Anda di halaman 1dari 6

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : Nizhar Alif Eridani

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 044643532

Kode/Nama Mata Kuliah : ADBI4335/Akuntansi Menengah

Kode/Nama UPBJJ : 21/Jakarta

Masa Ujian : 2022/23.1 (2022.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Penilaian persediaan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan
Sistem Periodik atau menggunakan Sistem Perpetual.
Apabila diketahui selama bulan Juli 2019 perusahaan PT. Caniago melakukan transaksi
yang diilustrasikan sebagai berikut:

Tabel Transaksi Persediaan PT. Caniago bulan Juli 2019:

a. Buatlah penghitungan nilai persediaannya menurut metode FIFO, LIFO, dan Rata-
Rata baik menggunakan Sistem Periodik atau menggunakan Sistem Perpetual.

Penghitungan nilai persediaan menggunakan Sistem Perpetual


1. Metode FIFO

Dibeli Dipakai Persediaan


Tgl. Ket.
Unit Cost Jumlah Unit Cost Jumlah Unit Cost Jumlah
1 Saldo 200 Rp1.000 Rp200.000
200 Rp1.000 Rp200.000
12 Pembelian 400 Rp1.200 Rp480.000
400 Rp1.200 Rp480.000
200 Rp1.000 Rp200.000
17 Dijual 300 Rp1.200 Rp360.000
100 Rp1.200 Rp120.000
300 Rp1.200 Rp360.000
26 Pembelian 300 Rp1.100 Rp330.000
300 Rp1.100 Rp330.000
100 Rp1.200 Rp120.000
27 Dijual 200 Rp1.200 Rp240.000
300 Rp1.100 Rp330.000
100 Rp1.200 Rp120.000
28 Dijual 200 Rp1.100 Rp220.000
100 Rp1.100 Rp110.000
200 Rp1.100 Rp220.000
30 Pembelian 100 Rp1.300 Rp130.000
100 Rp1.300 Rp130.000

Berdasarkan kartu persediaan metode FIFO, nilai persediaannya adalah:


200 unit @ Rp1.100 = Rp220.000
100 unit @ Rp1.300 = Rp130.000
Total 300 unit = Rp350.000
2. Metode LIFO

Dibeli Dipakai Persediaan


Tgl. Ket.
Unit Cost Jumlah Unit Cost Jumlah Unit Cost Jumlah
1 Saldo 200 Rp1.000 Rp200.000
200 Rp1.000 Rp200.000
12 Pembelian 400 Rp1.200 Rp480.000
400 Rp1.200 Rp480.000
200 Rp1.000 Rp200.000
17 Dijual 300 Rp1.200 Rp360.000
100 Rp1.200 Rp120.000
200 Rp1.000 Rp200.000
26 Pembelian 300 Rp1.100 Rp330.000 100 Rp1.200 Rp120.000
300 Rp1.100 Rp330.000
200 Rp1.000 Rp200.000
27 Dijual 200 Rp1.100 Rp220.000 100 Rp1.200 Rp120.000
100 Rp1.100 Rp110.000
100 Rp1.100 Rp110.000
28 Dijual 200 Rp1.000 Rp200.000
100 Rp1.200 Rp120.000
200 Rp1.000 Rp200.000
30 Pembelian 100 Rp1.300 Rp130.000
100 Rp1.300 Rp130.000

Berdasarkan kartu persediaan metode LIFO, nilai persediaannya adalah:


200 unit @ Rp1.000 = Rp200.000
100 unit @ Rp1.300 = Rp130.000
Total 300 unit = Rp330.000

3. Metode Rata-rata

Dibeli Dipakai Persediaan


Tgl. Ket.
Unit Cost Jumlah Unit Cost Jumlah Unit Cost Jumlah
1 Saldo 200 Rp1.000 Rp200.000
12 Pembelian 400 Rp1.200 Rp480.000 600 Rp1.133 Rp680.000
17 Dijual 300 Rp1.133 Rp340.000 300 Rp1.133 Rp340.000
26 Pembelian 300 Rp1.100 Rp330.000 600 Rp1.117 Rp670.000
27 Dijual 200 Rp1.117 Rp223.333 400 Rp1.117 Rp446.667
28 Dijual 200 Rp1.117 Rp223.333 200 Rp1.117 Rp223.333
30 Pembelian 100 Rp1.300 Rp130.000 300 Rp1.178 Rp353.333

Berdasarkan kartu persediaan metode Rata-rata, nilai persediaannya adalah:


Total 300 unit @ Rp1.178 = Rp353.333

Penghitungan nilai persediaan menggunakan Sistem Periodik


Diketahui jumlah persediaan akhir adalah sebagai berikut:
Persediaan awal 200 unit
Pembelian 800 unit +

Total 1000 unit


Penjualan 700 unit -
Persediaan akhir 300 unit

1. Metode FIFO
200 unit @ Rp1.100 = Rp220.000
100 unit @ Rp1.300 = Rp130.000 +

Nilai persediaan akhir = Rp350.000

2. Metode LIFO
200 unit @ Rp1.000 = Rp200.000
100 unit @ Rp1.200 = Rp120.000 +

Nilai persediaan akhir = Rp320.000

3. Metode Rata-rata
Jumlah Persediaan Akhir x Harga Total Pembelian / Jumlah Total Persediaan
300 unit @ Rp940.000/800 unit
300 unit @ Rp1.175 = Rp352.500

Nilai persediaan akhir = Rp352.500

b. Setelah menggunakan cara penghitungan dengan kedua sistem dan 3 metode


penghitungan, apa yang Anda bisa jelaskan terhadap hasil penghitungan tersebut.
(apa kesimpulannya).

Kesimpulan
Perusahaan yang menggunakan Sistem Perpetual mencatat langsung setiap
transaksinya baik pemasukan, pengeluaran, maupun retur. Selain itu, Cost of
Good Sold (COGS) barang juga dicatat ketika transaksi terjadi. Keuntungan
menggunakan metode ini adalah perusahaan akan lebih mudah menyusun
laporan keuangan dan laporan laba rugi karena pencatatan dalam jurnal umum
dilakukan secara rutin. Hal ini dikarenakan perusahaan tidak perlu menghitung
secara fisik untuk mengetahui sisa persediaan pada akhir periode.

Di sisi lain, perusahaan yang menggunakan Sistem Periodik dapat mencatat setiap
transaksinya dengan lebih sederhana. Hal ini mirip seperti penjurnalan pada
perusahaan jasa karena COGS-nya dijumlahkan pada akhir periode, kemudian
dikurangi persediaan awal yang ditambah dengan pembelian bersih. Lalu, akan
didapatkan angka persediaan akhir untuk mengetahui laba yang diperoleh.
Metode ini memudahkan pencatatan di awal dan tengah periode, tetapi akan
menyulitkan di akhir periode, terutama ketika mencatat jurnal penyesuaian.

Kedua sistem di atas memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing


tergantung dari kebijakan perusahaan, dalam hal ini PT Carniago, untuk memilih
sistem yang tepat.

Selanjutnya, mengenai metode penghitungan nilai persediaan FIFO, LIFO, dan


Rata-rata. Pertama, Metode FIFO yang merupakan singkatan dari First in First Out.
Artinya, pertama masuk dan pertama keluar. Terlihat dari nama metode ini, FIFO
adalah metode penghitungan terhadap nilai persediaan yang baru pertama kali
masuk ke perusahaan.

Kedua, Metode LIFO yang merupakan singkatan dari Last in First Out. Artinya,
yang masuk terakhir, keluar pertama. Terlihat dari namanya, LIFO secara umum
adalah metode penghitungan terhadap nilai perusahaan ketika produk atau
persediaan perusahaan yang masuk terakhir akan dijual pertama kali.

Terakhir, Metode Rata-rata atau metode pencatatan barang persediaan rata-rata


tertimbang. Konsepnya adalah pihak perusahaan membagi antara biaya barang
dengan jumlah unit barang yang tersedia. Dampaknya, persediaan produk yang
terakhir dan beban pokok penjualannya bisa dikalkulasikan dałam bentuk rata-
rata.

Memilih sistem dan metode penghitungan nilai persediaan yang tepat adalah hal
yang penting karena berdampak langsung pada margin keuntungan perusahaan.
Apa pun pilihan perusahaan dapat menyebabkan perbedaan pada Harga Pokok
Penjualan (HPP), pendapatan bersih, dan persediaan akhir. Dalam penghitungan
di atas, nilai persediaan akhir menggunakan sistem perpetual cenderung lebih
tinggi dari sistem periodik. Beberapa faktor yang dapat dipertimbangkan untuk
memilih sistem adalah budaya kerja perusahaan dan metode penghitungan nilai
persediaan yang digunakan oleh PT Carniago karena kedua sistem tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan dari segi laba.

Terdapat kelebihan dan kekurangan masing-masing dari ketiga metode tersebut.


Misalnya, metode LIFO akan menunjukkan laba yang rendah karena iłem
inventaris terakhir yang dibeli biasanya memiliki harga yang semakin tinggi.
Sedangkan FIFO, akan menunjukkan laba yang tinggi karena iłem pertama dałam
stok biasanya yang termurah.
Untuk menilai metode yang terbaik, perusahaan, dalam hal ini PT Carniago, perlu
memperhatikan banyak hal. Salah satunya, biaya persediaan yang terlihat atau
berpotensi meningkat. Menggunakan metode FIFO mungkin menjadi pilihan yang
lebih baik karena barang-barang dalam stok dijual terlebih dahulu sehingga
menunjukkan HPP yang lebih rendah dan laba yang lebih tinggi.

Perusahaan perlu menganalisis dan menerapkan tiap metode yang mencerminkan


pendapatan secara akurat. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Prosedur
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) memungkinkan perusahaan untuk
menggunakan metode penyimpanan FIFO, LIFO atau Rata-rata.

Anda mungkin juga menyukai