Anda di halaman 1dari 2

EPIDEMIOLOGI

Survei World Mental Health (WMH) juga memberikan kumpulan data terbesar
tentang prevalensi gangguan depresi mayor. Tingkat prevalensi seumur hidup dan 12
bulan diperkirakan di 18 negara, dibagi menurut pendapatan tinggi dan menengah ke
bawah. Prevalensi seumur hidup memperkirakan rata-rata 11,1 (kisaran 8,0 hingga 18,4)
di negaranegara berpenghasilan rendah dan 14,6 (kisaran 6,6 hingga 21,0) di negara-
negara berpenghasilan tinggi, sedangkan tingkat prevalensi 12 bulan rata-rata 5,5 tinggi
(kisaran 2,2 hingga 8,3) dan 5,9 (kisaran 3,8). ke 10.4) di negara-negara berpenghasilan
rendah. Perkiraan prevalensi yang lebih baru dari studi The National Epidemiologic
Survey on Alcohol and Related Conditions (NESARC) adalah 13,2 untuk seumur hidup
dan 5,3 untuk depresi mayor 12 bulan. Kumpulan temuan ini menunjukkan bahwa
epidemiologi deskriptif gangguan mood meskipun ada berbagai perkiraan, tingkat rata-
rata baik depresi seumur hidup dan 12 bulan cukup konsisten di seluruh penelitian yang
menggunakan metodologi yang sebanding.(Sadock, 2017)

Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang signifikan
di dunia, termasuk di Indonesia. Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa berat
yang prevalensi nya cukup tinggi yaitu 1%-2% dan merupakan penyebab disabilitas ke-6
di dunia. Menurut data WHO (2016), 60 juta orang terkena bipolar. Studi epidemiologi
terbaru, terbesar, dan dirancang terbaik hingga saat ini merupakan survei dari National
Comorbidity Survey-Replikasi - NCS-R (Kessler, McGonagle et al. 1994). Penelitian
mengungkapkan tingkat prevalensi seumur hidup sebesar 1,0% untuk bipolar I, 1,1%
untuk bipolar II, dan 2,4% untuk bipolar ambang (didefinisikan sebagai memiliki riwayat
dari 2 episode hipomanik sub-ambang seumur hidupnya). Hasil ini menyebabkan
prevalensi keseluruhan gangguan bipolar sebesar 4,4% pada populasi AS.

BP-II memiliki angka persistensi tertinggi dengan 73,2% diikuti dengan BP-I
yakni (63,3%), dan Bipolar ambang diurutan ketiga dengan prevalensi 59,5%. NCS-R
menunjukkan onset dari bipolar I berada pada usia 18, bipolar II berada pada usia 20, dan
usia 22 untuk gangguan bipolar tanpa gejala klinis. The Early Development Stages of
Psychopathology Study (EDSP) juga menunjukkan onset yang lebih muda. Rerata usia
onset pada 14,8 tahun, mania 15,4 tahun, dan depresi mayor 17,9 tahun.

National Institue of Mental Health, menunjukkan prevalensi 2,8% pada orang


dewasa yang memiliki prevalensi hampir serupa antara pria (2,9%) dan wanita (2,8%)
dengan angka yang tertinggi terdapat pada kelompok usia 18-29 tahun yakni sebesar
4,7% jika dibandingkan dengan kelompok usia lainnya.

PROGNOSIS & KOMPLIKASI

Komplikasi

Gangguan bipolar cenderung dapat menyebabkan penderitanya terjerat


masalahhukum, memiliki gangguan dalam prestasi atau kinerjanya sehingga dapat
mempengaruhimasalah finansial juga. Pasien bipolar dapat menjadi memiliki risiko
untuk terjerat drug abuse dan ingin bunuh diri. Penderita bipolar menjadi memiliki
kesulitan dalam berelasi dancenderung mengisolasi diri.

Prognosis

Makin muda pasien mulai sakit, makin besar kemungkinan untuk mendapat
seranganlagi. Prognosis lebih baik jika tidak ada gangguan kepribadian, episode ringan
atau tanpa psikotik, hanya dirawat sebentar di rumah sakit dan riwayat psikososial
baik. Sedangkan prognosis menjadi kurang baik jika memakai narkoba, memiliki
gangguan jiwa lain, adariwayat episode depresi lebih dari 1 atau memiliki gangguan
depresi berkepanjangan(distimik).

DAFTAR PUSTAKA

Sachs GS, printz DJ, Kahn DA, Carpenter D, Docherty JP, 2000, The Expert Consensus
Guideline Series: Medication Treatment of Bipolar Disorder. Mc Grow-Hill Healthcare
Information Progress, New York, hal 16-24

Anda mungkin juga menyukai