Anda di halaman 1dari 96

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

KEPERAWATAN JIWA

STASE KEPERAWATAN JIWA

Dosen Pembimbing:
Ns. TRI WAHYUNI, M.Kep

Oleh :
RINTA NURYANI
NIM : RP23320003

PROGRAM STUDI NERS REGULER B


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN MUHAMMADIYAH
KALIMANTAN BARAT
2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN
KEPERAWATAN JIWA

Telah disahkan/disetujui oleh pembimbing klinik dan pembimbing akademik pada:


Hari : Jum’at
Tanggal : 14 April 2023

Singkawang, 14 April 2023


Mengetahui,
Pembimbing Klinik, Pembimbing Akademik,

Ns. Raden Roro Dewi, K., S.Kep Ns. Tri Wahyuni, M. Kep

Mahasiswa,

Rinta Nuryani
NIM. RP23320003
DAFTAR ISI

Laporan Pendahuluan (LP) Risiko Bunuh Diri............................................................... 1


Strategi Pelaksanaan (SP) Risiko Bunuh Diri................................................................. 8
Laporan Pendahuluan (LP) Halusinasi........................................................................... 12
Strategi Pelaksanaan (SP) Halusinasi............................................................................. 26
Laporan Pendahuluan (LP) Harga Diri Rendah Kronik................................................. 30
Strategi Pelaksanaan (SP) Harga Diri Rendah Kronik................................................... 36
Laporan Pendahuluan (LP) Isolasi Sosial....................................................................... 41
Strategi Pelaksanaan (SP) Isolasi Sosial......................................................................... 47
Laporan Pendahuluan (LP) Defisit Perawatan Diri........................................................ 51
Strategi Pelaksanaan (SP) Defisit Perawatan Diri.......................................................... 61
Laporan Pendahuluan (LP) Waham................................................................................ 65
Strategi Pelaksanaan (LP) Waham.................................................................................. 72
Laporan Pendahuluan (LP) Risiko Perilaku Kekerasan.................................................. 76
Strategi Pelaksanaan (SP) Risiko Perilaku Kekerasan.................................................... 84
LAPORAN PENDAHULUAN (LP)
RISIKO BUNUH DIRI

1. Kasus (Masalah Keperawatan Jiwa Utama)


Risiko bunuh diri
2. Definisi
a. Risiko bunuh diri adalah rentan terhadap menyakiti diri sendiri dan cedera yang
mengancam jiwa (NANDA-I, 2018).
b. Berisiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik yang menyebabkan seseorang
tidak lagi sepenuhnya sehat atau dalam kondisi baik (SDKI, 2017).
c. Bunuh diri adalah tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk
mengakhiri kehidupannya (Keliat & Akemat, 2014).
3. Etiologi
a. Stress berlebihan
b. Gangguan konsep diri
c. Kehilangan dukungan sosial
d. Kejadian negatif dalam hidup
e. Penyakit kritis
f. Perpisahan/ perceraian
g. Kesulitan ekonomi
h. Korban kekerasan
i. Riwayat bunuh diri individu atau keluarga
4. Tanda dan Gejala
a. Mayor
1) Subjektif
- Mengungkapkan kata-kata seperti “Tolong jaga anak-anak karena saya akan
pergi jauh!.” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”
- Mengungkapkan kata-kata “Saya mau mati,” “Jangan tolong saya,” “Biarkan
saya,” “Saya tidak mau ditolong.”
- Memberikan ancaman akan melakukan bunuh diri
- Mengungkapkan ingin mati
- Mengungkapkan rencana ingin mengakhiri hidup
2) Objektif
- Murung, tak bergairah
- Banyak diam
1
- Menyiapkan alat untuk melakukan rencana bunuh diri
- Membenturkan kepala
- Menjatuhkan kepala dari tempat tinggi
- Melakukan percobaan bunuh diri secara aktif dengan berusaha memotong
nadi, menggantung diri, meminum racun

Pengkajian dengan menggunakan kan SIRS ( Suicidal Intervention Rating Scale) (


Stuart & Sundeen, 1987 dalam Keliat, B.A., 2019):
 Skor 0: Tidak ada ide bunuh yang lalu dan sekarang
 Skor 1: Tidak ada ide, ancaman dan percobaan bunuh diri
 Skor 2: Ada ide dan pikiran bunuh diri tapi tidak ada ancaman dan percobaan
 Skor 3: Ada ancaman bunuh diri
 Skor 4: Ada percobaan bunuh diri
b. Minor
1) Subjektif
- Mengungkapkan isyarat untuk melakukan bunuh diri, tetapi tidak disertai
ancaman melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri
- Mengungkapkan perasaan bersalah, sedih, marah, putus asa, atau tidak
berdaya
- Mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan
harga diri rendah
2) Objektif
- Kontak mata kurang
- Tidur kurang
- Mondar-mandir
- Banyak melamun
- Terlihat sedih
- Menangis terus-menerus

5. Kondisi Klinis Terkait


a. Depresi
b. Skizofrenia
c. Penyalahgunaan NAPZA
d. Penyakit terminal

2
6. Pohon Masalah (gambaran pohon masalah)

Effect                                 bunuh diri

Core problem                   risiko bunuh diri

Causa                              isolasi sosial

                                      harga diri rendah kronis

7. Tujuan Asuhan Keperawatan


a. Kognitif, klien mampu:
1) Menyebutkan penyebab risiko bunuh diri
2) Menyebutkan tanda dan gejala risiko bunuh diri
3) Menyebutkan akibat yang ditimbulkan bunuh diri
4) Menetapkan harapan dan masa depan
5) Menyebutkan aspek positif dan kemampuan diri sendiri, keluarga dan kelompok
b. Psikomotor, klien mampu:
1) Mengendalikan lingkungan yang aman
2) Melatih diri berpikir positif dan afirmasi positif
3) Menggunakan kelompok untuk bercakap-cakap dalam menyelesaikan masalah
4) Melakukan aspek positif dalam mencapai harapan dan masa depan
c. Afektif, klien mampu:
1) Merasakan manfaat diri sendiri
2) Membedakan perasaan sebelum dan sesudah latihan
3) Merasa hidup lebih optimis

8. Tindakan Keperawatan
a. Tindakan pada klien
Tindakan keperawatan ners
1) Pengkajian: kaji tanda dan gejala resiko bunuh diri, penyebab dan kemampuan
mengatasinya.
2) Diagnosis: jelaskan proses terjadinya resiko bunuh diri dan akibatnya serta skor
skala intervensi bunuh diri.

3
3) Tindakan keperawatan:
a) Mengamankan lingkungan dari resiko bunuh diri
b) Membangun harapan dan masa depan
- Diskusikan tujuan dari kehidupan
- Diskusikan membangun harapan terkait diri sendiri, orang yang berarti
dalam hidup
- Diskusikan cara dan tekad untuk mencapai harapan dan masa depan
- Latih untuk mencapai harapan dan masa depan
c) Latih cara mengendalikan dorongan bunuh diri
- Diskusikan dan buat daftar aspek positif diri dan lakukan afirmasi positif
- Diskusikan dan buat daftar aspek positif dari orang yang berarti dalam
hidup dan lakukan afirmasi positif
- Diskusikan dan buat daftar aspek positif dari lingkungan dan lakukan
afirmasi positif
- Latih semua aspek positif yang dimiliki: dari diri sendiri, orang yang
berarti
- Latih mengevaluasi perasaan dan pikiran atas keberhasilan latihan
d) Berikan motivasi untuk membangun harapan dan mengendalikan dorongan
bunuh diri
e) Minta klien menghubungi care giver (keluarga) dan tenaga kesehatan jika
tidak dapat mengendalikan dorongan bunuh diri
f) Berikan pengawasan ketat dan terkendali jika klien tidak dapat
mengendalikan dorongan bunuh diri (perawatan intensif)
Tindakan keperawatan spesialis
1) Terapi kognitif
a) Sesi 1: mengidentifikasi pengalaman tidak menyenangkan dan menimbulkan
pikiran otomatis negatif
b) Sesi 2: melawan pikiran otomatis negatif
c) Sesi 3: memanfaatkan sistem pendukung
d) Sesi 4: mengevaluasi manfaat melawan pikiran negatif
2) Terapi kognitif perilaku
a) Sesi 1: mengidentifikasi pengalaman tidak menyenangkan dan menimbulkan
pikiran otomatis negatif dan perilaku negatif
b) Sesi 2: melawan pikiran otomatis negatif
c) Sesi 3: mengubah perilaku negatif
4
d) Sesi 4: memanfaatkan sistem pendukung
e) Sesi 5: mengevaluasi manfaat melawan pikiran negatif dan mengubah
perilaku negatif
b. Tindakan pada keluarga
Tindakan keperawatan ners
1) Pengkajian: kaji tanda dan gejala resiko bunuh diri, penyebab dan kemampuan
mengatasinya.
2) Diagnosis: jelaskan proses terjadinya resiko bunuh diri dan akibatnya serta skor
skala intervensi bunuh diri.
3) Tindakan keperawatan:
a) Mengamankan lingkungan dari resiko bunuh diri
b) Membangun harapan dan masa depan
- Diskusikan tujuan dari kehidupan
- Diskusikan membangun harapan terkait diri sendiri, orang yang berarti
dalam hidup
- Diskusikan cara dan tekad untuk mencapai harapan dan masa depan
- Latih untuk mencapai harapan dan masa depan
c) Latih cara mengendalikan dorongan bunuh diri
- Diskusikan dan buat daftar aspek positif diri dan lakukan afirmasi positif
- Diskusikan dan buat daftar aspek positif dari orang yang berarti dalam
hidup dan lakukan afirmasi positif
- Diskusikan dan buat daftar aspek positif dari lingkungan dan lakukan
afirmasi positif
- Latih semua aspek positif yang dimiliki: dari diri sendiri, orang yang
berarti
- Latih mengevaluasi perasaan dan pikiran atas keberhasilan latihan
d) Berikan motivasi untuk membangun harapan dan mengendalikan dorongan
bunuh diri
e) Minta klien menghubungi care giver (keluarga) dan tenaga kesehatan jika
tidak dapat mengendalikan dorongan bunuh diri
f) Berikan pengawasan ketat dan terkendali jika klien tidak dapat
mengendalikan dorongan bunuh diri (perawatan intensif)

Tindakan keperawatan spesialis: psikoedukasi keluarga

5
1) Sesi 1: mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami klien dan masalah
keluarga dalam merawat klien
2) Sesi 2: merawat masalah kesehatan klien
3) Sesi 3: melatih manajemen stress untuk keluarga
4) Sesi 4: melatih manajemen beban untuk keluarga
5) Sesi 5: memanfaatkan sistem pendukung
6) Sesi 6: mengevaluasi manfaat psikoedukasi keluarga
c. Tindakan pada kelompok
Tindakan keperawatan ners
1) Terapi aktivitas kelompok
2) Kelompok swabantu (self-help group)
Tindakan keperawatan spesialis
1) Terapi suportif

9. Tindakan Kolaborasi (Keliat, el.al, 2019)


a. Melakukan kolaborasi dengan dokter menggunakan ISBAR dan TBaK.
b. Memberikan program terapi dokter (obat): edukasi 8 benar pemberian obat dengan
menggunakan konsep safety obat.
c. Mengobservasi manfaat dan efek samping obat.

10. Discharge Planning (Keliat, et.al, 2019)


a. Menjelaskan rencana persiapan pasca-rawat di rumah untuk memandirikan klien.
b. Menjelaskan rencana tindak lanjut perawatan dan pengobatan.
c. Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan.

11. Evaluasi (Keliat, et.al, 2019)


a. Penurunan tanda dan gejala risiko bunuh diri.
b. Peningkatan kemampuan klien mengatasi risiko bunuh diri.
c. Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien.

12. Rencana Tindak Lanjut (Keliat, et.al, 2019)


a. Rujuk klien dan keluarga ke fasilitas praktik mandiri perawat spesialis
keperawatan jiwa.
b. Rujuk klien dan keluarga ke case manager di fasilitas pelayanan kesehatan primer
di puskesmas, pelayanan kesehatan sekunder dan tersier di rumah sakit.
6
c. Rujuk klien dan keluarga ke kelompok pendukung, kader kesehatan jiwa,
kelompok swabantu dan fasilitas rehabilitasi psikososial yang tersedia di
masyarakat.

13. Standar Pelaksanaan Komunikasi (SP)


a. Komunikasi yang dilakukan saat kunjungan rumah dibagi dalam beberapa tahap,
yaitu:
1) Perawat dengan keluarga atau care giver.
2) Perawat dengan klien halusinasi.
3) Perawat dengan keluarga atau care giver.
b. Komunikasi akan dilanjutkan di Puskesmas, yaitu:
1) Perawat dengan dokter menggunakan ISBAR dan TBaK.
2) Perawat dengan klien dan keluarga.

14. Referensi
Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung :
Refika Aditama.
Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba
Medika.
Keliat, et.al. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Jiwa. Jakarta: DPP PPNI.
Keliat & Akemat. 2014. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
EGC.

7
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
RISIKO BUNUH DIRI

1. Proses Keperawatan
a. Kondisi Klien
Klien memiliki ide untuk melakukan tindakan bunuh diri/mengakhiri
kehidupan, mengungkapkan keinginan untuk mati, mengungkapkan rasa
bersalah dan keputusasaan, bersikap impulsive, menunjukkan perilaku yang
mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh), pernah melakukan percobaan
bunuh diri, berbicara tentang kematian dan menanyakan tentang obat dosis
yamg mematikan, mengungkapkan adanya konflik interpersonal.

b. Diagnosa Keperawatan Jiwa


Risiko Bunuh Diri

c. Tujuan
1) Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan klien
2) Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan klien
3) Melakukan contract treatment
4) Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
5) Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri
d. Tindakan Keperawatan
1) Melakukan kontrak pengkajian dengan klien
2) Menemani klien terus-menerus
3) Menjauhkan semua benda yang membayakan klien
4) Memastikan bahwa klien benar-benar telah meminum obatnya,
jika klien mendapatkan obat
5) Menjelaskan dengan lembut pada klien bahwa saudara akan
melindungi klien sampai klien tidak mempunyai keinginan bunuh diri
6) Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri
7) Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
8) Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri

8
2. Proses Pelaksanaan Tindakan
a. Orientasi
1) Salam Terapeutik
“Selamat pagi Pak perkenalkan nama saya Fauzi Sundani, saya perawat
yang bertugas di ruangan ini dari pukul 07.00 sampai pukul 14.00 WIB.
Kalau boleh saya tahu nama Bapak siapa? Bapak senangnya dipanggil
apa? Kalau tanggal lahir Bapak?”.
2) Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini?”
“Jadi Bapak merasa hidup ini membosankan, tidak berguna dan tidak ada
harapan?”
“Sejak kapan Bapak berpikiran demikian?”
“Apa yang sudah dilakukan untuk mengatasinya? Lalu bagaimana
manfaatnya?”
3) Kontrak
- Tindakan dan Tujuan
“Baik Pak, bagaimana kalau sekarang kita berbicara tentang perasaan
yang Bapak rasakan dan kita belajar cara mengatasinya? Tujuannya
supaya Bapak merasa lebih tenang, bahagia dan perasaan tersebut
berkurang. Apakah Bapak setuju?”
- Waktu
“Baik, nanti kita akan berdiskusi selama 30 menit ya Pak?”
- Tempat
“Bapak mau dimana kita diskusinya? Baik, disini saja ya Pak?”
b. Kerja
1) Pengkajian
“Apa peristiwa yang menyebabkan Bapak tidak ada harapan?”
“Apa yang Bapak pikirkan terkait peristiwa tersebut?”
“Apakah ada keinginan atau idemengakhiri kehidupan?”
“Apakah pernah menyampaikan ancaman akan bunuh diri?”
“Apakah pernah mencoba bunuh diri?”
2) Diagnosis
“Jadi sesuai yang Bapak sampaikan, maka Bapak ingin mengakhiri
kehidupan, kita masukkan skor 2 atau ide bunuh diri.”

9
3) Tindakan
“Tono, ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya bunuh diri.
Bagaimana bersediakah melakukannya?”
a. Mendiskusikan lingkungan yang aman
“Pak, dengan skor resiko bunuh diri 2 maka kita bekerja sama, saya
akan mengobservasi Bapak setiap 15-30 menit. Bapak juga berupaya
untuk tidak melakukannya. Jika dorongannya tidak dapat
dikendalikan segera sampaikan pada saya.”
b. Membangun harapan dan masa depan
“Mari kita diskusikan apa saja cita-cita atau harapan masa depan
Bapak. Bagus sekali. Apa yang dapat dilakukan untuk mencapai cita-
cita dan harapan masa depan?”
c. Diskusikan cara mencapai harapan dan masa depan
“Apa yang telah Bapak coba lakukan dalam mencapainya? Baik mari
kita catat. Dari semua keinginan dan harapan ini, mana yang Bapak
ingin capai lebih dulu? Baik, mari kita susun langkah-langkah untuk
mencapai harapan Bapak.”
“Pertama minum obat, kedua melakukan berpikir positif terhadap diri,
keluarga dan lingkungan. Ketiga dst.”
d. Latih cara-cara mencapai harapan dan masa depan secara bertahap
“Bagaimana langkah-langkah dalam melakukan kegiatan tersebut?”
“Untuk obat nanti saya jelaskan setelah kita bertemu dokter.”
“Berpikir positif terhadap diri, keluarga dan lingkungan sudah
dilakukan ya.”
“Untuk kegiatan…….. mari kita susun langkah-langkahnya.”
“Bagus! Pertama ….. kedua …… dst”
e. Jadwal latihan kegiatan dan evaluasi manfaatnya, khususnya ke harga
diri
c. Terminasi
1) Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita latihan menyusun harapan dan
rencana masa depan?”
2) Evaluasi Objektif
“Coba sebutkan kembali langkah-langkah mencapai harapan masa depan?
Bagus sekali. Jadi untuk mencapai masa depan dilakukan bertahap ya,
10
mulai dari mnum obat agar Bapak pulih kembali. Mari kita masukkan
dalam jadwal kegiatan harian.”
3) Rencana Tindak Lanjut Klien
“Mari kita masukkan rencana kegiatannya dalam jadwal agar Bapak dapat
melakukannya setiap hari.”
4) Rencana Tindak Lanjut Perawat
“Baik Pak, besok saya akan ke sini lagi untuk memeriksa kondisi bapak
lagi dan mengevaluasi manfaat kegiatan. Kita bertemu lagi besok disini
kira-kira diwaktu yang sama seperti hari ini ya Pak, apakah Bapak
setuju?”
5) Salam
“Baiklah sekarang saya akan kembali lagi ke ruangan perawat, Bapak
silahkan istirahat saja dulu. Kalau Bapak membutuhkan sesuatu silahkan
panggil saya di ruangan perawat, apakah ada yang ingin Bapak tanyakan?
Baik, saya permisi ya Pak, Assalamu’alaikum.”

11
LAPORAN PENDAHULUAN (LP)
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI

1. Kasus (Masalah Keperawatan Jiwa Utama)


Perubahan Presepsi Sensori: Halusinasi

2. Definisi
a. Halusinasi adalah gejala gangguan jiwa berupa respons panca-indra, yaitu
penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan terhadap sumber
yang tidak nyata (Keliat, et.al, 2019).
b. Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghinduan (Keliat & Akemat, 2014).
c. Perubahan persepsi terhadap stimulasi baik internal maupun eksternal yang disertai
dengan respon yang berkurang, berlebihan atau terdistorsi (PPNI, 2017).

3. Etiologi (PPNI, 2017)


a. Gangguan penglihatan
b. Gangguan pendengaran
c. Gangguan penghiduan
d. Gangguan perabaan
e. Hipoksia serebral
f. Penyalahgunaan zat
g. Usia lanjut
h. Pemajanan toksik lingkungan

4. Tanda dan gejala (Keliat, et.al, 2019)


a. Mayor
1) Subjektif
- Mendengar suara orang bicara tanpa ada orangnya.
- Melihat benda, orang, atau sinar tanpa ada objeknya.
- Menghindu bau-bauan yang tidak sedap, seperti bau badan padahal tidak.
- Merasakan pengecpan yang tidak enak.
- Merasakan rabaan atau gerakan badan.

12
2) Objektif
- Bicara sendiri
- Tertawa sendiri
- Melihat ke satu arah
- Mengarahkan telinga ke arah tertentu
- Tidak dapat memfokuskan pikiran
- Diam sambal menikmati halusinasinya
b. Minor
1) Subjektif
- Sulit tidur
- Khawatir
- Takut
2) Objektif
- Konsentrasi buruk
- Disorientasi waktu, tempat, orang atau situasi
- Afek datar
- Curiga
- Menyendiri, melamun
- Mondar-mandir
- Kurang mampu merawat diri

5. Kondisi Klinis Terkait (Keliat, et.al, 2019)


a. Psikotik akut
b. Skizofrenia
c. Gangguan bipolar
d. Parkinson
e. Delirium
f. Demensia
6. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi klien halusinasi menurut (Oktiviani, 2020) :
a. Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak
kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri.
13
b. Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima dilingkungan sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungan.
c. Biologis
Faktor biologis mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan
jiwa. Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka didalam
tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogen
neurokimia. Akibat stress berkepanjangan menyebabkan
teraktivasinya neurotransmitter otak.
d. Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adikitif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi
masa depannya, klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari
alam nyata menuju alam khayal.
e. Sosial Budaya
Meliputi klien mengalami interaksi sosial dalam fase awal dan
comforting, klien meganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata
sangat membahayakan. Klien asyik dengan Halusinasinya, seolah-olah
ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial,
kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dakam dunia nyata.

7. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi merupakan stimulus yang dipersepsikan oleh individu
sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra
untuk menghadapinya. Seperti adanya rangsangan dari lingkungan, misalnya
partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak komunikasi,
objek yang ada di lingkungan dan juga suasana sepi atau terisolasi, sering
menjadi pencetus terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan
stress dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat
halusinogenik. Penyebab Halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi
(Oktiviani, 2020) yaitu :
a. Dimensi fisik: Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik
seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaaan obatobatan, demam

14
hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam
waktu yang lama.
b. Dimensi Emosional: Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang
tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi
dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi
menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat
sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
c. Dimensi Intelektual: Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa
individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego.
Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan
impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang menimbulkan
kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tidak jarang
akan mengontrol semua perilaku klien.
d. Dimensi Sosial: Klien mengalami interaksi sosial dalam fase awal dan
comforting, klien meganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat
membahayakan. Klien asyik dengan Halusinasinya, seolah-olah ia merupakan
tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga
diri yang tidak didapatkan dakam dunia nyata.
e. Dimensi Spiritual: Secara sepiritual klien Halusinasi mulai dengan kehampaan
hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya
secara sepiritual untuk menyucikan diri. Saat bangun tidur klien merasa hampa
dan tidak jelas tujuan hidupnya. Individu sering memaki takdir tetapi lemah
dalam upaya menjemput rezeki, menyalahkan lingkungan dan orang lain yang
menyebabkan takdirnya memburuk.

8. Jenis Halusinasi
a. Halusinasi pendengaran
Klien mendengar suara / bunyi yang tidak ada hubungannya dengan
stimulus yang nyata / lingkungan.
Data objektif:
 Bicara atau tertawa sendiri
 Marah-marah tanpa sebab
 Mendekati telinga ke arah tertentu
 Menutup telinga

15
Data Subjektif:
 Mendengar suara-suara atau kegaduhan
 Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
 Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
b. Halusinasi penglihatan
Klien melihat gambaran yang jelas/samar terhapa adanya stimulus yang
nyata dari lingkungan dan orang lain tidak melihatnya.
Data objektif :
 Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
 Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
Data subjektif :
 Melihat bayangan , sinar, bentuk geometris, kartun, melihat hantu,
atau monster
c. Halusinasi penciuman :
Klien mencium suatu bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa
stimulus yang nyata.
Data objektif :
 Mengendus-endus seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
 Menutup hidung
Data subjektif:
 Membaui bau-bauan seperti bau darah, urine, feses, dan terkadang
bau-bau tersebut menyenangkan bagi klien,
d. Halusinasi pengecapan
Klien merasakan sesuatu yang tidak nyata, biasanya merasakan rasa
makanan yang tidak enak.
Data objektif:
 Sering meludah
 Muntah
Data subjektif :
 Merasakan rasa seperti darah, urine, feses
e. Halusinasi perabaan
Klien merasakan sesuatu pada kulit tanpa ada stimulus yang nyata
Data objektif:
 Menggaruk-garuk permukaan kulit
16
Data subjektif :
 Mengatakan ada serangga dipermukaan kulit
 merasa seperti tersengat listrik
f. Halusinasi kinestetik
Klien merasa badannya bergerak dalam suatu ruangan atau anggota
badannya bergerak
Data objektif:
 Memegang kakinya yang diangggap bergerak sendri
Data subjektif:
 Mengatakan badannya melayang di udara
g. Halusinasi visceral
Perasaan tertentu timbul dalam tubuhnya
Data objektif :
 Memegang badannya yang dianggapnya berubah bentuk dan tidak
normal seperti biasannya
Data subjektif
 Mengatakan perutnya menjadi mengecil setelah minum soft drink.

9. Fase Halusinasi
Menurut Azizah, dkk, (2019: 295) fase halusinasi ada 4, yaitu:

Fase Halusinasi Karakteristik Perilaku Pasien

Fase I: Klien mengalami ansietas, kesepian, • Tersenyum, tertawa


Comforting rasa bersalah dan takut, mencoba yang tidak sesuai
untuk berfokus pada pikiran yang
• Menggerakkan bibir
menyenangkan untuk meredakan
tanpa suara
Ansietas.
• Pergerakan mata
Individu mengenali bahwa pikiran
yang cepat - Respon
dan pengalaman sensori dalam
verbal yang lambat
kendali kesadaran jika ansietas dapat
ditangani (non psikotik) • Diam, dipenuhi rasa
yang mengasyikkan

Fase II: Pengalaman sensori menjijikan dan • Meningkatkan tanda-


Condemning menakutkan klien lepas kendali dan tanda sistem saraf
17
mungkin mencoba untuk mengambil otonom akibat
jarak dirinya dengan sumber yang ansietas (Nadi, RR,
dipersepsikan. TD) meningkat

Klien mungkin mengalami • Penyempitan


dipermalukan oleh pengalaman kemampuan untuk
sensori dan menarik diri dari orang konsentrasi
lain.
• Asyik dengan
Psikotik Ringan. pengalaman sensori
dan kehilangan
kemampuan
membedakan
halusinasi dan realita

Fase III: Klien berhenti atau menghentikan • Lebih cenderung


Controlling perlawanan terhadap halusinasi dan mengikuti petunjuk
menyerah pada halusinasi tersebut. halusinasinya

Isi halusinasi menjadi menarik, klien • Kesulitan


mungkin mengalami pengalaman berhubungan dengan
kesepian jika sensori halusinasi orang lain
berhenti.
• Rentang perhatian
Psikotik. hanya dalam
beberapa menit atau
detik

• Gejala fisik Ansietas


berat, berkeringat,
tremor, tidak mampu
mengikuti petunjuk

Fase IV: Pengalaman sensori menjadi • Perilaku teror akibat


Conquering mengancam jika klien mengikuti panik
perintah halusinasi.
• Potensial suicide atau
Halusinasi berahir dari beberapa jam homocide
atau hari jika tidak ada intervensi
• Aktivitas fisik
terapiutik.
18
Psikotik Berat. merefleksikan isi
halusinasi seperti
kekerasan, agitasi,
menarik diri,
katatonia

• Tidak mampu
merespon terhadap
perintah yang
kompleks

• Tidak mampu
merespon > 1 orang

• Kondisi klien sangat


membahayakan

10. Tahapan Halusinasi


a. Tahap I ( Non-psikotik)
Pada tahap ini, halusinasi mampu memberikan rasa nyaman pada
klien,tingkat orientasi sedang. Secara umum pada tahap ini halusinasi
merupakan hal yang menyenangkan bagi klien.
Karakteristik :
 Mengalami kecemasan, kesepiaan, rasa bersalah dan ketakutan
 Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan
kecemasan
 Pikiran dan pengalaman sensorik masih ada dalam control
kesadaran.

19
Perilaku yang muncul :
 Tersenyum dan tertawa sendiri
 Menggerakkan bibir tanpa suara
 Pergerakan mata yang cepat
 Respon verbal lambat,diam, dan berkonsentrasi
b. Tahap II ( Non-psikotik )
Pada tahap ini biasannya klien bersikap menyalahkan dan mengalami
tingkat kecemasan berat. Secara umum halusinasi yang ada dapat
menyebabkan antipasti
Karakteristik :
 Pengalaman sensori melakukan atau merasa dilecehkan oleh
pengalaman tersebut
 Mulai merasa kehilangan control
 Menarik diri dari orang lain
Perilaku yang muncul :
 Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah
 Perhatian terhadap lingkungan menurun
 Konsentrasi terhadap pengalaman sensori pun menurun
 Kehilangan kemampuan dalam membedakan antara halusinasi dan
realita
c. Tahap III ( Psikotik )
Klien biasanya tidak dapat mengontrol dirinya sendiri, tingkat
kecemasan berat, dan halusinasi tidak dapat ditolak lagi
Karakteristik :
 Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya
 Isi halusinasi menjadi atraktif
 Klien menjadi kesepian bila pengalaman sensori berakhir
Perilaku yang muncul :
 Klien menuruti perintah halusinasi
 Sulit berhubungan dengan orang lain
 Perhatian terhadap lingkungan sedikit atau sesaat
 Tidak mampu mengikuti perintah yang nyata
 Klien tampak tremor dan berkeringat

20
d. Tahap IV (Psikotik)
Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi dan biasanya klien terlihat
panic.
Perilaku yang muncul :
 Risiko tinggi mencederai
 Agistasi / kataton
 Tidak mampu merespons rangsangan yang ada.
Timbulnya perubahan persepsi sensori halusinasi biasanya diawali
dengan seseorang yang menarik diri dari lingkungannya karena orang
tersebut menilai dirinya rendah. Bagi klien mengalami halusinasi dengar
atau lihat atau salah satunya menyuruh pada kejelekan,maka akan
berisiko terhadap perilaku kekerasan.

11. Pohon Masalah


Effect Risiko Tinggi Kekerasan

Care Problem Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi

Causa Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

6. Tujuan Asuhan Keperawatan (Keliat, et.al, 2019)


a. Kognitif, klien mampu:
1) Menyebutkan penyebab halusinasi.
2) Menyebutkan karakteristik halusinasi yang dirasakan: jenis, isi, frekuensi,
durasi, waktu, situasi yang mneyebabkan dan respons.
3) Menyebutkan akibat yang ditimbulkan dari halusinasi.
4) Menyebutkan cara yang selama ini digunakan untuk mengendalikan halusinasi.
5) Menyebutkan cara mengendalikan halusinasi yang tepat.
b. Psikomotor, klien mampu:
1) Melawan halusinasi dengan menghardik.
2) Mengabaikan halusinasi dengan bersikap cuek.
3) Mengalihkan halusinasi dengan cara distraksi yaitu bercakap-cakap dan
melakukan aktivitas.
21
4) Minum obat dengan prinsip 8 benar, yaitu benar nama, benar obat, benar
manfaat, benar dosis, benar frekuensi, benar cara, benar tanggal kedaluwarsa,
dan benar dokumentasi.
c. Afektif, klien mampu:
1) Merasakan manfaat cara-cara mengatasi halusinasi.
2) Membedakan perasaan sebelum dan sesudah latihan.

7. Tindakan Keperawatan (Keliat, et.al, 2019)


a. Tindakan pada klien
1) Tindakan keperawatan ners
a) Pengkajian: Kaji tanda dan gejala halusinasi, penyebab dan kemampuan
klien mengatasinya. Jika ada halusinasi katakana anda percaya, tetapi anda
sendiri tidak mendengar/ melihat/ menghindu/ merasakan.
b) Diagnosis: Jelaskan proses terjadinya halusinasi.
c) Tindakan keperawatan:
- Tidak mendukung dan tidak membantah halusinasi.
- Latih klien melawan halusinasi dengan menghardik.
- Latih klien mengabaikan halusinasi dengan bersikap cuek.
- Latih klien mengalihkan halusinasi dengan bercakap-cakap dan
melakukan kegiatan secara teratur.
- Latih klien minum obat dengan prinsip 8 benar, yaitu benar nama, benar
obat, benar manfaat, benar dosis, benar frekuensi, benar cara, benar
tanggal kedaluwarsa, dan benar dokumentasi.
- Diskusikan manfaat yang didapat setelah mempraktikkan latihan
mengendalikan halusinasi.
- Berikan pujian pada klien saat mampu mempraktikkan latihan
mengendalikan halusinasi.
2) Tindakan keperawatan spesialis
a) Terapi kognitif perilaku
- Sesi 1: mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan dan
menimbulkan pikiran otomatis negative dan perilaku negative.
- Sesi 2: melawan pikiran otomatis negative.
- Sesi 3: mengubah perilaku negative menjadi positif.
- Sesi 4: memanfaatkan system pendukung.

22
- Sesi 5: mengevaluasi manfaat melawan pikiran dan mengubah perilaku
negative.
b) Terapi penerimaan komitmen (acceptance commitment therapy)
- Sesi 1: mengidentifikasi pengalaman/ kejadian yang tidak
menyenangkan.
- Sesi 2: mengenali keadaan saat ini dan menemukan nilai-nilai terkait
pengalaman yang tidak menyenangkan.
- Sesi 3: berlatih menerima pengalaman/ kejadian tidak menyenangkan
menggunakan nilai-nilai yang dipilih klien.
- Sesi 4: berkomitmen menggunakan nilai-nilai yang dipilih klien untuk
mencegah kekambuhan.
b. Tindakan pada keluarga
1) Tindakan keperawatan ners
a. Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
b. Jelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, serta proses terjadinya
risiko perilaku kekerasan yang dialami klien.
c. Mendiskusikan cara merawat risiko perilaku kekerasan dan memutuskan
cara merawat yang sesuai dengan kondisi klien.
d. Melatih keluarga cara merawat risiko perilaku kekerasan klien:
a) Menghindari penyebab terjadinya risiko perilaku kekerasan.
b) Membimbing klien melakukan latihan cara mengendalikan perilaku
kekerasan sesuai dengan yang dilatih perawat kepada klien.
c) Memberi pujian atas keberhasilan klien.
e) Melibatkan seluruh anggota keluarga untuk menciptakan suasana keluarga
yang nyaman: Mengurangi stress di dalam keluarga dan memberi motivasi
pada klien.
f) Menjelaskan tanda dan gejala perilaku kekerasan yang memerlukan
rujukan segera serta melakukan follow up ke pelayanan kesehatan secara
teratur.

2) Tindakan keperawatan spesialis: psikoedukasi keluarga


a) Sesi 1: Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami klien dan
masalah kesehatan keluarga (care giver) dalam merawat klien.
b) Sesi 2: Merawat masalah kesehatan klien.
c) Sesi 3: Manajemen stress untuk keluarga.
23
d) Sesi 4: Manajemen beban untuk keluarga.
e) Sesi 5: Memanfaatkan sistem pendukung.
f) Sesi 6: Mengevaluasi manfaat psikoedukasi keluarga.
c. Tindakan pada kelompok klien
1) Tindakan keperawatan ners: TAK stimulasi persepsi untuk halusinasi
a) Sesi 1: Mengenal halusinasi (jenis, isi, frekuensi, waktu, situasi, respons).
b) Sesi 2: Melawan halusinasi dengan menghardik.
c) Sesi 3: Melawan halusinasi dengan melakukan kegiatan terjadwal.
d) Sesi 4: Melawan halusinasi dengan bercakap-cakap dan de-enskalasi.
e) Sesi 5: Patuh 8 benar minum obat (benar nama klien, benar nama obat,
benar dosis obat, benar waktu pemberian, benar cara, benar manfaat, benar
kedaluwarsa, benar dokumentasi).
2) Tindakan keperawatan spesialis: terapi suportif
a) Sesi 1: Identifikasi masalah dan sumber pendukung di dalam dan di luar
keluarga.
b) Sesi 2: Latihan menggunakan system pendukung dalam keluarga.
c) Sesi 3: Latihan menggunakan system pendukung luar keluarga.
d) Sesi 4: Evaluasi hasil dan hambatan penggunaan sumber pendukung.

8. Tindakan Kolaborasi (Keliat, el.al, 2019)


a. Melakukan kolaborasi dengan dokter menggunakan ISBAR dan TBaK.
b. Memberikan program terapi dokter (obat): edukasi 8 benar pemberian obat dengan
menggunakan konsep safety pemberian obat.
c. Mengobservasi manfaat dan efek samping obat.

9. Discharge Planning (Keliat, et.al, 2019)


a. Menjelaskan rencana persiapan pasca-rawat di rumah untuk memandirikan klien.
b. Menjelaskan rencana tindak lanjut perawatan dan pengobatan.
c. Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan.

24
10. Evaluasi (Keliat, et.al, 2019)
a. Penurunan tanda dan gejala halusinasi.
b. Peningkatan kemampuan klien mengendalikan halusinasi.
c. Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien.

11. Rencana Tindak Lanjut (Keliat, et.al, 2019)


a. Rujuk klien dan keluarga ke fasilitas praktik mandiri perawat spesialis
keperawatan jiwa.
b. Rujuk klien dan keluarga ke case manager di fasilitas pelayanan kesehatan primer
di puskesmas, pelayanan kesehatan sekunder dan tersier di rumah sakit.
c. Rujuk klien dan keluarga ke kelompok pendukung, kader kesehatan jiwa,
kelompok swabantu dan fasilitas rehabilitasi psikososial yang tersedia di
masyarakat.

12. Standar Pelaksanaan Komunikasi (SP)


a. Komunikasi yang dilakukan saat kunjungan rumah dibagi dalam beberapa tahap,
yaitu:
1) Perawat dengan keluarga atau care giver.
2) Perawat dengan klien halusinasi.
3) Perawat dengan keluarga atau care giver.
b. Komunikasi akan dilanjutkan di Puskesmas, yaitu:
1) Perawat dengan dokter menggunakan ISBAR dan TBaK.
2) Perawat dengan klien dan keluarga.

13. Referensi
Azizah, Lilik Ma’rifatul, dkk. (2016) Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa,
Yogyakarta: Indomedia Pustaka
Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung :
Refika Aditama.
Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba
Medika.
Keliat, et.al. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Jiwa. Jakarta: DPP PPNI.
25
26
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI

1. Proses Keperawatan
a. Kondisi Klien
Klien tampak bingung, kontak mata kurang, dan sesekali klien tampak seperti
memfokuskan pendengarannya kea rah tertentu. Keadaan klien tenang dan
cukup kooperatif. Klien mengatakan mendengar bisikan suara yang
menyuruhnya untuk membunuh temannya. Suara bisikan halusinasinya muncul
sekitar dua sampai tiga kali dalam satu minggu. Saat ditemui, klien sedang
duduk-duduk di tempat tidurnya.

b. Diagnosa Keperawatan Jiwa


Perubahan persepsi sensori: Halusinasi Pendengaran

c. Tujuan
1) Klien dapat mengidentifikasi jenis halusinasi.
2) Klien dapat mengidentifikasi isi halusinasi.
3) Klien dapat mengidentifikasi waktu halusinasi.
4) Klien dapat mengidentifikasi frekuensi halusinasi.
5) Klien dapat mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi.
6) Klien dapat mengidentifikasi respons klien terhadap halusinasi.
7) Klien dapat menghardik halusinasi.
8) Klien dapat memasukan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan
harian.

d. Tindakan Keperawatan
1) Mengidentifikasi jenis halusinasi klien.
Tindakan yang dapat dilakukan perawat:
- Identifikasi jenis halusinasi klien.
2) Mengidentifikasi isi halusinasi klien.
Tindakan yang dapat dilakukan perawat:
- Identifikasi isi halusinasi klien.

27
3) Mengidentifikasi waktu halusinas klien.
Tindakan yang dapat dilakukan perawat:
- Identifikasi waktu halusinasi klien.
4) Mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien.
Tindakan yang dapat dilakukan perawat:
- Identifikasi frekuensi halusinasi klien.
5) Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi pada klien.
Tindakan yang dapat dilakukan perawat:
- Identifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi pada klien.
6) Mengidentifikasi respons klien terhadap halusinasi.
Tindakan yang dapat dilakukan perawat:
- Identifikasi respon klien terhadap halusinasi klien.
7) Melatih klien untuk mampu menghardik halusinasi.
Tindakan yang dapat dilakukan perawat:
- Latih klien agar mampu menghardik halusinasinya.
8) Memasukan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian.
Tindakan yang dapat dilakukan perawat:
- Masukan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
klien.

2. Proses Pelaksanaan Tindakan


a. Orientasi
1) Salam Terapeutik
“Selamat pagi Pak perkenalkan nama saya Fauzi Sundani, saya perawat
yang bertugas di ruangan ini dari pukul 07.00 sampai pukul 14.00 WIB.
Kalau boleh saya tahu nama Bapak siapa? Bapak senangnya dipanggil
apa? Kalau tanggal lahir Bapak?”.
2) Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam?
Apakah Ada keluhan? Apakah Bapak masih mendengar suara bisikan?”
3) Kontrak
- Tindakan dan Tujuan
“Baik Pak bagaimana kalau saya periksa dulu tentang suara-suara
yang Sering Bapak dengar dan juga kita akan belajar cara
28
mengatasinya? Tujuannya yaitu supaya Bapak bias merasa lebih
tenang dan suara-suara tersebut dapat berkurang. Bagaimana apakah
Bapak setuju?”
- Waktu
“Baik, nanti kita akan berdiskusi selama 30 menit ya Pak?”
- Tempat
“Bapak mau dimana kita diskusinya? Baik, disini saja ya Pak?”
b. Kerja
1) Pengkajian
“Apakah Bapak mendengar suara tanpa ada wujudnya?”
“Apa yang dikatakan suara itu?”
“Kapan atau jam berapa saja suara itu sering muncul?”
“Berapa sering suara itu muncul?”
“Pada situasi apa suara itu sering muncul? Saat sendirian? Saat malam
hari?”
“Apa yang Bapak rasakan saat suara itu muncul?”
“Pada keadaan apa, apakah pada waktu sendiri?”
“Apa yang Abang rasakan pada saat mendengar suara tersebut?”
“Apa yang Bapak lakukan pada saat mendengar suara tersebut? Apakah
berhasil?”
2) Diagnosis
“Baik, berarti Bapak mendengar suara tanpa ada orang yang bicara dan
Bapak merasa terganggu. Kondisi ini kita sebut halusinasi Pak, yaitu
halusinasi pendengaran. Bagaimana kalau kita latihan untuk
mengendalikannya? Ada beberapa cara untuk mengendalikan suara itu,
bagaimana kalau saat ini kita latih Pak? Apakah Bapak setuju?”
3) Tindakan
“Pak, ada empat cara untuk mengendalikan halusinasi.”
“Pertama, dengan menghardik suara tersebut.”
“Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.”
“Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal.”
“Keempat, minum obat dengan teratur.”
“Bagaimana kalau kita latihan cara yang pertama dulu, yaitu dengan
menghardik.”

29
“Caranya seperti ini: Saat suara-suara itu muncul, langsung tutup kedua
telinga Bapak dengan kedua telapak tangan dan katakan pergi jangan
ganggu saya, kamu suara palsu, saya tidak mau dengar. Begitu berulang-
ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi Pak. Ayo kita coba lakukan
bersama-sama Pak. Baik sekarang coba Bapak lakukan sendiri dnegan
yakin! Nah begitu caranya. Bagus! Coba lagi sekali lagi! Ya bagus Bapak
sudah bias. Bagaimana perasaan Bapak sekarang?”
c. Terminasi
1) Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan Bapak setelah latihan tadi?”
2) Evaluasi Objektif
“Apa saja cara untuk mengendalikan halusinasi Pak? (Bantu klien jika
belum ingat). Bisakah Bapak mengulangi latihan yang pertama tadi?”
3) Rencana Tindak Lanjut Klien
“Bagaimana kalau latihan cara menghardik tadi Bapak lakukan secara
rutin dan teratur dengan memasukkannya ke jadwal kegiatan harian
Bapak? Selain latihan terjadwal Bapak lalkukan juga jika suara tersebut
sewaktu-waktu muncul ya Pak!”
4) Rencana Tindak Lanjut Perawat
“Baik Pak, besok saya akan ke sini lagi untuk memeriksa bapak apakah
masih ada tanda dan gejala serta mengevaluasi keberhasilan latihan yang
sudah kita lakukan tadi. Kita juga besok akan latihan cara yang kedua
untuk mengendalikan halusinasi yaitu dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain. Kita bertemu lagi besok disini kira-kira diwaktu yang sama
seperti hari ini ya Pak, apakah Bapak setuju?”
5) Salam
“Baiklah sekarang saya akan kembali lagi ke ruangan perawat, Bapak
silahkan istirahat saja dulu. Kalau Bapak membutuhkan sesuatu silahkan
panggil saya di ruangan perawat, apakah ada yang ingin Bapak tanyakan?
Baik, saya permisi ya Pak, Assalamu’alaikum”.

30
LAPORAN PENDAHULUAN (LP)
HARGA DIRI RENDAH KRONIK

1. Kasus (Masalah Keperawatan Jiwa Utama)


Harga Diri Rendah Kronis

2. Definisi
1) Evaluasi atau perasaan negative terhadap diri sendiri atau kemampuan klien
seperti tidak berarti, tidak berharga, tidak berdaya yang berlangsung dalam
waktu lama dan terus-menerus (PPNI, 2017).
2) Harga diri rendah kronik adalah evaluasi diri/perasaan negatif terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri yang berlangsung minimal 3 bulan (NANDA-I,
2018).
3) Harga diri rendah melibatkan evaluasi diri yang negative dan berhubungan
dengan perasaan yang lemah, tidak berdaya, putus asa, ketakutan, rentan,
rapuh, tidak lengkap, tidak berharga, dan tidak memadai (Stuart, Keliat &
Pasaribu, 2016).

3. Etiologi (Keliat et.al, 2019)


a. Kurang kasih sayang
b. Kurang rasa memiliki
c. Kurang penghargaan orang lain
d. Mengalami kegagalan
e. Diejek, dikucilkan orang lain
f. Kenyataan tidak sesuai dengan harapan

4. Tanda dan Gejala (PPNI SDKI, 2017)


a. Tanda dan gejala mayor:
1) Subjektif:
a) Menilai diri sendiri negative (mis. Tidak berguna, tidak tertolong).
b) Merasa malu/ bersalah.
c) Merasa tidak mampu melakukan apapun.
d) Meremehkan kemampuan mengatasi masalah.
31
e) Merasa tidak memiliki kelebihan ata kemampuan positif.
f) Melebih-lebihkan penilaian negative tentang diri sendiri.
g) Menolak penilaian positif tentang diri sendiri.

2) Objektif
a) Enggan mencoba hal baru.
b) Berjalan menunduk.
c) Postur tubuh menunduk.
b. Tanda dan gejala minor:
1) Subjektif
a) Merasa sulit konsentrasi.
b) Sulit tidur.
c) Mengungkapkan keputusasaan
2) Objektif
a) Kontak mata kurang.
b) Lesu dan tidak bergairah.
c) Berbicara pelan dan lirih.
d) Pasif.
e) Perilaku tidak asertif.
f) Mencari penguatan secara berlebihan.
g) Bergantung pada pendapat orang lain.
h) Sulit membuat keputusan.

5. Diagnosis Medis Terkait (Keliat et.al, 2019)


a. Skizofrenia
b. Depresi berat
c. Bipolar
d. Gangguan jiwa lainnya

32
6. Pohon Masalah (gambaran pohon masalah)
Resiko tinggi (Resti) Perilaku Kekerasan

Effect Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

Isolasi Sosial

Core Problem Harga Diri Rendah Kronis

Causa Koping Individu tidak Efektif

7. Tujuan Diagnosa Keperawatan (Keliat et.al, 2019)


a. Kognitif, klien mampu:
1) Mengenal aspek positif dan kemampuan yang dimiliki.
2) Menilai aspek positif an kemampuan yang dapat dilakukan.
3) Memilih aspek positif dan kemmpuan yang ingin dilakukan.
b. Psikomotor, klien mampu:
1) Melakukan aspek positif dan kemampuan yang dipilih.
2) Berperilaku aktif.
3) Menceritakan keberhasilan pada orang liain.
c. Afektif, klien mampu:
1) Merasakan manfaat latihan yang dilakukan.
2) Menghargai kemampuan diri (bangga)
3) Meningkatkan harga diri.

8. Tindakan Keperawatan (Keliat et.al, 2019)


a. Tindakan pada klien
1) Pengkajian: kaji tanda dan gejala serta penyebab harga diri rendah kronik.
2) Diagnosis: jelaskan proses terjadinya harga diri rendah kronik.
3) Tindakan keperawatan
a) Diskusikan aspek positif dan kemampuan yang pernah dan masih
dimiliki klien.

33
b) Bantu klien menilai aspek positif dan kemampuan yang masih dimiliki
dan dapat digunakan/ dilakukan.
c) Bantu klien memilih aspek positif atau kemampuan yang akan dilatih.
d) Latih aspek positif atau kemampuan yang dipilih dengan motivasi yang
positif.
e) Berikan pujian untuk setiap kegiatan yang dilakukan dengan baik.
f) Fasilitasi klien bercerita tentang keberhasilannya.
g) Bantu klien membuat jadwal latihan untuk membudayakan.
h) Bantu klien menilai manfaat latihan yang dilakukan.

4) Tindakan keperawatan spesialis


a) Terapi kognitif
- Sesi 1: Mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan dan
menimbulkan pikiran otomatis negative.
- Sesi 2: Melawan pikiran otomatis negative.
- Sesi 3: Memanfaatkan system pendukung.
- Sesi 4: Mengevaluasi manfaat melawan pikiran negative.
b) Terapi kognitif perilaku
- Sesi 1: Mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan dan
menimbulkan pikiran otomatis negative dan perilaku negative.
- Sesi 2: Melawan pikiran otomatis negative.
- Sesi 3: Mengubah perilaku negative menjadi positif.
- Sesi 4: Memanfaatkan system pendukung.
- Sesi 5: Mengevaluasi manfaat melawan pikiran negative dan
mengubah perilaku negative.
c) Logoterapi: Medical Ministry
- Sesi 1: Identifikasi masalah yang dihadapi, perubahan yang terjadi,
dan masalah yang dialami.
- Sesi 2: Identifikasi respons terhadap masalah psikosossial dan cara
mengatasinya, tambahkan respons bio dan social.
- Sesi 3: Logoterapi dengan Teknik medical ministry.
- Sesi 4: Evaluasi

34
b. Tindakan pada keluarga
1) Tindakan keperawatan ners
a) Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
b) Menjelaskan proses terjadinya harga diri rendah yang dialami klien.
c) Mendiskusikan cara merawat harga diri rendah dan memutuskan cara
merawat yang sesuai dengan kondisi klien.
d) Melatih keluarga merawat harga diri rendah
- Mendiskusikan aspek positif dan kemampuan yang dimiliki klien.
- Membimbing klien melakukan aspek positif dan kemampuan yang
dimiliki klien: memilih, melatih, memberi motivasi.
- Memberi pujian atas keberhasilan klien.
e) Melibatkan seluruh anggota keluarga menciptakan suasana ligkungan
yang nyaman: mengurangi kritik, memfasilitasi keberhasilan dan
memberikan pujian.
f) Menjelaskan tanda dan gejala harga diri rendah kronik yang
meemrlukan rujukan, serta melakukan follow up ke pelayanan kesehatan
secara teratur.
2) Tindakan keperawatan spesialis: Psikoedukasi keluarga
a. Sesi 1: Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami klien
dan masalah kesehatan keluarga (care giver) dalam merawat
klien
b. Sesi 2: Merawat masalah kesehatan klien.
c. Sesi 3: Manajemen stress keluarga.
d. Sesi 4: Manajemen beban keluarga
e. Sesi 5: Memanfaatkan sistem pendukung
f. Sesi 6: Mengevaluasi manfaat psikoedukasi keluarga

c. Tindakan pada kelompok klien


1) Tindakan keperawatan ners
a) Sesi 1: Identifikasi kemampuan dan aspek positif pada diri.
b) Sesi 2: Menilai kemampuan dan aspek positif pada diri klien yang dapat
dilakukan.
c) Sesi 3: Memilih aspek positif atau kemampuan yang akan dilatih.
d) Sesi 4: Melatih kemampuan atau aspek positif pada diri.
e) Sesi 5: Menilai manfaat latihan terhadap harga diri.
35
2) Tindakan keperawatan spesialis : terapi suportif
a) Sesi 1: identifikasi masalah dan sumber pendukung di dalam dan di luar
keluarga.
b) Sesi 2: latihan menggunakan system pendukung dalam keluarga.
c) Sesi 3: latihan menggunakan system pendukung luar keluarga.
d) Sesi 4: evaluasi hasil dan hambatan sumber penggunaan sumber
pendukung.

9. Tindakan Kolaborasi
a. Melakukan kolaborasi dengan dokter menggunakan pendekatan ISBAR dan
TBaK.
b. Memberikan program terapi dokter (obat): edukasi 8 benar sesuai konsep safety
pemberian obat.
c. Mengobservasi manfaat dan efek samping obat.

10. Discharge Planning


a. Menjelaskan rencana persiapan pasca-rawat di rumah untuk memandirikan
klien.
b. Menjelaskan rencana tindak lanjut perawatan dan pengobatan.
c. Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan.

11. Evaluasi
a. Penurunan tanda dan gejala harga diri rendah.
b. Peningkatan kemampuan meningkatkan harga diri.
c. Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien.

12. Rencana Tindak Lanjut


a. Rujuk klien dan keluarga ke fasilitas praktik mandiri perawat spesialis
keperawatan jiwa.
b. Rujuk klien dan keluarga ke case manager di fasilitas pelayanan kesehatan
primer di Puskesmas, pelayanan kesehatan sekunder dan tersier di rumah sakit.
c. Rujuk klien dan keluarga ke kelompok pendukung, kader kesehatan jiwa,
kelumpok swabantu dan fasilitas rehabilitasi psikososial yang tersedia di
masyarakat.

36
13. Standar Pelaksanaan Komunikasi (SP) Diagnosis Keperawatan Harga Diri
Rendah (Keliat et.al, 2019)
a. Komunikasi yang dilakukan saat kunjungan rumah dibagi dalam beberapa
tahap
1) Perawat dengan keluarga atau care giver
2) Perawat dengan klien harga diri rendah kronik
3) Perawat dengan keluarga atau care giver
b. Komunikasi akan dilanjutkan di Puskesmas
1) Perawat dengan dokter menggunakan ISBAR dan TBaK
2) Perawat dengan klien dan keluarga.

14. Referensi
Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung :
Refika Aditama.
Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba
Medika.
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan ke III.
Jakarta: DPP PPNI.
Keliat, et.al. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

37
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
HARGA DIRI RENDAH KRONIK

1. Proses Keperawatan
a. Kondisi Klien
Klien tampak menyendiri, lesu dan tidak bergairah. Klien mengatakan dirinya
malu berinteraksi dengan orang lain sejak dirinya di PHK dari kantornya dan
sering diejek pengangguran oleh teman-temannya. Kondisi tersebut membuat
klien merasa tidak berguna dan tidak memiliki kemampuan apapun. Saat
ditemui, klien sedang duduk-duduk di tempat tidurnya, tidak mampu menjaga
kontak mata dan hanya menunduk.

b. Diagnosa Keperawatan Jiwa


Harga diri rendah kronik

c. Tujuan
1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
2) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
3) Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan.
4) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan.
5) Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah
dilatih
d. Tindakan Keperawatan
1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masihdimiliki
pasien.
 Untuk membantu pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan
aspek positif yang masih dimilikinya , perawat dapat :
a) Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif
yang  dimiliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, di
rumah, dalam keluarga dan lingkungan adanya keluarga dan
lingkungan terdekat pasien.
b) Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu
dengan pasien penilaian yang negatif.
2) Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan.
 Untuk tindakan tersebut, perawat dapat :
38
a) Mendiskusikan dengan pasien  kemampuan yang masih dapat
digunakan saat ini.
b) Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
c) Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang
aktif.
3) Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
 Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah :
a) Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat
dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan
sehari-hari.
b) Bantu pasien menetapkan kegiatan mana yang dapat pasien
lakukan secara mandiri, mana kegiatan yang memerlukan bantuan
minimal dari keluarga dan kegiatan apa saja yang perlu batuan
penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat pasien. Berikan
contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan pasien.
Susun bersama pasien dan buat daftar kegiatan sehari-hari pasien.
4) Melatih kemampuan yang dipilih pasien
 Untuk tindakan keperawatan tersebut perawat dapat melakukan:
a) Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan yang
dipilih.
b) Bersama pasien memperagakan kegiatan yang ditetapkan..
c) Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat
dilakukan pasien.
5) Membantu menyusun jadwal pelaksanaan  kemampuan yang dilatih
 Untuk mencapai tujuan tindakan keperawatan tersebut, perawat dapat
melakukan:
a) Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang
telah dilatihkan.
b) Beri pujian atas kegiatan/kegiatan yang dapat dilakukan pasien
setiap hari.
c) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan
perubahan setiap kegiatan.
d) Susun  jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih

39
2. Proses Pelaksanaan Tindakan
a. Orientasi
1) Salam Terapeutik
“Selamat pagi Pak perkenalkan nama saya Fauzi Sundani, saya perawat
yang bertugas di ruangan ini dari pukul 07.00 sampai pukul 14.00 WIB.
Kalau boleh saya tahu nama Bapak siapa? Bapak senangnya dipanggil
apa? Kalau tanggal lahir Bapak?”.
2) Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam?
Apakah Ada keluhan? Apakah Bapak sudah mau/mencoba berkumpul
bersama teman-teman di ruangan ini?”
3) Kontrak
- Tindakan dan Tujuan
“Baik Pak bagaimana kalau saya periksa dulu dan kita sama-sama
berdikusi serta belajar mengatasi keluhan Bapak tersebut, sehingga
Bapak tidak lagi malu berinteraksi dengan orang lain. Bagaimana
apakah Bapak setuju?”
- Waktu
“Baik, nanti kita akan berdiskusi selama 30 menit ya Pak?”
- Tempat
“Bapak mau dimana kita diskusinya? Baik, disini saja ya Pak?”
b. Kerja
1) Pengkajian
“Apakah peristiwa yang terjadi sampai Bapak malu sekali berinteraksi
dengan orang lain?”
“Apa yang Bapak rasakan akibat peristiwa itu?”
“Apakah kehidupan Bapak dapat dibanggakan?”
“Apakah kelebihan yang Bapak miliki?”
“Apakah ada akibat atau efek dari Bapak merasa malu berinteraksi dengan
orang lain?”
“Apakah kehidupan Bapak semakin baik atau sebaliknya?”

40
2) Diagnosis
“Bapak merasa malu, tidak berarti dan merasa tidak bias apa-apa. Kondisi
ini juga membuat Bapak malu untuk berinteraksi dengan orang lain.
Apakah Bapak ingin belajar untuk semangat dan bangkit kembali?”

3) Tindakan
“Baiklah, saya akan bantu Bapak untuk mengatasi rasa malu dan tidak
berarti dengan beberapa langkah-langkah”
“Pertama, mari kita tulis semua aspek positif atau kemampuan yang Bapak
miliki dari dulu sampai saat ini” (Klien menuliskan aspek-aspek positif)
“Kedua, setelah dituliskan selanjutnya mari kita pilih dan tandai yang
masih dapat dilakukan”
“Ketiga, dari yang sudah ditandai ini selanjutnya Bapak pilih yang akan
dilatih, silahkan dipilih Pak?” (Misal: Merapikan tempat tidur)
“Baik, sekarang kita akan berlatih merapikan tempat tidur ya Pak?”
“Bapak perhatikan saya terlebih dahulu ya Pak?”
“Sekarang kita lakukan bersama-sama: pertama, mari kita pindahkan dulu
bantal dan selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan
kasurnya kita balik.  ”Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai
dari arah atas, ya bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu
sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan
di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, dan letakkan sebelah
bawah/kaki. Bagus sekali Pak!”
“Apakah sekarang mau melakukannya sendiri?” (Klien latihan mandiri)
“Bagus sekali Pak. Bagaiman kalau latihan ini selanjutnya kita masukkan
ke jadwal kegiatan harian Bapak?”

c. Terminasi
1) Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan Bapak setelah latihan tadi?”
2) Evaluasi Objektif
“Apa saja langkah-langkah dalam merapikan tempat tidur? (Bantu klien
jika belum ingat). Bisakah Bapak mengulangi latihan merapikan tempat
tidur tadi?”
41
3) Rencana Tindak Lanjut Klien
“Selanjutnya mari kita buat jadwal latihannya, berapa kali sehari, jam
berapa? Jangan lupa di ceklis kalau sudah dilakukan dan rasakan
manfaatnya!”
4) Rencana Tindak Lanjut Perawat
“Baik Pak, besok saya akan ke sini lagi untuk memeriksa bapak lagi dan
kita akan coba latihan aspek-aspek positif lain yang sudah kita pilih tadi
dan bias kita lakukan di rumah ssakit ini. Kita bertemu lagi besok disini
kira-kira diwaktu yang sama seperti hari ini ya Pak, apakah Bapak
setuju?”
5) Salam
“Baiklah sekarang saya akan kembali lagi ke ruangan perawat, Bapak
silahkan istirahat saja dulu. Kalau Bapak membutuhkan sesuatu silahkan
panggil saya di ruangan perawat, apakah ada yang ingin Bapak tanyakan?
Baik, saya permisi ya Pak, Assalamu’alaikum.”

42
LAPORAN PENDAHULUAN (LP)
ISOLASI SOSIAL

1. Kasus (Masalah Keperawatan Jiwa Utama)


Isolasi Sosial

2. Definisi
a. Isolasi sosial adalah kesendirian yang dialami oleh individu dan dianggap timbul
karena orang lain serta sebagai suatu keadaan negative atau mengancam
(NANDA-I, 2016).
b. Ketidakmampuan untuk membina hubungan erat, hangat, terbuka dan
interdependen dengan orang lain (PPNI, 2017).
c. Isolasi sosial adalah keadaan ketika seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain dan sekitarnya
(Keliat & Akemat, 2014).

3. Etiologi (PPNI, 2017)


a. Keterlambatan perkembangan.
b. Ketidakmampuan menjalin hubungan yang memuaskan.
c. Ketidaksesuaian minat dengan tahap perkembangan.
d. Ketidaksesuaian nilai-nilai dengan norma
e. Ketidaksesuaian perilaku social dengan norma
f. Perubahan penampilan fisik
g. Perubahan status mental
h. Ketidakadekuatan sumber daya personal mis disfungsi berduka, pengendalian diri
buruk.

4. Tanda dan gejala (Keliat, et.al, 2019)


a. Mayor
1) Subjektif
- Ingin sendiri
- Merasa tidak nyaman di tempat umum
- Merasa berbeda dengan orang lain
43
2) Objektif
- Menarik diri
- Menolak melakukan interaksi
- Afek datar, sedih, tumpul
- Tidak ada kontak mata
- Tidak bergairah atau lesu

b. Minor
1) Subjektif
- Menolak berinteraksi dengan orang lain
- Merasa sendirian
- Merasa tidak diterima
- Tidak mempunyai sahabat

2) Objektif
- Menunjukkan permusuhan
- Tindakan berulang
- Tindakan tidak berarti

5. Diagnosis medis terkait (Keliat, et.al, 2019)


a. Skizorenia
b. Psikotik akut
c. Depresi
d. Penyakit fisik
e. Perubahan penampilan (akibat kecelakaan atau bencana)

44
6. Pohon Masalah (gambar pohon masalah)
Risti Mencederai Diri, Orang Lain, dan Lingkungan

Defisit Perawatan Diri PPS : Halusinasi

Intoleransi Aktivitas Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah Kronis

Koping Keluarga Tidak Efektif Koping Keluarga Tidak Efektif

7. Tujuan Asuhan Keperawatan


a. Kognitif, klien mampu:
1) Mengidentifikasi keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
2) Mengidentifikasi kerugian tdak berinteraksi dengan orang lain.
3) Memiliki keberanian berinteraksi.
4) Memiliki motivasi berinteraksi.
5) Memiliki inisiatif berinteraksi.
b. Psikomotor, klien mampu:
1) Melakukan interaksi dengan orang lain.
2) Melakukan kegiatan bersama orang lain.
3) Melakukan kegiatan sosial.
c. Afektif, klien mampu:
1) Merasakan manfaat dari latihan bersosialisasi.
2) Merasa nyaman berinteraksi dengan orang lain.

8. Tindakan Keperawatan
a. Tindakan pada klien
1) Tindakan keperawatan ners
a) Pengkajian: Kaji tanda dan gejala isolasi sosial serta penyebabnya.
b) Diagnosis: Jelaskan proses terjadinya isolasi sosial.
45
c) Tindakan keperawatan ners:
- Diskusikan keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
- Diskusikan keuntungan melakukan kegiatan bersama orang lain.
- Latih klien berkenalan.
- Latih klien bercakap-cakap saat melakukan kegiatan sehari-hari.
- Latih klien kegiatan social: berbelanja, ke rumah ibadah, arisan, bank
dll.
2) Tindakan keperawatan spesialis
a) Latihan keterampilan social (social skill training)
- Sesi 1: latihan bersosialisasi
- Sesi 2: latihan menjalin persahabatan
- Sesi 3: latihan bekerjasama dalam kelompok
- Sesi 4: latihan menghadapi situasi sulit
- Sesi 5: evaluasi kemampuan sosialisasi
b) Cognitive behaviour and social skill therapy (CBSST)
- Sesi 1: Orientasi kelompok, pengkajian dan formulasi masalah
- Sesi 2: Melatih memberi tanggapan rasional terhadap pikiran otomatis
negative
- Sesi 3: Melatih keterampilan mengubah perilaku negative
- Sesi 4: Melatih komunikasi untuk menjalin persahabatan
- Sesi 5: Melatih komunikasi untuk mengatasi situasi sulit
- Sesi 6: Melakukan evaluasi manfaat latihan yang dilakukan
c) Terapi perilaku
- Sesi 1: Mengidentifikasi peristiwa yang tidak menyenangkan dan
menimbulkan perilaku negative
- Sesi 2: Mengubah perilaku negative menjadi positif
- Sesi 3: Memanfaatkan system pendukung
- Sesi 4: Mengevaluasi manfaat melawan perilaku negatif
b. Tindakan pada keluarga
1) Tindakan keperawatan ners
a) Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
b) Menjelaskan proses terjadinya isolasi sosial yang dialami klien.
c) Mendiskusikan cara merawat isolasi sosial dan memutuskan cara merawat
yang sesuai dengan kondisi klien.

46
d) Melatih keluarga cara merawat isolasi sosial:
- Membuat jadwal bercakap-cakap dengan klien.
- Membantu klien berkenalan dengan orang baru.
- Melibatkan klien melakukan kegiatan rumah tangga dan activity daily
living secara bersama-sama dan bercakap-cakap.
- Melibatkan klien melakukan kegiatan sosial: berbelanja, menghadiri
kegiatan ibadah, terlibat kegiatan kelompok,
- Memberikan dukungan, kesempatan terlibat dan pujian kepada klien.
e) Melibatkan seluruh anggota keluarga dalam bersosialisasi dengan klien.
f) Menjelaskan tanda dan gejala isolasi social yang memerlukan rujukan
segera serta melakukan follow up ke pelayanan kesehatan secara teratur.
2) Tindakan keperawatan spesialis: Psiokoedukasi keluarga
a) Sesi 1: Mengidentifikasi masalah kesehatan klien dan masalah kesehatan
keluarga dalam merawat klien
b) Sesi 2: Merawat masalah kesehatan klien
c) Sesi 3: Manajemen stress untuk keluarga
d) Sesi 4: Manajemen beban untuk keluarga
e) Sesi 5: Manfaatkan system pendukung
f) Sesi 6: Mengevaluasi manfaat psikoedukasi keluarga
c. Tindakan pada kelompok klien
1) Tindakan keperawatan ners: TAK sosialisasi
a) Sesi 1: Memperkenalkan diri
b) Sesi 2: Berkenalan
c) Sesi 3: Bercakap-cakap topik umum
d) Sesi 4: Bercakap-cakap topik tertentu
e) Sesi 5: Bercakap-cakap masalah pribadi
f) Sesi 6: Bekerjasama
g) Sesi 7: Evaluasi kemampuan sosialisasi
2) Tindakan keperawatan spesialis: Terapi suportif
a) Sesi 1: Identifikasi masalah dan sumber pendukung di dalam dan di luar
keluarga
b) Sesi 2: Latihan menggunakan system pendukung dalam keluarga
c) Sesi 3: Latihan menggunakan system pendukung luar keluarga
d) Sesi 4: Evaluasi hasil dan hambatan penggunaan sumber pendukung
47
9. Tindakan Kolaborasi
a. Melakukan kolaborasi dengan dokter menggunakan ISBAR dan TBaK.
b. Memberikan program terapi dokter (obat): Edukasi obat dan memberikan obat
sesuai dengan konsep safety pemberian obat.
c. Mengobservasi manfaat dan efek samping obat.

10. Discharge planning


a. Menjelaskan rencana persiapan pascarawat di rumah untuk memandirikan klien.
b. Menjelaskan rencana tindak lanjut perawatan dan pengobatan.
c. Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan.

11. Evaluasi
a. Penurunan tanda dan gejala isolasi social.
b. Peningkatan kemampuan klien bersosialisasi.
c. Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien.

12. Rencana Tindak Lanjut


a. Rujuk klien dan keluarga ke fasilitas praktik mandiri perawat spesialis
keperawatan jiwa.
b. Rujuk klien dan keluarga ke case manager di fasilitas pelayanan kesehatan primer
di puskesmas, pelayanan kesehatan sekunder dan tersier di rumah sakit.
c. Rujuk klien dan keluarga ke kelompok swabantu dan fasilitas rehabilitasi
psikososial yang tersedia di masyarakat.

13. Standar pelaksanaan komunikasi (SP) diagnosis keperawatan: Isolasi Sosial


a. Komunikasi yang dilakukan saat kunjungan rumah dibagi dalam beberapa tahap
yaitu:
1) Perawat dengan keluarga atau care giver
2) Perawat dengan klien isolasi social
3) Perawat dengan keluarga atau care giver
b. Komunikasi akan dilanjutkan di Puskesmas yaitu:
1) Perawat dengan dokter menggunakan ISBAR atau TBaK
2) Perawat dengan klien dan keluarga

48
14. Referensi
Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung :
Refika Aditama.
Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba
Medika.
Keliat, et.al. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Keliat & Akemat. 2014. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
EGC.
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

49
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
ISOLASI SOSIAL

1. Proses Keperawatan
a. Kondisi Klien
Klien tampak menyendiri dan sedih. Klien mengatakan dirinya malu
berinteraksi dengan orang lain sejak dirinya di PHK dari kantornya dan sering
diejek pengangguran oleh teman-temannya. Kondisi tersebut membuat klien
merasa tidak nyaman berada di tempat umum atau keramaian. Klien
mengatakan dirinya hanya ingin sendiri. Saat ditemui, klien sedang duduk-
duduk di samping tidurnya, tidak mampu menjaga kontak mata dan hanya
menunduk, afek datar.

b. Diagnosa Keperawatan Jiwa


Isolasi Sosial

c. Tujuan
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2) Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial.
3) Klien mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian hubungandengan
orang lain.
4) Klien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap.
5) Klien mampu menjelaskan perasaan setelah berhubungan denganorang lain.
6) Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial.
7) Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.

d. Tindakan Keperawatan
1) Membina hubungan saling percaya.
2) Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien.
3) Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang
lain.
4) Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan oranglain.
5) Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang.

50
6) Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang
dengan orang lain dalam kegiatan harian.

2. Proses Pelaksanaan Tindakan


a. Orientasi
1) Salam Terapeutik
“Selamat pagi Pak perkenalkan nama saya Fauzi Sundani, saya perawat
yang bertugas di ruangan ini dari pukul 07.00 sampai pukul 14.00 WIB.
Kalau boleh saya tahu nama Bapak siapa? Bapak senangnya dipanggil
apa? Kalau tanggal lahir Bapak?”.
2) Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam?
Apakah Ada keluhan? Apakah Bapak merasa kesepian disini? Sudah
berapa lama Bapak sering meras kesepian? Apa yang sudah Bapak
lakukan untuk mengatasi rasa kesepian Bapak? Lalu apakah berhasil?”
3) Kontrak
- Tindakan dan Tujuan
“Baik Pak karena Bapak mengatakan sering merasa kesepian
bagaimana kalau saya periksa dulu? Selanjutnya kita akan latihan
bagaimana caranya untuk mengatasi rasa kesepian tersebut.
Tujuannya yaitu agar Bapak mampu bersosialisasi dengan orang lain
kembali. Bagaimana apakah Bapak setuju?”
- Waktu
“Baik, nanti kita akan berdiskusi selama 30 menit ya Pak?”
- Tempat
“Bapak mau dimana kita diskusinya? Baik, disini saja ya Pak?”
b. Kerja
1) Pengkajian
“Apa yang Bapak rasakan saat sedang bersama dengan orang lain?”
“apakah ada perasaan tidak nyaman jika bersama orang lain?”
“Menurut Bapak bagaimana sikap keluarga terhadap Bapak?”
“Dan bagaimana pendapat Bapak tentang sikap tetangga di rumah?”
“Siapa saja anggota keluarga yang sering bercakap-cakap dengan Bapak?
Apa saja biasanya yang dibicarakan?”

51
“Selain anggota keluarga, siapa teman terdekat Bapak? Apa alasan Bapak
senang bercakap-cakap dan merasa dekat dengan …?”
“Siapa saja yang jarang bahkan tidak pernah bercakap-cakap dengan
Bapak? Apa yang menyebabkan Bapak tidak ingin bercakap-cakap dengan
orang lain selain dengan orang yang dekat?”
“Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan ketika bergaul
dengan orang lain?
“Apa yang menghambat Bapak dalam berteman atau bercakap-cakap
dengan orang lain?”
2) Diagnosis
“Bapak sering merasa kesepian, merasa ditolak oleh orang lain dan takut
bercakap-cakap dengan orang lain sehingga berdiam diri di kamar. Ini kita
sebut isolasi social Pak. Bagaimana kalau kita sekarang latihan berkenalan
dan bercakap-cakap dengan orang lain? Apakah Bapak mau?”
3) Tindakan
“Jika kita telah mengenal orang yang akan diajak bercakap-cakap, kita
dapat langsung menghampiri, menyapa dan mengajaknya bercakap-
cakap.”
“Jika kita belum mengenal orang yang akan diajak bercakap-cakap maka
hal pertama yang dilakukan adalah berkenalan dengan orang tersebut.”
“Jika kita ingin berkenalan lakukan seperti ini, saya contohkan dulu ya
Pak: Selamat pagi, perkenalkan saya Fauzi Sundani, panggil saya Fauzi,
tinggal di Singkawang, hobi saya bermain bola.”
“Kemudian lanjutkan kita menanyai lawan bicara kita. Nama,
panggilannya, tinggal dimana, hobinya apa.”
“Apakah Bapak mengerti? Bapak mau mencobanya? Baik coba Bapak
lakukan perkenalan kepada saya!”
(Bagus sekali Pak)
“Kita ulangi sekali lagi ya Pak. Mulai dengan salam kepada saya.”
(Bagus Pak)
“Selanjutnya Bapak coba perkenalan dengan orang lain di ruangan ini ya
Pak? Apakah Bapak mau? Baik, silahkan Bapak hampiri Bapak yang
disana dan ajak berkenalan!”
(Bagus Pak)
c. Terminasi
52
1) Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan Bapak setelah berkenalan dan bercakap-cakap tadi?”
2) Evaluasi Objektif
“Apakah Bapak masih ingat cara berkenalan dan bercakap-cakap dengan
orang lain? Bagus sekali.”
3) Rencana Tindak Lanjut Klien
“Baiklah, bagaimana kalau latihan berkenalan dan bercakap-cakap tadi
kita masukkan ke jadwal kegiatan harian Bapak. Agar latihannya terjadwal
dan rutin sehingga Bapak semakin mahir berkenalan dengan orang lain,
Bapak mendapat banyak teman baru dan tidak merasa kesepian lagi.
Apakah Bapak setuju?”
4) Rencana Tindak Lanjut Perawat
“Baik Pak, besok saya akan ke sini lagi untuk memeriksa bapak lagi dan
dan menanyakan perihal latihan tadi dan sudah berapa banyak orang yang
Bapak ajak berkenalan dan bercakap-cakap di ruangan ini. Kita bertemu
lagi besok disini kira-kira diwaktu yang sama seperti hari ini ya Pak,
apakah Bapak setuju?”
5) Salam
“Baiklah sekarang saya akan kembali lagi ke ruangan perawat, Bapak
silahkan istirahat saja dulu. Kalau Bapak membutuhkan sesuatu silahkan
panggil saya di ruangan perawat, apakah ada yang ingin Bapak tanyakan?
Baik, saya permisi ya Pak, Assalamu’alaikum.”

53
LAPORAN PENDAHULUAN (LP)
DEFISIT PERAWATAN DIRI

1. Kasus (Masalah Keperawatan Jiwa Masalah Utama)


Defisit Perawatan Diri

2. Definisi
a. Defisit perawatan diri adalah sikap tidak mampu melakukan atau menyelesaikan
aktivitas perawatan diri (SDKI, 2017).
b. Defisit perawatan diri: kebersihan diri adalah ketidakmampuan melakukan
pembersihan diri secara seksama dan mandiri (NANDA-I, 2018).

3. Etiologi (Keliat, et.al, 2019)


a. Kelemahan
b. Penurunan motivasi
c. Kemunduran kemampuan
d. Gangguan psikologis
e. Kendala lingkungan

4. Tanda dan Gejala (Keliat, et.al, 2019)


a. Mayor
1) Subjektif
- Menolak melakukan perawatan diri: kebersihan diri, berpakaian, makan
dan minum dan eliminasi.
- Menyampaikan ketidakinginan melakukan perawatan diri: kebersihan diri,
berpakaian, makan dan minum dan eliminasi.
- Menyatakan tidak tahu cara perawatan diri: kebersihan diri, berpakaian,
makan dan minum dan eliminasi.
2) Objektif
- Kulit, rambut, gigi, kuku kotor.
- Pakaian kotor, tidak rapi dan tidak tepat.
- Makan dan minum tidak beraturan.
- Eliminasi tidak pada tempatnya.
- Lingkungan tempat tinggal kotor dan tidak rapi.
54
b. Minor
1) Subjektif
-
2) Objektif
- Ketidakmampuan menyiapkan perlengkapan mandi.
- Ketidakmampuan melepas dan mengenakan pakaian.
- Ketidakmampuan mengambil makan/ minum sendiri.
- Ketidakmampuan menggunakan toilet.

5. Diagnosis medis terkait


a. Psikotik
b. Skizofrenia
c. Gangguan fungsi kognitif
d. Gangguan persepsi
e. Gangguan muskuloskeletal

6. Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri


Effect Risiko Tinggi Isolasi Sosial

Core Problem Defisit Perawatan diri

Causa Harga Diri Rendah Kronis

7. Tujuan Asuhan Keperawatan


a. Kognitif, klien mampu:
1) Menjelaskan perawatan diri
2) Mengidentifikasi masalah perawatan diri yang dialami
3) Mengetahui cara perawatan diri: kebersihan diri, berpakaian, makan dan
minum, eliminasi dan lingkungan
b. Psikomotor, klien mampu:
1) Melakukan kebersihan diri: mandi, keramas, sikat gigi, berpakaian, berdandan
2) Memenuhi kebutuhan makan dan minum
3) Melakukan eliminasi BAB dan BAK
55
4) Menciptakan lingkungan rumah bersih dan aman
c. Afektif, klien mampu:
1) Merasa nyaman dengan perawatan diri
2) Merasakan manfaat perawatan diri
3) Mempertahankan perawatan diri

8. Tindakan Keperawatan
a. Tindakan pada klien
1) Tindakan keperawatan ners
a) Pengkajian: Kaji tanda dan gejala perawatan diri serta penyebabnya.
b) Diagnosis: Penjelasan proses terjadinya masalah perawatan diri: kbersihan
diri, berpakaian, makan dan minum, eliminasi dan lingkungan.
c) Tindakan keperawatan:
- Melatih kebersihan diri:
 Mandi
o Diskusikan gunanya mandi
o Diskusikan alat-alat yang diperlukan
o Diskusikan jadwal mandi
o Diskusikan langkah-langkah mandi
o Latih mandi sesuai dengan langkah-langkah yang telah
dijelaskan. Bantu jika klien belum dapat melakukan
o Jadwalkan mandi dengan teratur
o Beri pujian
 Berpakaian
o Diskusikan gunanya pakaian yang bersih dan rapi
o Diskusikan variasi pakaian: pakaian tidur, pakaian dirumah,
pakaian berpergian
o Latih memilih pakaian
o Latih berpakaian, bantu jika klien belum dapat melakukannya
o Jadwalkan ganti pakaian secara teratur
o Beri pujian
 Keramas
o Diskusikan gunanya keramas
o Diskusikan alat-alat untuk keramas
56
o Latih klien keramas. Bantu jika klien belum dapat
melakukannya
o Jadwalkan keramas 2 hari sekali
o Beri pujian
 Sikat gigi
o Diskusikan gunanya sikat gigi
o Diskusikan alat-alat untuk sikat gigi
o Latih klien sikat gigi. Bantu jika klien belum dapat
melakukannya
o Jadwalkan sikat gigi 2 kali sehari
o Beri pujian
 Berdandan
o Berdandan perempuan
o Diskusikan gunanya berdandan
o Diskusikan alat-alat berdandan
o Latih menyisir rambut dengan rapi
o Latih pakai bedak dengan rapi
o Latih pakai lipstick dan pensil alis
o Jadwalkan berdandan setiap selesai mandi
o Beri pujian
 Berdandan laki-laki
o Diskusikan gunanya berdandan
o Diskusikan alat dandan
o Latih menyisir rambut
o Latih cukur rambut
o Jadwalkan cukur 1 kali seminggu
o Beri pujian
 Gunting kuku
o Diskusikan gunanya gunting kuku
o Diskusikan alat untuk gunting kuku
o Latih menggunting kuku
o Jadwalkan gunting kuku 1 kali seminggu
o Beri pujian
57
 Melatih makan dan minum
o Diskusikan gunanya makan dan minum yang baik dan teratur
o Diskusikan alat, tempat makan dan minum
o Diskusikan kebutuhan makan dan minum setiap hari
o Latih cara makan dan minum yang baik: cuci tangan, berdoa,
makan di meja makan
 Melatih BAB dan BAK
o Diskusikan gunanya BAB dan BAK yang baik
o Diskusikan tempat, cara menggunakan, cara membersihkan
tempat dan cara membersihkan diri
 Latih BAB dan BAK yang baik:
o BAB dan BAK di WC
o Menggunakan WC dengan tepat
o Membersihkan diri setelah BAB dan BAK
o Membersihkan tempat BAB dan BAK
o Cuci tangan yang benar (6 langkah cuci tangan pakai sabun)
o Beri pujian
 Melatih kebersihan dan kerapihan lingkungan rumah:
o Klien dilatih membersihkan dan merapikan lingkungan rumah
o kamar tidur,
o Ruang tamu,
o Ruang makan,
o Dapur,
o Kamar mandi,
o Halaman.
 Melatih membersihkan dan merapikan kamar tidur:
o Diskusikan gunanya kebersihan dan kerapian kamar tidur
o Diskusikan kegiatan membersihkan dan merapikan kamar
tidur: tempat tidur, lemari pakaian, lantai
o Diskusikan alat-alat yang digunakan untuk tiap kegiatan
o Latih membersihkan dan merapikan tempat tidur: merapikan
tempat tidur, mengganti sprei dan sarung bantal, menjemur
Kasur
58
o Latihan membersihkan dan merapikan lemari pakaian: melipat
pakaian dan menata pakaian
o Latihan menyapu dan mengepel lantai kamar tidur
o Jadwalkan dan beri pujian

59
 Melatih membersihkan dan merapikan ruang tamu:
o Diskusikan gunanya kebersihan ruang tamu
o Diskusikan kegiatan membersihkan dan merapikan ruang
tamu: meja/ kursi/ kaca menyapu dan mengepel lantai
o Diskusikan alat-alat yang digunakan tiap kegiatan
o Latih membersihkan dan merapikan meja, kursi, kaca
o Latih menyapu dan mengepel lantai
o Jadwalkan dan beri pujian
 Melatih membersihkan dan merapikan ruang makan
o Diskusikan gunanya kebersihan dan kerapian ruang makan
o Diskusikan kegiatan membersihkan dan merapikan ruang
makan: menata meja makan, menyajikan makanan, makan
dengan baik, mencuci alat makan, merapikan meja makan,
menyapu dan mengepel ruang makan
o Diskusikan alat yang diperlukan setiap kegiatan
o Latihan membersihkan dan menata meja makan:
membersihkan meja makan, menata alat makan, menyajikan
makanan dan minuman
o Latihan makan yang baik: cuci tangan, berdoa, makan yang
rapi, membawa alat makan dan minum ke tempat cuci piring,
merapikan meja makan kembali.
o Latihan mencuci piring, membuang sisa makanan ke tempat
yang tersedia, mencuci alat-alat makan dan minum,
menyimpannya pada tempat dengan rapi
o Latihan menyapu dan mengepel ruang makan: siapkan alat-alat
kebersihan, sapu lantai dengan baik, buang sampah dan
kotoran di temat yang tersedia, mengepel lantai dengan baik
o Jadwalkan dan beri pujian
 Melatih membersihkan dan merapikan dapur
o Diskusikan gunanya kebersihan dan kerapian dapur
o Diskusikan kegiatan kebersihan dan kerapian dapur: kompor
dan mejanya, sampah dan memasak

60
o Latihan membersihkan kompor dan mejanya: membersihkan
kompor dan mejanya, memastikan kompor mati saat ditinggal,
memastikan selang tidak bocor
o Latihan membuang sampah: menyediakan minimal 2 tempat
sampah (sampah basah dan kering), membuang sampah pada
tempatnya, membuang sampah yang telah terkumpul ke
pembuangan sampah umum
o Latihan memasak: minimal masak air. Latih cara
megnhidupkan kompor, meletakkan ceret air, mengangkat saat
telah mendidih dan mematikan kompor.
 Melatih kebersihan dan kerapian kamar mandi dan WC
o Diskusikan gunanya kebersihan dan kerapian kamar mandi
o Diskusikan kegiatan kebersihan dan kerapian kamar mandi dan
WC: tempat air (jika ada), WC lantai dan dinding,
perlengkapan mandi dan buang air
o Latih cara membersihkan tempat air, WC, lantai dan dinding
o Latih cara membersihkan dan merapikan perlengkapan mandi
dan buang air: tempat sabun, odol, sikat gigi dll.
 Melatih kebersihan dan kerapian halaman
o Diskusikan gunanya kebersihan dan kerapian halaman
o Diskusikan kegiatan kebersihan dan kerapian halaman:
menyapu, membuang sampah, menanam bunga dn sayuran
o Diskusikan alat-alat untuk setiap kegiatan
o Latih menyapu dan membersihkan halaman
o Latih membuang sampah dan menghindari air tergenang
o Latih menanam bunga dan tanaman
o Jadwalkan dan beri pujian
o
2) Tindakan keperawatan spesialis: terapi perilaku
a) Sesi 1: mengidentifikasi peristiwa yang tidak menyenangkan dan
menimbulkan perilaku negative
b) Sesi 2: latih mengubah perilaku negative menjadi positif
c) Sesi 3: memanfaatkan system pendukung
d) Sesi 4: mengevaluasi manfaat latihan mengubah perilaku negative
61
b. Tindakan pada keluarga
1) Tindakan keperawatan ners
a) Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
b) Menjelaskan proses terjadinya defisit perawatan diri yang dialami klien.
c) Mendiskusikan cara merawat defisit perawatan diri yang dan memutuskan
cara merawat yang sesuai dengan kondisi klien.
d) Melatih keluarga untuk merawat defisit perawatan diri seperti yang telah
dilatih perawat pada klien
- Menyediakan alat-alat yang dibutuhkan dalam menjaga kebersihan diri
- Membimbing klien melakukan perawatan diri: kebersihan diri, makan
dan minum, BAB dan BAK, kebersihan dan kerapian rumah dan
lingkungan
- Membuat jadwal
- Memberi pujian
e) Melibatkan seluruh anggota keluarga menciptakan suasana keluarga yang
mendukung: mengingatkan klien, melakukan kegiatan Bersama-sama,
memberi motivasi dan pujian.
f) Menjelaskan tanda dan gejala defisit perawatan diri yang memerlukan
rujukan segera serta melakukan follow up ke pelayanan kesehatan secara
teratur.
2) Tindakan keperawatan spesialis: psikoedukasi keluarga
a) Sesi 1: mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami klien dan
masalah keluarga (care giver) dalam merawat klien
b) Sesi 2: merawat masalah kesehatan klien
c) Sesi 3: manajemen stress untuk keluarga
d) Sesi 4: manajemen beban untuk keluarga
e) Sesi 5: memanfaatkan system pendukung
f) Sesi 6: mengevaluasi manfaat psikoedukasi keluarga

c. Tindakan pada kelompok klien


1) Tindakan keperawatan ners: TAK defisit perawatan diri
a) Sesi 1: mampu mengenal defisit perawatan diri
b) Sesi 2: mampu melakukan perawatan diri dan kebersihan diri (mandi,
keramas, sikat gigi, potong kuku, berpakaian, berdandan)
62
63
c) Sesi 3: mampu melakukan perawatan diri (makan dan minum)
d) Sesi 4: mampu melakukan BAB dan BAK dengan cara yang baik
2) Tindakan keperawatan spesialis: Terapi suportif
a) Sesi 1: Identifikasi masalah dan sumber pendukung di dalam dan di luar
keluarga
b) Sesi 2: Latihan menggunakan system pendukung dalam keluarga
c) Sesi 3: Latihan menggunakan system pendukung luar keluarga
d) Sesi 4: Evaluasi hasil dan hambatan penggunaan sumber pendukung

9. Tindakan Kolaborasi
a. Melakukan kolaborasi dengan dokter menggunakan ISBAR dan TBaK.
b. Memberikan program terapi dokter (obat): Edukasi obat dan memberikan obat
sesuai dengan konsep safety pemberian obat.
c. Mengobservasi manfaat dan efek samping obat.

10. Discharge planning


a. Menjelaskan rencana persiapan pascarawat di rumah untuk memandirikan klien.
b. Menjelaskan rencana tindak lanjut perawatan dan pengobatan.
c. Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan.

11. Evaluasi
a. Penurunan tanda dan gejala defisit perawatan diri
b. Peningkatan kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan dan melatih aspek
positif yang dimiliki.
c. Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien.

12. Rencana Tindak Lanjut


a. Rujuk klien dan keluarga ke fasilitas praktik mandiri perawat spesialis
keperawatan jiwa.
b. Rujuk klien dan keluarga ke case manager di fasilitas pelayanan kesehatan primer
di puskesmas, pelayanan kesehatan sekunder dan tersier di rumah sakit.
c. Rujuk klien dan keluarga ke kelompok swabantu dan fasilitas rehabilitasi
psikososial yang tersedia di masyarakat.

64
13. Standar pelaksanaan komunikasi (SP)
a. Komunikasi yang dilakukan saat kunjungan rumah dibagi dalam beberapa tahap
yaitu:
1) Perawat dengan keluarga atau care giver
2) Perawat dengan klien isolasi social
3) Perawat dengan keluarga atau care giver
b. Komunikasi akan dilanjutkan di Puskesmas yaitu:
1) Perawat dengan dokter menggunakan ISBAR atau TBaK
2) Perawat dengan klien dan keluarga

14. Referensi
Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung :
Refika Aditama.
Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba
Medika.
Keliat, et.al. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

65
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
DEFISIT PERAWATAN DIRI

1. Proses Keperawatan
a. Kondisi Klien
Klien tampak kotor, rambut acak-acakan, pakaian tidak sesuai, kuku Panjang,
badan mulut bau. Klien mengatakan tidak mampu merawat diri. Klien
BAB/BAK tidak pada tempatnya dan juga tidak membersihkan diri dengan
baik setelah BAB/BAK.

b. Diagnosa Keperawatan Jiwa


Defisit Perawatan Diri

c. Tujuan
1) Klien mampu menjelaskan perawatan diri
2) Mengidentifikasi masalah perawatan diri yang dialami
3) Mengetahui cara perawatan diri: mandi , keramas, sikat gigi, berpakaian,
berdandan.
4) Klien mampu melakukan kebersihan diri: mandi , keramas, sikat gigi,
berpakaian, berdandan.
d. Tindakan Keperawatan
1) Mengkaji tanda dan gejala perawatan diri dan penyebabnya
2) Menjelaskan terjadinya massalah perawatan diri: kerbersihan diri,
berpakaian, makan dan minum, eliminasi BAB dan BAK dan lingkungan
3) Melatih kebersihan diri: mandi, keramas, sikat gigi, berpakaian, berhias, dan
gunting kuku.

2. Proses Pelaksanaan Tindakan


a. Orientasi
1) Salam Terapeutik
“Selamat pagi Pak perkenalkan nama saya Fauzi Sundani biasa dipanggil
Fauzi, saya perawat yang bertugas di ruangan ini dari pukul 07.00 sampai
pukul 14.00 WIB. Kalau boleh saya tahu nama Bapak siapa? Bapak
senangnya dipanggil apa? Kalau tanggal lahir Bapak?”.

66
2) Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam?
Apakah Ada keluhan? Dari laporan di rekam medik, Bapak tidak mau
merawat diri ya? Apa yang menyebabkan Bapak tidak mau merawat diri?
Oh… jadi Bapak merasa tidak mampu merawat diri? Sudah berapa lama
Bapak tidak merawat diri? Apa yang telah Bapak lakukan supaya dapat
merawat diri? Lalu bagaimana manfaatnya?”
3) Kontrak
- Tindakan dan Tujuan
“Bagaimana kalau kita periksa dulu kegiatan perawatan diri Bapak
dan kita belajar meningkatkannya.”
“Tujuannya supaya Bapak mampu merawat diri sendiri.” “Bagaimana
apakah Bapak setuju?”
- Waktu
“Baik, nanti kita akan berdiskusi selama 30 menit ya Pak?”
- Tempat
“Bapak mau dimana kita diskusinya? Baik, disini saja ya Pak?”
b. Kerja
1) Pengkajian
“Dalam satu hari berapa kali Baapak mandi?”
“Apa saja alat-alat yang perlu disiapkan untuk mandi?”
“Kalau keramas bagaimana Pak, berapa kali sehari?”
“Apa saja alat-alat yang perlu disiapkan untuk keramas?”
“Kalau menggosok gigi berapa kali dalam sehari?”
“Apa saja alat-alat yang perlu disiapkan untuk menggosok gigi?”
“Kalau berpakaian Bapak berapa kali ganti?”
“Apakah ada pakaian khusus: pakaian tidur, pakaian di rumah atau
pakaian bepergian?”
“Terus pakaian yang sedang Bapak pakai sekarang ini sudah berapa hari?”
“Menurut Bapak apakah sudah perlu diganti?”
“Apa saja pakaian yang tersedia?”
“Bagaimana dengan sisiran, deodorant, parfum dan minyak rambut?”
“Menurut Bapak apa gunanya kebersihan diri?”
“Apa akibatnya jika tidak dilakukan? Apakah sudah ada yang dirasakan?”
67
2) Diagnosis
“Pak, dari hasil percakapan kita tadi sepertinya kebersihan dirinya perlu
ditingkatkan lagi. Bagaimana kalau Bapak latihan agar keuntungan
kebersihan diri dapat dirasakan, apakah Bapak mau?”
3) Tindakan
“Baiklah, mari kita latihan mulai dengan mandi, sikat gigi, keramas,
berpakaian dan berhias.”
“Pertama mari kita siapkan alat-alatnya: sabun, sampo, pasta gigi, sikat
gigi, pakaian bersih, danduk dan alat-alat berhias.”
“Pertama latihan sikat gigi. Mari ambil sikat gigi dan pasta gigi.”
(Bimbing menaruh pasta gigi pada sikat gigi, berikan arahan cara
menyikat gigi, bersihkan alat dan simpan kembali di tempatnya).
“Bagus Pak”
“Kedua kita latihan keramas dan mandi. Mari ambil alat mandi dan
keramasnya.”
(Latih membuka pakaian kotor dan meletakkan di tempat pakaian kotor,
latih membilas tubuh, kepala dan rambut, latih keramas dan membilas,
latih menyabuni badan dan membilas, latih mengeringkan badan dengan
handuk).
“Bagus sekali Pak”
“Ketiga, kita latihan berpakaian. Mari ambil pakaian yang bersih dan
pakaian dalam.”
(Latih klien memakai pakaian dalam, deodorant dan pakaian).
“Bagus Pak.”
“Dan yang terakhir kita latihan berhias. Mari kita ambil sisir, minyak
rambut dan parfumnya.”
(Latih menggunakan minyak rambut, menyisir rambut dan menggunakan
parfum)
“Bagus Pak”
c. Terminasi
1) Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan Bapak setelah selessai latihan kebersihan diri?”
2) Evaluasi Objektif
“Apa saja latihan kita tadi Pak?”
68
“Bagus sekali.”
3) Rencana Tindak Lanjut Klien
“Selanjutnya mari kita buat jadwal latihan: sikat gigi, keramas, mandi,
berpakaian dan berhias. Apakah Bapak setuju?”
4) Rencana Tindak Lanjut Perawat
“Baik Pak, besok saya akan ke sini lagi untuk memeriksa bapak lagi dan
dan menanyakan perihal latihan tadi. Kita bertemu lagi besok disini kira-
kira diwaktu yang sama seperti hari ini ya Pak, apakah Bapak setuju?”
5) Salam
“Baiklah sekarang saya akan kembali lagi ke ruangan perawat, Bapak
silahkan istirahat saja dulu. Kalau Bapak membutuhkan sesuatu silahkan
panggil saya di ruangan perawat, apakah ada yang ingin Bapak tanyakan?
Baik, saya permisi ya Pak, Assalamu’alaikum.”

69
LAPORAN PENDAHULUAN (LP)
GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM

1. Kasus (Masalah Keperawatan Jiwa Utama)


Perubahan Proses Pikir: Waham
2. Definisi
a. Waham adalah keyakinan salah yang didasarkan oleh kesimpulan yang salah
tentang realita eksternal dan dipertahankan dengan kuat (Keliat, et.al, 2019).
Waham dapat berupa waham kebesaran, curiga, persekusi, somatic dan kendali
piker.
b. Waham adalah keyakinan yang keliru tentang isi pikiran yang dipertahankan
secara kuat atau terus menerus namun tidak sesuai kenyataan (SDKI, 2017).

3. Etiologi (Keliat, et.al, 2019)


a. Genetic
b. Biologis yaitu ketidakseimbangan neurotransmitter.
c. Diisolasi oleh lingkungan.
d. Mudah kecewa, kecemasan tingkat tinggi, mudah putus asa dan menutup diri.
e. Konsep diri yang negatif.

4. Tanda dan gejala (SDKI, 2017)


a. Mayor
1) Subjektif
- Mengungkapkan isi waham
2) Objektif
- Menunjukkan perilaku sesuai isi waham
- Isi pikir tidak realistis
- Isi pembicaraan sulit dimengerti
b. Minor
1) Subjektif
- Merasa sulit berkonsentrasi
- Merasa khawatir

70
2) Objektif
- Curiga berlebihan
- Waspada berlebihan
- Bicara berlebihan
- Sikap menentang atau permusuhan
- Wajah tegang
- Pola tidur berubah
- Tidak mampu mengambil keputusan
- Flight of idea
- Produktivitas kerja menurun
- Tidak mampu merawat diri
- Menarik diri

5. Jenis-Jenis Waham
a. Waham kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “saya ini pejabat di departemen kesehatan lho..” atau “saya punya
tambang emas”
b. Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan /
mencederai dirinya, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “saya tahu… seluruh saudara ingin menghancurkan hidup saya karena
merasa iri dengan kesuksesan saya.”
c. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “kalau saya masuk surga saya harus menggunakan pakaian putih setiap
hari.”
d. Waham somatic
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu / terserang penyakit,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “saya sakit kanker”, setelah pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan
tanda-tanda kanker namun pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker.
e. Waham nihilistic
71
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia / meninggal, diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “ini kan alam kubur ya , semua yang ada adalah roh – roh”.

Kondisi klinis terkait (Keliat, et.al, 2019)


a. Skizofrenia
b. Gangguan bipolar
c. Obsessive-Compulsive Disorder
d. Epilepsy

6. Pohon masalah (gambaran pohon masalah)


Effect Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Core Problem Perubahan Sensori Waham

Causa Isolasi sosial: Menarik diri

Harga Diri Rendah Kronis

7. Tujuan Asuhan Keperawatan


a. Kognitif, klien mampu:
1) Menyebutkan orientasi terhadap realitas (orang, tempat dan waktu)
2) Menyebutkan kebutuhan yang belum terpenuhi
3) Menyebutkan aspek positif yang dimiliki
b. Psikomotor, klien mampu:
1) Berorientasi terhadap realitas (orang, tempat, waktu)
2) Memenuhi kebutuhan
3) Melatih aspek positif yang dimiliki
4) Minum obat dengan prinsip 8 benar (benar obat, benar klien, benar waktu,
benar cara, benar dosis, benar manfaat, benar kedaluwarsa dan benar
dokumentasi)
c. Afektif, klien mampu:
1) Merasa manfaat dari latihan yang dilakukan
2) Merasa nyaman dan tenang

72
8. Tindakan Keperawatan
a. Tindakan pada klien
1) Tindakan keperawatan ners
a) Pengkajian: Kaji tanda dan gejala, penyebab waham dan kemampuan klien
mengatasinya.
Jika ada waham katakana Anda percaya, tetapi Anda tidak mengetahuinya.
b) Diagnosis: Jelaskan proses terjadinya waham.
c) Tindakan keperawatan:
- Sikap perawat: kalem, lembut, netral, jujur, hindari pertentangan, bicara
jelas dan simple.
- Tidak mendukung dan tidak membantah waham klien.
- Yakinkan klien berada pada lingkungan yang aman.
- Bantu klien untuk orientasi realitas (orang, tempat, waktu).
- Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi.
- Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan yang realistis.
- Diskusikan kemampuan/ aspek positif yang dimiliki klien.
- Latih klien dalam melakukan kemampuan/ aspek positif yang dimiliki.
2) Tindakan keperawatan spesialis: Terapi Kognitif Perilaku
a) Sesi 1: Mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan dan
menimbulkan pikiran otomatis negative dan perilaku negative.
b) Sesi 2: Melawan pikiran otomatis negative.
c) Sesi 3: Mengubah perilaku negative menjadi positif.
d) Sesi 4: Memanfaatkan system pendukung.
e) Sesi 5: Mengvaluasi manfaat melawan pikiran negative dan mengubah
perilaku negative.
b. Tindakan pada keluarga
1) Tindakan keperawatan ners
a) Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
b) Menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, serta proses
terjadinya waham yang dialami klien.
c) Mendiskusikan cara merawat pasien waham dan memutuskan cara
merawat yang sesuai dengan kondisi klien.

73
d) Melatih keluarga cara merawat waham:
- Tidak mendukung dan tidak membantah waham klien (netral)
- Membimbing klien melakukan latihan cara mengendalikan waham
sesuai dengan yang dilatih perawat kepada klien
- Memberi pujian atas keberhasilan klien
e) Melibatkan seluruh anggota keluarga dalam membimbing orientasi realita,
memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi, emotivasi melakukan
kemampuan/ aspek positif yang dimiliki. Memberi pujian atas
keberhasilannya.
f) Menjelaskan tanda dan gejala yang memerlukan rujukan segera serta
melakukan follow up ke pelayanan kesehatan secara teratur.
2) Tindakan keperawatan spesialis: Psiokoedukasi keluarga
a) Sesi 1: Mengidentifikasi masalah kesehatan klien dan masalah kesehatan
keluarga dalam merawat klien
b) Sesi 2: Merawat masalah kesehatan klien
c) Sesi 3: Manajemen stress untuk keluarga
d) Sesi 4: Manajemen beban untuk keluarga
e) Sesi 5: Manfaatkan system pendukung
f) Sesi 6: Mengevaluasi manfaat psikoedukasi keluarga
c. Tindakan pada kelompok klien
1) Tindakan keperawatan ners: TAK orientasi realita
a) Sesi 1: Pengenalan orang
b) Sesi 2: Pengenalan tempat
c) Sesi 3: Pengenalan waktu
2) Tindakan keperawatan spesialis: Terapi suportif
a) Sesi 1: Identifikasi masalah dan sumber pendukung di dalam dan di luar
keluarga
b) Sesi 2: Latihan menggunakan system pendukung dalam keluarga
c) Sesi 3: Latihan menggunakan system pendukung luar keluarga
d) Sesi 4: Evaluasi hasil dan hambatan penggunaan sumber pendukung

9. Tindakan Kolaborasi
a. Melakukan kolaborasi dengan dokter menggunakan ISBAR dan TBaK.
b. Memberikan program terapi dokter (obat): Edukasi obat dan memberikan obat
sesuai dengan konsep safety pemberian obat.
74
c. Mengobservasi manfaat dan efek samping obat.

10. Discharge planning


a. Menjelaskan rencana persiapan pascarawat di rumah untuk memandirikan klien.
b. Menjelaskan rencana tindak lanjut perawatan dan pengobatan.
c. Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan.

11. Evaluasi
a. Penurunan tanda dan gejala waham.
b. Peningkatan kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan dan melatih aspek
positif yang dimiliki.
c. Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien.

12. Rencana Tindak Lanjut


a. Rujuk klien dan keluarga ke fasilitas praktik mandiri perawat spesialis
keperawatan jiwa.
b. Rujuk klien dan keluarga ke case manager di fasilitas pelayanan kesehatan primer
di puskesmas, pelayanan kesehatan sekunder dan tersier di rumah sakit.
c. Rujuk klien dan keluarga ke kelompok swabantu dan fasilitas rehabilitasi
psikososial yang tersedia di masyarakat.
13. Standar pelaksanaan komunikasi (SP)

a. Komunikasi yang dilakukan saat kunjungan rumah dibagi dalam beberapa tahap
yaitu:
1) Perawat dengan keluarga atau care giver
2) Perawat dengan klien isolasi sosial
3) Perawat dengan keluarga atau care giver
b. Komunikasi akan dilanjutkan di Puskesmas yaitu:
1) Perawat dengan dokter menggunakan ISBAR atau TBaK
2) Perawat dengan klien dan keluarga

75
14. Referensi

Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung :


Refika Aditama.
Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba
Medika.
Keliat, et.al. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

76
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
PERUBAHAN PROSES PIKIR: WAHAM

1. Proses Keperawatan
a. Kondisi Klien
Klien tampak bingung, emosi labil, agresif verbal, mengatakan dirinya nabi,
menyendiri di kamar dan selalu curiga kepada orang sekitar.

b. Diagnosa Keperawatan Jiwa


Perubahan Proses Pikir: Waham

c. Tujuan
1) Membantu orientasi realitas secara bertahap
2) Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
3) Membantu klien memenuhi kebutuhannya
4) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

d. Tindakan Keperawatan
1) Membina hubungan saling percaya.
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Berjabat tangan
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.
2) Bantu orientasi realita
a) Tidak mendukung atau membantah waham pasien
b) Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman
c) Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
d) Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa
memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti
membicarakannya
e) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan
realitas.
3) Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga
menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah.

77
4) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional
pasien
5) Berdikusi tentang kemampuan positif yang dimiliki
6) Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki
7) Berdiskusi tentang obat yang diminum
8) Melatih minum obat yang benar.

2. Proses Pelaksanaan Tindakan


a. Orientasi
1) Salam Terapeutik
“Selamat pagi Pak perkenalkan nama saya Fauzi Sundani, saya perawat
yang bertugas di ruangan ini dari pukul 07.00 sampai pukul 14.00 WIB.
Kalau boleh saya tahu nama Bapak siapa? Bapak senangnya dipanggil
apa? Kalau tanggal lahir Bapak?”.
2) Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini?”
“Ooo… jadi Bapak menganggap diri Bapak adalah nabi? Sudah berapa
lama Bapak berpikir sebagai seorang nabi? Pada saat Bapak berpikir
seperti itu, apa yang Bapak rasakan?”
“Apa yang sudah Bapak lakukan untuk mengatasi perasaaan tersebut?
Lalu apakah berhasil?”
3) Kontrak
- Tindakan dan Tujuan
“Baik Pak, bagaimana kalau saya periksa dulu tentang pikiran Bapak
sebagai nabi dan kita belajar cara mengatasinya. Tujuannya supaya
Bapak mengetahui kebutuhan Bapak yang belum terpenuhi,
mengetahui kemampuan Bapak untuk memenuhi kebutuhan tersebut
dan Bapak mampu melakukannya. Bagaimana apakah Bapak setuju?”
- Waktu
“Baik, nanti kita akan berdiskusi selama 30 menit ya Pak?”
- Tempat
“Bapak mau dimana kita diskusinya? Baik, disini saja ya Pak?”

78
b. Kerja
1) Pengkajian
“Siapa nama lengkap Bapak? Apa pekerjaan Bapak? Apakah pengalaman
yang tidak menyenangkan selama hidup Bapak, pada masa kanak-kanak
atau remaja? Bagaimana Bapak menghadapi masalah tersebut? Siapa yang
membantu jika ada masalah? Apakah Bapak biasa menceritakan masalah
kepada orang lain? Bagaimana hubungan Bapak dengan orang tua?
Bagaimana hubungan Bapak dengan tetangga sekitar rumah?
“Coba ceritakan dimana Bapak berada sekarang? Bapak bisa menyebutkan
nama orang tua secara lengkap? Sekarang tanggal berapa?”
“Apa yang Bapak rasakan berada disini?”
“Bagaimana makan Bapak? Apakah Bapak mandi, gosok gigi setiap hari?
Apakah Bapak rajin potong kuku seminggu sekali?”
“Apakah Bapak kenal dengan teman-teman di sekitar sini? Bisa sebutkan
namanya?”
Jika klien menceritakan wahamnya, dengarkan tanpa mendukung atau
menyangkal sampai klien berhenti bicara.
2) Diagnosis
“Baik Bapak, saya sudah dengar ceritanya. Bapak merasa sebagai nabi,
masih ada yang belum kenal dan enggan bertemu orang lain?”
3) Tindakan
“Baiklah, bagaimana kalau kita latihan tentang situasi lingkungan,
memenuhi kebutuhan, kemampuan yang dimiliki dan mencapai
kenyamanan.”
“Pertama, Pak bagaimana kalau belajar mengenal diri, orang, tempat dan
waktu?”
“Siapa nama lengkap Bapak? Nama panggilan, sekolah dimana?”
“Siapa saja yang tinggal serumah?” (Ayo kita tuliskan nama dan
panggilannya)
“Sipa saja tetangga Bapak?” (Ayo kita tuliskan nama dan panggilannya)
“Sekarang kita tuliskan nama tempat yang sering Bapak kunjungi?” (Ayo
kita tulis nama tempat tersebut dan cara mencapainya)
“Selanjutnya ayo kita mengenal belajar waktu. Hari ini hari apa? Besok
hari apa? Kemarin hari apa?” Bagus Pak.
79
“Sekarang bulan apa? Bulan depan bulan apa? Bulan lalu bulan apa?”
Bagus Pak.
“Sekarang jam berapa?” (Latihan menebak jam dengan gambar)
“Kedua, kita diskusi kebutuhan dan latihan untuk memenuhinya? Apa saja
kegiatan Bapak sehari-hari? Apa saja kebutuhan Bapak? Mari kita tulis.
Apa saja yang belum terpenuhi? Dari kebutuhan yang belum terpenuhi
mari kita diskusikan cara memenuhinya. Satu satu ya Pak? Nah, apa kira-
kira kemampuan Bapak untuk memenuhinya? Bagus sekali. Mari kita
diskusikan yang lain.”
“Latihan kegiatan sehari-hari dan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan
tadi mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan untuk melatihnya secara
rutin dan terjadwal.”

c. Terminasi
1) Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan Bapak setelah latihan tadi?”
2) Evaluasi Objektif
“Apakah Bapak masih ingat latihan apa saja tadi? (Situasi lingkungan,
waktu dan tempat). Bagus sekali.”
3) Rencana Tindak Lanjut Klien
“Baiklah, bagaimana kalau latihan tentang situasi lingkungan, yaitu orang
sekitar Bapak, mengenal waktu dan tempat disekitar Bapak, juga
kebutuhan dan cara memenuhinya itu tadi kita masukkan dalam jadwal
kegiatan Bapak. Apakah Bapak setuju?”
4) Rencana Tindak Lanjut Perawat
“Baik Pak, besok saya akan ke sini lagi untuk memeriksa kondisi bapak
lagi dan latihan yang dilakukan. Kita bertemu lagi besok disini kira-kira
diwaktu yang sama seperti hari ini ya Pak, apakah Bapak setuju?”
5) Salam
“Baiklah sekarang saya akan kembali lagi ke ruangan perawat, Bapak
silahkan istirahat saja dulu. Kalau Bapak membutuhkan sesuatu silahkan
panggil saya di ruangan perawat, apakah ada yang ingin Bapak tanyakan?
Baik, saya permisi ya Pak, Assalamu’alaikum.”

80
LAPORAN PENDAHULUAN (LP)
RISIKO PERILAKU KEKERASAN

1. Kasus (Masalah Keperawatan Jiwa Utama)


Risiko Perilaku Kekerasan

2. Definisi
a. Rentan melakukan perilaku yang menunjukkan dapat membahayakan orang lain
secara fisik dan emosional (NANDA-I, 2018).
b. Beresiko membahayakan secara fisik, emosi, dan atau seksual pada diri sendiri
atau orang lain (SDKI, 2017).
c. Salah satu respon terhadap stressor yang dihadapi seseorang yang menimbulkan
kerugian baik pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (Keliat & Akemat,
2014).

3. Etiologi (Keliat, et.al, 2019)


a. Waham
b. Curiga pada orang lain
c. Halusinasi
d. Berencana bunuh diri
e. Kerusakan kognitif
f. Disorientasi atau konfusi
g. Kerusakan kontrol impuls
h. Depresi
i. Penyalahgunaan NAPZA
j. Gangguan konsep diri
k. Isolasi Sosial

4. Tanda dan Gejala


a. Mayor
1) Subjektif
a) Mengatakan benci/ kesal dengan orang lain
b) Mengatakan ingin memukul orang lain
81
c) Mengatakan tidak mampu mengontrol perilaku kekerasan
d) Mengungkapkan keinginan menyakiti diri sendiri, orang lain dan merusak
lingkungan
2) Objektif
a) Melotot
b) Pandangan tajam
c) Tangan mengepal, rahang mengatup
d) Gelisah dan mondar-mandir
e) Tekanan darah meningkat
f) Nadi meningkat
g) Pernafasan meningkat
h) Mudah tersinggung
i) Nada suara tinggi dan bicara kasar
j) Mendominasi pembicaraan
k) Sarkasme
l) Merusak lingkungan
m) Memukul orang lain
b. Minor
1) Subjektif
a) Mengatakan tidak senang
b) Menyalahkan orang lain
c) Mengatakan diri berkuasa
d) Merasa gagal mencapai tujuan
e) Mengungkapkan keinginan yang tidak realistis dan minta dipenuhi
f) Suka mengejek dan mengritik
2) Objektif
a) Disorientasi
b) Wajah merah
c) Postur tubuh kaku
d) Sinis
e) Bermusuhan
f) Menarik diri

82
5. Kondisi Klinis Terkait
a. Psikotik akut
b. Skizofrenia
c. Gangguan bipolar
d. Gangguan neurologis
e. Gangguan fungsi kognitif

6. Pohon Masalah (Gambar Pohon Masalah)


Risiko tinggi mencederai diri, orang lain, dan lingkungan

Halusinasi Perilaku kekerasan Pps: haliusinasi

regimen terapeutik
inefektif regimen terapeutik
inefektif
regimen terapeutik
inefektif
Koping keluarga
Tidak efektif

7. Tujuan Asuhan Keperawatan


a. Kognitif, klien mampu:
1) Menyebutkan penyebab resiko perilaku kekerasan
2) Menyebutkan tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan
3) Menyebutkan akibat yang ditimbulkan
4) Menyebutkan cara mengatasi resiko perilaku kekerasan
b. Psikomotor, klien mampu:
1) Mengendalikan resiko perilaku kekerasan dengan relaksasi: Tarik nafas dalam,
pukul Kasur dan bantal, senam, jalan-jalan
2) Berbicara dengan baik: mengungkapkan, meminta, dan menolak dengan baik
3) Melakukan deeskalasi yaitu mengungkapkan perasaan marah secara verbal
atau tertulis
4) Melakukan kegiatan ibadah
5) Patuh minum obat dengan 8 benar

83
c. Afektif, klien mampu:
1) Merasakan manfaat latihan yang dilakukan
2) Membedakan perasaan sebelum dan sesudah latihan

8. Tindakan Keperawatan
a. Tindakan pada klien
1) Tindakan keperawatan ners
a) Pengkajian: Kaji tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan, penyebab,
kemampuan mengatasinya dan akibatnya.
b) Diagnosis: jelaskan proses terjadinya resiko perilaku kekerasan.
c) Tindakan keperawatan:
d) Latih klien melakukan relaksasi: Tarik nafas dalam, pukul bantal dan
Kasur, senam, jalan-jalan.
e) Latih klien berbicara dengan baik: mengungkapkan perasaan, meminta
dengan baik dan menolak dengan baik.
f) Latih deeskalasi secara verbal atau tertulis.
g) Latih klien melakukan kegiatan keagamaan sesuai keyakinannya.
h) Latih klien patuh minum obat dengan 8 cara benar minum obat.
i) Bantu klien mengendalikan resiko perilaku kekerasan jika klien mengalami
kesulitan.
j) Diskusikan manfaat yang didapat setelah mempraktikkan latihan
mengendalikan resiko perilaku kekerasan.
k) Beri pujian pada klien saat mampu mempraktikkan latihan mengendalikan
resiko perilaku kekerasan.
2) Tindakan keperawatan ners spesialis
a) Terapi kognitif
- Sesi 1: Mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan dan
menimbulkan pikiran otomatis negative.
- Sesi 2: Melawan pikiran otomatis negative.
- Sesi 3: Memanfaatkan system pendukung.
- Sesi 4: Mengevaluasi manfaat melawan pikiran negative.
b) Terapi perilaku
- Sesi 1: Mengidentifikasi pengalaman/ kejadian yang tidak
menyenangkan dan menimbulkan pikiran negatif.
- Sesi 2: Mengubah perilaku negatif menjadi positif.
84
- Sesi 3: Memanfaatkan system pendukung.
- Sesi 4: Mengevaluasi manfaat melawan perilaku negative
c) Terapi kognitif perilaku
- Sesi 1: Mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan yang
menimbulkan pikiran otomatis negative dan perilaku negative
- Sesi 2: Melawan pikiran otomatis negative
- Sesi 3: Mengubah perilaku negative menjadi positif
- Sesi 4: Memanfaatkan system pendukung
- Sesi 5: Mengevaluasi manfaat melawan pikiran negative dan mengubah
perilaku negatif
d) Latihan asertif
- Sesi 1: mengidentifikasi peristiwa yang menyebabkan marah dan sikap
saat marah (asertif, pasif, agresif)
- Sesi 2: mengungkapkan keinginan dan kebutuhan secara asertif
- Sesi 3: mengatakan tidak untuk permintaan yang irasional
- Sesi 4: menerima dan mengungkapkan perbedaan pendapat secara asertif
- Sesi 5: mengevaluasi manfaat latihan asertif
e) Terapi penerimaan komitmen
- Sesi 1: Mengidentifikasi pengalaman/ kejadian yang tidak
menyenangkan
- Sesi 2: Mengenali keadaan saat ini dan menemukan nilai-nilai terkait
pengalaman yang tidak menyenangkan
- Sesi 3: Berlatih menerima pengalaman/ kejadian tidak menyenangkan
menggunakan nilai-nilai yang dipilih klien
- Sesi 4: Berkomitmen menggunakan nilai-nilai yang dipilih klien untuk
mencegah kekambuhan
f) Latihan relaksasi otot
- Sesi 1: Identifikasi ketegangan otot dan latihan mengencangkan dan
mengendorkan otot
- Sesi 2: Evaluasi manfaat mengencangkan dan mengendorkan otot
g) Rasional behavior therapy (REBT)
- Fase 1: persiapan kognitif
o Sesi 1: saling percaya dan harapan
o Sesi 2: thermometer perasaan
o Sesi 3: fakta vs opini
85
- Fase 2: belajar model kognitif ACBs
o Sesi 4: belajar model kognitif ACBs
- Fase 3: latihan model kognitif ACBs
o Sesi 5: latihan model kognitif ACBs
b. Tindakan pada keluarga
1) Tindakan keperawatan ners
a) Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
b) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, serta proses terjadinya resiko
perilaku kekerasan yang dialami klien.
c) Mendiskusikan cara merawat resiko perilaku kekerasan dan
memutuskan cara merawat yang sesuai dengan kondisi klien.
d) Melatih keluarga cara merawat risiko perilaku kekerasan:
- Menghindari situasi yang menyebabkan perilaku kekerasan.
- Membimbing klien melakukan latihan cara mengendalikan perilaku
kekerasan sesuai dengan yang dilatih perawat kepada klien.
- Memberi pujian atas keberhasilan klien.
e) Melibatkan seluruh anggota keluarga untuk bercakap-cakap secara
bergantian, memotivasi klien melakukan latihan dan memberi pujian
atas keberhasilannya.
f) Menjelaskan tanda dan gejala perilaku kekerasan yang memerlukan
rujukan segera serta melakukan follow up ke pelayanan kesehatan
secara teratur.
2) Tindakan keperawatan spesialis: Psikoedukasi keluarga
a) Sesi 1: Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami klien dan
masalah kesehatan keluarga (care giver) dalam merawat klien.
b) Sesi 2: Merawat masalah kesehatan klien.
c) Sesi 3: Manajemen stress untuk keluarga.
d) Sesi 4: Manajemen beban untuk keluarga.
e) Sesi 5: Memanfaatkan system pendukung.
f) Sesi 6: Mengevaluasi manfaat psikoedukasi keluarga.
b. Tindakan pada kelompok klien
1) Tindakan keperawatan ners: TAK stimulasi persepsi
a) Sesi 1: Mengenal perilaku kekerasan yang muncul
b) Sesi 2: Mencegah perilaku kekerasan secara fisik
c) Sesi 3: Mencegah perilaku kekerasan dengan cara verbal
86
d) Sesi 4: Mencegah perilaku kekerasan dengan cara spiritual
e) Sesi 5: Mencegah perilaku kekerasan dengan patuh minum obat

2) Tindakan keperawatan spesialis: Terapi suportif


a) Sesi 1: Identifikasi masalah dan sumber pendukung di dalam dan di luar
keluarga.
b) Sesi 2: Latihan menggunakan system pendukung dalam keluarga.
c) Sesi 3: Latihan menggunakan system pendukung luar keluarga.
d) Sesi 4: Evaluasi hasil dan hambatan penggunaan sumber pendukung.

9. Tindakan Kolaborasi (Keliat, el.al, 2019)


a. Melakukan kolaborasi dengan dokter menggunakan ISBAR dan TBaK.
b. Memberikan program terapi dokter (obat): edukasi 8 benar pemberian obat dengan
menggunakan konsep safety pemberian obat.
c. Mengobservasi manfaat dan efek samping obat.

10. Discharge Planning (Keliat, et.al, 2019)


a. Menjelaskan rencana persiapan pasca-rawat di rumah untuk memandirikan klien.
b. Menjelaskan rencana tindak lanjut perawatan dan pengobatan.
c. Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan.

11. Evaluasi (Keliat, et.al, 2019)


a. Penurunan tanda dan gejala perilaku kekerasan.
b. Peningkatan kemampuan klien mengatasi perilaku kekerasan.
c. Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien.

12. Rencana Tindak Lanjut (Keliat, et.al, 2019)


a. Rujuk klien dan keluarga ke fasilitas praktik mandiri perawat spesialis
keperawatan jiwa.
b. Rujuk klien dan keluarga ke case manager di fasilitas pelayanan kesehatan primer
di puskesmas, pelayanan kesehatan sekunder dan tersier di rumah sakit.
c. Rujuk klien dan keluarga ke kelompok pendukung, kader kesehatan jiwa,
kelompok swabantu dan fasilitas rehabilitasi psikososial yang tersedia di
masyarakat.

87
13. Standar Pelaksanaan Komunikasi (SP)
a. Komunikasi yang dilakukan saat kunjungan rumah dibagi dalam beberapa tahap,
yaitu:
1) Perawat dengan keluarga atau care giver.
2) Perawat dengan klien halusinasi.
3) Perawat dengan keluarga atau care giver.
b. Komunikasi akan dilanjutkan di Puskesmas, yaitu:
1) Perawat dengan dokter menggunakan ISBAR dan TBaK.
2) Perawat dengan klien dan keluarga.

14. Referensi
Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung :
Refika Aditama.
Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba
Medika.
Keliat, et.al. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Keliat & Akemat. 2014. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
EGC.
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Jiwa. Jakarta: DPP PPNI.

88
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
RISIKO PERILAKU KEKERASAN

1. Proses Keperawatan
a. Kondisi Klien
Klien tampak bingung, emosi labil, agresif verbal, tatapan tajam, mengatakan
kesal dan ingin memukul orang, menyendiri di kamar dan selalu curiga kepada
orang sekitar.

b. Diagnosa Keperawatan Jiwa


Risiko Perilaku Kekerasan

c. Tujuan
1) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2) Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
3) Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan
4) Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan
5) Klien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku
kekerasannya
6) Klien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik,
spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka
7) Klien dapat meraskan manfaat dari latihan yang dilakukan
8) Klien dapat membedakan perasaan sebelum dan sesudah latihan
d. Tindakan Keperawatan
1) Mengkaji tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan, penyebab,
kemampuan mengatasinya, dan akibatnya
2) Latih klien untuk melakukan relaksasi: Tarik napas dalam, pukul bantal
dan Kasur, senam, dan jalan-jalan
3) Latih klien untuk bicara dengan baik: mengungkapkan perasaan, meminta
dengan baik dan menolak dengan baik
4) Latih deeskalasi secara verbal maupun tertulis
5) Latih klien patuh minum obat
6) Bantu klien dalam mengendalikan risiko perilaku kekerasan jika klien
mengalami kesulitan
89
7) Diskusikan manfaat yang didapatkan setelah mempraktikan latihan
8) Berikan pujian saat klien mampu mempraktikan latihan

2. Proses Pelaksanaan Tindakan


a. Orientasi
1) Salam Terapeutik
“Selamat pagi Pak perkenalkan nama saya Fauzi Sundani, saya perawat
yang bertugas di ruangan ini dari pukul 07.00 sampai pukul 14.00 WIB.
Kalau boleh saya tahu nama Bapak siapa? Bapak senangnya dipanggil
apa? Kalau tanggal lahir Bapak?”.
2) Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini?”
“Jadi Bapak sering kesal dan marah?”
“Sudah berapa lama?”
“Apa yang sudah dilakukan untuk mengatasinya? Lalu bagaimana
manfaatnya?”
3) Kontrak
- Tindakan dan Tujuan
“Baik Pak, Bagaimana kalau saya periksa dulu tentang perasaan kesal
ingin mmarah dan belajar cara mengendalikannya?”
Bagaimana apakah Bapak setuju?”
- Waktu
“Baik, nanti kita akan berdiskusi selama 30 menit ya Pak?”
- Tempat
“Bapak mau dimana kita diskusinya? Baik, disini saja ya Pak?”
b. Kerja
1) Pengkajian
“Apa yang menyebabkan Bapak marah? Apakah disertai rasa kesal atau
kecewa dan ingin memukul?”
“Apakah yang dirasakan saat marah, apakah merasa tegang, tangan
terkepal, mengatupkan rahang dengan kuat?”
“Apakah bicara kasar, suara tinggi, menjerit atau berteriak?”
“Apakah berjalan mondar-mandir dengan marah dan melemparkan
barang-barang atau memukul orang?”

90
“Apakah akibat dengan cara marah yang demikian? Apa dengan cara
seperti itu marah akan hilang?”
2) Diagnosis
“Bapak sering kesal dengan berteriak, melempar barang sampai memukul
orang lain. Jadi Bapal masih sulit mengendalikan marah sehingg bisa terjadi
perilaku kekerasan. Apakah Bapak ingin belajar mengendalikannya?”
3) Tindakan
“Baiklah saya akan bantu Bapak mengatasi marah dengan beberapa cara.”
a) Latihan relaksasi nafas dalam, pukul bantal Kasur, olahraga, bersihkan
rumah dan pekarangan
- Contohkan: “Tarik nafas Panjang secara perlahan dari hidung,
tahan sebentar dan keluarkan secara perlahan dari mulut seperti
mengembuskan kekesalan Bapak.”
“Pukul bantal kasur saat kesal. Olahraga lari, pukul samsak atau
latihan tinju, push up, bermain bola, berguna untuk menyalurkan
energi marah. Jangan lupa bersih-bersih juga bisa mengurangi
marah dan membuat rumah menjadi bersih.”
- Dampingi: “Sekarang ayo kita lakukan bersama-sama. Benar seperti
itu.”
- Mandiri: “Sekarang coba lakukan sendiri. Bagus sudah benar.”
b) Latihan de-enskalasi (curhat)
- Contohkan: “Ceritakan rasa kesal Bapak dan alasannya, serta minta
pendapat orang lain. Tuliskan perasaan marah ke dalam buku.”
- Dampingi: “Sekarang ayo kita coba bersama-sama.”
- Mandiri: “Sekarang coba lakukan sendiri. Bagus sudah benar.”
- Cara kedua adalah curhat dengan sahabat yang dipercaya.
c) Latihan bicara yang baik
- Contohkan: “Bapak dapat berlatih cara meminta dengan santun, cara
menolak dengan tepat, dan cara mengatakan rasa tidak senang.”
- Dampingi: “Sekarang ayo kita coba bersama-sama. Bagus seperti
itu.”
- Mandiri: “Sekarang coba lakukan sendiri. Ya benar seperti itu.”
d) Latihan spiritual

91
“Apa saja kegiatan ibadah yang Bapak lakukan setiap hari? Apa yang
Bapak rasakan setelah ibadah? Jadi, ibadah dapat mengurangi marah.
Lakukan dua kegiatan ibadah ya Pak.”

92
c. Terminasi
1) Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan Bapak setelah latihan tadi?”
2) Evaluasi Objektif
“Apa saja latihannya, coba sebutkan? Bagus sekali.”
3) Rencana Tindak Lanjut Klien
“Selanjutnya mari kita buat jadwal latihan. Latihan relaksasi berapa kali
sehari? Curhat dengan siapa? Atau mau menulis saja? Bagaimana dengan
latihan bicara yang baik terhadap orang yang menimbulkan rasa marah.
Jangan lupa melakukan kegiatan ibadah.”
4) Rencana Tindak Lanjut Perawat
“Baik Pak, besok saya akan ke sini lagi untuk memeriksa kondisi bapak
lagi dan latihan yang dilakukan. Kita bertemu lagi besok disini kira-kira
diwaktu yang sama seperti hari ini ya Pak, apakah Bapak setuju?”
5) Salam
“Baiklah sekarang saya akan kembali lagi ke ruangan perawat, Bapak
silahkan istirahat saja dulu. Kalau Bapak membutuhkan sesuatu silahkan
panggil saya di ruangan perawat, apakah ada yang ingin Bapak tanyakan?
Baik, saya permisi ya Pak, Assalamu’alaikum.”

93

Anda mungkin juga menyukai