Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Untuk Memenuhi Tugas Individu Stase Keperawatan Jiwa


Dosen Pembimbing : Ns. Tri Wahyuni, M. Kep

Disusun Oleh :

RINTA NURYANI
NIM. RP 23320003

PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI REGULER


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN MUHAMMADIYAH
KALIMANTAN BARAT
TAHUN 2023

i
BAB I
KONSEP DASAR

A. Pengertian
Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan dalam :
kebersihan diri, makan, berpakaian, berhias diri, makan sendiri,
buang air besar atau kecil sendiri (toileting) (Keliat, 2011). Defisit
perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul pada pasien
gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis sering mengalami
ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala
perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam
keluarga maupun masyarakat (Yusuf, 2015).

B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi

a) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
c) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidak pedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
d) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungan. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor Presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual,

1
cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan
individu kurang mampu melakukan perawatan diri. (Ardhiyanti,
2014).

C. Klasifikasi
1. Defisit perawatan diri: mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/
beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.

2. Defisit perawatan diri: berpakaian

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan


aktivitas berpakaian dan berhias untuk diri sendiri.
3. Defisit perawatan diri: makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas seharian.
4. Defisit perawatan diri: eliminasi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas eliminasi sendiri. (Ardhiyanti, 2014).

D. Pohon Masalah

Effect risiko tinggi isolasi sosial

Core problem Defisit Perawatan Diri

Causa Harga Diri Rendah


Sumber : (Sutejo, 2017)

2
E. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Pola perawatan diri Kadang perawatan tidak melakukan perawatan


seimbang diri tidak seimbang diri

Keterangan:
1. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stressor dan
mampu untuk berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang
dilakukan klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
2. Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan
stressor kadang kadang klien tidak memperhatikan perawatan
dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak
peduli dan tidak bisa melakukan perawatan saat stressor. (Yusuf,
2015).

F. Tanda dan Gejala


Menurut Fitria (2012) tanda dan gejala yang tampak pada klien yang

mengalami defisit perawatan diri adalah sebagai berikut:

1. Mandi/hygiene

Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,


memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau
aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, meringankan
tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.

3
2. Berpakaian/berhias

Klien mempunyai kelemahan dalam melakukan atau mengambil


potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau
menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk
mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat
tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian,
menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat
yang memuaskan, mengambil pakaian, dan mengenakan sepatu.

3. Makan

Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,


mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah
makanan, menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan,
mengambil makanan dari wadah lalu memasukannya ke mulut,
melengkapi makanan, mencerna makanan menurut cara yang
diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna
cukup makanan dengan aman.

4. BAB/BAK (toiletting)

Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam


mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari
jamban, memanipulasi pakaian untuk toletting, membersihkan diri
setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram tiolet kamar kecil.

Keterbatasan diri diatas biasanya diakibatkan karena stresor yang

cukup berat dan sulit ditangani oleh klien (klien bisa mengalami

harga diri rendah), sehingga dirinya tidak mau mengurus atau

merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berpakaian, berhias,

makan, maupaun BAB/BAK. Bila tidak dilakukan intervensi oleh

4
perawat, maka kemungkinan bisa mengalami masalah resiko tinggi

isolasi sosial.

G. Batasan Karakteristik
Menurut Herdman (2015), batasan karakteristik pasien dengan defisit
perawatan diri adalah:

1. Defisit perawatan diri : mandi

a) ketidakmampuan untuk mengakses kamar mandi,

b) ketidakmampuan mengeringkan tubuh,

c) ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi,

d) ketidakmampuan menjangkau sumber air,

e) ketidakmampuan mengatur air mandi,

f) ketidakmampuan membasuh tubuh.

2. Defisit perawatan diri : berpakaian;

a) ketidakmampuan mengancing pakaian,

b) ketidakmampuan mendapatkan pakaian,

c) ketidakmampuan mengenakan atribut pakaian,

d) ketidakmampuan mengenakan sepatu,

e) ketidakmampuan mengenakan kaus kaki,

f) ketidakmampuan melepaskan atribut pakaian,

g) ketidakmampuan melepas sepatu,

h) ketidakmampuan melepas kaus kaki,

i) hambatan memilih pakaian,

j) hambatan mempertahanakan penampilan yang memuaskan,

5
k) hambatan mengambil pakain ,

l) hambatan mengenakan pakaian pada bagian tubuh bawah,

m)hambatan mengenakan pakaian pada bagian tubuh atas

n) hambatan memasang sepatu,

o) hamabatan memasang kaus kaki,

p) hambatan melepaskan pakaian

q) hambatan melepas sepatu,

r) hamabatan melepas kaus kaki,

s) hambatan mengunakan alat bantu,

t) hambatan menggunakan resleting.

3. Defisit perawatan diri : makanan

a) ketidakmampuan mengambil makanan dan mengambil kemulut,

b) ketidakmampuan mengunyah makanan,

c) ketidakmampuan menghabiskan makanan,

d) ketidakmampuan menempatakan makanan ke perlengkapan


makanan,

e) ketidakmampuan menggunakan perlengkapan makanan,

f) ketidakmampuan memakan makanan dalam cara yang dapat


diterima secara sosial,

g) ketidakmampuan memakan makanan dengan cara yang aman,

h) ketidakmampuan memakan makanan dalam jumlah memadai,

i) ketidakmampuan memanipulasi makanan dalam mulut,

j) ketidakmampuan membuka wadah makanan,

k) ketidakmampuan mengambil gelas dan cangkir,

6
l) ketidakmampuan makanan untuk dimakan,

m)ketidakmampuan menelan makanan,

n) ketidakmampuan menggunakan alat bantu.

4. Defisit perawatan diri : eliminasi

a) ketidakmampuan melakukan hygiene eliminasi yang tepat,

b) ketidakmampuan menyiram toilet atau kursi buang air


(commode),

c) ketidakmampuan naik ke toilet (commode),

d) ketidakmampuan memanipulasi pakaian untuk eliminasi,

e) ketidakmampuan berdiri dari toilet.

7
BAB II
PROSES KEPERAWATAN

A. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian

a) Data Subjektif :

1) Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin,


atau di RS tidak tersedia alat mandi.
2) Klien mengatakan dirinya malas berdandan.
3) Klien mengatakan ingin disuapin makanan.
4) Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya
setelah BAK/BAB.
b) Data Objektif :

1) Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan


rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan berbau,serta kuku
panjang dan kotor.

2) Ketidakmampuan berpakaian/berhias ditandai dengan rambut


acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai
tidak bercukur (laki-laki), atau tidak berdandan (perempuan).

3) Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan


ketidakmampuan mengambil makanan sendiri, makan
berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.

4) Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai dengan


BAB/BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri
dengan baik setelah BAB/BAK (Sutejo, 2017).

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Sulastri (2017) diagnosa keperawatan defisit perawatan


dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala defisit perawatan diri yang di

8
temukan. Jika hasil pengkajian menjukan tanda dan gejala defisit
perawatan diri maka diagnosis keperawatan di tegakkan adalah “
Defisit perawatan diri : kebersihan diri, makan dan minum, BAB dan
BAK.” Sedangkan menurut Sutejo (2017) berdasarkan data yang
diperoleh, diagnosis masalah keperawatan dalam gangguan defisit
perawatan diri meliputi kebersihan diri, berhias, makan, eliminasi.

3. Intervensi Keperawatan
Menurut Direja (2011) untuk memudahkan pelaksanaan keperawatan,
maka perawat perlu juga membuat rencana strategi pelaksanaan
tindakan untuk klien dan keluarga. Strategi pelaksanaan tersebut dibagi
menjadi empat strategi. Berikut adalah stategi pelaksanaan untuk klien
dengan defisit perawatan diri:

a) Strategi Pelaksanaan 1 (SP 1)


1. Mengkaji kemampuan klien melakukan perawatan diri
meliputi mandi/kebersihan diri, berpakaian/ berhias,
makan, serta BAB/BAK secara mandiri.
2. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian.
b) Strategi Pelaksanaan 2 (SP 2)
1. Mengevaluasi jadwal harian kegiatan klien.
2. Memberikan latihan cara melakukan mandi/kebersihan diri
secara mandiri.
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian.
c) Strategi Pelaksanaan 3 (SP 3)
1. Mengevaluasi jadwal harian kegiatan klien.
2. Memberikan latihan cara berpakian/berhias secara mandiri.
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian.

d) Strategi Pelaksanaan 4 (SP 4)


1. Mengevaluasi jadwal harian kegiatan klien.

9
2. Memberikan latihan cara makan sendiri.
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian.
e) Strategi Pelaksanaan 5 (SP 5)
1. Mengevaluasi jadwal harian kegiatan klien.
2. Memberikan latihan cara BAB/BAK secara mandiri.
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian.
Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri
seperti mandi/membersihkan diri, berpakaian, berhias, makan, dan
BAB/BAK. Tindakan keperawatan untuk klien :
a) Mengkaji kemampuan melakukan perawatan diri yang
meliputi mandi/membersihkan diri, berpakaian/berhias
makan, BAB/BAK secara mandiri.
b) Memberikan latihan cara melakukan mandi/membersihkan
diri, berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK secara
mandiri
c) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami
masih kurang perawatan diri.

4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan
yang telah direncanakan, perawat perlu memvalidasi apakah rencana
tindakan keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi
klien saat ini (Damaiyanti, 2012). Selain itu, salah satu hal yang
penting dalam pelaksanaan rencana tindakan keperawatan adalah
teknik komunikasi terapeutik. Teknik ini dapat digunakan dengan
verbal; kata pembuka, informasi, fokus. Selain teknik verbal, perawat
juga harus menggunakan teknik non verbal seperti; kontak mata,
mendekati kearah klien, tersenyum, berjabatan tangan, dan sebagainya.

10
Kehadiran psikologis perawat dalam komunikasi terapeutik terdiri dari
keikhlasan, menghargai, empati dan konkrit (Yusuf, 2015).

5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Trimelia (2011) evaluasi dilakukan dengan berfokus pada
perubahan perilaku Klien setelah diberikan tindakan keperawatan.
Keluarga juga perlu dievaluasi karena merupakan sistem pendukung
yang penting. Ada beberapa hal yang perlu dievaluasi pada klien
dengan isolasi sosial yaitu:

1) Klien mampu melakukan mandi/membersihkan diri.

2) Klien mampu makan dengan benar dan secara mandiri.

3) Klien mampu berpakaian/berhias dengan baik dan benar secara


mandiri.

4) Klien mampu memasukkan jadwal kegiatan harian secara teratur.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ade Herman Surya Direja, 2011, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa,
Yogyakarta: Nuha Medika

Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa, Penerbit Salemba Medika

Ardhiyanti, Y., Pitriani, R., Damayanti, PI. 2014. Panduan Lengkap Keterampilan
Dasar Kebidanan 1. Yogyakarta: Deepublish.

Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba
Medika

Herdman, T . H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis KeperawatanDefinisi &


Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC

Keliat, B.A. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC

Sutejo. (2017). Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa: Ganguan
Jiwa dan Psikososial. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st
ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1st
ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

12
Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Jakarta : TIM

Singkawang, 10 April 2023


Preseptor / CI Ruangan Garuda Mahasiswa

(Ns. Raden Roro Dewi K., S.Kep) (Rinta Nuryani)

Mengetahui
Pembimbing Akademik

(Ns. Tri Wahyuni, M.Kep)

13

Anda mungkin juga menyukai