Anda di halaman 1dari 38

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PELAYANAN KEBIDANAN

Standar Operasional Prosedur Asuhan Persalinan Normal

PERSALINAN NORMAL

No. Dokumen: No. Revisi Hal: 1/9


STANDAR OPERASIONAL Tgl. Terbit:
PROSEDUR

ASUHAN PERSALIAN NORMAL


DEFINISI Asuhan Persalinan Normal adalah asuhan yang bersih dan aman
selama pengeluaran hasil konsepsi setelah pembuahan berumur
lebih dari 37 minggu dan setelah bayi lahir serta
upaya pencegahan komplikasi.
TUJUAN Membantu persalinan supaya bersih dan aman, serta
mencegah terjadinya komplikasi dalam persalinan.
KEBIJAKAN Dilakukan oleh bidan lulusan D III kebidanan sesuai dengan
Standar Pelayanan Kebidanan
PERSIAPA  Bak instrumen berisi partus set (klem 2, gunting tali
N ALAT & pusat 1, setengah koher 1, kateter 1)
BAHAN  Sarung tangan steril
 Kom berisi kapas dan air DTT
 Penghisap lendir atu delee
 oksitosin
 spuit 3cc
 umbilikal kiem dan mono aural
 kasa steril
 kain utk ibu dan bayi
 bengkok
 tempat placenta
 baskom berisi air OTT dan waslap
 baskom berisi cairan klorin 0,5%
 tempat sampah basah dan kering
PROSEDUR I. MENGENAL GEJALA DAN TANDA KALA DUA
1. Mendengar
 Ibu merasakan
 Ibu merasakan
 Perineum
 Vulva dan

II. MENYIAPKAN
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan, dan obat- obatan
esensial untuk menolong persalinan dan penatalaksanaan
komplikasi ibu dan bayi baru lahir
3. Menggelar kain di atas perut ibu dan tenpat
resusitasi serta ganjla bahu bayi
No. Dokumen: No. Revisi Hal: 2/9
27. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali
pakai di dalam partu set
28. Memakai celemek plastik
29. Melepaskan dan menyimpan seua perhiasan yang dipakai,
cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir, kemudian
keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering
30. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan
untuk pemeriksaan dalam
31. Memasukan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan
tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril),
pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik.

32. MEMASTIKAN
 Membersihkan
atau kasa
• Jika introitus vagina, perineum atau anus
terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama
• Buang kasa atau kapas pembersih (terkontaminasi)
dalam wadah yang tersedia
• Ganti jika sarung tangan terkontaminasi
(dekontaminasi) lepas dan rendam dalam larutan
dorin 0,5%
 Melakukan pemeriksaan dalam untuk mamastikan
pembukaan lengkap
• Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan
sudah lengkap lakukan amniotomi
 Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam
larutan clorin 0,5%, kemudian lepaskan dan rendam
sarung tangan dalam posisi terbalik selama 10 menit.
Kemudian cuci tangan
 Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat
relaksasi uterus untuk memastikan DJJ dalam batas
normal (120-160 x/menit)
• Mengambil tindakan yang sesuai jika tidak normal
Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam. DJJ dan semua
hasil penilaian serta asuhan pada partograf.

33. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK


MEMBANTU PROSES BIMBINGAN UNTUK
MENERAN
11. Beritahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman
dan yang sesuai dengan keinginannya.
34. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti
pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan
temuan yang ada
35. Jelaskan pada anggota keluarga bagairnana peran mereka
untuk mendukung dan memberi semangat kepala ibu untuk
meneran secara benar
36. Meminta keluarga untuk membantu menyiapkan posisi untuk
meneran. (bila ada rasa untuk meneran dan teradi kontraksi
yang kuat, bantu ibu untuk ke posisi setengah duduk atau
posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman)
37. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada
dorongan kuat untuk meneran:
 Bimbing ibu untuk meneran secara benar
 Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan
perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai
 Bantu ibu untuk mengambil posisi yang nyaman sesuai
dengan pilihannya (kecuali dalam posisi terlentang dalam
waktu yang lama)
 Anjurkan ibu untuk bedstirahat diantara kontraksi
 Anjurkan keluarga untuk memberi dukungan dan
semangat untuk ibu
 Beri cukup asupan cairan per-oral (minuet)
 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
 Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir
setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60
menit (1 jam) meneran (multigravida)
38. Anjurkan ibu untuk berjalan-jalan, berjongkok atau
mengarnbil posisi yang nyaman jika ibu belum merasa ada
dorongan untuk meneran dalam 60 menit

39. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI


 Letakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di atas
perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan
diameter 5-6 cm
 Letakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawali
bokong ibu
 Buka tutup partuset dan perhatikan kembali kelengkapan
bahan dan alat Pakai sarung tangan D TT pada kedua
tangan

40. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI


Lahir Kepala
 Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm
membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu
tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering.
Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan
posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan
ibu untuk meneran perlahan sambil bernafas cepat dan
dangkal
 Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambit
tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan lanjutkan
proses kelahiran bayi
• Jika tali pusat melilit di leher secara longgar,
lepaskan lewat bagian atas kepala bayi
• Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali
pusat di dua tempat dan potong diantara dua klem
tersebut
 Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan
Lahirkan Bahu
 Setelah kepala melakukan putarai paksi luar, pegeng
secara biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi. Dengan lembut gerakan ke arah bawah dan
distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian gerakan ke arah atas dan distal untuk
mengeluarkan bahu belakang

Lahirkan Badan dan Tungkai


 Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah
perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan, dan siku
sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelususri
dan memegang lengan dan siku sebelah atas
 Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas
berlanjut ke punggung, bokong, tungkai, dan kaki.
Pegang kedua mata kaki (masukkan telun;uk diantara kaki
dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan
jaro-jari lainnya)

41. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR


42. Lakukan penilaian (selintas):
 Apabila bayi menangis kuat dan/atau bemapas tanpa
kesulitan7
 Apabila bayi bergerak dengan aktif?
Jika bayi tidak menangis, tidak benafas atau megap- megap
lakukan tindakan resusitasi (> tangkah 25 ini berlanjut ke
langkah-langkan prosedur resusitasi bayi barb lahir dengan
asfiksia)
26. Keringkan dan posisi tubuh bayi di atas perut ibu Keringkan
bayi dari muka, kcpala dan bagian tubuh lainnya (tanpa
membersikan verniks) kecuali bagian tangan
43. Ganti handuk basah dengan handuk yang kering
44. Pastikan bayi dalam kondisi yang mantap di atas perut ibu
45. Periksa kondisi perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi
kedua datarn uterus (hamil tunggal)
46. Beri tahu kepada ibu bahwa penolong akan menyuntik
oksitosin (agar uterus berkontraksi baik)
47. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10
unit (intramuskular) di 1/3 paha atas bagian distal lateral
(lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin)
48. Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat (dua menit
setelah bayi lahir) pada sekitar 3 cm dari pusar (umbilikus)
bayi. Dan sisi luar klem penjepit, dorong isi tali pusat ke arah
distal (ibu) dan !akukan penjepitan kedua pada 2 cm distal
dari klem pertama
49. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
 Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit
kemudian lakukan pengguntingan taii pusat (lindungi
perut bayi) diantara 2 klem tersebut
 Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi
kemudian lingkarkan kembali ke sisi berlawanan dan
lakukan ikatan kedua menggunakan dengan simpul kunci
 Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah
disediakan
50. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit
bayi
 Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu.
Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel baik di
dinding dada-perut ibu.
 Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu
dengan posisi labih rendah dari puting payudara ibu
51. Selimuti bayi dan ibu dengan kain hangat dan pasang topi di
kepala bayi

VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF KALA TIGA


52. Pindahkan klem pada tali pusat hingga 5-10 cm dari vulva
53. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas
simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali
pusat
54. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah
bawah sambil tangan lain mendorong uterus ke arah
belakang-atas (dorsokranial) secara hati-hati (untuk
mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-
40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga
timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas
 Jika uterus tidak segera berkontraksi, meminta ibu,
suami, atau anggota keluarga untuk melakukan slimulasi
puting susu.
Mengeluarkan Plasenta
55. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga
plasenta terlepas, meminta ibu meneran sambil penolong
menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemuoian ke
arah atas, mengikuti porns jalan lahir (tetapkan lakukan
tekanan dorso- kranial)
 Jika tali pusat bertambah panjang, pinfahkan klem hingga
berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
 Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan
tali pusat:
• Beri dosisi ulang oksitosin 10 unit IM
• Lakukan katerisasi (aseptik) jika kandung kemih
penuh
• Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan
• Ulangi penegangan tali pusat 15 menit
berikutnya
• Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30
menit setelah bayi lahir
• Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual
56. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta
dengan dua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput
ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta
pada wallah yang telah disediakan Jika selaput ketuban
robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan
eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau
klem DTI atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang
tertinggal
Rangsang Taktil (Masase) Uterus
57. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus, letakan telapak tangan di alas fundus dan
lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut
hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
 Lakukan tindakan yang dipertukan jika uterus tidak
berkontraksi setelah 15 detik melakukan rangsangan
taktillmasase
IX. MENILAI PERDARAHAN
58. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan
pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukan plasenta
ke dalam kantung plastik atau tempat khusus
59. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Lakukan penjahitan bita laserasi menyebabkan perdarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera
lakukan penjahitan.
X. MELAKUKAN ASUHAN PASCAPERSALINAN
60. Pasikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam
61. Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu- bayi (di
dada ibu paling sedikit 1 jam).
 Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi
menyusui dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusui
pertama biasanya berlangsung 10-15 menit. Bayi cukup
menyusu dari satu payudara
 Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun
bayi sudah berhasil menyusui
62. Lakukan penimbangan/pengukuran bayi, bed tetes mata
antibiotik profilaksis, vitamin K I 1mg intramuskular di paha
kid anterolateral setelah satu jam kontak ibu-bayi
63. Berikan suntikan imunisasi Hepatitis B (setelah satu jam
pemberian Vitamin K1) di paha kanan anterolateral.
 Letakan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu
bisa disusunkan
 Letakkan kembali bayi pada dada ibu biaya belum
berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan
sampai bayi berhasil menyusu.
Evaluasi
Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan balk, melakukan
asuhan yang sesuai untuk menatalaksanakan atonia uteri
64. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi
65. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
66. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30
menit selama jam kedua pasca persalinan
 Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap 2 jam
pertama pasca persalinan
 Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak
normal
67. Periksa kembali kodisi bayi untuk memastikan bahwa bayi
bernafas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh
normal (36,6-37,5)
Kebersihan dan Keamanan
68. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas
peralatan setelah dekontaminasi
69. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampai
yang sesuai
70. Bersihkan badan ibu dengan air DTT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir, dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang
bersih dan kering
71. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.
Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan
makanan yang diinginkan
72. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%
73. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
balikan bagian dalarn ke luar dan rendam dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit
74. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengahr
kemudian keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang
kering dan bersih.

Dokumentasi
Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa
tanda vital dan asuhan kala IV
UNIT TERKAIT Laboratorium, Ahli Gizi, Instalasi rawat Map, rawat jalan
dan IGD
DOKUMEN  Sinopsis Obstetri 2002
TERKAIT  Maternal dan Neonatal 2002
 Pelatihan Asuhan Persalinan Normal Buku Acuan
Ed.3 (Revisi), Jakarta : jaringan Nasional Pelatihan Klinik,
2007.
 Pelatihan APN 2008
Standar Operasional Prosedur Pemeriksaan Pervaginaan

PERSALINAN PERVAGINAAN

No. Dokumen: No. Revisi Hal: 1/2


STANDAR OPERASIONAL Tgl. Terbit:
PROSEDUR

PERVAGINAAN

DEFINISI Melakukan pemeriksaan pervaginam dengan cara memakai


sarung tangan DTT menggunakan dua jari
TUJUAN  Mengetahui keadaan vulva dan vagina
 Menilai pembukaan dan penipisan serviks
 Menilai keadaan selaput ketuban
 Memastikan tali pusat dan bagian kecil tidak teraba
 Menilai penurunan bagian terbawah janin
KEBIJAKAN Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berkompeten
menolong persalinan.
PERSIAPAN  Sarung tangan
ALAT & BAHAN  Kapas DTT
 Bangkok
 Air DTT
 Air Clorin
 Tempat sampah
 Skerm
PROSEDUR  Memberitahu pasien tentang tindakan yang akan
dilakukan Informed consent
 Posisikan pasien dengan posisi litotomi
 Cuci tangan tujuh langkah
 Pakai sarung tangan DTT / steni
 Gunakan kapas DTT
 Periksa genetalia ekstema, nilai adakah riwayat
robekan perineum atau tindakan episiotorni
 sebelumnya, nilai cairan, bercak darah
 Masukkan jari telunjuk yang diikuti jari tengah
 Nilai pembukaan dan penipisan serviks
 Pastikan tali pusat dan bagian kecil tidak teraba pada
saat melakukan periksa dalam, jika terba bagian kecil
segera rujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai
 Nilai penurunan bagian terendah janin dan tentukan
apakah bagian terse but masuk kerongga panggul.
Bandingkan tingkat penurunan kepala dan hash periksa
dalam dengan basil pemeriksaan melalui dinding abdomen
untuk menentukan kemajuan persalinan
No. Dokumen: No. Revisi Hal: 2/2
 Jika bagian terbawah adalah kepala pastikan penunjuknya
ubun- ubun kecil dan sutura sagitalis untuk menilai derajat
penyusupan atau tumpang tindih kepala dan apakah
ukuran kepala janin sesuai dengan ukuran jalan lahir
 Jika pemeriksaan sudah Iengkap, keluarkan kedua jari
pemeriksaan dengan hati - hati,
 celupkan sarung tangn dalam larutan untuk dekontaminasi,
lepaskan sarung tangan secara terbalik dan rendam dalam
larutan dekontaminasi selama 10 menit
 Cuci kedua tangan dan segera keringkan dengan handuk
bersih
 Bantu ibu untuk mengambil posisi yang lebih nyaman
 Jelaskan hash pemeriksaan pada ibu dan keluarganya
 Catat hasil pemeriksaan dalam status pasien
UNIT TERKAIT
DOKUMEN
TERKAIT Pelatihan APN 2008
Standar Operasional Prosedur Mencuci Tangan

PENCEGAHAN INFEKSI

No. Dokumen: No. Revisi Hal: 1/1


STANDAR OPERASIONAL Tgl. Terbit: Ditetapkan
PROSEDUR (Penanggung Jawab)

MENCUCI TANGAN (AMRO, S.Kep)


NIP. 19680228 199401 1
002
DEFINISI Membersihkan tangan dari segala kotoran, dimulai dari ujung jari
sampai siku dan lengan dengan cara tertentu sesuai
kebutuhan.
TUJUAN  Mencegah terjadinya infeksi silang melalui tangan.
 Menjaga kebersihan perorangan
KEBIJAKAN Dilakukan oleh semua tenaga kesehatan sesuai dengan standar
pelayanan.
PERSIAPA  Air bersih yang mengalir
N ALAT &  Sabun
BAHAN  Handuk / lap bersih
PROSEDUR  Cincin dan arloji dilepas
 Cuci tangan basahi tangan sampai siku,
 Basahi tangan dengan sabun
 Cuci tangan dengan 7 langkah :
- Cuci telapak kiri dan telapak tangan kanan.
- Cuci punggung tangan kiri dan punggung tangan kanan
 Cuci seta-sela jari tangan kiri dan tanaan kanan
 Cuci punggung jari tangan kid dan tangan kanan secara
berlawanan
 Paw ibu jari datum telapak tangan secara bedawanan.
 Gosok ujung jari di telapak tangan yang berlawanan,
tangan kiri dan tangan kanan secara
 berlawanan.
 Usap lengan dengan air yang mengalir secara
bergantian
 Lap dengan handuk kering

UNIT TERKAIT
DOKUMEN Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber daya terbatas,
TERKAIT panduan pencegahan infeksi - Jakarta; Yayasan Bina Pustaka
sanvono Prawinahardjo, 2004, hal 3-9.
Standar Operasional Prosedur Tindakan Aseptik

PENCEGAHAN INFEKSI

No. Dokumen: No. Revisi Hal: 1/2


STANDAR OPERASIONAL Tgl. Terbit:
PROSEDUR

TINDAKAN ASEPTIK

DEFINISI Proses pengurangan jumlah mikroorganisme pada kulit,


selaput lendir atau jaringan tubuh lain dengan rnenggunakan
bahan anti mikroba
TUJUAN Mencegah terjadinya infeksi silang ma!alui petugas kesehatan,
pasien dan alat - alat kesehatan.
KEBIJAKAN Dilakukan oleh semua tenaga kesehatan sesuai dengan standar
pelayanan.
PERSIAPAN - Air bersih yang rnengalir
ALAT & BAHAN - Sabun
- Handuk / lap bersih
- Sarung tangan
- Alkohol
- Iodium
- Klorheksidin
- Trikiosan
- Kasa
- Pinset, cunam
- Spekulum
PROSEDUR A. Pembersihan kulit sebelum tindakan atau prosedur
bedah
- Dilarang mencukur rambut disekitar luka operasi
- Tanyakan kepada pasien reaksi alergi sebelum
memilih antiseptik
- Bila kulit atau daerah bagian luar keIarrin tidak bersih,
bersihkan dengan sabun dan basuh
- dengan air bersih kemudian keringkan daerah tersebut
sebelurn diberi antiseptik
- Gunakan cunam kering yang sudah di DTT, kasa, serta
kain kasa bare direndam dalam larutan antiseptik,
bersihkan tangan secara menyeluruh.
- Biarkan antiseptik bekerja efektif untuk beberapa saat
sebelum prosedur dimulai
B. Tindakan aseptik pada daerah vaginal servix
- Tanyakan pada pasien mengenai reaksi alergi
sebelum memilih antiseptik
- Apabila daerah kelamin tercemar, bersihkan
dengan sabun dan air bersih serta keringkan
sebelum pemberian antiseptik
No. Dokumen: No. Revisi Hal: 2/2
- Sebelum memasukkan spekulum gunakan larutan
antiseptik pada servix dan vagina, dan
- tidak pedu memberikan antiseptik pada daerah luar
kelamin jika terlihat bersih
- Biarkan selama 2 menit sebelum dilanjutkan
UNIT TERKAIT
DOKUMEN Pelatihan APN 2008
TERKAIT
Standar Operasional Prosedur Sterilisasi Alat

PENCEGAHAN INFEKSI

No. Dokumen: No. Revisi Hal: 1/1


STANDAR OPERASIONAL Tgl. Terbit:
PROSEDUR

STERILISASI ALAT

DEFINISI Suatu findakan untuk membunuh kumari patogen dan


apatogen beserta sporanya pada peralatan, perawatan dan
kedokteran dengan cara merebus, stoom, panas tinggi atau
menggunakan bahan kimia
TUJUAN - Mencegah teijadinya infeksi silang
- Mencegah peralatan agar tidak cepat rusak
- Menyiapkan peralatan perawatan dan kedokteran
dalam keadaan siap pakai
KEBIJAKAN Dilakukan oleh semua tenaga kesehatan sesuai dengan standar
pelayanan.
PERSIAPAN - Peralatan yang akan dibersihkan
ALAT & BAHAN - Tempat pencucian dengan air yang mengalir atau
baskom
- Sabun cuci
- Sikat halus
- Bangkok / nierbeken
- Lap kering
- Larutan desinfektan
- Kain kasa
- Sterilisator dalam keadaan siap pakai
PROSEDUR - Peralatan yang sudah dipergunakan dibilas air

UNIT TERKAIT -
DOKUMEN
TERKAIT Pelatihan APN 2008
Standar Operasional Prosedur Mencuci Perineum

PENCEGAHAN INFEKSI

No. Dokumen: No. Revisi Hal:1/2


STANDAR OPERASIONAL Tgl. Terbit:
PROSEDUR

MENCUCI PERINEUM
(PERAWATAN LUKA
PERINEUM)
DEFINISI Membersihkan vulva dan vagina serta daerah sekitarnya pada
pasien yang sedang nifas atau tidak dapat melakukannya
sendiri
TUJUAN - Menjaga kebersihan
- Mencegah infeksi
- Memberikan rasa nyaman pada pasien
KEBIJAKAN Dilakukan oleh bidan lulusan DIII sesuai dengan standar
palayanan kebidanan
PERSIAPAN - saruna tangan
ALAT & BAHAN - alas bokong
- kassatkapas
- betadine
- Air DTT
- Bengkok
- Pembalut
- Celana dalam
- Botol plastik berisi air hangat
PROSEDUR A. PENCUCIAN PERINEUM DENGAN LUKA HECTING
- Memberitahu pasien tentang tindakan yang akan
dilakukan
- Memberitahu pasien tentang tindakan yang akan
dilakukan
- Cuci tangan
- Siapkan alat-alat
- Atur posisi ibu lititomi
- Pasang alas bokong
- Pakai sarung tangan
- Periksa keadaan lochea (jumlah, wama dan bau)
- Ambil kapas DTT, bersihkan vulva dan perineum
- Perfratikan keadaan perineum (adakah jahitan lepas,
longgar, bengkak dan merah)
- Rawat luka jahitan dengan kassa steril dan betadine
- Pasang pembalut dan celana dalam
- Angkat alas bokong
- Jika ada tanda-tanda infeksi rujuk
B. PENCUCIAN PERINEUM TANPA LUKA HECTING
- Memberitahu pasien tentang tindakan yang akan
dilakukan
- Cuci tangan
- Siapkan alat-alat
- Atur posisi ibu lititomi
- Pasang alas bokong
- Pakai sarung tangan
- Periksa keadaan lochea (jumlah, wama dan bau)
- Ambil kapas DTT, bersihkan vulva dan perineum
- Semprotkan air hangat keseluruh perineum luar dan
dalam
- Keringkan perineum dengan tissue dad arah depan ke
belakang
- Pasang pembalut dan celana dalam
- Cuci tangan
- Anjurkan ibu untuk ganti pembalut setiap kali basah
- Jika ada tanda-tanda infeksi rujuk
-
UNIT TERKAIT -
DOKUMEN - Pelatihan APN 2008
TERKAIT - Pelatihan PONED 2008
CARA PENGISIAN PATROGRAF

No. Dokumen: No. Revisi Hal:1/2


STANDAR OPERASIONAL Tgl. Terbit:
PROSEDUR

PENGISIAN PARTOGRAF
DEFINISI Alat bantu untuk memantau kemajuan persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik
TUJUAN - Menilai penurunan bagian terendah janin melalui
pemeriksaan perlimaan suprasimfisis
- Mencatat dan memantau kemajuan dilatasi servik
- Menilai dan memantau perkembangan kontraksi uterus
selama fase aktip kata satu persalinan
- Nilai dan memantau kondisi ibu selama fase aktip kala
satu
- Menilai dan memantau kondisi janin selama fase aktip
kaia satu
- Mencatat asupan dan pengeluaran ibu dan janin selama
fase aktip kata satu
KEBIJAKAN Dilakukan oleh bidan Iulusan DIII kebidanan sesuai dengan
standar pelayanan kebidanan
PERSIAPAN alat tulis
ALAT & BAHAN Blanko partograf
PROSEDUR - Isi formulis awal
Nama, umur, GPA, nomor catatan medik / nomor
puskesmas, tanggal dan waktu mulai dirawat, waktu
pecahnya selaput ketuban

- Mencatat temuan pada patograf


o denyut jantung janin
Setiap 1/2 jam, normal 120-160 kali/menit ditulis
dengan simbol (.)
o kondisi selaput, cairan dan wama
ketuban, ditulis : U : selaput ketuban
masih utuh (belum pecah)
J : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban
jernih.
M: selaput ketuban sudah dan air ketuban bercampur
mekonium
D : selaput ketuban sudah dan air ketuban bercampur
darah.
- K : selaput ketuban sudah tapi air ketuban tidak mengalir
lagi (kering)Ambil kapas DTT, bersihkan vulva dan
perineum
- Semprotkan air hangat keseluruh perineum luar dan
dalam
- Keringkan perineum dengan tissue dad arah depan ke
belakang
- Pasang pembalut dan celana dalam
- Cuci tangan
- Anjurkan ibu untuk ganti pembalut setiap kali basah
- Jika ada tanda-tanda infeksi rujuk
molase (penyusunan tulang tengkorak)
- 0 : tulang kepala janin terpisah sutura dengan mudah
dapat di palpasi
- : tulang kepala janin hanya bersentuhan
- : tulang kepala janin sating tumpang tindih tetapi
masih dapat dipisahkan
- : tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat
dipisahkan
- pembukaan servik: setiap 4 jam sekali, ditandai
dengan simbol (X)
- penununan bagian terbawah janin : setiap 4 jam sekali
ditulis dengan symbol (o)
- frekuensi dan lamanya kontrasi uterus, setiap 1/2 jam
sekali, ditulis dengan simbol:
beri titik-titik dikotak yang sesuai untuk menyatakan
Lama kontraksi < 20 menit
beri garis-garis dikotak yang sesuai untuk menyatakan
lama kontraksi 20-40 detik
isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan lama
kontraksi > 40 detik
- cairan IV dan obat
Ditulis sesuai dengan terapi yang diberikan jika ada
- mengukur nadi ibu setiap 1/2 jam sekali
- jika tetesan oxy sudah mulai, dokumentasikan 30 menit
jumtah unit oxy yang dibenkan per volum IV dan
dalam satuan tetesan per menit
- catatan semua pemberian obat-obatan tambahan dan
cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom
waktunya
- mencatat tekanan darah dan temperatur tubuh ibu setiap
4 jam
Untuk tekanan darah dicatat dengan simbol ( )
Untuk suhu ditulis sesuai basil pemeriksaan tiap 2 jam
sekian
- perudsi urine aseton, dan protein : setiap 2-4 jam ditulis
sesuai dengan hasil
- pemeriksaan.
o Pencatatan pada lembar belakang patograf
o untuk mencatat proses persalinan,kelahiran.
bayi dan tindakan-tindakan sejak kala :-IV
- dan bayi baru lahir.
- catatan persalinan terdiri dari unsur-unsur sebagai
berikut :
o data / informasi umum
o kala I-IV
- bayi baru lahir
UNIT TERKAIT - Sinopsis Obstetri 2002
Buku Panduan Praktis Pelayanan.Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Hal 10-12 tahun 2002 Paket Pelatihan Pelayanan
Obstetri Dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Hal 12-17.
Th 2010
Standar Operasional Prosedur Memasang Infus

MEMASANG INFUS

No. Dokumen: No. Revisi Hal: 1/2


STANDAR OPERASIONAL Tgl. Terbit: Ditetapkan
PROSEDUR (Penanggung Jawab)

MEMASANG INFUS (AMRO, S.Kep)


NIP. 19680228 199401 1
002
DEFINISI Memasukkan cairan atab obat langsung kedalam
pembuluh
darah vena dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang
lama dengan menggunakan infus set
TUJUAN - Sebagai tindakan pengobatan
- Mencukupi kebutuhan tubuh akan cairan dan elektrolit
KEBIJAKAN Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang profesional ( dokter,
bidan dan perawat )
PERSIAPAN - Infus set
ALAT & BAHAN - Abocath
- Cairan lotus
- Standar infus
- Tomiquet
- Plester
- Kasa steril
- Kapas DTT
- Sarung tangan DTT
- Wadah steril
- Gunting plester
- Bengkok
- Tempat sampah basah dan kering
- Formulir inform consent
PROSEDUR - Siapkan alat- alat yang digunakan dan susun secara
ergonomis
- Menjelaskan inform consent
- Cuci tangan
- Gunakan sarung tangan
- Pastikan cairan infus yang akan diberikan sudah benar
- Buka infus set kencangkan klem, pengatur tusuldcan
trokar kekantong infus pasangkan di standa infus
- Tekan tabung Ieher agar terisi cairan infus
- Buka ujung penutup arahkan kewadah steril buka klem
penutup perlahan hingga cairan infu mengalir keseluruh
selang infus dan hilangkan gelembung udara jika ada
- Tutup klem pengontrol aliran cairan infus pasang
kembali keujung selang
- Gunakan tomiquet bendung vena ibu
lakukan
pernasangan abocath setelah terpasang hubungkan abocath
dan selang infus

No. Dokumen: No. Revisi Hal: 2/2


- Am kecepatan tetesan cairan infus sesuai kebutuhan
- Fiksasi dengan plester dan kasa steril
- Bereskan semua peralatan
- Cuci tangan
- Pantau keseimbangan cairan sesuai instruksi dokter
- Dokumentasikan semua proses pemasangan infus
UNIT TERKAIT Instalasi rawat inap, rawat jalan dan UGD UPT Puskesmas
DTP Suranenggala
DOKUMEN - KDPK Tahun 2007
TERKAIT - Pelatihan PONED 2008

Standar Operasional Prosedur Tindakan Episiotomi

EPISIOTOMI

No. Dokumen: No. Revisi Hal: 1/2


STANDAR OPERASIONAL Tgl. Terbit: Ditetapkan
PROSEDUR (Penanggung Jawab)

TINDAKAN EPISIOTOMI (AMRO, S.Kep)


NIP. 19680228 199401 1
002
DEFINISI Tindakan insisi perineum untuk memperlebar jalan lahir.
TUJUAN - Mencegah robekan perineum yang kaku atau
diperkirkan tidak mampu mengatasi terhadap regangan
yang berlebihan (bayi besar, makrosemia)
- Mencegah kerusakan jaringan pada ibu dan bayi pada
kasus letak/presentasi abnormal
KEBIJAKAN Dilakukan oleh bidan lulusan DIII sesuai dengan standar
pelayanan kebidanan
PERSIAPAN - Sarung tangan
ALAT & - Gunting episiotomi
BAHAN - Spuit 10 cc
- Lidokain 1 % (lidokain 2% dan aquades steril)
- Kasa steril
- Formulir inform consent
PROSEDUR - Jelaskan pada ibu apa yang akan dilakukan dan bantu
agar merasa nyaman
- Hisap 10 ml larutan lidokain 1 % tanpa epineprin (5
ml lidokain 2 % Iarutkan 5 ml aquades steril)
- Pastikan jarum suntik mempunyai ukuran 22 dan
panjang 4 cm
- Letakkan 2 jari kedalam vagina diantara kepala bayi
dan perineum
- Masukkan jarum ditengah forchette dan arahkan
jarum sepanjang tempat yang akan dilakukan episiotomi
- Aspirasi untuk memastikan bahwa jarum tidak
berada didalam pembuluh darah (jika darah masuk ke
dalam spuit jangan suntikkan lidokain ubah posisi jarum
dan tusukkan kembali)
- Tarik jarum perlahan sambil menyuntikkan lidokain
maksimum 10 ml
- Tarik jarum bila sudah berada ditiru awal jarum
ditusukkan. Kulit melembung karena bisa terlihat dan
palpasi pada perineum disepanjang garis yang akan
dilakukan episiotomi.
- Tunda tindakan episiotomi sampai perineum menipis
dan pucat dan 3-4 cm kepala bayi sudah terlihat pada saat
kontraksi.

No. Dokumen: No. Revisi Hal: 2/2


- Masukkan 2 jari kedalam vagina diantara kepala bayi dan
perineum. Ke 2 jari agak diregangka dan berikan sedikit
tekanan lembut kearah luar pada perineum
- Gunakan gunting tajam desinfeksi tingkat tinggi I steril,
tempatkan gunting ditengah-tengah fourchette posterior
dan gunting mengarah ke sudut yang diinginkan untuk
melakukan episiotom mediolateral. Pastikan untuk
melakukan palpasi/ mengidentifikasi spingter ani ekstemal
mengarahkan gunting cukup jauh kearah sapping untuk
menghindari spingter.
- Gunting perineum sekitar 3-4 cm dengan arch
mediolateral menggunakan satu atau dua gunting mantap.
Hindari menggunting jangan sedikit demi sedikit karena
akan menimbulkan tepi yang tidak rata sehingga akan
menyulitkan penjahitan dan waktu penyembuhan Iebih
lama. Gunakan gunting untuk memotong 2-3 cm kedalam
vagina
- Jika kepala bayi belum juga lahir, lakukan tekanan pada
luka episiotomi dengan dilapisi kassa steril diantara
kontraksi untuk membantu mengurangi perdarahan.
- Kendalikan kelahiran kepala, bahu dan bayi untuk
mencegah perluasan episiotomi.
- Setelah bayi dan plasenta tariff periksa dengan hati-hati
apakah episitomi perineum dan vagin mengalami
peduasan/ laserasi, lakukan penjahitan jika terjadi
perluasan episiotomi/ laseras tambahan.
- Lanjutkan pimpinan persalinan
UNIT TERKAIT
DOKUMEN Sarwono Prawirohanijo Tahun 2002
TERKAIT - Pelayanan matemal dan neonatal Tahun 2002
- Panduan PONED JNPKR-KR Tahun 2008

Standar Operasional Prosedur Penjahitan Luka Episiotomi / Perineum

PENJAHITAN LUKA EPISIOTOMI /


PERINEUM

No. Dokumen: No. Revisi Hal: 1/2


STANDAR OPERASIONAL Tgl. Terbit: Ditetapkan
PROSEDUR (Penanggung Jawab)

PENJAHITAN LUKA EPISIOTOMI/ (AMRO, S.Kep)


LUKA PERINEUM NIP. 19680228 199401 1
002
DEFINISI Tindakan menyatukan kernbaii jaringan tubuh agar kembafi
sepert somata
TUJUAN - Mencegah kehilaagan darah
- Mengurangi terjadinya infeksi
KEBIJAKAN Dilakukan oieh bidan lulusan DIII sesuai dengan standar
pelayanan kebidanan
PERSIAPAN - Bak instrumen
ALAT & BAHAN - Sarung tangan steril
- Kasa steril
- Pemegang jam
- Jarum kulit dan jarum otot
- Benang cat gut
- Pinset dan glinting
- Spuit 5cc dan 10cc
- Lidocain
- Kain DTT
- Tempat sampah basa dan kering
- Baskom berisi larutan klorin 0,5% dan baskom air DTT
- Betadin
- Lampu sorot atau senter
PROSEDUR - Dekatkan alat, patahkan lidokain 1% perkirakan dg
kebutuhan
- Posisikan ibu dg lithotomi dan atur lampu senter
- Pakai sarung tangan dan isi spurt dg lodokain
- Pasang kain DTT atu duk
- Gunakan kasa bersih utk membersihkan daerah luka
dan nilai kembali drajat luka
- Beritahu ibu bahwa akan di suntik
- Tusukan jarum suntik pd ujung luka sepanjang tepi
tika secara subkutan
- Aspirasi utk memastikan bahwa tdk ada pembulu
darah dan tunggu 1-2 menit sbl melakukan penjahitan utk
mendapatkan hasil optimal
- Lakukan inspeksi vagina dan perineum utk mefihat
robekan

No. Dokumen: No. Revisi Hal: 2/2


- Tempatkan jarum pd pemegang jarum pasang benang
dan lihat baths luka
- Lakukan jahitan pertama 1cm di atas puncak luka
robekan
- Jahit mukosa vagina dg menggunakan jahitan jelujur
- Teruskan jahitan jelujur sampai dg ke Lawah robekan
- Jahit jaringan subkutis kanan ke kiri arah atas hingga
tepat di mukosa lingkaran himen, buat simpul mati
dibelakang lingkaran hymen dan potong benang hingga
tersisa 1cm
- Bila menggunakan tampon, keluarkan
- Cuci tangan teriebih dahulu ke dim klorin kemudian ke
air DTT
- Ajarkan ibu dan keluarga cara memasase uterus
- Pastikan uterus kontraksi dg baik dan pastikan tdk ada
perdarahan
- Tempatkan alat bekas pakai ke klorin 0,5% selama 10
menit dan cud bilas
- Buang bahari yang terkontaminasi k tempat sampah
yang sesuai
- Evaluasi perdarahan, periksa tanda vital
- Cuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir dan
keringkan
- Lanjutkan dengan penanganan kala IV
UNIT TERKAIT Ahli Gizi
DOKUMEN
TERKAIT Pelatihan APN 2008
Standar Operasional Prosedur Tindakan Amniotomi

AMNIOTOMI

No. Dokumen: No. Revisi Hal: 1/2


STANDAR OPERASIONAL Tgl. Terbit: Ditetapkan
PROSEDUR (Penanggung Jawab)

TINDAKAN AMNIOTOMI (AMRO, S.Kep)


NIP. 19680228 199401 1
002
DEFINISI Memecahkan selaput ketuban pada saat persalinan dengan
menggunakan alai amniotorny (setengah kocher) dengan
syarat pembukaan lengkap dan bagian terkecil bayi (kepala)
sudah masuk dalam panggul
TUJUAN - Mempercepat proses persalinan
- Mengurangi trauma pada persalinan terutama
persalinan kurang bulan
KEBIJAKAN Dilakukan oleh bidan lulusan DIII kebidanan sesuai dengan
standar pelayanan kebidanan
PERSIAPAN - Bak instrumen berisi steril berisi setengah kocher
ALAT & - Sarung tangan
BAHAN - Kapas DTT
- Air DTT
- Bangkok
- Larutan florin
- Ember kosong
PROSEDUR - Cuci tangan
- Pake sarung tangan DTT atau steril
- Diantara kontraksi lakukan pemeriksaan dalam
dengan hati-hati, raba dengan hati-hati selaput
- ketuban untuk memastikan bahwa kepala telah
masuk dalam panggul dan tali pusat atau bagian-bagian
terkecil bayi tidak teraba, apabila ada salah satu diatas
ketuban tidak bileh dipecahkan.
- Cengan menggunakan tangan lain ternpatkan klem
setengah kocher dengan lembut kevagina
- dan pandu klem dengan jari dari tangan yang
digunakan untuk pemeriksaan hingga mencapai selaput
ketuban
- Pegang ujung klem diantara ujung jari pemeriksaan
gerakkan jari dengan lembut gosokkan klem pada selaput
ketuban dan pecahkan saat his mulai berkurang
- Biarkan air ketuban membasahi jari tangan yang
digunakan untuk pemeriksaan

No. Dokumen: No. Revisi Hal: 2/2


- Gunakan tangan yang lain untuk mengambil klem dan,
menempatkannya dalam larutan klorin 0,5% untuk
didekontaminasi. Biarkan jari tangan pemeriksa tetap
dalam vagina untuk mengetahui penurunan kepala dan
meastikan bahwa tali pusat atau bagian terkecil bayi
tidak teraba, kemudian keluarkan tangan pemeriksa
secara lembut dari dalam vagina
- Evaluasi wama cairan ketuban, periksa apakah ada
meconium atau darah
- Celupkan tangan yang masih menggunakan swung
tangan kedalam larutan clorin lalu lepaskan sarung
tangan dan biarkan terendam dalam larutan dorin 0,5%
selama 10 menit
- Cuci tangan
- Segera periksa ulang DJJ
- Catat dalam partograf waktu dilakukannya penechan
selaput ketuban, warna air ketuban, dan DJJ
UNIT TERKAIT
DOKUMEN - Pelatihan APN 2008
TERKAIT - Sinopsis Obstetri 2002
- Maternal dan Neonatal 2002
Standar Operasional Prosedur Pengeluaran Sisa Plasenta Secara Manual

AMANUAL PLACENTA

No. Dokumen: No. Revisi Hal: 1/2


STANDAR OPERASIONAL Tgl. Terbit: Ditetapkan
PROSEDUR (Penanggung Jawab)

PENGELUARAN SISA PLASENTA (AMRO, S.Kep)


SECARA MANUAL NIP. 19680228 199401 1
002
DEFINISI Cara pengeluaran placenta dengan menggunakan tangan
disebabkan karena placenta tidak dapat keluar secara
spontan setelah 30 menit setelah melalui prosedur pelayanan
kebidanan
TUJUAN Untuk mengeluarkan placenta yang tidak dapat lahir secara
spontan dan untuk mempercepat kata III persalinan
KEBIJAKAN Dilakukan oleh bidan lulusan Dill kebidanan sesuai dengan
standar pelayanan kebidanan
PERSIAPAN - Infus dan cairan
ALAT & BAHAN - Oksilisin
- Verbal anestesi atau anestesi perectal
- Nekton kateter dan penampung urin
- Klein penjepit atau koher
- Kain alas bokong
- Tensimeter
- Sarung tangan panjang atau sarung tangan manual
- Topi, masker dan celemek
PROSEDUR - Kenakan pelindung diri/celemek
- Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
- Keringkan tangan dan pakai sarung tangan DTT
- Bersihkan vulva dan perinium dengan air DTT
- Pasang alas bokong yang bersih dan kering
- Lakukan anestesi verbal atau pereretal
- Lakukan kateterisasi kandung kemih
- Jepit tali pusat dengan klem kemudian tegangkan tali
pusat sejajar lantai
- Secara obstetrik masukkan salah satu tangan
(punggung tangan kebawah) ke dalam vaginam dengan
menelusuri sisi bawah tali pusat
- Setelah tangan mencapai pembukaan servik minta
asisten atau keluarga untuk memegang kocher kemudian
tangan lain penolong menahan fundus uteri
- Sambil menahan fundus uteri masukkan tangan
kedalam kavum uteri sehingga mencapai tempat
implantasi plasenta
- Buka tangan obstetik menjadi seperti memberi salam
(ibu jari merapat kepangkal jari telunjuk)

No. Dokumen: No. Revisi Hal: 2/2


- Tentukan implantasi tempat plasenta temukan tepi
plasenta yang paling bawah
- Kemudian gerakkan tangan dalam kekiri dan kanan
sambil bergeser ke cranial sehingga
- semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan
- Sambil melakukan tindakan pertiatikan keadaan umum
ibu
- Sementara satu tangan masih didalam kavum uteri
lakukan eksplorasi
- untuk memastikan tidak ada bagian yang masih melekat
pada dinding uterus
- Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan
uterus pada saat plasenta dikeluarkan
- Instruksikan asisten atau keluarga yang memegang
kocher untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam
menarik plasenta keluar
- Letakkan plasenta kedalam tempat yang telah disedia-
kan
- Lakukan sedikit pendorongan uterus (dorsokranial)
setelah placenta lahir
- Perhatikan kontraksi uterus dan jumlah perdarahan yang
keluar
- Periksa kembali tanda vital pasien segera lakukan
tindakan dan intruksi apabila masih diperlukan
- Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan di dalam
kolom yang tersedia
UNIT TERKAIT
DOKUMEN
TERKAIT

Standar Operasional Prosedur Kompresi Bimanual

KOMPRESI BIMANUAL INTERNA


DAN EKSTERNA

No. Dokumen: No. Revisi Hal: 1/1


STANDAR OPERASIONAL Tgl. Terbit: Ditetapkan
PROSEDUR (Penanggung Jawab)

KOMPRESI BIMANUAL (AMRO, S.Kep)


NIP. 19680228 199401 1
002
DEFINISI Suatu tindakan dimana uterus ditekan diantara telapak tangan
pada
dinding abdomen dan tinju tangan dalam vagina untuk
menjepit pembuluh darah di dalam miomehium.
TUJUAN - Menangani oerdarahan akibat uterus tidak berkontraksi
- Sebagai tindakan pra rujukan
KEBIJAKAN Dilakukan oleh bidan lulusan DM kebidanan sesuai dengan
standar pelayanan kebidanan.
PERSIAPAN - Sarung tangan steril
ALAT & BAHAN - Larutan antiseptic
PROSEDUR - Oleskan larutan antiseptik pada sarung tangan kanan
- Ibu jari dan telunjuk tangan kid sisikan kedua labia
mayora kearah lateral dan secara obstetrik masukkan
Langan kanan ke introitus vagina
- Kepalkan tangan kanan dan letakkan dataran
punggung jari telunjuk hingga kelingking pada fomik
anterior durong uterus ke kranio anterior
- Tetapak tangan kiri yang berada di atas abdomen
menekan bagian belakang korpus uteri
- Lakukan kompresi dengan jalan mendekatkan telapak
tangan kiri dan telapak tangan kananpada fornik anterior
selama 5 menit
- Perhatikan perdarahan yang terjadi, bila perdarahan
belum berhenti keluarkan tangan kanan dan lakukan
kompresi bimanual ekstema sesuai dengan prosedur.
- Penolong berditi disisi kanan ibu
- Tekan dinding perut bawah untuk menaikkan fundus
uteri agar telapak tangan kiri dapat mencakup dinding
belakang uterus
- Pindahkan posisi tangan kanan sehingga telapak
tangan kanan dapat menekan korpus uteri bagian depan
- Tekan korpus uteri dengan jalan mendekatkan telapak
tangan kiri dan kanan dan perhatikan perdarahan yang
terjadi
- Bila perdarahan berhenti, pertahankan posisi tersebut
hingga uterus dapat berkontraksi dengan baik dan rujuk
bila tidak ada perubahan
- Dokumentasikan basil tindakan.
UNIT TERKAIT Laboratorium
DOKUMEN Sarwono Prawirohardjo, Pelayanan maternal dan neonatal
TERKAIT tahun 2002

KOMPRESI BIMANUAL INTERNA


DAN EKSTERNA

No. Dokumen: No. Revisi Hal: 1/2


STANDAR OPERASIONAL Tgl. Terbit: Ditetapkan
PROSEDUR (Penanggung Jawab)
KOMPRESI BIMANUAL (AMRO, S.Kep)
NIP. 19680228 199401 1
002
DEFINISI Suatu tindakan dimana uterus ditekan diantara telapak tangan
pada
dinding abdomen dan tinju tangan dalam vagina untuk
menjepit pembuluh darah di dalam miometrium.
TUJUAN - Menangani perdarahan akibat uterus tidak barkontraksi
- Sebagai tindakan pra rujukan
KEBIJAKAN Dilakukan oleh Bidan lulusan DIII kebidanan sesuai dengan
standar pelayanan kebidanan.
PERSIAPAN - Sarung tangan steril
ALAT & BAHAN - Larutan antiseptic
PROSEDUR - Oleskan larutan antiseptik pada sarung tangan kanan
- Ibu jari dan telunjuk tangan kid sisikan kedua labia
mayora kearah lateral dan secara obstetrik masukkan
Langan kanan ke introitus vagina
- Kepalkan tangan kanan dan letakkan dataran
punggung jari telunjuk hingga kelingking pada fomik
anterior durong uterus ke kranio anterior
- Tetapak tangan kiri yang berada di atas abdomen
menekan bagian belakang korpus uteri
- Lakukan kompresi dengan jalan mendekatkan telapak
tangan kiri dan telapak tangan kananpada fornik anterior
selama 5 menit
- Perhatikan perdarahan yang terjadi, bila perdarahan
belum berhenti keluarkan tangan kanan dan lakukan
kompresi bimanual ekstema sesuai dengan prosedur.
- Penolong berditi disisi kanan ibu
- Tekan dinding perut bawah untuk menaikkan fundus
uteri agar telapak tangan kiri dapat mencakup dinding
belakang uterus
- Pindahkan posisi tangan kanan sehingga telapak
tangan kanan dapat menekan korpus uteri bagian depan
- Tekan korpus uteri dengan jalan mendekatkan telapak
tangan kiri dan kanan dan perhatikan perdarahan yang
terjadi
- Bila perdarahan berhenti, pertahankan posisi tersebut
hingga uterus dapat berkontraksi dengan baik dan rujuk
bila tidak ada perubahan
- Dokumentasikan basil tindakan.
UNIT TERKAIT Laboratorium
DOKUMEN Sarwono Prawirohardjo, Pelayanan maternal dan neonatal
TERKAIT tahun 2002

Standar Operasional Prosedur Pebuatan Larutan Klorin

PEMBUATAN LARUTAN KLORIN

No. Dokumen: No. Revisi Hal: 1/1


STANDAR OPERASIONAL Tgl. Terbit: Ditetapkan
PROSEDUR (Penanggung Jawab)
PEMBUATAN LARUTAN KLORIN (AMRO, S.Kep)
NIP. 19680228 199401 1
002
DEFINISI Prosedur cara pembuatan larutan klorin adalah suatu tindakan
untuk membuat larutan klorin dengan baik dan benar.
TUJUAN - Untuk disinfektan peralatan medis
- Untuk merendam peralatan yang dipakai pasien
penyakit menular 24 jam
- Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dan tentang
cara-cara pembuatan larutan klorin
KEBIJAKAN Adanya ketidakseragaman dalam tehnik dan cara pembuatan
larutan klorin
PERSIAPAN 1 Larutan klorin 5,25 % atau bubuk klorin 35 %
ALAT & 2 Gelas ukur volume lebih dari 1000 ml
BAHAN 3 Ember berisi air bersih yang dibutuhkan
PROSEDUR 1 Membuat larutan Morin 0,1 % dengan larutan klorin
5,25 %. Satu bagian larutan Morin 5,25 % dicampurkan
dengan 49 bagian air matang .
2 Membuat larutan klorin 0,5 % dengan larutan klorin
5,25 %. Satu bagian klorin dicampurkan dengan klorin 9
bagian air.
3 Membuat larutan klorin 0,5 % dan bubuk klorin
dengan kandungan 35 % :
Gunakan formula
05 % x 100= 14,3 gram
35 %
Tambahkan air situ liter dengan bubuk klorin 14,3 %
UNIT TERKAIT
DOKUMEN Pencegahan infeksi, Panduan Edisi 3-Jakarta : Yayasan Bina
TERKAIT pustaka; Sarwono Prawirohardjo, 2004.
Standar Operasional Prosedur Penatalaksanaan Pre Eklamsia dan Eklamsia

PEMBUATAN LARUTAN KLORIN

No. Dokumen: No. Revisi Hal: 1/2


STANDAR OPERASIONAL Tgl. Terbit: Ditetapkan
PROSEDUR (Penanggung Jawab)

PENATALAKSANAAN PRE (AMRO, S.Kep)


EKLAMSIA DAN EKLAMSIA NIP. 19680228 199401 1
002
DEFINISI disebut juga keracunan kehamilan dengan gejala berupa darah
(hipertensi), bengkak (oedema), yang menetap di tungkai
/kaki dan terdapat proteinuria, dan dikatakan eklampsia jika
mengalami kejang.
TUJUAN Tujuan umum : melakukan penilaian klasik, klasifikasi dan
penatalaksanaan serta mencegah komplikasi
hipertensi karena kehamilan.
Tujuan khusus :
a. Mencegah tanda dan gejala hipertensi karena
kehamilan dan menentukan diagnosis yang paling
mungkin dalam hubungan dengan hipertensi yang dipicu
karena kaharnilan.
b. (pregnancy induced hipertension) dan hipertensi
kronik pada ibu hamil.
c. Melakukan penatalaksanaan preeklampsia / eklampsia
dan hipertensi kronik pada ibu hamil.
d. Melakukan pemberian obat anti kejang (Magnesium
sufat dan Diazepam) serta obat anti hipertensi dalam
penatalaksanaan preeklampsia berat dan eklampsia
KEBIJAKAN upaya untuk rnendeteksi sedini mungkin komplikasi
hipertensi karena kehamilan.
PERSIAPAN
ALAT & BAHAN
PROSEDUR A. Pengelolaan umum
- bila TD > 110 ~ anti hipertensi (nifedipine 5-10 mg
oral ) dapat diulang 8x124 jam
- pasang infus RL
- Katerisasi urine
- Observasi tanda vital, reflek dan DJJ /1 jam
B. Pemberian Magnesiaum sulfat (MgSO4)
1. Syarat pemberian :
a. Frekuensi pemafasan minima116x/menit.
b. Reflek patela (+)
c. Urine minimal 30 ml / jam dalam 4 jam terakhir.
No. Dokumen: No. Revisi Hal: 2/2
2. Dosis
a. Alternatif I
- dosis awal : MgSO4 4 gr ( 10) IV sebagai
larutan 40% selama 5 menit segera
dilanjutkan dengan 15 ml MgSO4 (40%) 6 gr
dala larutan RL selama 6 jam
- jika kejang berulang setelah 15 menit,
berikan MgSO4 (40 %) (5 nil) 2gr IV selam 5
menit
- Dosis Perneliharaan
MgSO4 1gr (2, 5 ml ) / jam rrielatui infuse
Ringer Asetat / Ringer laktat yang diberikan
sampai 24 jam post partum
b. Alternatif II
- Dosis awal
MgSO4 4 gr ( 10) IV larutan 40% selama 5
menit.
- Dosis pemeliharaan
Diikuti dengan MgSO4 (40 %) 5 g (12,5 ml)
IM dengan 1 ml Lignokain (dalam seprit
yang sama) pasien akan merasa agak panas
pada saat pemberian MgSO4.
UNIT TERKAIT
DOKUMEN Buku Pelatihan Paned Depkes 2007. Hal 5-9
TERKAIT

Standar Operasional Prosedur Penatalaksanaan Distosia Bahu

PENATALAKSANAAN DISTOSIA
BAHU

No. Dokumen: No. Revisi Hal: 1/2


STANDAR OPERASIONAL Tgl. Terbit: Ditetapkan
PROSEDUR (Penanggung Jawab)

PENATALAKSANAAN DISTOSIA (AMRO, S.Kep)


BAHU NIP. 19680228 199401 1
002
DEFINISI Persalinan macet adatah gangguan kemajuan persalinan (kala
I) yang diukur dalam batasan waktu . 2 (dua) jam sejak
pemeriksaan terakhir atau 1 (satu) jam pada multipara dan 2
(dua) jam pada nulipara sejak persalinan dipimpin (kala II)
TUJUAN Mampu mengenali secara dini, menentukan diagnosis dan
menyelesaikan hambatan kemajuan persalinan yang
diakibatkan oleh kelainan letak, malpresentasi, CPD. dil.
KEBIJAKAN Upaya untuk mendeteksi sedini mungkin hambatan pada kala
II persalinan
PERSIAPAN
ALAT & BAHAN
PROSEDUR A. Persiapan
1) Kaji keadaan umum pasien
2) Berikan tindakan yang akan dilakukan (inform
consent)
3) Atur posisi ibu
B. Penanganan Distosia Bahu
4) Lakukan episiotomi secukupnya
5) Jika tindakan di alas bahu belum bisa dilahirkan
lakukan maneuver Mc. Robert caranya
a. Dengan posisi berbaring terlentang mintalah ibu
untuk menekuk kedua tungkainya dan
mendekatkan Iututnya sejauh mungkin ke arah
dada
b. Mintalah bantuan keluarga untuk menekar, fleksi
kedua lutut ibu kearah dada
c. Dengan memakai sarung tangan yang telah di DTT
lakukan tindakan maneuver biparietal dari
penolong terhadap kepala janin yang telah
mengalami putaran paksi Iuar namun tidak
sempurna
d. Lakukan traksi yang kuat dan tents menerus ke
arah bawah daripada kepala bayi untuk
menggerakan bahu depan di bawah simpisis pubis

No. Dokumen: No. Revisi Hal: 2/2


a. Mintalah seorang asisten untuk melakukan
tekanan secara simultan kearah bawah dan
daerah suprapubis untuk membantu persalinan
bahu (tidak selalu dilakukan)
6) Atau bila dengan dengan tindakan di atas bahu
belum lahir lakukan maneuver kneechest/
merangkak, caranya
a. Anjurkan ibu untuk merubah posisi berbalik dan
merangkak dengan punggung lurus dan tungkai
kedua pangkal paha terbuka
b. Lakukan biparietal tangan penolong terhadap
kepala janin, lakukan traksi ke arah atas untuk
melahirkan bahu depan yang ada di bawah
simpisis pubis
c. Mintalah seorang asisten untuk menyanggah
simpisis pubis untuk membantu agar ibu dalam
posisi yang benar
d. Lakukan traksi ke arah bawah untuk melahirkan
bahu belakang yang berada di bawah
promontonum
e. Setelah kedua bahu lahir lakukan sanggah susur
daripada badan janin dan anjurkan ibu untuk
berbaring kembali
C. Pasca Tindakan
7) Dekontaminasi semua alat bekas pakai
8) Cuci tangan dan keringkan
9) Perawatan pasca tindakan
10) Dokumentasikan semua hasil temuan dan hasil
tindakan
UNIT TERKAIT
DOKUMEN Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesohatan Maternal &
TERKAIT Neonatal. 2002. Hal M-69

Standar Operasional Prosedur Penatalaksanaan Ruputura Uteri

RUPTURA UTERI

No. Dokumen: No. Revisi Hal: 1/1


STANDAR OPERASIONAL Tgl. Terbit: Ditetapkan
PROSEDUR (Penanggung Jawab)

RUPUTURA UTERI (AMRO, S.Kep)


NIP. 19680228 199401 1
002
DEFINISI Perdarahan pasca persalinan yang merupakan perdarahan
segera (perdarahan intraabdominal dan atau vaginam disertai
nyeri perut berat)
TUJUAN Mengidentifikasi tanda dan gejala serta mendiagnosis
perdarahan post partum
KEBIJAKAN Mendetoksi dini adanya perdarahan pasca persalinan / tanda
dan gejala perdarahan post partum
PERSIAPAN
ALAT & BAHAN
PROSEDUR 1) Memasang infus untuk mengganti cairan dan
perdarahan untuk mengatasi keadaan syok
2) Memberikan profilaksis antibiotika atau anti pirefik
sehingga infeksi dapat dikurangi
3) Segera merujuk penderita dengan dldampingi petugas
agar dapat memberikan pertolongan
4) Jangan melakukan manipulasi dengan pemeriksaan
dalam bentuk monghindari terjadinya perdarahan baru
UNIT TERKAIT
DOKUMEN
TERKAIT
Operasional Prosedur Penatalaksanaan Antonia Uteri

PENANGGULANGAN PERSALINAN
DENGAN RESIKO TINGGI

No. Dokumen: No. Revisi Hal:1/2


STANDAR OPERASIONAL Tgl. Terbit: Ditetapkan
PROSEDUR (Penanggung Jawab)

ANTONIA UTERI (AMRO, S.Kep)


NIP. 19680228 199401 1
002
DEFINISI Tidak berkontraksinya otot-otot uterus setelah plasenta lahir
(kala III)
TUJUAN - Melakukan perbaikan keadaan umum pasien
- Melakukan penatalaksanaan awal kegawatdaruratan
atonia uteri
- Melakukan persiapan rujukan
KEBIJAKAN Ditakukan oleh bidan Iulusan D III kebidanan sesuai dengan
Standar Pelayanan Kebidanan
PERSIAPAN - bak instumen berisi sarung tangan biasa dan sarung tangan
ALAT & panjang
BAHAN - kom berisi kapas DTT
- bengkok
- alas bokong
- oksitosin 20 Ul
- Metergin 0,2 mg /Misoprostol 600 - 1000 mg
- infus set
- standa infuse
- larutan RL
- abocath no 16 -18
- gutting plaster
- plaster
- kain kasa steril
- tempat sampah basah & kering
- baskom bensi larutan clorin
- handuk bersih - sabun
- wastafel
- kateter nelaton
- Kapas alcohol
- jarum sunfik 3 cc
PROSEDUR - Siapkan alat-alat yang digunakan
- posisikan Wien secara posisi dorsal recumbent
- Gunakan alai perlindungan diri
- Bersihkan tangan
- Gunakan sarung tangan
- Bersihkan vulva & sekitamya
- Kosongkan kandung kemih

No. Dokumen: No. Revisi Hal: 2/2


- Pasang alas dibawah bokong dan antisipasi jika terjadi
ketidaksesuaian
- Ganti sarung tangan kanan diganti dengan sarung tangan
panjang
- Lakukan Kompresi bimanual interna selama 5 menit,
apabila berhasil teruskan KBI untuk 2 menit apabila
tidak ada kontraksi dalam 5 menit maka:
- Ajarkan keluarga untuk melakukan KBE
- Pasang infus dengan 20 UI oksitasin tetesan guyur
- Berikan ergometrin 0,2 mg intra muscular atau
misoprostol 600 - 1000 mg
- Lakukan KBI yang kedua selama 2-3 menit, apabila
tidak ada kontraksi maka:
- Lakukan perujukan
- Selama perujukan observasi perdarahan, kontraksi
uterus, Tanda-tanda vital dan intake cairan. (infus ke 2,
125 cc/jam maksimal 3 tabu (1500cc/apabila caftan infus
sedikit. Labu ke dua di berikan secara perlahan 20
gtt/mnt).
- Dokumentasikan hasil tindakan
UNIT TERKAIT
DOKUMEN
TERKAIT

Anda mungkin juga menyukai