Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN PRAKTIKUM

KULTUR JARINGAN TUMBUHAN


(UNIT II PENANAMAN DAN EMBRIOGENESIS)

Nama : Suhasriani
NIM : 220013301064
Kelompok : 3 (tiga)
Kelas : Pendidikan Biologi C 22
Asisten : Alfiqi Dwiva Annisi, S.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2023
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum kultur jaringan dengan judul “Penanaman


dan Embriogenesis” disusun oleh:
Nama : Suhasriani
NIM : 220013301064
Kelas : Pendidikan Biologi C 22
Kelompok : 3 (tiga)
Telah diperiksa dan dikoreksi oleh asisten dan koordinator asisten, maka
dinyatakan diterima.
Makassar, Mei 2023
Koordinator Asisten Asisten

Hikmanul Irfiany, S.Si Alfiqi Dwiva Annisi, S.Si


Nip. 198206192009122003

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Dr. Alimuddin Ali., S.Si., M.Si


Nip. 19691231 199702 1 001

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.......................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Tujuan Praktikum.....................................................................................2
C. Manfaat Praktikum...................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................4
A. Kultur in Vitro Tanaman...........................................................................4
B. Jenis-jenis Kultur Jaringan.......................................................................7
C. Tahapan Kultur Jaringan..........................................................................9
D. Pertumbuhan dan Perkembangan Eksplan secara in Vitro.......................12
E. Bahan Sterilan..........................................................................................13
BAB III METODE PRAKTIKUM...................................................................15
A. Waktu dan Tempat....................................................................................15
B. Alat dan Bahan.........................................................................................15
C. Prosedur Kerja.........................................................................................16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................23
A. Hasil Pengamatan.....................................................................................23
B. Pembahasan..............................................................................................38
BAB V PENUTUP..............................................................................................47
A. Kesimpulan..............................................................................................47
B. Saran .......................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................49
LAMPIRAN........................................................................................................51

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berkembangnya zaman tidak luput dari perkembagan berbagai sektor
kehidupan yang saling bergantungan. Salah satu sektor yang paling penting untuk
manusia adalah sektor pertanian. Upaya yang dapat dilakukan untuk mendukung
perkembangan pertanian yaitu dengan mengembangkan teknik kultur jaringan
tumbuhan. Teknik kultur jaringan merupakan suatu proses perbanyakan tumbuhan
secara in-vitro dalam kondisi aseptik yang ditujukan kepada bagian
sel/jaringan/organ suatu tumbuhan.
Perkembangan teknik kultur jaringan bermula dari teori totipotensi oleh
Schwann dan Schleiden tahun 1838. Teori Totipotensi menyatakan bahwa masing-
masing sel tumbuhan mengandung informasi genetik yang dapat mengembangkan
dirinya menjadi tanaman lengkap ketika ditempatkan pada lingkungan yang
sesuai. Teori ini didukung Skoog dan Miller melalui penemun zat pengatur
tumbuh tumbuhan tahun 1957, yang mana regenerasi tunas dan akar secara in-
vitro dikendalikan secara hormonal oleh sitokini dan auksin.
Teknik kultur jaringan telah banyak dikembangkan di Indonesia untuk
mendukung upaya perbanyakan tumbuhan baik yang bertujuan komersil maupun
memelihara tumbuhan yang memiliki peranan penting untuk lingkungan. Salah
satu contohnya adalah kultur jaringan pohon pisang varietas unggul agar
mendapatkan anakan yang sama persis (clone) dari induknya, atau kultur jaringan
tanaman anggrek agar menghindari sulitnya perkembangan akibat biji anggrek
tidak memiliki cadangan makanan. Dalam praktik teknik kultur jaringan,
diperlukan keahlian, tempat serta bahan dan alat yang mendukung.
Bahan penting untuk teknik kultur jaringan adalah tanaman yang akan
dikultur (yang nantinya disebut eksplan. Langkah ketiga setelah sterilisasi dan
pembuatan media dalam kegiatan kultur jaringan adalah menanam. Menanam

1
2

merupakan kegiatan terakhir dalam kultur jaringan yang nantinya akan dilakukan
pengamatan terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan yang ditanam.
Kegiatan penanaman kultur jaringan sangat sederhana, yaitu suatu sel atau
irisan jaringan tanaman yang sering disebut eksplan secara aseptik diletakkan dan
dipelihara dalam medium padat atau cair yang cocok dan dalam keadaan steril.
Dengan cara demikian sebagian sel pada permukaan irisan tersebut akan
mengalami proliferasi dan membentuk kalus. Apabila kalus yang terbentuk
dipindahkan ke dalam medium diferensiasi yang cocok, maka akan terbentuk
tanaman kecil yang lengkap disebut plantet. Dengan teknik kultur jaringan ini
hanya dari satu irisan kecil suatu jaringan tanaman dapat dihasilkan kalus yang
dapat menjadi plantet dalam jumlah yang besar.
Kegiatan menanam ini dilakukan di dalam Laminair Air Flow Cabinet
dengan kondisi aseptik. Prinsip kerja Laminair Air Flow ini ialah dengan
mengalirkan arus udara yang laminair ke dalam almari penabur melalui saluran
saringan. Bakteri dan jamur ditahan oleh saringan ini, sehingga udara yang masuk
ke dalam Laminair Air Flow sudah steril dan membuat ruangan menjadi steril
juga karena berhasil tidaknya kegiatan kultur jaringan sangat ditentukan oleh
kondisi lingkungan penanaman.
Alat dan eksplan yang akan digunakan juga harus dalam keadaan steril,
karena jika tidak kemungkinan terkontaminasi sangat besar dibandingkan dengan
yang disterilkan terlebih dahulu. Bakteri dan jamur yang ada di udara bebas akan
dengan mudah menempel di alat-alat eksplan yang akan dipakai, berdasarkan latar
belakang tersebut, maka dilakukanlah praktikum yang bertujuan untuk
mengetahui cara menanam eksplan dan sub kultur serta mengamati
petumbuhannya. Selain itu mencari faktor-faktor penyebab kegagalan dalam
kultur jaringan tanaman.

B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu:
1. Untuk mengetahui dan mempraktikkan cara menanam eksplan dan sub kultur
serta mengamati pertumbuhan dan perkembangannya
3

2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kegagalan dalam kultur jaringan


tanaman.

C. Manfaat praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu:
1. Dapat mengetahui dan mempraktikkan cara menanam eksplan dan sub kultur
serta mengamati pertumbuhan dan perkembangannya
3. Dapat mengetahui faktor-faktor penyebab kegagalan dalam kultur jaringan
tanaman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kultur in-Vitro Tanaman


Kultur in-vitro atau disebut juga teknik kultur jaringan merupakan salah
satu teknik perbanyakan alternatif, dimana sel, jaringan atau organ tanaman
diisolasi dari bagian tanaman yang selanjutnya disebut eksplan untuk distimulasi
membentuk tanaman yang utuh dengan menggunakan media dan lingkungan yang
sesuai. Salah satu kelebihan aplikasi teknik in-vitro atau teknik kultur jaringan
tanaman adalah dapat memperbanyak klon tanaman secara massal dan cepat
dengan sifat genetik yang identik satu sama lain. Keberhasilan teknik in-vitro ini
sangat dipengaruhi oleh respons eksplan dan jenis media yang digunakan
(Zuyasna, 2021).
Kultur jaringan secara umum dapat didefinisikan sebagai teknik
menumbuhkan bagian tumbuhan seperti protoplas, sel, jaringan dan organ pada
suatu medium dalam kondisi aseptis. Medium yang digunakan umumnya
ditempatkan pada wadah gelas sehingga kultur jaringan juga biasa disebut teknik
kultur in-vitro atau kultur dalam tabung gelas (Prasetyorini, 2019).
Kultur jaringan adalah salah satu metode yang cukup sering digunakan
dalam perbanyakan tanaman. Selain perbanyakan tanaman, kultur jaringan juga
dilakukan untuk memuliakan tanaman, pencegahan penyakit tanaman, dan
produksi metabolit sekunder (Oseni et al., 2018). Menurut B. Ziraluo (2021)
Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman
seperti protoplasma, sel, jaringan, organ serta menumbuhkannya dalam kondisi
aseptik sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan
beregenerasi menjadi tanaman utuh kembali. Teknik kultur jaringan merupakan
salah satu cara untuk mendapatkan bahan tanam yang bebas patogen karena
menghasilkan bibit dalam jumlah yang lebih banyak dalam waktu yang relatif
singkat, bebas penyakit, tidak tergantung pada iklim dan cuaca, menghasilkan
tanaman yang sehat, mempertahankan sifat baik induk, tidak membutuhkan lahan

4
5

yang luas untuk pembibitan, sedikit tenaga kerja, dan dapat memperbanyak
tanaman tertentu yang sulit jika diperbanyak secara konvensional.
Kultur jaringan tanaman adalah suatu teknik untuk menumbuhkan sel,
jaringan ataupun irisan organ tanaman di laboratorium pada suatu media buatan
yang mengandung nutrisi yang aseptik (steril) untuk menjadi tanaman secara utuh.
Kondisi steril merupakan suatu syarat mutlak keberhasilan pelaksanaan kultur
jaringan, sehingga kondisi ini harus tetap dijaga selama proses kultur berlangsung.
Walaupun hanya satu spora jamur atau hanya satu sel bakteri yang masuk ke
media kultur, maka pekerjaan kultur akan gagal dan tidak akan dihasilkan
tanaman baru (Dwiyani, 2015)
Kultur jaringan merupakan cara yang tepat untuk meningkatkan sintesis
metabolit sekunder karena dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa dipengaruhi
oleh lingkungan eksternal. Teknik kultur jaringan juga dapat dikembangkan untuk
produksi biomassa metabolit dalam jumlah besar (Yuniardi, 2019). Menurut
Anggraeni (2022), kultur jaringan merupakan alternatif dalam penyediaan
tanaman untuk ekstrak obat-obatan yang dibutuhkan dalam jumlah banyak. Dalam
perbanyakan dengan metode kultur jaringan ada beberapa faktor yang sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan bahan tanam (eksplan)
nantinya.
Perbanyakan tanaman secara in vitro dapat dilakukan melalui proses
organogenesis dan embriogenesis baik secara langsung maupun tidak langsung
melalui pembentukan kalus yang akan beregenerasi menghasilkan tanaman utuh.
Induksi kalus merupakan tahap awal yang sangat penting dalam perbanyakan
tanaman secara in vitro yang dilakukan melalui organogenesis dan embriogenesis
tidak langsung. Kalus dihasilkan melalui proses pembelahan sel secara terus
menerus dari eksplan yang dikultur pada media dengan menggunakan zat
pengatur tumbuh (ZPT) hingga terbentuk massa sel yang selanjutnya beregenerasi
membentuk tanaman yang lengkap atau utuh (Setiawati, 2020).
Kultur jaringan memiliki tujuan untuk dapat mendapatkan tanaman dalam
jumlah yang besar dan dalam waktu yang singkat. Selain kedua tujuan tersebut,
kultur jaringan juga dimaksudkan untuk mendapatkan atau memperoleh tanaman
6

yang bebas virus serta mempercepat pencapaian tujuan penelitian pemulian


tanaman yang biasanya diperbanyak secara vegetatif (Yuniardi, 2019). Sehingga
dapat dikatakan juga bahwa kultur jaringan digunakan untuk perbanyakan
tanaman.
Perbanyakan tanaman secara kultur jaringan mempunyai kelebihan
dibandingkan perbanyakan tanaman secara konvensional. Hal ini dikarenakan
kultur jaringan dapat menghasilkan bibit tanaman dalam jumlah besar dalam
waktu yang relatif singkat, tidak membutuhkan tempat yang luas, tidak tergantung
oleh musim, bibit yang dihasil sehat dan mampu identik dengan indukannya serta
dapat memungkinkan dilakukan menipulasi genetik untuk mendapatkan varietas
unggul atau tujuan mulia tertentu lainnya (Yuniardi, 2019)
Teknik kultur jaringan dimulai pada tahun 1838-1839 ketika Schwann dan
Schleiden mengemukakan teori totipotensi yang menyatakan bahwa sel-sel
bersifat otonom, dan pada prinsipnya mampu beregenerasi menjadi tanaman
lengkap. Namun keduanya tidak mempunyai bukti eksperimental
mendemonstrasikan bahwa teori-teori sel tersebut berlaku pada sel-sel somatik.
Pada tahun 1898, Gotlieb Haberlandt pertamakali melakukan eksperimen
mengisolasi dan mengulturkan jaringan tanaman in vitro untuk menentukan teori
sel terkait sifat autonomi dan totipotensi, dan hasilnya dipublikasi pada tahun
1902 (Zuyasna, 2021).
Teknik kultur jaringan dapat dibedakan berdasarkan tipe kulturnya, yaitu
ada tipe kultur tanaman utuh, kultur embrio, kultur organ, kultur kalus, dan kultur
protoplas. Sedangkan media kultur jaringan ada yang berbentuk padat, cair dan
semisolid (semi-padat) (Prasetyorini, 2019).
Keberhasilan aplikasi teknik kultur jaringan sebagai sarana perbanyakan
tanaman secara vegetatif pertama kali dilaporkan oleh White pada tahun 1934,
yakni melalui kultur akar tomat. Selanjutnya pada tahun 1939, Gautheret,
Nobecourt dan White berhasil menumbuhkan kalus tembakau dan wortel secara
in-vitro. Setelah perang dunia II, perkembangan teknik kultur jaringan sangat
cepat, dan menghasilkan berbagai penelitian yang memiliki arti penting bagi dunia
pertanian, kehutanan, dan hortikultura yang telah dipublikasikan (Zuyasna, 2021).
7

B. Jenis-jenis Kultur Jaringan


1. Kultur Organ
Kultur Organ merupakan kultur yang diinisiasi dari bagian-bagian tanaman
seperti ujung akar ujung pucuk dalam kurung meristem dengan beberapa
primordial daun balas kurung dan embrio sebagai bagian dari biji kultur organ
merupakan kultur yang diinisiasi dari organ-organ tanaman seperti pucuk
Terminal dan aksilar, meristem, daun, batang, ujung akar, bunga buah muda, dan
embrio, berdasarkan asal eksplana kultur organ dapat dibedakan menjadi kultur
meristem, kultur Tunas, kultur akar dan kultur embrio (Elfiani dan Jakoni, 2016).
2. Kultur Kallus
Kultur kolorus adalah kultur yang bertujuan untuk mempelajari Proses
diferensiasi dan dediferensiasi sel dan jaringan pada kultur in Vitro dan
memperoleh halus dari eksplan yang dikulturkan. Saat ini kultur kallus dan
suspensi sel banyak dilakukan dalam penelitian untuk menghasilkan metabolit
sekunder calus adalah kumpulan massa sel yang amorplus yang terdiri dari sel-sel
atau jaringan jaringan yang membelah diri terus menerus (Nurmayulis, 2014).
Kalus tersusun oleh sel-sel Parenkim yang mana ikatannya dengan sel
lainnya sangat renggang. Jaringan ini belum mengalami diferensiasi lanjut. Untuk
menginduksi terbentuknya tunas diperlukan media regenarasi dengan modifikasi
ZPT. Sementara itu kemampuan jaringan dalam membentuk kalus sangat terkait
dengan umur fisiologi jaringan waktu isolasi dilakukan titik jaringan yang masih
meristematis lebih mudah penanganannya dibanding jaringan yang sudah
berdiferensiasi pada saat tanaman isolasi, jenis tanaman-tanaman berkayu seperti
manggis sangat sulit untuk mendapatkan kalus yang variabel, bagian tanaman
yang diisolasi adalah bagian yang sudah tua akan memerlukan modifikasi yang
merejuvenisasikan selnya kembali titik medium (Hidayat, 2018).
3. Kultur Meristem
Kultur meristem adalah kultur yang menggunakan eksplan yang berasal
dari jaringan meristem, biasanya diperoleh dari meristem apikal atau meristem
8

tunas aksilar. Pada ujung pucuk, jaringan ini berada di bagian dalam, Oleh karena
itu untuk mengambil jaringan ini agar dapat digunakan sebagai eksplant kita
membutuhkan mikroskop. Setiap pengambilan sampel terlebih dahulu dilakukan
pengirisan bagian pucuk secara transversal, lalu jaringan meristem yang ditutupi
oleh primordial daun akan dapat diambil semua kegiatan yang dilakukan di bawah
mikroskop (Elfiani dan Jakoni, 2016).
4. Kultur Protoplasma
Kultur protoplasma adalah proses alam yang terjadi pada tumbuhan rendah
sampai tingkat tinggi protoplas itu sendiri adalah sel yang dalam keadaan
telanjang pada proses pembuahan terjadi penyatuan gamet jantan subrotoplas
dengan gamet betina protoplas menjadi zigot hibrida seksual titik sel-sel tanaman
tingkat tinggi berhubungan satu sama lainnya melalui plasmodesmata. Protoplas
dapat diisolasi secara mekanik dengan menggunakan prinsip proses plasmolisis
sel, juga dapat isolasi secara enzimatik. Enzim-enzim digunakan untuk
mengisolasi protoplas antara lain sellulase, dryselase, zymolase, pectyolyase,
hemiselullase, pectinase dan maserase (Nurmayulis, 2014).
5. Kultur suspensi kultur
Kultur Suspensi adalah kultur yang sangat berguna dalam penelitian
metabolik primer maupun sekunder, juga untuk regulasi nitrogen di dalam organ
dan asimilasi sulfur, metabolisme karbohidrat dan karbon fotosintetik, namun
kultur sel kulit dipakai untuk penelitian penelitian biosintesis senyawa tertentu.
Kultur sel dilakukan dengan menggunakan eksplan adalah kalus-kalus
dipindahkan ke media cair untuk menginduksi sel-sel independen atau inisiasi
suspensi sel (Myrna, 2014).
Pada kultur sel ini juga harus dilakukan subkultur secara periodik,
tergantung tujuannya yaitu ke media yang sama atau modifikasi untuk
memperbanyak suspensi sel atau ke media regenerasi atau media padat titik untuk
regenerasi harus didahulukan menginduksi munculnya tunas. Setelah muncul
tunas kemudian baru diinduksi pembentukan akar. Kultur sel harus terus
berkembang terutama untuk melihat hubungan tanaman dengan mikroba tidak
9

hanya dalam pembentukan Tunas tetapi juga dalam proses biokimia dan
perkembangan virus pitotoksin dan resistensi penyakit (Avivi, 2013).

6. Kultur haploid
Kultur haploid sering juga disebut sebagai kultur serbuk sari karena yang
digunakan dalam proses ini sebagai sumber eksplan adalah serbuk sari titik kultur
serbuk sari ini lebih tepat disebut kultur haploid dibandingkan dengan kultur
anther. Kultur haploid lain contohnya adalah kultur ovul di mana sebagai sumber
ekspornya adalah oval kultur haploid adalah kultur yang menghasilkan tanaman
haploid sementara itu tanaman hoploid adalah tanaman yang memiliki jumlah
kromosom yang sama dengan jumlah kromosom gamet n. Adapun keuntungan
dari tanaman haploid adalah semua sifat yang ditampilkan dalam kondisi
monohaploid baik sifat dominan ataupun resesif, seleksi pada level haploid jauh
lebih mudah dibandingkan dengan level ploidi yang tinggi, penggandaan
kromosom tanaman haploid akan menghasilkan tanaman di haploid yang
homozigot penggandaan kromosom berikutnya akan menghasilkan tanaman
tetraploid homozigot serta hibridisasi seksual dengan tanaman diploid akan
menghasilkan tanaman triploid (Ratnasari, 2017).

C. Tahapan Kultur Jaringan


Menurut Dwiyani (2015) pada dasarnya pekerjaan kultur jaringan meliputi
tiga tahap sampai penanaman kultur (culture establishment) dan tiga tahap setelah
itu sebelum dipindah ke lapang, yaitu:
1. Isolasi Bahan Tanam (Eksplan)
Isolasi bahan tanam dimulai dari pemilihan dan pemeliharaan tanaman
induk. Tanaman induk yang dipilih harus sehat, bebas penyakit dan memiliki
pertumbuhan yang baik. Hal ini diperlukan agar bahan eksplan yang digunakan
dalam kultur jaringan tidak menjadi sumber kontaminan sehingga kondisi aseptik
kultur tetap terjaga. Sebelum eksplan diambil, tanaman induk dapat diberi
perlakuan, misalnya penyemprotan dengan pestisida untuk menjaga kesehatan
tanaman serta diberi pupuk agar pertumbuhan vigor. Penyemprotan ZPT jenis
10

sitokinin dan/atau pemangkasan tunas apikal dapat dilakukan pada tanaman induk
jenis dikotil untuk merangsang pertumbuhan tunas ateral. Tunas lateral yang baru
tumbuh ini baik digunakan sebagai bahan eksplan, karena bahan eksplan dengan
sel-sel yang masih aktif membelah (tunas yang baru tumbuh) memiliki daya
regenerasi yang tinggi.
2. Sterilisasi Eksplan
Berikut diberikan contoh sterilisasi eksplan yang paling sederhana. Bahan
tanam yang dipilih (misalnya daun tanaman stroberi) diambil dari tanaman induk,
kemudian dipotong menjadi lebih kecil dengan jalan menghilangkan bagian-
bagian yang tidak diperlukan. Selanjutnya dicuci bersih dengan detergen (disikat
dengan sikat gigi yang lembut) dibawah air kran yang mengalir. Selanjutnya
bahan tanam direndam dengan fungisida (konsentrasi 2 gram per liter) selama 10
menit sambil digoyang. Setelah itu dibilas dengan air steril tiga kali kemudian
dimasukkan dalam laminar. Dalam laminar, bahan tanam disterilisasi lagi dengan
menggunakan sodium hipoklorida atau clorox. Pemutih pakaian dapat digunakan
sebagai pengganti sodium hipoklorida karena bahan aktif ini terkandung di
dalamnya meskipun ada pencampur lain (tidak murni). Perendaman dengan clorox
dilakukan dua kali. Yang pertama, direndam pada clorox dengan konsentrasi 10%
selama 5 menit (sambil digoyang), kemudian dibilas air destilasi steril hingga tiga
kali. Yang kedua, dengan clorox konsentrasi 5% selama 5-7 menit, selanjutnya
dibilas lagi dengan air steril hingga 3-4 kali. Pada beberapa spesies tanaman juga
digunakan antibiotik untuk mengeliminasi bakteri, misalnya penggunaan
cefotaxime dengan konsentrasi 300 ppm. Selanjutnya juga dibilas dengan air steril
hingga 3 kali. Yang perlu diperhatikan dalam sterilisasi permukaan bahan eksplan
adalah konsentrasi sterilan dan lamanya perendaman. Angka yang tepat biasanya
diperoleh melalui penelitian awal (trial and error), karena sangat spesifi k untuk
masing-masing spesies tanaman serta jenis dan umur bahan eksplan. Konsentrasi
yang terlalu tinggi akan menyebabkan kematian pada sel-sel tanaman, sedangkan
konsentrasi yang terlalu rendah tidak efektif karena tidak mampu membunuh
mikroorganisme yang ada di permukaan eksplan. Jika tanaman induk sumber
eksplan merupakan tanaman hasil kultur dan berada dalam botol kultur, maka
11

prosedur sterilisasi ini tidak diperlukan. Misalnya jika bahan eksplan adalah
seedling (bibit) anggrek dalam botol, maka sterilisasi bahan eksplan tidak
diperlukan karena tanaman induk sumber eksplan sudah steril.
3. Penanaman Eksplan
Eksplan yang sudah steril selanjutnya dipotong menjadi bagian yang lebih
kecil, misalnya menjadi pangkal dan ujung daun, selanjutnya ditanam pada media
steril yang sudah disiapkan. Media tanam yang digunakan mengandung ZPT
tertentu tergantung dari tujuan kultur. Jika yang diinginkan adalah pembentukan
kalus, maka bahan eksplan ditanam pada media induksi kalus, misalnya media
dengan 2,4-D. Demikian pula jika tujuannya untuk menginduksi tunas maka
ditanam pada media untuk induksi tunas, misalnya media yang mengandung
sitokinin atau mengandung GA3. Gambar 10 memperlihatkan eksplan daun
stroberi yang ditanam pada media yang mengandung 5 ppm GA3 untuk induksi
tunas dan eksplan berupa umbut kelapa sawit yang ditanam pada media MS
dengan 3 ppm 2,4- D untuk induksi kalus. Umbut adalah istilah untuk tunas apikal
yang meristematik pada kelompok tanaman palma (palem-paleman) termasuk
kelapa sawit. Kondisi aseptik harus tetap dijaga selama proses penanaman, baik
ruang tanam, pekerja dan juga alat-alat yang digunakan untuk menanam. Sukses
pekerjaan kultur jaringan sangat dipengaruhi oleh kemampuan pekerja menjaga
kondisi aseptik.
4. Perbanyakan (Proliferasi) Propagul
Propagul adalah bentukan baru hasil morfogenesis yang terbentuk dari
jaringan eksplan yang ditanam. Propagul dapat berupa kalus, tunas atau embrio
somatik. Proliferasi tersebut dapat dilakukan dengan melakukan subkultur ke
medium baru, dapat berupa medium induksi kalus untuk perbanyakan kalus dan
medium induksi tunas untuk perbanyakan tunas. Proliferasi embrio somatik
dilakukan dengan subkultur pada media tanpa hormon setelah sebelumnya
diinisiasi pembentukannya dengan 2,4D.
5. Pengakaran
Tahap pengakaran adalah tahap dimana tunas-tunas yang sudah tumbuh
dipindahkan ke media induksi akar agar terbentuk plantlet. Pengakaran dapat
12

dilakukan secara in-vitro (di laboratorium) atau eksvitro (di luar laboratorium).
Induksi akar secara in-vitro dilakukan tetap di laboratorium dalam kondisi aseptik.
Induksi akar secara eks-vitro dilakukan dengan jalan melakukan transplanting
tunas-tunas mini ke media semi steril di luar laboratorium. Pangkal-pangkal tunas
ini biasanya dicelupkan dahulu ke larutan yang mengandung auksin untuk
merangsang tumbuhnya akar sebelum akhirnya ditanam pada media semisteril
yang sudah disiapkan. Pengakaran eks-vitro kini banyak dilakukan, dianggap lebih
efi sien karena menghindarkan pekerja dari pekerjaan in-vitro yang rumit dan hati-
hati.
6. Aklimatisasi dan Pemindahan Tanaman ke Lapang
Tanaman hasil kultur jaringan tidak dapat ditanam langsung di lapang,
namun memerlukan proses adaptasi bertahap terhadap lingkungan barunya yang
disebut dengan aklimatisasi. Hal ini diperlukan karena kondisi tanaman hasil
kultur jaringan berbeda dengan tanaman normal di lapang. Kondisi lingkungan
mikro botol kultur menyebabkan tanaman hasil kultur jaringan tidak memiliki
lapisan lilin dan stomata tidak berfungsi sehingga sangat riskan jika langsung
ditanam di lapang.

D. Pertumbuhan dan Perkembangan Eksplan secara in-Vitro


Eksplan yang ditanam pada kondisi in-vitro, mengalami dua fase
perubahan yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Kedua fase ini dilewati eksplan,
layaknya seperti kondisi in-vivo. Hal yang membedakan hanyalah pertumbuhan
awal. Kondisi in-vitro menyajikan pertumbuhan kalus yang tidak ditemukan pada
kondisi in-vivo. Eksplan pada media kultur secara umum melalui dua tahapan,
yaitu tahapan direct embryogenesis dan tahapan pembentukan kalus. Kedua
tahapan ini memungkinkan terjadi pada eksplan yang ditanam. Sehingga tidak
menutup kemungkinan kedua tahapan ini dilalui secara berulang. Kuncinya adalah
zat pengatur tumbuh. Direct embryogenesis atau pembentukan embrio secara
langsung, terjadi ketika kita menanam eksplan dari jenis biji. Kondisi ini
disebabkan tanaman sudah terlebih dahulu mengalami embriogenesis. Sehingga
pada media kultur hanya melanjutkan proses germinasi (Heriansyah, 2020)
13

Pembentukan kalus, merupakan tahapan yang dapat dilalui oleh berbagai


eksplan. Mulai dari biji, batang, daun dan akar. Semua eksplan ini berpotensi
untuk membentuk kalus. Bergantung pada komposisi media tanam. Pembentukan
kalus merupakan tahapan pembelahan sel yang intensif. Sehingga sel yang tadinya
sedikit kembali aktif membelah, tetapi tidak mengalami embriogenesis. Proses
embriogenesis baru akan terbentuk setelah media ditambahkan ZPT auksin dan
sitokinin. Tahapan lain yang dilalui eksplan adalah tahapan perkembangan.
Eksplan pada kultur in-vitro juga dapat melalui tahapan perkembangan atau fase
generatif. Fase ini lebih akrab dikenal dengan istilah in-vitro inflowering. Artinya
pembungaan masih tetap bisa kita induksi pada teknik kultur jaringan. Pengaturan
pertumuhan eksplan ini, tergantung kepada keinginan kita. Jika kita ingin
mendapatkan plantet dalam jumlah yang banyak perbotolnya, maka kita harus
induksi kalus dari eksplan tersebut, sehingga ada banyak sel yang mengalami
embriogenesis pasca kalus. Sementara jika kita menginginkan tanaman itu tumbuh
cepat, maka alternatifnya adalah direct embryogenesis. Jika kita mengingikan
tanaman itu stagman, maka kita bisa menyimpannya dalam bentuk kapsul
(Heriansyah, 2020).

E. Bahan Sterilan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kultur jaringan
antara lain jenis media kultur, kesegaran eksplan, lingkungan tumbuh eksplan, dan
frekuensi subkultur (Hutami & Purmaningsih, 2003). Pemilihan eksplan
merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan perbanyakan
kultur jaringan tanaman. Eksplan dengan kondisi fisik yang baik, sehat dan segar
akan mampu bertahan pada media kultur dengan atau tanpa penambahan ZPT
(Ismani et al., 2021).
Menurut Habibah (2021) keberhasilan kultur jaringan sangat ditentukan
oleh kondisi aseptik atau bebas dari kontaminan. Kontaminasi dapat berasal dari
eksplan, medium, alat-alat yang digunakan, lingkungan kerja, dan kecerobohan
dalam pelaksanaan. Oleh karena itu maka perlu dilakukan sterilisasi pada
lingkungan kerja, alat-alat, medium dan eksplan.
14

1. Bahan Sterilisasi Ruang


Ruang tempat dilakukannya penanaman dan juga penempatan kultur harus
diusahakan dalam kondisi steril. Untuk itu perlu dilakukan sterilisasi ruang
penanaman dan ruang inkubasi kultur. Bahan sterilisasi yang digunakan antara
lain adalah alkohol 7096, formalin, dan larutan kaporit. Selain itu juga dilakukan
sterilisasi menggunakan lampu ultraviolet.
2. Bahan Sterilisasi Alat
Alat-alat yang digunakan selama penanaman harus dalam keadaan steril.
Sebelum pelaksanaan penanaman, alat-alat logam dan gelas dapat disterilisasi
menggunakan autoclave. Alat gelas seperti botol kultur juga dapat disterilisasi
dengan oven. Bahan yang digunakan dalam proses sterilisasi alat selama
penanaman adalah alkohol atau larutan kaporit. Umumnya setelah pencelupan
pada alkohol, alat-alat logam disterilkan lagi dengan pembakaran.
3. Bahan Sterilisasi eksplan
Kultur jaringan tumbuhan mensyaratkan adanya eksplan yang steril.
Bahan tumbuhan yang berasal dari lingkungan secara alami terkontaminasi
mikroorganisme pada permukaan dan mungkin juga pada bagian internalnya.
Mikroorganisme yang ada pada eksplan antara lain cendawan, bakteri, serta spora-
spora. Bila kontaminan ini tidak dihilangkan maka mikroorganisme tersebut akan
berkembang dengan baik pada medium yang kaya akan nutrisi sehingga
mengganggu pertumbuhan bahkan membunuh eksplan. Untuk itu perlu dilakukan
sterilisasi, baik sterilisasi permukaan maupun sterilisasi internal eksplan.
Sterilisasi permukaan dapat dilakukan menggunakan berbagai bahan sterilisasi.
Kontaminan internal dapat dihilangkan dengan termoterapi dan antibiotik.
Sterilisasi permukaan eksplan merupakan langkah penting dalam perbanyakan
mikro. Jika eksplan yang diambil dari lingkungan luar terkena kontaminasi
mikroba akan menyebabkan kematian jaringan tanaman. Kontaminasi mikroba
adalah bagian luar eksplan, dapat berupa sterilisasi dengan air mengalir dan bahan
kimia, termasuk etanol, natrium hipoklorit, merkuri klorida, dan campuran
pengawet tanaman dll (Gupta et al., 2020).
15
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Hari/tanggal : Selasa/28 April 2023
Waktu : 13.00 WITA - selesai
Tempat : Laboratorium Biologi Lt. 2 Barat FMIPA UNM
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu:
a. Petridish steril : 3 buah
b. Scalpel steril : 3 buah
c. Mata pisau steril : 3 buah
d. Cawan petri : 1 buah
e. Lampu spiritus : 1 buah
f. Hand sprayer : 1 buah
g. Beker glass 100 ml : 1 buah
h. Laminar air flow : 1 buah
i. Botol kultur : 6 buah
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu:
a. Bonggol pisang : secukupnya
b. Bawang putih : secukupnya
c. Krisan : secukupnya
d. Biji tomat : secukupnya
e. Biji wortel : secukupnya
f. Fungisida : secukupnya
g. Bakterisida : secukupnya
h. Medium MS : 2 botol kultur
i. Medium GM : 2 botol kultur

16
17

j. Medium GD : 2 Botol kultur


k. Alkohol 96 % dan alkohol 70 % : secukupnya
l. Bayclin : secukupnya
m. Plastic seal : secukupnya
n. Kertas label : Secukupnya
o. Tissue : Secukupnya
p. Kertas saring : Secukupnya
q. Aluminium foil : Secukupnya

C. Prosedur Kerja
1. Prosedur Kerja Penanaman Eksplan Pisang
a. Sterilisasi
1) Sterilisasi di luar enkas

Mencuci bonggol pisang dengan air Menambahkan bakterisida


mengalir kemudian memasukkan ke dalam sebanyak 2 gr/L ke dalam
wadah dan merendam dengan larutan larutan perendaman bonggol
fungisida selama 1 jam pisang selama 1 jam

Setelah direndam, memasukkan ke dalam


wadah steril dan menyemprot dengan
alkohol kemudian memasukkan ke dalam
Lamina Air Low
18

2) Sterilisasi di dalam enkas

Membilas bonggol pisang dengan Merendam bonggol pisang secara


air mengalir selama 10-15 menit berturut-turut dengan alcohol 70%
selama 2 menit, bayclin 15% selama 15
menit, baylin 5% selama 5 menit
kemudian bilas dengan aquades sebanyak
3 kali

3) Penanaman bonggol pisang

Memotong bonggol pisang kurang lebih 5 Meletakkan bonggol pada cawan


cm dengan tetap mempertahankan titik petri yang dilapisi tissue
tumbuhnya dengan cara mengupas
pelepahnya hingga terlihat jaringan kuncup
apikal berwarna putih

Menutup medium dengan plastik dan Mengambil bonggol pisang yang telah
menyimpan medium di laboratorium dipotong lalu ditanam pada masing-
untuk diamati masing medium MS, GD dan GM
19

2. Prosedur Kerja Penanaman Eksplan Krisan


Penanaman krisan pada medium sebagai berikut:

Mengambil bagian meristem apical pada


Menyiapkan tanaman krisan yang akan
digunakan tanaman krisan menggunakan gunting dan
pinset.

Menanam tangkai krisan atau meristem Meletakkan tangkai meristem apikal pada
apikal pada medium MS, GM, dan GD cawan petri yang dilapisi tissue
dengan menancapkan tangkai pada
permukaaan medium

Menutup botol kultur menggunakan Menyimpan eksplan di


plastik gula dan karet gelang laboratorium untuk diamati
20

3. Prosedur Kerja Penanaman Eksplan Wortel


a. Sterilisasi Biji

Merendam biji di dalam Membilas biji dengan aquades


alkohol 70% selama kurang steril sebanyak 3 kali
lebih 3 menit dan juga di
dalam larutan bayclin
selama 5 menit

Meletakkan biji yang


telah steril di atas kertas
saring

b. Penanaman bibit wortel

Menempatkan biji Meletakkan beberapa biji ke medium


pada cawan petri yang telah disiapkan yang dimana
yang steril satu medium untuk satu jenis biji
21

Menutup botol kultur menggunakan


plastik gula dan karet gelang lalu beri
label dan masukkan ke ruang kultur.

4. Prosedur Kerja Penanaman Eksplan Tomat


a. Sterilisasi Biji

Merendam biji di dalam alkohol 70% Membilas biji dengan aquades


selama kurang lebih 3 menit dan juga di steril sebanyak 3 kali
dalam larutan bayclin selama 5 menit

Meletakkan biji yang telah steril di atas


kertas saring
22

b. Penanaman biji tomat

Menempatkan biji pada cawan Meletakkan beberapa biji ke medium yang


petri yang steril telah disiapkan yang dimana satu medium
untuk satu jenis biji

Menutup botol kultur menggunakan


plastik gula dan karet gelang lalu beri
label dan masukkan ke ruang kultur.

5. Prosedur Kerja Penanaman Eksplan Bawang Putih


a. Sterilisasi Umbi Bawang Putih

Memisahkan umbi bawang Masukkan ke LAF dan


putih dan rendam dalam setelah proses perendaman,
Alkohol 70 % selama 5 ambil umbi dengan pinset.
menit.
23

Lewatkan umbi bawang


putih di atas nyala bunsen
sebanyak 3 kali.

b. Penanaman Umbi bawang Putih pada medium MS, GM dan GR

Menempatkan umbi pada cawan Setelah terbelah akan terlihat


petri steril dan pisahkan embrio tunas di dalamnya dan potong
dari umbinya menggunakan embrio pada bagian pangkal,
scalpel tajam. ujung dan tengah dengan posisi
melintang.

Tutup botol kultur dan beri Tunas ditanam dengan cara


label, serta masukkan ke ditegakkan pada medium.
incubator.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Hasil pengamatan penanaman kultur jaringan in vitro
PISANG
No Pengamatan Ke- Medium Gambar Keterangan
Eksplan mengalami
browning
MS (pencoklatan)

Eksplan mengalami
browning
Pertama GM (pencoklatan)
1.
(31 Maret 2023)

Eksplan mengalami
browning
GD (pencoklatan)

24
25

Di sekitar eskplan
mulai terlihat adanya
kontaminasi
MS

Di sekitar eskplan
mulai terlihat adanya
kontaminasi
Kedua GM
2
(3 April 2023)

Di sekitar eskplan
mulai terlihat adanya
kontaminasi
GD

3 Ketiga Di sekitar eksplan


terlihat kontaminasi
(6 April 2023)

MS

GM Di sekitar eksplan
terlihat kontaminasi
26

Di sekitar eksplan
terlihat kontaminasi

GD

Kontaminasi yang
terjadi berubah
warna menjadi abu-
MS
abu

Kontaminasi yang
terjadi berwarna
Keempat putih
4 GM
(10 April 2023)

Terlihat ada sedikit


kontaminasi yang
terjadi dan berwarna
GD
putih

5 Kelima MS  Kontaminasi
berwarna abu-abu
(13 April 2023)
 Terjadi
perubahan warna
media
27

 Kontaminasi
terjadi di seluruh
permukaan
media, berwarna
GM putih
 Terjadi
perubahan warna
media

 Kontaminasi
berwarna putih
 Terjadi
perubahan warna
GD media

KRISAN
1 Pertama Eksplan mengalami
browning
(31 Maret 2023)
(Pencoklatan)

MS

GM Eksplan mengalami
browning
(Pencoklatan)
28

Eksplan mengalami
browning
(Pencoklatan)
GD

Di sekitar eksplan
mulai terlihat adanya
kontaminasi
MS

Di sekitar eksplan
mulai terlihat
Kedua adanya kontaminasi
2 GM
(3 April 2023)

Di sekitar eksplan
mulai terlihat
adanya kontaminasi
GD

3 Ketiga MS  Kontaminasi
menutupi seluruh
(6 April 203)
permukaan
eksplan
 Terjadi perubahan
warna pada media
29

 Kontaminasi
terjadi di seluruh
permukaan media,
berwarna hijau
GM
 Terjadi perubahan
warna media

 Kontaminasi
terjadi di seluruh
permukaan media,
berwarna hijau-
GD hitam
 Terjadi perubahan
warna media

 Kontaminasi
terjadi di seluruh
permukaan media,
berwarna abu-abu,
MS putih dan hijau
 Terjadi perubahan
warna media

 Kontaminasi
terjadi di seluruh
 Terjadi perubhan
Keempat warna media
4 GM
10 April 2023

 Kontaminasi
menutupi seluruh
permukaan media,
berwarna hitam
GD dan hijau
 Terjadi perubahan
warna
30

 Kontaminasi
terjadi di seluruh
permukaan media,
berwarna putih,
MS abu-abu dan hijau,
serta semakin
tebal
 Terjadi perubahan
warna media
 Kontaminasi
terjadi di seluruh
permukaan media,
Kelima berwarna hijau
5 GM serta semakin
(13 April 2023) tebal
 Terjadi perubahan
warna media

 Kontaminasi
terjadi di seluruh
permukaan media,
berwarna hitam
GD dan hijau, serta
semakin tebal
 Terjadi perubahan
warna media

WORTEL
1 Pertama Terlihat biji mulai
(31 Maret 2023) mengelupas dan

MS medium tidak
mengalami kontam

GM Terlihat biji mulai


mengelupas dan
medium tidak
mengalami kontam
31

Terlihat biji mulai


mengelupas dan
medium tidak
mengalami kontam
GD

Akar tumbuh dari


beberapa biji dengan
ukuran 0,5 cm
MS

Akar tumbuh dari


beberapa biji 0,2cm
Kedua
2 GM
(3 April 2023)

Tidak terdapat
pertumbuhan,
medium mengalami
GD kontaminasi

3 Ketiga MS Beberapa biji wortel


(6 April 203) tumbuh dengan
ukuran pertumbuhan
tertinggi 1,8 cm
32

Beberapa biji wortel


tumbuh dengan
ukuran
GM pertumbuhan
tertinggi 0,4 cm

Tidak mengalami
pertumbuhan karena
medium mengalami
GD kontaminasi

Semua biji wortel


mengalami
pertumbuhan
MS dengan
pertumbuhan
tertinggi 6,3 cm dan
akar 2 cm

Semua biji tumbuh,


pertumbuhan
kesamping dan
Keempat
4 GM pertumbuhan paling
10 April 2023 tinggi 2 cm dan akar
0,5 cm

Ada dua biji yang


tumbuh setinggi
1cm (kesamping)
GD namun tidak ada
akar. Medium
terkontaminasi
33

Semua biji wortel


mengalami
pertumbuhan yang
MS tegak dengan
pertumbuhan
tertinggi 7,2 cm

Semua biji tumbuh,


namun ada yang
Kelima pertumbuhan
5 GM kesamping (tidak
(13 April 2023)
tegak lurus) dan
pertumbuhan paling
tinggi 2,5 cm
Biji wortel mati,
medium mengalami
kontaminasi
GD

TOMAT
1 Pertama Biji mengelupas dan
(31 Maret 2023) medium tidak
kontam
MS

GM Biji mengelupas dan


medium tidak
kontam
34

Biji mengelupas dan


medium tidak
GD kontam

Tumbuh 1 tanaman
tomat dengan tinggi

MS 1 cm

Tumbuh 1 tanaman
tomat dengan tinggi
Kedua
2 GM 0,3 cm
(3 April 2023)

Mulai tumbuh
kecambanh dengan
GD tinngi 0,1 cm

3 Ketiga MS Tumbuh 2 tanaman


(6 April 203) tegak dan tingginya
2 cm
35

Mulai tumbuh 9
tanaman tomat
GM dengan panjang
batang 1 cm

Tumbuh 1 tanaman
tomat dengan tinggi
0,4 cm
GD

Tumbuh 3 tanaman
dengan tinggi 3,5
MS cm

Tumbuh 9 tanaman
yang tidak tegak,
Keempat dengan panjang 2,1
4 GM
10 April 2023 cm

Tumbuh 1 tanaman
yang tidak tegak,

GD dan panjang batang


adalah 1 cm
36

Tumbuh 4 tanaman,
dan 2 tanaman

MS tumbuh tegak
dengan tinggi 4,5
cm

Tumbuh 9 tanaman,
dengan 2 tanaman
Kelima tegak yang
5 GM
(13 April 2023) tingginya 3 cm

Tumbuh 1 tanaman
yang tidak tegak
dengan Panjang 1,5
GD
cm

BAWANG PUTIH
1 Pertama  Terjadi
pertumbuhan
(31 Maret 2023)
 Tumbuh Tunas
MS 1,8 cm

GM  Terjadi
pertumbuhan
 Tumbuh Tunas
1,1 cm
37

 Terjadi
pertumbuhan
 Tumbuh Tunas
GD 1,8 cm

 Pertumbuhan
Tunas 2 cm
 Akar Mulai
MS tumbuh
 Warna Tunas
dominan hijau

 Tumbuh Tunas
2,3 cm
Kedua  Akar Mulai
2 GM Tumbuh
(3 April 2023)  Tunas Berwarna
putih

 Pertumbuhan
Tunas pesat 3,3
cm
GD  Akar mulai
tumbuh
 Tunas dominan
berwarna putih
3 Ketiga MS  Tumbuh Tunas
tidak berubah 2
(6 April 203)
cm
 Mulai
terkontaminasi
jamur
38

 Tumbuh Tunas 2,5


cm
 Medium mulai
GM ditumbuhi jamur

 Tumbuh Tunas
sangat pesat 7 cm
 Medium Mulai
GD berjamur

 Tumbuh Tunas
tidak berubah 3
cm
MS  Seluruh
permukaan
medium berjamur

 Pertumbuhan
tumbuh tunas
sangat pesat 8,5
Keempat cm
4 GM  Medium Mulai
10 April 2023
berjamur

 Tumbuh Tunas
tidak berubah
yaitu 7 cm
GD  Permukaan
medium sudah
berjamur
39

 Tumbuh Tunas
tidak berubah 3
cm
MS  Seluruh
permukaan
medium
kontaminasi jamur

 Pertumbuhan
tunas bertambah
10,5 cm
Kelima
5 GM  Medium
(13 April 2023) kontaminasi jamur

 Tumbuh Tunas
tidak berubah
yaitu 7 cm
GD  Permukaan
medium
kontaminasi jamur

B. Pembahasan
Kegiatan kultur jaringan sangat erat kaitannya dengan kondisi steril.
Kondisi steril ini sangat menetukan sekali terhadap keberhasilan kegiatan kultur.
Sterilisasi ini dilakukan dari mulai alat-alat dan eksplan yang akan digunakan,
ruang kultur hingga praktikan semuanya harus dalam keadaan steril.
Kegiatan penanaman pun tidak jauh dari kondisi steril/aseptik karena
dengan kondisi seperti ini kemungkinan berhasil lebih besar dan
kegagalan/kontaminasi sedikit bahkan tidak ada. Hal ini sesuai dengan pendapat
Gunawan (2018) yang menyatakan bahwa kontaminasi yang terjadi pada kultur
jaringan merupakan momok yang cukup mengganggu proses kultur jaringan.
Namun kontaminasi juga dapat dicegah dengan perlakuan-perlakuan yang aseptik.
Saat kegiatan penanaman, sterilisasi ruang harus dilakukan karena
kemungkinan kontaminan cukup besar apabila tidak dilakukan, begitupun alat-alat
40

penabur. Hal ini sesuai pendapat Rahardja (2018) yang menyatakan, keberadaan
kontaminan yang berasal dari spora maupun mikroba lainnya sangat sulit
dihindari termasuk juga di dalam ruang kultur. Untuk itu sterilisasi ruangan juga
perlu dilakukan tentunya dengan tujuan untuk menciptakan lingkungan yang
aseptik dan menghilangkan mikroba maupun spora penyebab kontaminan.
Menurut Susilowati (2020) sumber kontaminan dapat berasal dari eksplan
tumbuhan, organisme kecil yang masuk ke dalam media, alat yang tidak steril dan
lingkungan kerja yang kotor. Sehingga harus dilakukan sterilisasi lingkungan
kerja, alat-alat, media dan bahan tanaman. Tetapi pada praktikum saat ini
sterilisasi tidak dilakukan karena membutuhkan waktu cukup lama sedangkan
waktu yang tersedia sangat terbatas dan saat ini praktikan hanya melakukan
sterilisasi alat-alat penabur yang nantinya akan digunakan saat penanaman
berlangsung.
Proses penanaman dilakukan di dalam Laminar Air Flow dalam kondisi
dan ruang yang aseptik. Sebelumnya, tangan praktikan disemprot alkohol terlebih
dahulu sebelum melakukan penanaman dengan tujuan supaya bakteri atau jamur
yang terbawa bisa mati. Alat-alat seperti pinset dan scalpel pun disterilkan dulu
(setiap alat tersebut yang akan digunakan terlebih dahulu disterilkan). Adapun
eksplan yang digunakan yaitu pisang, krisan, wortel, tomat dan bawang putih.
Penanaman eksplan pisang. Langkah pertama yaitu sterilisasi di luar
enkas, mencuci bonggol pisang dengan air mengalir kemudian memasukkan ke
dalam wadah dan merendam dengan larutan fungisida selama 1 jam. Kemudian
selanjutnya menambahkan bakterisida sebanyak 2 gr/L ke dalam larutan
perendaman bonggol pisang selama 1 jam. Setelah direndam, memasukkan ke
dalam wadah steril dan menyemprot dengan alkohol kemudian memasukkan ke
dalam LAF. Selanjunya sterilisasi di luar enkas, pertama yaitu membilas bonggol
pisang dengan air mengalir selama 10-15 menit. Kemudian merendam bonggol
pisang secara beturut-turut dengan alcohol 70% selama 2 menit, bayclin 15%
selama 15 menit, bayclin 5% selama 5 menit kemudian membilas dengan aquades
sebanyak 3 kali. Langkah terakhir yaitu penanaman bonggol pisang, pertama
memotong bonggol pisang kurang lebih 5 cm kemudian meletakkan pada cawan
41

petri yang dilapisi tissue. Selanjutnya membuka plastik penutup botol kemudian
mulut botol diflamir dengan nyala bunsen. Disamping itu, eksplan diambil dengan
menggunakan pinset dan langsung ditanam pada medium MS, GM dan GD.
Setelah itu, botol ditutup kembali dengan menggunakan plastik. Langkah tersebut
terus dilakukan hingga semua eksplan tertanam. Botol-botol yang sudah ditanami
eksplan disimpan di rak inkubasi kultur dengan kondisi lingkungan yang
mendukung untuk pertumbuhan dan perkembangan eksplan. Kemudian lakukan
pengamatan setiap pekan selama 2 pekan lebih. Untuk melihat perkembangan
eksplan apakah tumbuh atau terkontaminasi.
Penanaman eksplan krisan. Eksplan krisan diambil meristem apicalnya
menggunakan gunting dan pinset. kemudian meletakkan pada cawan petri yang
dilapisi tissue. Selanjutnya membuka plastik penutup botol kemudian mulut botol
diflamir dengan nyala bunsen. Disamping itu, eksplan diambil dengan
menggunakan pinset dan langsung ditanam pada medium MS, GM dan GD.
Setelah itu, botol ditutup kembali dengan menggunakan plastik. Langkah tersebut
terus dilakukan hingga semua eksplan tertanam. Botol-botol yang sudah ditanami
eksplan disimpan di rak inkubasi kultur dengan kondisi lingkungan yang
mendukung untuk pertumbuhan dan perkembangan eksplan. Kemudian lakukan
pengamatan setiap pekan selama 2 pekan lebih. Untuk melihat perkembangan
eksplan apakah tumbuh atau terkontaminasi.
Penanaman eksplan wortel dan tomat. Langkah pertama yaitu sterilisasi
biji, merendam biji di dalam alkohol 70% seama kurang lebih 3 menit dan juga di
dalam larutan bayclin selama 5 menit. Kemudian membilas biji dengan aquades
steril sebanyak 3 kali. Setelah dibilas, meletakkan biji yang telah steril di atas
kertas saring. Langkah terakhir yaitu penanaman biji wortel/tomat, pertama
menempatkan biji pada cawan petri yang steril. Selanjutnya membuka plastik
penutup botol kemudian mulut botol diflamir dengan spiritus. Disamping itu,
eksplan diambil dengan menggunakan pinset dan langsung ditanam pada medium
MS, GM dan GD. Setelah itu, botol ditutup kembali dengan menggunakan plastik.
Langkah tersebut terus dilakukan hingga semua eksplan tertanam. Botol-botol
yang sudah ditanami eksplan disimpan di rak inkubasi kultur dengan kondisi
42

lingkungan yang mendukung untuk pertumbuhan dan perkembangan eksplan.


Kemudian lakukan pengamatan setiap pekan selama 2 pekan lebih. Untuk melihat
perkembangan eksplan apakah tumbuh atau terkontaminasi.
Penanaman eksplan bawang putih. Langkah pertama yaitu sterilisasi
umbi bawang putih, pertama memisahkan umbi bawang putih dan rendam dalam
alkohol 70% selama 5 menit. Kemudian memasukkan ke dalam LAF dan setelah
proses perendaman, kemudan ambil umbi dengan pinset. Kemudian meletakkan
umbi bawang putih di atas nyala bunset sebanyak 3 kali. Langkah terakhir yaitu
penanaman umbi bawang putih, meletakkan umbi bawang putih pada cawan petri
yang dilapisi tissue dan memisahkan embrio dari umbinya menggunakan scalpel
tajam. Setelah terbelah akan terlihat tunas di dalamnya dan memotong embrio
pada bagian pangkal, ujung dan tengah dengan posisi melintang. Selanjutnya
membuka plastik penutup botol kemudian mulut botol diflamir dengan spiritus.
Disamping itu, eksplan diambil dengan menggunakan pinset dan langsung
ditanam pada medium MS, GM dan GD. Setelah itu, botol ditutup kembali
dengan menggunakan plastik. Langkah tersebut terus dilakukan hingga semua
eksplan tertanam. Botol-botol yang sudah ditanami eksplan disimpan di rak
inkubasi kultur dengan kondisi lingkungan yang mendukung untuk pertumbuhan
dan perkembangan eksplan. Kemudian lakukan pengamatan setiap pekan selama 2
pekan lebih. Untuk melihat perkembangan eksplan apakah tumbuh atau
terkontaminasi.
Jenis tanaman yang dikulturkan adalah pisang, krisan, wortel, tomat dan
bawang putih. Pengamatn dilakukan selama 2 pekan lebih dan diamati setiap 3
hari sekali selama 5 kali pengamatan.
1. Eksplan pisang
Pada pengamatan pertama (31 Maret 2023), eksplan pada botol kultur MS
mengalami browning (pencoklatan). Eksplan pada botol kultur GM mengalami
browning. Eksplan pada botol kultur GD juga mengalami browning. Pada
pengamatan kedua (3 April 2023), pada botol kultur MS di sekitar eksplan mulai
terlihat adanya kontaminasi. Pada botol kultur GM di sekitar eksplan mulai
terlihat adanya kontaminasi. Pada botol kultur GD juga di sekitar eksplan mulai
43

terlihat adanya kontaminasi. Pada pengamatan ketiga (6 April 2023), pada botol
kultur MS di sekitar eksplan terlihat kontaminasi. Pada botol kultur GM di sekitar
eksplan terlihat kontaminasi. Pada botol kultur GD juga di sekitar eksplan terlihat
kontaminasi. Pada pengamatan keempat (10 April 2023), pada botol kultur MS
kontaminasi yang terjadi berubah warna menjadi abu-abu. Pada botol kultur GM
kontaminasi yang terjadi berwarna putih. Pada botol kultur GD terlihat ada sedikit
kontaminasi yang terjadi dan berwarna putih. Pada pengamatan kelima (13 April
2023), pada botol kultur MS kontaminasi berwarna abu-abu dan terjadi perubahan
warna media. Pada botol kultur GM kontaminasi terjadi di seluruh permukaan
media berwarna putih dan terjadi perubahan warna media. Pada botol kultur GD
kontaminasi berwarna putih dan terjadi perubahan warna media.
2. Krisan
Pada pengamatan pertama (31 Maret 2023), eksplan pada botol kultur MS
mengalami browning (pencoklatan). Eksplan pada botol kultur GM mengalami
browning (pencoklatan). Eksplan pada botol kultur GD juga mengalami browning
(pencoklatan). Pada pengamatan kedua (3 April 2023), pada botol kultur MS di
sekitar eksplan mulai terlihat adanya kontaminasi. Pada botol kultur GM di sekitar
eksplan mulai terlihat adanya kontaminasi. Pada botol kultur GD juga di sekitar
eksplan mulai terlihat adanya kontaminasi. Pada pengamatan ketiga (6 April
2023), pada botol kultur MS kontaminasi menutupi seluruh permukaan eksplan
dan terjadi perubahan warna pada media. Pada botol kultur GM kontaminasi
terjadi di seluruh permukaan media, berwarna hijau dan terjadi perubahan warna
media. Pada botol kultur GD kontaminasi terjadi di seluruh permukaan media,
berwarna hijau hitam dan terjadi perubahan warna media. Pada pengamatan
keempat (10 April 2023), pada botol kultur MS kontaminasi terjadi di seluruh
permukaan media, berwarna abu-abu, putih dan hijau dan terjadi perubahan warna
media. Pada botol kultur GM kontaminasi terjadi di seluruh permukaan media dan
terjadi perubahan warna media. Pada botol kultur GD kontaminasi menutupi
seluruh permukaan media, berwarna hitam dan hijau dan terjadi perubahan warna.
Pada pengamatan kelima (13 April 2023), pada botol kultur MS kontaminasi
terjadi di seluruh permukaan media, berwarna putih, abu-abu dan hijau serta
44

semakin tebal dan terjadi perubahan warna media. Pada botol GM kontaminasi
terjadi di seluruh permukaan media, berwarna hijau serta semakin tebal dan terjadi
perubahan warna media. Pada botol GD kontaminasi terjadi di seluruh permukaan
media, berwarna hitam dan hijau serta semakin tebal dan terjadi perubahan warna
media.
3. Wortel
Pada pengamatan pertama (31 Maret 2023), pada botol kultur MS terlihat
biji mulai mengelupas dan medium tidak mengalami kontaminasi. Pada botol
kultur GM terlihat biji mulai mengelupas dan medium tidak mengalami
kontaminasi dan. Pada botol kultur GD terlihat biji mulai mengelupas dan
medium tidak mengalami kontaminasi. Pada pengamatan kedua (3 April 2023),
pada botol kultur MS akar tumbuh dari beberapa biji dengan ukuran 0,5 cm. Pada
botol kultur GM akar tumbuh dari beberapa biji 0,2 cm. Pada botol kultur GD
tidak terdapat pertumbuhan, medium mengalami kontaminasi. Pada pengamatan
ketiga (16 April 2023), pada botol kultur MS beberapa biji wortel tumbuh dengan
ukuran pertumbuhan tertinggi 1,8 cm. Pada botol kultur GM beberapa biji wortel
tumbuh dengan ukuran pertumbuhan tertinggi 0,4. Pada botol kulur GD tidak
mengalami pertumbuhan karena medium mengalami kontaminasi. Pada
pengamatan keempat (10 April 2023), pada botol kultur MS semua biji wortel
mengalami pertumbuhan dengan pertumbuhan tertinggi 6,3 cm dan akar 2 cm.
Pada botol kultur GM semua biji tumbuh, pertumbuhan ke samping dan
pertumbuhan paling tinggi 2 cm dan akar 0,5 cm. Pada botol kultur GD ada dua
biji yang tumbuh setinggi 1 cm (ke samping) namun tidak ada akar dan medium
terkontaminasi, pada pengamatan kelima (13 April 2023), pada botol kultur MS
semua biji wortel mengalami pertumbuhan yang tegak dengan pertumbuhan
tertinggi 7,2 cm. Pada botol kultur GM semua biji tumbuh, namun ada yang
pertumbuhan ke samping (tidak tegak lurus) dan pertumbuhan paling tinggi 2,5
cm. Pada botol kultur GD biji wortel mati, medium mengalami kontaminasi.
4. Tomat
Pada pengamatan pertama (31 Maret 2023), pada botol kultur MS biji
mengelupas dan medium tidak kontaminasi. Pada botol kultur GM biji
45

mengelupas dan medium tidak kontaminasi. Pada botol kultur GD juga biji
mengelupas dan medium tidak kontaminasi. Pada pengamatan kedua (3 April
2023), pada botol kultur MS tumbuh 1 tanaman tomat dengan tinggi 1 cm. Pada
botol kultur GM tumbuh 1 tanaman tomat dengan tinggi 0,3 cm. Pada botol kultur
GD mulai tumbuh kecambah dengan tinggi 0,1 cm. Pada pengamatan ketiga (6
April 2023), pada botol kultur MS tumbuh 2 tanaman tegak dan tingginya 2 cm.
Pada botol kultur GM mulai tumbuh 9 tanaman tomat dengan panjang batang 1
cm. Pada botol kultur GD tumbuh 1 tanaman tomat dengan tinggi 0,4 cm. pada
pengamatan keempat (10 April 2023), pada botol kultur MS tumbuh 3 tanaman
dengan tinggi 3,5 cm. Pada botol kultur GM tumbuh 9 tanaman yang tidak tegak,
dengan panjang 2,1 cm. Pada botol kultur GD tumbuh 1 tanaman yang tidak tegak
dan panjang batang adalah 1 cm. Pada pengamatan kelima (13 April 2023), pada
botol kultur MS tumbuh 4 tanaman, dan 2 tanaman tumbuh tegak dengan tinggi
4,5 cm. Pada botol kultur GM tumbuh 9 tanaman, dengan 2 tanaman tegak yang
tingginya 3 cm. Pada botol kultur GD tumbuh 1 tanaman yang tidak tegak dengan
panjang 1,5 cm.
5. Bawang Putih
Pada pengamatan pertama (31 Maret 2023), pada botol kultur MS terjadi
petumbuhan dan tumbuh tunas 1,8 cm. Pada botol kultur GM terjadi pertumbuhan
dan tumbuh tunas 1,1 cm. Pada botol kultur GD terjadi pertumbuhan dan tumbuh
tunas 1,8 cm. Pada pengamatan kedua (3 April 2023), pada botol kultur MS
pertumbuhan tunas 2 cm, akar mulai tumbuh dan warna tunas dominan hijau.
Pada botol kultur GM tumbuh tunas 2,3 cm, akar mulai tumbah dan tunas
berwarna putih. Pada botol kultur GD pertumbuhan tunas pesat 3,3 cm, akar mulai
tumbuh dan tunas dominan berwarna putih. Pada pengamatan ketiga (6 April
2023), pada botol kultur MS tumbuh tunas tidak berubah 2 cm dan mulai
terkontaminasi jamur. Pada botol kultur GM tumbuh tunas 2,5 cm dan medium
mulai ditumbuhi jamur. Pada botol kultur GD tumbuh tunas sangat pesat 7 cm dan
medium mulai berjamur. Pada pengamatan keempat (10 April 2023), pada botol
kultur MS tumbuh tunas tidak berubah 3 cm dan seluruh permukaan medium
berjamur. Pada botol kultur GM pertumbuhan tumbuh tunas sangat pesat 8,5 cm
46

dan medium mulai berjamur. Pada botol kultur GD tumbuh tunas tidak berubah
yaitu 7 cm dan permukaan medium sudah berjamur. Pada pengamatan kelima (13
April 2023), pada botol kultur MS tumbuh tunas tidak berubah 3 cm dan seluruh
permukaan medium kontaminasi jamur. Pada botol kultur GM pertumbuhan tunas
bertambah 10,5 cm dan medium kontaminasi jamur. Pada botol kultur GD tumbuh
tunas tidak berubah yaitu 7 cm dan permukaan medium kontaminasi jamur.
Dari kelima tanaman eksplan yang ditanam ada beberapa yang mengalami
browning. Menurut George dan Sherrington (2018), menyatakan bahwa beberapa
macam tanaman khususnya tanaman tropika mempunyai kandungan senyawa
fenol yang tinggi yang teroksidasi ketika sel dilukai atau terjadi senesens.
Akibatnya jaringan yang diisolasi menjadi coklat atau kehitaman dan gagal
tumbuh. Menurut Lerch (2018), pencoklatan jaringan terjadi karena aktivitas
enzim oksidase yang mengandung tembaga seperti polifenol oksidase dan
tirosinase yang dilepaskan atau disintesis dan tersedia pada kondisi oksidatif
ketika jaringan dilukai. Tabiyeh et al (2020) mengemukakan bahwa pencoklatan
dalam kultur jaringan disebabkan karena meningkatnya produksi senyawa fenolat
yang diikuti oksidasi oleh aktivitas enzim oksidase (PPO) dan polimerasinya.
Fenilalanin amonia liase (PAL) adalah salah satu enzim dalam fenilpropanoid
yang sangat berpengaruh terhadap terjadinya pencoklatan. Salah satu penyebab
utama pencoklatan dalam kultur in vitro adalah luka karena pemotongan pada
jaringan. Luka tersebut memacu stress dan menyebabkan peningkatan aktivitas
PAL yang diikuti oleh produksi fenilpropanoid dan menyebabkan pencoklatan.
Berdasarkan hasil praktikum kultur tanaman yang telah dilakukan ada
beberapa eksplan yang berhasil yaitu wortel, tomat dan bawang putih walaupun
pada bawang putih sudah tumbuh tunas tetapi terdapat kontaminasi dan pada
wortel di media GD terdapat kontaminasi. Selain eksplan yang berhasil tersebut,
ada pula beberapa eksplan yang menunjukkan adanya kontaminasi jamur yaitu
pada eksplan pisang disemua media MS, GM dan GD. Pada krisan disemua media
MS, GM dan GD juga terjadi kontaminasi. Dan ada beberapa dari eksplan wortel
terdapat kontaminasi pada media GD. Begitupun bawang putih yang terjadi
kontaminasi pada saat sudah tumbuh tunas di semua media MS, GM dan GD.
47

Kemungkinan kontaminasi tersebut dapat terjadi karena proses sterilisasi alat dan
media yang kurang baik, kondisi ruangan yang kurang aseptik, para praktikan
yang kebersihan badannya kurang terjaga, kondisi ruang inkubasi yang tidak
memadai, seperti kotor dan banyak dilalui orang lain dan faktor-faktor pendukung
lainnya. Salah satu faktor pembatas dalam keberhasilan kultur jaringan adalah
kontaminasi yang dapat terjadi pada setiap kegiatan kultur eksplan. Menurut
Imran (2020), menyatakan bahwa kontaminasi dapat berasal dari beberapa hal,
diantaranya: (1) eksplan, baik eksternal maupun internal; (2) organisme kecil yang
masuk ke dalam media, seperti semut; (3) botol kultur atau alat-alat tanam yang
kurang steril; (4) lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor (spora di udara);
dan (5) kecerobohan dalam pelaksanaan.
48
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pratikum yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan yaitu:
1. Metode yang dilakukan pada kultur eksplan tanaman pisang, krisan, wortel,
tomat dan bawang putih dimulai dengan menyiapkan alat dan bahan terlebih
dahulu kemudian mensterilisasi eksplan dan alat yang digunakan dan
selanjutnya menanam eksplan tersebut pada media yang sudah disediakan
yaitu MS, GM dan GD, lalu menyimpan pada rak kultur untuk diamati
pertumbuhan dan perkembangannya. Untuk pertumbuhan dan perkembangan
beberapa eksplan yang berhasil yaitu wortel, tomat dan bawang putih
walaupun pada bawang putih sudah tumbuh tunas tetapi terdapat kontaminasi
dan pada wortel di media GD terdapat kontaminasi. Kemudian beberapa
eksplan yang menunjukkan adanya kontaminasi jamur yaitu pada eksplan
pisang disemua media MS, GM dan GD. Pada krisan disemua media MS, GM
dan GD juga terjadi kontaminasi. Dan ada beberapa dari eksplan wortel
terdapat kontaminasi pada media GD. Begitupun bawang putih yang terjadi
kontaminasi pada saat sudah tumbuh tunas di semua media MS, GM dan GD.
2. Adapun faktor-faktor penyebab kegagalan dalam kultur jaringan tanaman
yaitu adanya kontaminan pada eksplan dan media kultur. Kemungkinan
kontaminasi dapat terjadi karena proses sterilisasi alat dan media yang kurang
baik, kondisi ruangan yang kurang aseptik, para praktikan yang kebersihan
badannya kurang terjaga, kondisi ruang inkubasi yang tidak memadai, seperti
kotor dan banyak dilalui orang lain dan faktor-faktor pendukung lainnya.

49
50

B. Saran
Dalam hal menaikkan keberhasilan pada praktikum ini, adapun beberapa
saran yang pastinya perlu untuk diperhatikan, yaitu:
1. Sebaiknya memperhatikan kesterilan alat dan bahan dan memastikan
semuanya dalam keadaan steril
2. Sebaiknya selalu menggunakan jas praktikum saat praktikum baik pada
praktikan maupun asisten laboratorium untuk menghindari adanya
kontaminasi.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, D. Ismaini, L. Surya, M.I. Rahmi, H & Saputro, N.W. 2022. Inisiasi
Kalus Daun Talinum triangulare (Jacq.) Willd pada Beberapa Kombinasi
Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh 2,4-Dichlorophenoxyatic Acid dan
Benzyl Adenine. Jurnal Agrikultura. Vol. 33 (3), 276-288. ISSN 0853-
2885.

Avivi, S., dan Ikrawati. 2013. Mikropropagasi Pisang Abaca melalui Teknik
Kultur Jaringan. Jurnal ilmu Pertanian. 2 (11).

B. Ziraluo, Y.P. 2021. Metode Perbanyakan Tanaman Ubi Jalar Ungu (Ipomea
Batatas Poiret) dengan Teknik Kultur Jaringan atau Stek Planlet. Jurnal
Inovasi Penelitian. Vol. 2 No. 3. ISSN 2722-9467.

Dwiyani, R. 2015. Kultur Jaringan Tanaman. Denpasar Bali: Pelawa Bali.

Elfiani & Jakoni. 2016. Sterilisasi Exsplan dan Sub Kultur Anggrek, Sirih Merah,
dan Krisan pada Perbanykan Tanaman Secara In Vitro. Jurnal dinamika
pertanian. 2 (30).

George, E.F., & Sherrington. P.D. 2018. Plant Propagation by Tissue Culture.
Hand Book and Directory of Comercial Laboratories. Eastern Press,
Reading, Berks. England. Hal: 9.

Gunawan, L.W. 2018. Teknik Kultur in Vitro dalam Holtikultura. Jakarta: Penebar
Swadaya

Gupta, N., Jain, V., Joseph, M.R & Devi, S. 2020. A Review on Micropropagation
Culture Method. Asian Jurnal of Pharmaceutical Research and
Development. 8 (1), 86-93.

Heriansyah, P. 2020. Rahasia Mudah Menguasai Kultur Jaringan Tanaman: Teori


dan Praktiknya. Bogor: Anggota IKAPI.

Hidayat, Yatno. 2018. Kefektifan Bahan Sterilisasi dalam Pengendalian


Kontaminasi pada Pertumbuhan Kultur Zigotik. Jurnal dinamika
Pertanian. Vol. 6.

Ismani, L., Lailaty, I.Q., & Efendi, M. 2021. Micropropagation of Three Endemic
Begonias Using Various Hormones Concentration and Culture Media
Application. Jurnal Biodjadi. 6 (2). 284-294.

51
52

Lerch, K. 2018. Tyrosinase Kinetics: A Semi-Quantitative Model of The


Mechanism of Oxidation of Monohydric and Dihydric Phenolic
Substrates. In Sigel, H. (Ed.). Metal Ions in Biology System. 13 Marcel
Dekker Inc., New York, Basel. Hal.: 143.

Nurmayulis, Susianti dan Ali. 2014. Pemberian Benzil Amino Purin Dan Air
Kelapa Pada Perbanyakan Krisan Secara In Vitro. ISSN Jerami. 4 (2).

Oseni, O.M, Pande V & Nailwal T.K, 2018. A Review on Plant Tissue Culture, A
Technique for Propagation and Conservation of Endangered Plant Species.
International Journal of Current Microbiology and Applied Sciences, Vol
7(07). ISSN 3778–3786.

Prasetyorini. 2019. Kultur Jaringan. Bogor: Lembaga Penelitian dan Pengabdian


Masyarakat Universitas Pakuan.

Rahardja, P.C. 2018. Kultur Jaringan. Teknik Perbanyakan Tanaman Secara


Modern. Jakarta: Penebar Swadaya.

Ratnasari, Evie, Nur Ducha dan Sari Kusuma Dewi. 2017. Petunjuk Praktikum
Kultur Jaringan. Surabaya: Unesa Press.

Setiawati, T., Arofah, A.N & Nurzaman, M. 2020. Induksi Kalus Krisan
(Chrysanthemum morifolium Ramat var Temohon Kuning) dengan 2,4-
Dichlorophenoxyacetic Acid (2,4-D) dan 6-Benzylaminopurine (BAP)
pada Kondisi Pencahayan Berbeda. Jurnal Pro-Life. Volume 7 No 1. ISSN
2579-7557. 13-26.

Susilowati, A., & Shanti. 2020. Keanekaragaman Jenis Mikroorganisme Sumber


Kontaminasi Kultur in Vitro di Sub-Lab. Biologi MIPA Pusat UNS. 2 (1),
110-114.

Tabiyeh, D.T., Bernard, F., & Shacker, H. 2020. Investigation of Glutathione,


Salicylic Acid and GA3 Effects on Browning in Pistacia Vera Shoot Tips
Culture. ISHS Acta Horticulture. Hal.: 726.

Yuniardi, F. 2019. Aplikasi Dimmer Switch pada Rak Kultur sebagai Pengatur
Kebutuhan Intensitas Cahaya Optimum bagi Tanaman in-Vitro. Indonesian
Journal of Laboratory. 2 (1). ISSN: 2655-4887.

Zuyasna. 2021. Kultur in-vitro dan Mutagenesis Tanaman Nilam. Banda Aceh:
Syiah Kauala University Press.
53

LAMPIRAN DOKUMENTASI

Proses Penanaman Eksplan Krisan


54

Proses Penanaman Eksplan Pisang

Proses Penanaman Eksplan Wortel dan Tomat

Proses Penanaman Eksplan Bawang Putih


55

Anda mungkin juga menyukai