LP Dpd-Rinta
LP Dpd-Rinta
Disusun Oleh :
RINTA NURYANI
NIM. RP 23320003
i
BAB I
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan dalam :
kebersihan diri, makan, berpakaian, berhias diri, makan sendiri,
buang air besar atau kecil sendiri (toileting) (Keliat, 2011). Defisit
perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul pada pasien
gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis sering mengalami
ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala
perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam
keluarga maupun masyarakat (Yusuf, 2015).
B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
a) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
c) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidak pedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
d) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungan. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor Presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual,
1
cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan
individu kurang mampu melakukan perawatan diri. (Ardhiyanti,
2014).
C. Klasifikasi
1. Defisit perawatan diri: mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/
beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.
D. Pohon Masalah
2
E. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
Keterangan:
1. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stressor dan
mampu untuk berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang
dilakukan klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
2. Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan
stressor kadang kadang klien tidak memperhatikan perawatan
dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak
peduli dan tidak bisa melakukan perawatan saat stressor. (Yusuf,
2015).
1. Mandi/hygiene
3
2. Berpakaian/berhias
3. Makan
4. BAB/BAK (toiletting)
cukup berat dan sulit ditangani oleh klien (klien bisa mengalami
4
perawat, maka kemungkinan bisa mengalami masalah resiko tinggi
isolasi sosial.
G. Batasan Karakteristik
Menurut Herdman (2015), batasan karakteristik pasien dengan defisit
perawatan diri adalah:
5
k) hambatan mengambil pakain ,
6
l) ketidakmampuan makanan untuk dimakan,
7
BAB II
PROSES KEPERAWATAN
a) Data Subjektif :
2. Diagnosa Keperawatan
8
temukan. Jika hasil pengkajian menjukan tanda dan gejala defisit
perawatan diri maka diagnosis keperawatan di tegakkan adalah “
Defisit perawatan diri : kebersihan diri, makan dan minum, BAB dan
BAK.” Sedangkan menurut Sutejo (2017) berdasarkan data yang
diperoleh, diagnosis masalah keperawatan dalam gangguan defisit
perawatan diri meliputi kebersihan diri, berhias, makan, eliminasi.
3. Intervensi Keperawatan
Menurut Direja (2011) untuk memudahkan pelaksanaan keperawatan,
maka perawat perlu juga membuat rencana strategi pelaksanaan
tindakan untuk klien dan keluarga. Strategi pelaksanaan tersebut dibagi
menjadi empat strategi. Berikut adalah stategi pelaksanaan untuk klien
dengan defisit perawatan diri:
9
2. Memberikan latihan cara makan sendiri.
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian.
e) Strategi Pelaksanaan 5 (SP 5)
1. Mengevaluasi jadwal harian kegiatan klien.
2. Memberikan latihan cara BAB/BAK secara mandiri.
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian.
Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri
seperti mandi/membersihkan diri, berpakaian, berhias, makan, dan
BAB/BAK. Tindakan keperawatan untuk klien :
a) Mengkaji kemampuan melakukan perawatan diri yang
meliputi mandi/membersihkan diri, berpakaian/berhias
makan, BAB/BAK secara mandiri.
b) Memberikan latihan cara melakukan mandi/membersihkan
diri, berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK secara
mandiri
c) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami
masih kurang perawatan diri.
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan
yang telah direncanakan, perawat perlu memvalidasi apakah rencana
tindakan keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi
klien saat ini (Damaiyanti, 2012). Selain itu, salah satu hal yang
penting dalam pelaksanaan rencana tindakan keperawatan adalah
teknik komunikasi terapeutik. Teknik ini dapat digunakan dengan
verbal; kata pembuka, informasi, fokus. Selain teknik verbal, perawat
juga harus menggunakan teknik non verbal seperti; kontak mata,
mendekati kearah klien, tersenyum, berjabatan tangan, dan sebagainya.
10
Kehadiran psikologis perawat dalam komunikasi terapeutik terdiri dari
keikhlasan, menghargai, empati dan konkrit (Yusuf, 2015).
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Trimelia (2011) evaluasi dilakukan dengan berfokus pada
perubahan perilaku Klien setelah diberikan tindakan keperawatan.
Keluarga juga perlu dievaluasi karena merupakan sistem pendukung
yang penting. Ada beberapa hal yang perlu dievaluasi pada klien
dengan isolasi sosial yaitu:
11
DAFTAR PUSTAKA
Ade Herman Surya Direja, 2011, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa,
Yogyakarta: Nuha Medika
Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa, Penerbit Salemba Medika
Ardhiyanti, Y., Pitriani, R., Damayanti, PI. 2014. Panduan Lengkap Keterampilan
Dasar Kebidanan 1. Yogyakarta: Deepublish.
Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba
Medika
Sutejo. (2017). Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa: Ganguan
Jiwa dan Psikososial. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st
ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1st
ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
12
Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Jakarta : TIM
Mengetahui
Pembimbing Akademik
13