulis, Susianti dan Ali. 2014. Pemberian Benzil Amino Purin Dan Air
Kelapa Pada Perbanyakan Krisan Secara In Vitro. ISSN Jerami. 4 (2).
Oseni, O.M, Pande V & Nailwal T.K, 2018. A Review on Plant Tissue Culture, A
Technique for Propagation and Conservation of Endangered Plant Species.
International Journal of Current Microbiology and Applied Sciences, Vol
7(07). ISSN 3778–3786.
Ratnasari, Evie, Nur Ducha dan Sari Kusuma Dewi. 2017. Petunjuk Praktikum
Kultur Jaringan. Surabaya: Unesa Press.
Setiawati, T., Arofah, A.N & Nurzaman, M. 2020. Induksi Kalus Krisan
(Chrysanthemum morifolium Ramat var Temohon Kuning) dengan 2,4-
Dichlorophenoxyacetic Acid (2,4-D) dan 6-Benzylaminopurine (BAP)
pada Kondisi Pencahayan Berbeda. Jurnal Pro-Life. Volume 7 No 1. ISSN
2579-7557. 13-26.
Yuniardi, F. 2019. Aplikasi Dimmer Switch pada Rak Kultur sebagai Pengatur
Kebutuhan Intensitas Cahaya Optimum bagi Tanaman in-Vitro. Indonesian
Journal of Laboratory. 2 (1). ISSN: 2655-4887.
Zuyasna. 2021. Kultur in-vitro dan Mutagenesis Tanaman Nilam. Banda Aceh:
Syiah Kauala University Press.
53
LAMPIRAN DOKUMENTASI