Jurnal Jiwa Halusinasi
Jurnal Jiwa Halusinasi
Disusun Oleh :
RINTA NURYANI
NIM. RP 23320003
5 Analisis
4 Prosedur penelitian :
5 Analisis
DOI : 10.35451/jkf.v3i1.527
Abstract
Increased illness causes problems in the health field one misbehaving in the from of auditory
hallucinations. This can be overcome with pharmacological and non-pharmacological
therapies. Non pharmacological therapy which can be used in the form of classical music
therapy. Research objectives the effectiveness of classical music therapy to decrease the level of
hallucinations in patients with auditory hallucinations. Type of this research is quantitative
research uses quasi-experimental design with design research pre and post test without
control. Sampling techniques in this study using a sample with a population of 22 respondents at
Mental Hospital Prof. Dr. M. Ildrem Medan. The results of statistical analysis using the Paired t
test indicates p value of 0,000 means that there is effectiveness in the administration of classical
music therapy to decrease the level of hallucinations in patients with auditory hallucinations. The
result is expected of music therapy to be one nursing intervention to decrease level hallucination
with auditory of hallucination.
ketidakmampuan, menyebabkan
sakit atau bahkan kehilangan nyawa
(Prabowo, 2016).
Berdasarkan fenomena saat ini
kejadian gangguan jiwa jenis
halusinasi
semakin meningkat. Bentuk persepsi atau tentang perilaku individu itu sendiri
pengalaman indera yang tidak distimulasi (Yosep & Sutini, 2016).
terhadap reseptornya dikenal sebagai
gangguan jiwa halusinasi, yang bisa
menimbulkan dampak seperti histeria,
kelemahan, ketidakmampuan mencapai
tujuan, rasa takut berlebihan, pikiran
yang buruk serta risiko tindak kekerasan
jika tidak ditangani dengan segera
(Rahmawati, 2014). Upaya Pemerintah
dengan melakukan pendekatan
manajemen pelayanan kesehatan jiwa
berbasis komunitas melalui
pemberdayaan masyarakat untuk
penanganan masalah ganguan jiwa
selama ini belum berhasil dengan
maksimal (Ersida, Hermansyah, &
Muriawati, 2016).
WHO (2018) mengatakan prevalensi
kejadian gangguann mental mental
kkronik dan parah yang menyerang 21
jutaa jiwa dan secara umum terdapat 23
juta jiwa di seluruh dunia, ≥ 50% jiwa
dengan skizofrenia tidak menerima
pperawatan yang ttepat, 90% jiwa dengan
skizoprenia yang tidak diiobati tinggal di
Negara dengan penghasilan rendah dan
menengah. Prevalensi pasien dengan
gangguan jiwa di Indonesia tahun 2013
sebanyak 1,7 per mil dan terjadi
peningkatan jumlah menjadi 7 per mil
tahun 2018 (Riskesdas, 2018).
Halusinasi adalah salah satu gejala
gangguan persepsi sensori yang dialami
oleh penderita gangguan jiwa (Keliat,
Akemat, Helena, & Nurhaeni, 2013).
Halusinasi merupakan distorsi persepsi
palsu yang terjadi pada respon
neurobiologist maladaptive, penderita
sebenarnya mengalami distorsi sensori
sebagai hal yang nyata dan meresponnya.
Diperkirakan ≥ 90% penderita gangguan
jiwa jenis halusinasi. dengan bentuk yang
bervariasi tetapi sebagian besarnya
mengalami halusinasi pendengaran yang
dapat berasal dari dalam diri individu
atau dari luar individu tersebut, suara
yang didengar bisa dikenalnya, jenis
suara tunggal atau multiple yang
dianggapnya dapat memerintahkan
National Association for Music 2016). Ekawati (2013) menyatakan
Therapy (NAMT) merupakan bahwa musik dapat berfungsi
organisasi profesional tahun 1950 meningkatkan vitalitas fisik
didirikan melalui kolaborasi para individu, menghilangkan kelelahan,
terapis musik yang bekerja secara meredakan kecemasan dan
khusus menangani pasien yang ketegangan, membantu
terdiri dari para veteran perang, meningkatkan konsentrasi,
penderita gangguan mental, memperdalam hubungan, memperat
gangguan halusinasi pendengaran persahabatan, merangsang
dan penglihatan, dan sebagai kreativitas, kepekaan, dan dapat
populasi pasien psikiatri. memperkuat karakter serta perilaku
Perkembangan baru selanjutnya yang positif. Federasi Terapi
tahun 1998, NAMT melakukan Musik
kerja sama dengan organisasi terapi Dunia (WMFT) tahun 1996 dalam
musik lain dan bersatu di bawah (Djohan, 2005) mengungkapkan bahwa
nama American Music Therapy terapi musik dengan penggunaan musik
Association (AMTA) sampai saat atau elemen musik (suara, irama, melodi,
ini. Terapi musik diberikan untuk dan harmoni) oleh seorang terapis musik
membangkitkan gelombang otak untuk proses membangun suatu
alfa yang dapat memberikan rasa komunikasi, meningkatkan relasi
relaksasi sehingga menimbulkan interpersonal, belajar, meningkatkann
perilaku yang tenang bagi penderita mobilitas, membantu mengungkapkan
gangguan jiwa jenis halusinasi ekspresi, menata diri serta untuk
sehingga menurunkan risiko mencapai berbagai tujuan terapi lainnya.
timbulnya dampak dari tingkat Berbagai jenis terapi musik digunakan
stresor (Hartin Saidah, Eko Agus untuk bermacam kondisi termasuk
Cahyono, 2016). gangguan kejiwaan, masalah medis,
Terapi musik merupakan salah kondisi cacat fisik, gangguan sensorik,
satu bentuk dari teknik relaksasi cacat perkembangan, masalah penuaan,
yang tujuannya untuk memberikann untuk meningkatkan konsentrasi belajar,
rasa tenang, membantu mendukung latihann fisik, mengurangi
mengendalikan emosi serta stres serta kecemasan (Chandra & Gama,
menyembuhkan gangguan psikologi. 2014). Studi mengenai kesehatan jiwa,
Terapi musik ini juga digunakan menunjukkan bahwa adanya terapi musik
oleh psikolog dan psikiater dalam sangat efektif dalam meredakan
mengatasi berbagai macam kegelisahan dan stres, membantu
gangguan jiwa dan juga gangguan mendorong perasaan rileks serta
psikologis. Tujuan terapi musik meredakan depresi individu. Terapi musik
adalah memberikan relaksasi pada dapat membantu seseorang dengan
tubuh dan pikiran penderita, masalah emosional untuk mengeluarkan
sehingga berpengaruh terhadap perasaan, membuat perubahan positif,
pengembangan diri, dan membantu dalam memecahkan masalah
menyembuhkan gangguan serta memperbaiki masalah (Amelia &
psikososialnya (Purnama, 2016). Trisyani, 2015).
Musik memiliki 3 komponen Angka prevalensi gangguan jiwa
penting yaitu beat, ritme, dan menurut Dinas Kesehatan Sumatera Utara
harmoni. Beat atau disebut juga (DINKES SUMUT, 2019) terdapat
dengan ketukan mempengaruhi sebanyak 20.388 orang dengan gangguan
tubuh, ritme dapat mempengaruhi jiwa (ODGJ) berat yang berisiko
jiwa, sedangkan harmoni dapat mendapatkann perilaku yang salah di
mempengaruhi roh (Sulahyuningsih,
SUMUT. September 2019, banyak yang (Sugiono, 2013).
mengalami pemasungan sekitar 428 Penelitian ini yang akan
orang. Dari jumlah yang dipasung ini, diidentifikasi adalah eksperimen
sebanyak 353 orang sudah mendapatkan antara variabel independen yaitu
pelayanan dan 40 orang sudah musik dengan variabel dependen
dipulangkan. Selain itu, jumlah ODGJ yaitu halusinasi pendengaran. Hal ini
yang sudah berobat ke Puskesmas ada dilakukan oleh peneliti selama 7 hari
sebanyak 4.139 orang. setiap pagi dan sore hari. Akhir
Angka prevalensi gangguan jiwa perlakuan diberikan pada hari ke 7
menurut survey pendahuluan yang saya dan halusinasi pendengaran
lakukan diapat data dari RSJ PROF. Dr. diobservasi kembali.
M. ILDREM Medan sebanyak
28 orang yang mengalami halusinasi 3. HASIL
pendengaran, dan 15 (4,2%) orang sudah Berdasarkan hasil penelitian
mendapatkan pelayanan, dan 2orang yang menjadi responden adalah
sudah dipulangkan kepada keluarga. pasien halusinasi pendengaran di
Berdasarkan angka kejadian RSJ Prof.Dr.M.Ildrem Medan.
diatas membuktikan bahwa masih Responden penelitian ini berjumlah
banyak penderita gangguan jiwa 22 orang yang akan didistribusikan
dengan masalah utama halusinasi berdasarkan jenis kelamin dan
pendengaran yang dapat umur.Tabel 3.1 Distibusi
menyebabkan kecemasan, perilaku Karakteristik Responden Halusinasi
bunuh diri, menciderai diri sendiri Pendengaran
maupun orang lain. Oleh karena itu, berdasarkan jenis kelamin dan umur Di
penulis ingin melakukan penelitian RSJ Prof. Dr.M.Ildrem Medan.
yang berjudul “Efektivitas terapi
musik terhadap penurunan tingkat
halusinasi pendengaran pada pasien
gangguan jiwa di RSJ PROF. Dr.
M. ILDREM
Medan”
2. METODE
Penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif, menggunakan
pendekatan Eksperimen Semu
(Quasy Experiment). Penelitian
Quasi Eksperiment adalah penelitian
yang menguji coba suatu intervensi
pada sekelompok subyek dengan
atau tanpa kelompok pembanding.
Metode penelitian dengan
pendekatan one grup pre test-post
test design yaitu dengan cara
pengamatan awal (pretest) terlebih
dahulu sebelum intervensi,
kemudian dilakukan post test
setelah diberikan intervensi
1 sebelum 4.32 22 0.646
N Tingkat Mean N Persentase
terapi
o Halusinasi (%)
1 Laki-Laki 14 63,6
Berdasarkan Tabel 3.2 dapat diketahui
2 Perempuan 8 36,4 bahwa halusinasi pendengaran sebelum
diberikan tindakan terapi musik dengan
Jumlah 22 100,0
sample 22 orang didapatkan mean 4.32
dan standar deviation didapatkan 0,646.
Dan
No. Umur kuensi Persentase
(f) (%) sesudah diberikan terapi musik klasik
1 41-50 14 63,6 dengan sample 22 orang didapatkan
Tahun mean 1,68 dan standar deviation
2 30-40 8 36,4 didapatkan 0,568.
Tahun
Data (Balitbangkes Kemenkes, R. I. 2013) the average prevalence of severe and chronic mental disorders or schizophrenia
in Indonesians regardless of the age limit indicates that people with severe mental disorders in Indonesia are 1.7 per 1,000 peo ple.
The same study noted that of the total population at risk of 1,093,150 people, only 3.5% or 38,260 people were served with
adequate care in various health facilities. According to (Pardede, J. A., & Siregar, R. A. 2016). Hallucinations are also false or false
perceptions but there are no stimuli that cause them (no objects). Hallucinations are one of the symptoms of sensory perception
disorders exper ienced by mental patients. Patients feel sensations of sound, sight, taste, touch, or smell without real stimulation (
Keliat, B. A. et al., 2014).
The appropriate modality therapy for hallucination patients is perception stimulation group activity therapy which aims to im
prove sensory abilities, efforts to focus attention, physical fitness, and express feelings. This therapy uses activities as stimul i and
related experiences in life to be discussed in groups (Keliat & Akemat. 2012). The survey results obtained by the author from the
Medical Record at RSJ Prof. Dr. Muhammad Ildrem, Medan Province, found that 2,070 patients had mental disorders and 13,065
people had schizophrenia.
Based on interviews with nurses in the room, of the 12 patients who had participated in the Group Activity
Therapy stimulation of the perception of hallucinations from session 1 to session 5, 5 of them were unable to rebuke
hallucinations, did activities, had conversations with other people and obeyed taking medication. 4 people were able to rebuke
hallucinations, we re able to converse but were not able to carry out scheduled activities, and obeyed taking medication and 3
people were able to rebuke hallucinations, carry out activities, have a conversation, and obey taking medication. Almost all of them
have attended Group Activity Therapy. Every meeting with therapy will focus on awareness and understanding yourself, improve
interpersonal relationships, and change behavior. This is due to the feeling of togetherness that is felt, a sense of comfort, and a sense
of cohesiveness in hallucination patients. Based on this, the researcher is interested in conducting research on the Effect of
Perceptual Stimulation Activity Therapy on Changes in Hallucination Symptoms in Schizophrenia Clients.
305
Jek Amidos Pardede; IAR J Med Sci; Vol-1, Iss-6 (Nov, 2020): 304-
309
RESEARCH METHODS sampling. The sampling was 18 samples. Data analysis
was carried out in two stages, namely univariate
This study used a research design that is a
analysis to obtain a description of the distribution of
Quasi-Experimental pre-post test with group activity
therapy intervention in schizophrenic clients. research subjects and to describe the independent
The variables, and bivariate analysis was used to determine
population in this study were all Schizophrenia patients the effect of perceptual stimulation group activity
therapy on changes in hallucination symptoms using t-
who experienced hallucinations at the Prof. Dr.
test dependent statistical test with α = 0.05.
Muhammad Ildrem Mental Hospital, totaling 323
people. Sampling in this study is to use simple random
RESULT
Table 1. Characteristics of Respondents
Respondent Characteristics f %
Age
<35 years old 9 50.0
36-50 years old 7 38.9
>50 years old 2 11.1
Gender
Male 9 50.0
Female
9
50.0
Education
Junior High 3 16.7
High school 13 72.2
College 2 11.1
Profession
Entrepreneur 7 38.9
Does not work 6 33.3
And others 5 27.8
Marital Status
Married 8 44.4
Divorce 5 27.8
Not married 5 27.8
Table 2. Analysis of the Hallucination Response of Schizophrenic Clients Before Being Given Perception
Stimulation
Group Activity Therapy
Hallucinatory Response Mean n St. Deviasi Std. Error mean
Cognitive 9,50 18 1,150 ,271
Afektive 9,83 18 1,200 ,283
Behavior 9,44 18 2,202 ,519
Social 9,06 18 1,349 ,318
Composite 37,83 18 5,901 1,391
Table 3. Analysis of the Hallucination Response of Schizophrenic Clients After Being Given Perception
Stimulation
Group Activity Therapy
Hallucinatory Response Mean n St. Deviasi Std. Error mean
Cognitive 6,17 18 1,757 ,414
Afektive 5,94 18 1,434 ,338
Behavior 5,94 18 1,765 ,416
Social 6,39 18 2,146 ,506
Composite 24,44 18 7,102 1,674
Table 4. Analysis of differences in the response of hallucinations in schizophrenia clients before and after Being
Given
Perception Stimulation Group Activity Therapy
Hallucinatory Response Mean Mean Mean SD P.Value
Before After Difference
Cognitive 9,50 6,17 3,333 1,879 0,000
Afektive 9,83 5,94 3,889 1,771 0,000
Behavior 9,44 5,94
306 3,500 2,728 0,000
Jek Amidos Pardede; Social
IAR J Med Sci; Vol-1, Iss-6 (Nov, 2020):
9,06 304- 6,39 2,667 1,970 0,000
309 Composite 37,83 24,44 13,389 8,348 0,000
307
Jek Amidos Pardede; IAR J Med Sci; Vol-1, Iss-6 (Nov, 2020): 304-
309
Table 5. Results of Paired Sample Test of Effect of Perception Stimulation Group Activity Therapy on Changes in
Hallucination Respon se in Schizophrenia Clients
Hallucination Mean SD SE 95% CI T Df P
Response Before and Lower Upper
After given
intervention
Cognitive 3,333 1,879 ,443 2,399 4,268 7,528 17 0.000
Afektive 3,889 1,711 ,403 3,038 4,740 9,642 17 0.000
Behavior 3,500 2,728 ,643 2,143 4,847 5,444 17 0.000
Social 2,667 1,970 ,464 1,687 3,647 5,742 17 0.000
DISCUSSION
Analysis of Hallucination Responses Before Being
Given Group Activity Therapy
The results showed that the average
hallucination symptoms before group activity
therapy
were given, with the average hallucination symptoms in
schizophrenia clients before group activity therapy
including the cognitive response of 9.50, the affective
response of 9.83, the behavioral response of 9.44, the
social response of 9.06, and the composite value of
37.83.
309
Jek Amidos Pardede; IAR J Med Sci; Vol-1, Iss-6 (Nov, 2020): 304-
309
activity group activity decreased the frequency of stimulated to carry out what was taught and what
hallucinations. The similarity of the results of this study other respondents
with the results of previous studies implies that
perceptual stimulation group activity therapy can be
used as an alternative therapy option for handling
hallucinations in mental patients. This is supported
by the theory that group activity therapy stimulates
perceptual hallucinations to shape the client's ability to
solve problems with stimuli. given to the patient. Based
on the assumption of the researcher's observations, that
the client is able to overcome hallucination symptoms
after group activity therapy and knows how to handle it
independently.
CONCLUSION
There is a significant influence between
hallucination symptoms in respondents before being
given group activity therapy and hallucination
symptoms after being given group activity therapy
from the Paired Sample Test results found p = 0.000
(p <0,
05).
REFERENCE
1. Balitbangkes Kemenkes, R. I. (2013).
Riset
kesehatan dasar (Riskesdas) 2013.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
2. Barlow, D. H., & Durand, M. V. (2009). Mood
disorders and suicide. Abnormal psychology: An
integrative approach, 239.
311
Jek Amidos Pardede; IAR J Med Sci; Vol-1, Iss-6 (Nov, 2020): 304-
309
3. Isnaeni, J., Wijayanti, R., & Upoyo, A. S. (2008). Perubahan Gejala Halusinasi Pada
Efektivitas Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Klienskizofrenia. Mental Health, 3(1).
Persepsi Halusinasi terhadap Penurunan 10. Pardede, J. A., Hamid, A. Y. S., & Putri, Y. S. E.
Kecemasan Klien Halusinasi Pendengaran di (2020). Application of Social Skill Training using
Ruang Sakuran RSUD Banyumas. Jurnal Hildegard Peplau Theory Approach to Reducing
Keperawatan Soedirman, 3(1), 32-39. doi: Symptoms and the Capability of Social Isolation
http://dx.doi.org/10.20884/1.jks.2008.3.1.159 Patients. Jurnal Keperawatan, 12(3), 327-340.
4. Keliat & Akemat. (2012). Model Praktik 11. Rhoads, J. (2011). Clinical Consult for Psychiatric
Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: Mental Health Care. New York : Springer
EGC. Publishing Company.
5. Keliat, B. A., Akemat, S., Daulima, N. H. C., & 12. Sihotang, L.G. (2010). Pengaruh Terapi aktivitas
Nurhaeni, H. (2014). Keperawatan kesehatan jiwa kelompok stimulasi persepsi terhadap
komunitas: CMHN (Basic Course). Jakarta: EGC kemampuan mengontrol halusinasi di rumah
6. Manao, B. M., & Pardede, J. A. (2019). Correlation sakit jiwa Provsu
of Family Burden of The Prevention of Recurrence Medan.http://repository.usu.ac.id/6/Abstract.pdf
of Schizophrenia Patients. Mental Health, 4(1), 13. Suryaningsih, V., Winarso, M. S., & Warsini, S.
31- (2017). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok
42. Stimulasi Persepsi Halusinasi Terhadap Frekuensi
7. Pardede, J. A. (2019). Health Education Halusinasi. Jurnal Ilmu Keperawatan, 2(1).
of Drinking Medication Adherence on https://journal.ugm.ac.id/jik/article/view/10255
Schizophrenia Patients. Journal of Psychiatry, 14. Talilah, R. (2011). Pengaruh Terapi Aktivitas
2(2), 723. Kelompok Stimulasi Persepsi Terhadap
8. Pardede, J. A. (2019). The Effects Acceptance and Kemampuan Pasien Mengontrol Halusinasi di
Aommitment Therapy and Health Education Bangsal Rawat Inap Abimanyu dan Arjuna RSJD.
Adherence to Symptoms, Ability to Accept and Dr. RM Soeradjarwadi Klaten .Skripsi,
Commit to Treatment and Compliance in 15. Videbeck, S.L. (2011) : Psychiatric-Mental Health
Hallucinations Clients Mental Hospital of Medan, Nursing. ( . Philadelphia : Lippincott
North Sumatra. J Psychol Psychiatry Stud, 1, 30- Williams & Vilkins.
35.
9. Pardede, J. A., & Siregar, R. A. (2016). Pendidikan
Kesehatan Kepatuhan Minum Obat
Terhadap
309
Jek Amidos Pardede; IAR J Med Sci; Vol-1, Iss-6 (Nov, 2020): 304-
309