Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS WACANA KRITIS EDUKASI PARENTING PADA AKUN TIKTOK

@rensia_sanvira

Lailin Widyasari

Insitut Agama Islam Negeri Kediri

lailinwidya@gmail.com

Abstract

Edukasi parenting merupakan hal yang penting untuk dipelajari. Pada realitanya,
masih banyak sekali anak yang terkena dampak dari kesalahan orang tua dalam mendidik,
serta orang tua yang belum mengetahui perihal parenting yang baik. Salah satu akun tiktok
yang membahas mengenai edukasi parenting adalah akun tiktok @rensia_sanvira. Penelitian
ini membahas tentang bagaimana rensia sanvira membuat konten tentang parenting yang
dapat mengedukasi warganet. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripiskan wacana dari
konten edukasi parenting @rensia_sanvira. Penelitian ini menggunakan metode analisis teks
media, dengan pendekatan analisis wacana kritis Norman Fairclough. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa akun @rensia_sanvira membuat dan membagikan kontennya
berdasarkan fakta sosial dalam bentuk reka adegan, dari pro dan kontra, serta penjelasan
monolog oleh pemilik akun sendiri. Konten tersebut dibuat dan dibagikan dengan
menekankan beberapa makna. Seperti gaya bicara yang mengandung sebab akibat, penjelasan
edukatif dan gaya adegan yang mereprentasikan fakta sosial.

Parenting education is an important thing to learn. In reality, there are still many
children who are affected by parents' mistakes in educating, and parents who do not know
about good parenting. One of the tiktok accounts that discusses parenting education is the
tiktok account @rensia_sanvira. This research discusses how Rensia Sanvira creates
parenting content that can educate netizens. This study aims to describe the discourse of
@rensia_sanvira's parenting educational content. This study uses the media text analysis
method, with the critical discourse analysis approach of Norman Fairclough. The results of
the study show that the @rensia_sanvira account creates and shares content based on social
facts in the form of scene creations, pros and cons, as well as monologue explanations by the
account owner himself. The content is created and shared with multiple meanings
emphasized. Such as the style of speech that contains causation, educative explanations and
style of scenes that represent social facts.

Latar Belakang
Pendidikan merupakan peran paling utama dalam mengembangkan potensi serta
membentuk karakter anak, baik berupa wawasan maupun keterampilan (Hasanah, 2016).
Pendidikan pertama bagi seorang anak dimulai dari lingkungan keluarga, yaitu orang tua.
Orang tua mempunyai peranan penting dan signifikan dalam segala aspek perkembangan
anak, karena pola pengasuhan orang tua sangat berpengaruh terhadap perilaku, kepribadian,
serta keseimbangan emosional anak (Damayanti, 2011). Keluarga merupakan peran pertama
dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan anak, terutama pendidikan karakter. Pola
asuh yang positif sejak dini berdampak besar bagi tumbuh kembang seorang anak, bahkan
setelah mereka menikah dan menjadi orang tua.

Saat ini, kasus mengenai krisis karakter dan krisis moral anak di Indonesia semakin
marak. Seperti kasus di SMK Pustek Serpong, memperlihatkan bahwa seorang murid berani
membentak gurunya hanya karena guru tersebut menegur dia yang sedang memainkan lampu
kedap kedip berulang kali (Pranita, 2023). Kasus lain seperti penganiayaan dan bullying juga
kerap menjadi kasus di generasi millenial baru baru ini. Tidak hanya perihal karakter negative
pada anak , tetapi sekarang banyak juga kasus kasus tentang kekerasan orang tua kepada
anak. Seperti Kasus penganiayaan anak oleh ayahnya sendiri dikarenakan tidak belajar di
rumah (Adikara, 2022). Hal hal tersebut disebabkan oleh lemahnya edukasi dalam mengasuh
anak.

Karakter didefinisikan sebagai cara berpikir dan berperilaku yang kemudian menjadi
ciri tertentu bagi setiap individu dalam hidup dan bekerja sama di lingkup keluarga serta
masyarakat (Nuraeni & Lubis, 2022). Kenakalan yang dilakukan remaja dilakukan oleh
mereka yang mempunyai karakter pribadi yang negative. Hal tersebut memiliki banyak
faktor, salah satunya adalah akibat pola asuh orang tua yang kurang tepat. Dalam praktik pola
asuh orang tua, sering terjadi kontradiksi antara ekspektasi dan realita, sehingga terjadi
kesalahan yang dapat berdampak pada perkembangan kepribadian seorang anak yang
negative (Nuraeni & Lubis, 2022).

Dewasa ini, kesehatan mental menjadi topic pembahasan yang cukup banyak di media
sosial. Sebagian besar gangguan kesehatan mental dimulai pada masa remaja dan dewasa
awal (10-24 tahun), dan kesehatan mental yang buruk dikaitkan dengan hasil pendidikan,
kesehatan, dan sosial yang negative (Bukhori, 2012). Terkait dengan mental, banyak kasus
kasus yang berhubungan dengan hal tersebut. Seperti kasus kasus bunuh diri yang ternyata
masalahnya adalah terletak pada keluarga, bisa terletak di perekonomian dan juga
keharmonisan dalam keluarga itu sendiri, broken home misalnya (Massa et al., 2020). Hal
hal tersebut juga berkaitan dengan pola asuh orang tua.

Berdasarkan data Susenas 2020, masih terdapat 3,73% balita yang pernah
mendapatkan pola pengasuhan yang tidak layak dari orang tuanya. Selain itu, 15 dari 24
provinsi memiliki pengasuhan dibawah rata rata Indonesia (Prastiwi, 2022). Pola asuh orang
tua yang salah dapat menjadi penyebab seorang anak untuk melawan orang tua dan susah
untuk diatur, apalagi jika mereka terlalu mengekang dan tidak memberikan kesempatan untuk
membela diri (Kayanti et al., 2020). Tetapi, terkadang orang tua tidak mengetahui akan
perubahan perilaku anaknya, Orang tua berusaha untuk memahaminya tetapi cara memahami
mereka salah. Dengan demikian, konflik keluarga, pemberontakan/perlawanan, depresi dan
kebingungan/kecemasan adalah hal biasa (Muhandisah, Zakiyatul, Mubarok, 2022).

Menurut Hastuti yang dikutip dalam Jurnal Audhi, Parenting merupakan proses dalam
pertumbuhkembangan dan mendidik anak sejak dilahirkan sampai memasuki fase dewasa,
atau bisa disebut sebagai pola asuh (Adriana & Zirmansyah, 2021). Pola asuh yang baik
merupakan suatu hal yang mutlak dilakukan, tetapi sayang sekali tidak ada istilah “sekolah
orang tua”, sehingga pola asuh orang tua dianggap berlangsung secara alami dan tidak ada
yang perlu dipelajari. Padahal, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh damayanti yang
dikutip dalam jurnal Kajian Penelitian dan Pendidikan dan Pembelajaran, pola asuh perlu
kemampuan yang memadai karena hal tersebut sangat berpengaruh kepada perkembangan
anak kedepannya (Mirawati et al., 2021).

Saat ini, media parenting sangat mudah untuk ditemui, apalagi dengan semakin
berkembangnya digitalisasi. Evolusi media parenting di berbagai platform menunjukkan
besarnya kebutuhan para orang tua akan informasi perihal parenting. Menurut survei
Popmama.com terhadap ibu berusia 25-34 tahun, 88% mengatakan Internet dan media digital
adalah sumber informasi parenting terbaik. Berbagai media sekarang sudah banyak
membahas mengenai edukasi parenting seperti google, instagram, facebook, web, youtube,
tiktok, dll. Salah satu akun media sosial yang membahas mengenai edukasi parenting adalah
akun tiktok dari @rensia_sanvira.

Rensia sanvira adalah seorang tiktokers yang sekarang memiliki 4,9 juta followers
sekaligus seorang konselor anak dan pernikahan yang sering membagikan ilmunya(Meriska
Dwi Novariana, 2023). Ia sering membagikan konten konten mengenai bagaimana mengasuh
anak dengan baik. Rensia sanvira mempunyai pola asuh yang Sehingga akun tersebut dapat
menjadi salah satu akun inspiratif untuk para orang tua terutama ibu ibu diluar sana, serta
untuk para calon orang tua untuk mendapatkan edukasi parenting.

Akun tiktok @rensia_sanvira dipilih sebagai objek studi karena konten kontennya
mengandung edukasi parenting. Akun tiktok @rensia_sanvira membuat konten dengan
memperagakan bagaimana dia mengasuh anaknya dengan menunjukkan berbagai hal, dengan
tokoh els, skrintil, dan rensia sendiri. Seperti mengenai kesopanan, kedisiplinan, emosional,
serta tanggung jawab yang harus di miliki oleh anak. Rensia sanvira membuat dan
membagikan kontennya dengan reka adegan yang dibuat dengan sikap parenting yang pro
dan kontra, yang membuat akun tiktok milik rensia sanvira berbeda dengan akun edukasi
parenting yang lain. Akun tersebut juga sangat aktif dalam pembuatan konten, live dan juga
interaksi kepada para pengikut, sehingga akun ini menarik untuk diteliti perihal bagaimana
pentingya edukasi parenting dengan permasalahan permasalahan yang telah disebutkan
sebelumnya.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis wacana


kritis Norman Fairclough. Pendekatan ini dilakukan untuk mendeskripsikan wacana dari
konten yang diunggah serta bagaimana konten tersebut menjadi penting untuk di konsumsi
oleh masyarakat.

Pendekatan yang dikembangkan oleh Norman Fairclough merupakan kegiatan


berwacana sebagai praktik social. Hal tersebut menyebabkan adanya keterkaitan antara
praktik social dan proses pembentukan wacana. Maka dari itu, harus dilakukan penelusuran
pada konteks produksi teks, konsumsi teks, serta aspek social maupun budaya yang
mempengaruhi wacana tersebut dapat terbentuk (Masitoh, 2020) Fairclough memusatkan
perhatian pada bahasa karena bahasa digunakan untuk merepresentasikan sesuatu.

Fairclough membagi analisis wacana dalam tiga dimensi, yaitu teks, discourse
practice, dan sociocultural practice. Teks digunakan sebagai bentuk representasi, relasi, dan
identitas. Teks dibongkar secara linguistis untuk melihat bagaimana relaitas dapat
ditampilkan yang dapat membawa pada ideologis tertentu. Discourse Practice merupakan
dimensi yang memiliki keterkaitan dengan proses produksi, yang mengarah kepada si
pembuat teks, serta konsumsi teks yang bergantung pada pengalaman dan konteks social dari
pembuat teks atau diri pengamat. Socio-cultural practice merupakan dimensi yang
berhubungan dengan konteks diluar teks, seperti situasi, konteks yang berhubungan dengan
masyarakat atau budaya tertentu yang mempunyai pengaruh terhadap kehadiran teks
(Saraswati & Sartini, 2017). Pada penelitian ini juga melihat bagaimana suatu teks dari
konten tiktok @rensia_sanvira menampilkan realitas, bagaimana teks dari konten tersebut di
produksi maupun di konsumsi, serta bagimana konten konten dari akun tersebut dibuat
karena adanya pengaruh konteks social.

Peneliti memilih analisis wacana kritis dari Fairclough karena wacana ini dapat
menjabarkan berbagai dimensi dari teks hingga pengaruh konteks sosialnya. Pada akun tiktok
@rensia_sanvira yang kontennya mengandung edukasi parenting, memiliki hubungan erat
dengan konteks social yang melatar belakangi rensia sanvira untuk membuat konten yang
dapat mengedukasi perihal parenting. Maka dari itu teori ini dapat menjabarkan wacana yang
terkaandung dalam konten kontennya.

Objek penelitian ini adalah konten dari akun tiktok @rensia_sanvira yang
mengandung edukasi parenting mulai dari bulan bulan september 2022 hingga maret 2023,
periode postingan tersebut dipilih karena terdapat beberapa yang banyak memuat tentang
parenting.

Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data observasi dengan mengamati secara


mendalam perihal konten konten pada akun tiktok @rensia_sanvira dan komen komen dari
penonton yang mampu merepresentasikan wacana dibalik konten parenting tersebut. Peneliti
juga mengkaji beberapa literature yang sesuai dengan konteks untuk menambah wawasan
dalam memudahkan pemahaman wacana dalam penelitian ini.

Hasil Dan Pembahasan

Peran orang tua dalam pola pengasuhan anak akan berubah seiring pertumbuhan dan
perkembangan anak. Sehingga, orang tua harus memahami fase fase dari perkembangan anak
serta dapat mengimbanginya. Oleh karena itu, peran ayah dan ibu sangatlah penting dalam
kehidupan anaknya, agar kecerdasan dan perkembangan anak dapat berjalan dengan baik.
Dengan adanya parenting yang baik diharapkan dapat mengembangkan kepribadian anak
yang baik pula. Mayoritas orang tua mempraktikkan pola pengasuhan dari orang tua mereka
sendiri, tanpa mengetahui apakah pola pengasuhan tersebut memang baik ataukah sebaliknya.
Pada dasarnya, orang tua membutuhkan pendidikan sebagai upaya pengarahan diri
agar mampu mengarahkan dirinya sendiri dan juga mengarahkan anak mereka, karena orang
tua kerap kali menghambat proses pembelajaran oleh pendidik. Tidak dapat dipungkiri bahwa
hal tersebut dapat terjadi akibat orang tua tidak mengetahui bagaimana cara mendidik anak
yang baik. Padahal keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak sangat penting untuk
mencapai pembelajaran yang optimal pada masa golden age anak. Maka dari itu, edukasi
parenting sangat penting untuk dipelajari para orang tua sebagai bekal untuk mereka dalam
mendidik anak (Candra, 2018).

Peneliti telah mengumpulkan beberapa postingan dari akun tiktok @rensia_sanvira


yang terdapat postingan terkait edukasi parenting. Akun tiktok @rensia_sanvira menyajikan
konten yang mengkampanyekan tentang edukasi parenting yang dikemas dalam video seperti
replika pola pengasuhannya terhadap anaknya.

Pentingnya Cara Komunikasi Yang Baik Kepada Anak

Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak merupakan komunikasi dua arah,
yang mana komunikasi dua arah merupakan komunikasi yang efektif. Komunikasi
merupakan kunci dari baik buruknya hubungan orang tua dan anak, dan hal tersebut dapat
dimulai sejak kelahiran anak. Proses tersebut merupakan dasar bagi anak untuk menghadapi
kehidupan di masa depannya. Komunikasi yang baik sangat membantu dalam perkembangan
anak untuk memahami diri, perasaan, pikiran, pendapat, dan keinginannya. (Husnul Bahri,
2018)

1. Analisis Dimensi Teks (Mikrostruktural)

Dimensi teks mewakili wacana edukasi agar orang tua dapat menerapkan cara
komunikasi yang baik kepada anak sebagai sebuah konten. Dapat dilihat melalui judul
yang tertuliskan dalam konten tersebut “Cara Tepat Untuk Bicara Sama Anak” yang
sengaja ditulis dengan huruf kapital, karena agar memberi kesan yang tegas dan
penekanan, dan agar lebih mudah dibaca (Studi Ilmu Komunikasi et al., 2022).
Didukung dengan caption “Inget yaa, cara kita komunikasi ke anak itu akan
mempengaruhi banyak hal lho….”, kalimat tersebut merupakan kalimat pendukung
dan memberi penekanan atas judul yang telah cantumkan dalam konten.

Gambar 1,2,3.

Konten tersebut dibuat dengan reka adegan dan percakapan yang diperankan
oleh rensia sanvira, skrintil, dan elsheva. Percakapan dimulai oleh skrintil yang
berperan sebagai ibu yang belum tepat dalam komunikasi kepada anak, saat anak
mencoret coret meja. haduh awas ya,..gak mama beliin mainan kamu. Kalimat yang
diucapkan oleh skrintil memiliki makna mengancam dengan menggunakan kata kata
awas, dan sebagai alat pengancamnya dengan menggunakan kata kata gak mama
beliin mainan kamu. Kemudian dibenarkan oleh tokoh rensia yang sengaja dibuat
sebagai tokoh yang kontra. Els mama kan udah bilang meja itu bukan buat digambar,
kalau mau coret coret dikertas aja yaa. Ucapan tersebut memiliki kesan yang halus
dalam bertutur kata, dan juga berkesan mengarahkan yang terdapat dalam kalimat
meja bukan buat digambar, coret coret di kertas aja yaa.

Percakapan yang kedua mengandung konten edukasi perihal penolakan anak


dalam cita citanya. Dimulai dengan ucapan elsheva pokoknya els gamau les nyanyi
yang disanggah oleh skrintil yang berperan sebagai ibu Eh mama itu tau yang terbaik
buat kamu ya, kamu itu nurut aja kenapa sih. Kalimat tersebut memiliki makna
keegoisan dengan kalimat mama tau yang terbaik buat kamu, dan kalimat kamu itu
nurut aja yang bermakna pemaksaan.
2. Analisis Wacana/Discourse Practice (Mesostruktural)
Pada bagian ini, difokuskan pada bagaiamana postingan itu diproses sebagai
suatu wacana, bagaimana wacana digunakan, profil akun, dan proses produksi suatu
teks wacana. Yang akan dianalisis adalah proses produksi dari postingan yang
mengandung wacana (Studi Ilmu Komunikasi et al., 2022). Postingan perihal cara
komunikasi yang tepat kepada anak merupakan konten tiktok dari seorang konselor
dan content creator yaitu rensia sanvira yang berupa video pendek
Rensia sanvira juga merupakan founder dari akun instagram @mamalyfe.id
yang juga berisikan perihal parenting. Rensia memang tidak mempunyai latar
belakang dari pakar pendidikan anak, tetapi ia mendalami ilmu psikologi dengan ikut
program dari Neuro Lingustic Programming AS di Amerika Serikat. Pada saat itu,
rensia sanvira mempelajari tentang permasalahan yang terjadi dalam hubungan orang
tua dengan anak dengan meneliti penyebab hubungan orang tua dan anak yang kurang
dekat.
Postingan dengan caption “Inget yaa, cara kita komunikasi ke anak itu akan
mempengaruhi banyak hal lho..”, merupakan respon dari rensia sanvira terhadap
pemikirannya bahwa perkembangan seorang anak juga disebabkan oleh faktor
komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak. Menurutnya, orang tua sangat
perlu untuk mengungkapkan rasa sayang kepada anak setiap hari, baik lewat pelukan
maupun lewat kata kata.

3. Analisis Sociocultural Practice (Makrostruktural)


Pada dimensi ini, didasarkan pada pendapat bahwa konteks sosial di luar
media mempengaruhi sebuah wacana dalam media (Cenderamata & Darmayanti,
2019). Analisis ini menentukan bagaimana sebuah wacana dipengaruhi oleh faktor
praktik sosial budaya. Teks tidak dipengaruhi secara langsung oleh praktik sosial
budaya, tetapi mempengaruhi bagaimana teks diproduksi dan dipahami. Dalam hal
ini, akun tiktok @rensiasanvira mempengaruhi wacana yang dibuat dalam
postingannya.
Situasi pada wacana postingan tersebut sebagai sebuah respon terhadap
kondisi hubungan orang tua dan anak saat ini, serta pola komunikasi orang tua kepada
anak yang mayoritas tidak tepat. Pada realitanya, masih banyak ditemukan cara bicara
orang tua kepada anak yang mengandung nada tinggi saat anak membuat kesalahan,
marah apabila arahan orang tua tidak dituruti oleh anak, dan menyepelekan bentuk
kasih sayang. Rasa kasih sayang sangat perlu untuk disampaikan oleh orang tua
kepada anak baik lewat ucapan maupun tindakan.

Cara komunikasi yang tepat adalah hal penting yang harus diterapkan oleh orang tua
kepada anak, karena hal tersebut akan mempengaruhi perkembangan anak. Apabila anak
melakukan kesalahan, orang tua tidak boleh menegur dengan menggunakan ancaman, tetapi
dengan komunikasi yang baik dan mengandung arahan. Orang tua juga tidak boleh
memaksakan kehendaknya sendiri kepada anak, karena anak mempunyai pilihan sendiri
dalam hidupnya. Jika anak tidak sependapat dengan apa yang orang tua inginkan, anak harus
ditanyai baik baik dan diajak diskusi perihal pendapat dari anak itu sendiri. Komunikasi yang
baik merupakan bentuk dari kasih sayang.

Cara menciptakan komunikasi yang efektif dengan anak adalah

- Beri cinta kepada anak dengan sepenuh hati dan tanpa pamrih
- Memahami sifat, perkembangan, dan mau mendegarkan mereka
- Mempunyai sifat kreatif dengan mereka agar mampu menciptakan suasana yang
menyenangkan.

Imbas Orang Tua Yang Tidak Harmonis Terhadap Perkembangan Anak

Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam proses perkembangan anak,
khususnya orang tua. Keluarga dapat dikatakan utuh apabila terdapat keutuhan dalam
struktur, yaitu ada ayah,ibu, dan anak. Keluarga dikatakan harmonis, apabila seluruh anggota
merasa bahagia yaitu dengan berkurangnya ketegangan, kekecewaan, dan kepuasan pada
seluruh keadaan dan keberadaan diri yang meliputi aspek fisik, mental, emosi, dan social
(Masi, 2021). Kondisi Orang Tua yang tidak harmonis akan mempengaruhi proses
perkembangan psikologis, emosional, dan juga sosial anak . (Muis, 2022)

Dalam menjalankan peran sebagai orang tua, pasti akan menemui hambatan atau
permasalahan. Secara umum, terdapat 2 tipe orang tua ketika menemui suatu hambatan atau
permasalahan, yakni yang dapat menahan amarah didepan anak dan tidak dapat menahannya
sehingga emosi tersebut akan terlampiaskan kepada anak, dan hal hal tersebutlah yang
mengakibatkan adanya kesalahan dalam psikologis, emosional, maupun sosial anak.

1. Analisis Dimensi Teks


Dimensi teks mewakili wacana edukasi agar orang tua dapat mengerti bahwa
hubungan mereka sebagai orang tua dapat berimbas kepada anak sebagai sebuah
konten. Dapat dilihat melalui judul yang tertuliskan dalam konten tersebut “2 Tanda
Yang Terlihat Anak Terkena Imbas dari Ketidakharmonisan Orang Tua ” yang
sengaja ditulis dengan huruf Tebal, karena agar memberi kesan yang tegas dan
penekanan, dan agar lebih mudah dibaca. Didukung dengan caption “Ini dia 2 tanda
yang terlihat di anak akibat ketidakharmonisan orang tuanya ….”, kalimat tersebut
merupakan kalimat pendukung dan memberi penekanan atas judul yang telah
cantumkan dalam konten yang dilengkapai dengan emoticon sedih dan sedikit
meneteskan air mata yang berarti bentuk kasihan terhadap anak yang terkena imbas
tersebut.

Konten tersebut membicarakan perihal bagaimana imbas kepada anak jika


orang tua tidak harmonis, yang dibuat dengan penjelasam dari rensia sanvira sendiri.
Pada konten tersebut, rensia mengungkapkan Sifat alami anak akan meniru apa yang
orang tua lakukan, jadi gak jarang dia gampang memukul atau gampang tersulut
emosi saat menghadapi permasalahan yang merepresentasikan bahwa jika anak suka
memukul itu adalah akibat dari orang tua sendiri, orang tua yang sering bertengkar
dan tersulut emosi apalagi suka kekerasan, maka anak juga akan menirunya. Anak
akan merasa itu beban sehingga gak mau orang lain tau sehingga suka menyendiri
dan sulit bergaul yang memiliki maksud bahwa apabila ada ketidakharmonisan orang
tua, anak akan merasa kondisi tersebut adalah beban yang orang lain tidak perlu tau,
dan merasa bahwa dirinya beban apabila yang menjadi masalah itu ada keterkaitan
dengannya, sehingga anak akan anti sosial. Rensia sanvira menggunakan pemilihan
klausa yang mengandung sebab akibat dari ketidakharmonisan orang tua.

2. Analisis Wacana/Discourse Practice (Mesostruktural)


Postingan tentang konten tersebut dibuat untuk edukasi perihal bagaimana
imbasnya ketika hubungan orang tua tidak harmonis, didalamnya mengandung 2 poin
yaitu anak jadi suka memukul, dan anak jadi anti sosial. Pembuatan wacana dari
konten tersebut merupakan hasil dari pikiran rensia sanvira yang mengamati perihal
realita dari kondisi tidak harmonis dari orang tua yang dapat mempengaruhi psikolog
anak. Hal tersebut juga telah ia pelajari sebagai konselor dan juga saat mendalami
ilmu psikologi. Konten tersebut di produksi dengan video pendek antara els dan
mamanya yaitu rensia sanvira.

3. Analisis Sociocultural Practice (Makrostruktural)


Situasi pada wacana postingan tersebut terbentuk sebagai sebuah respon
terhadap banyaknya kasus yang berkaitan dengan perilaku perilaku anak yang tidak
baik merupakan akibat dari hubungan orang tua yang tidak harmonis. Konflik yang
terjadi pada hubungan orang tua dapat mengakibatkan berbagai problem internal,
seperti kecemasan, depresu, rasa takut, merasa tidak berdaya, self esteem yang
rendah, dan perilaku sosial yang rendah pada anak. Ketika terjadi suatu masalah
dalam rumah tangga yang membuat orang tua bertengkar dan sampai memukul, anak
juga akan menirukannya. Karena, anak akan selalu meniru setiap perilaku orang
terdekat yaitu orang tua, anak akan menangkap hal yang mereka lihat dan yang
mereka dengar. Hal tersebut memunculkan permasalahan dimana anak salah
memaknai sebuah pesan orang tua yang akhirnya berdampak pada perilakunya
(Langi,Fienny, Talibandang, 2021).

Dalam kehidupan rumah tangga, tak dipungkiri permasalahan akan selalu ada. Tetapi,
permasalahan tersebut dapat menjadi sebuah ketidakharmonisan dalam keluarga apabila tidak
bisa ditangani dengan baik. Hubungan orang tua yang tidak harmonis akan berimbas kepada
anak.
Anak akan suka memukul, apabila ia sering melihat dan mendengar pertengkaran
yang terjadi pada orang tuanya. Anak juga akan menjadi anti sosial karena ia merasa menjadi
sebuah beban dan akan memendam semuanya sendirian. Maka dari itu, ilmu parenting
sangatlah penting khususnya bagi calon calon orang tua agar tidak melakukan kesalahan lagi
dalam pola pengasuhannya.

Anak Tidak Terbuka Terhadap Orang Tuanya

Didalam sebuah keluarga, dibutuhkan adanya komunikasi. Komunikasi yang terjalin


adalah komunikasi interpersonal karena terdapat keakraban dan ketergantungan satu sama
lain di dalamnya. Didalam komunikasi interpersonal, keterbukaan satu sama lain merupakan
hal yang penting untuk menjaga hubungan baik antara orang tua dan anak. Individu akan
sangat terbuka kepada orang lain ketika mereka merasa nyaman melakukan komunikasi
dengan orang tersebut, begitupun sebaliknya, individu akan membatasi apabila dirasa orang
tersebut tidak bisa memberikan kenyamanan (Ulli Fai Jayanti, 2020). Hal tersebut juga terjadi
pada komunikasi antara orang tua dan anak.

1. Analisis Dimensi Teks

Dimensi teks mewakili wacana edukasi perihal penyebab dari anak yang
tertutup dengan orang tuanya sebagai sebuah konten. Dapat dilihat melalui judul yang
tertuliskan dalam konten tersebut “Kenapa Ada Anak Tertutup Sama Orang Tuanya ”
yang sengaja ditulis dengan huruf kapital yang tebal, karena agar memberi kesan
yang tegas dan penekanan, dan agar lebih mudah dibaca. Didukung dengan caption
“Dear anak remaja, bener nggak ini alas an yang bikin kamu tertutup sama orang tua?
….”, kalimat tersebut merupakan kalimat pendukung yang bersifat pertanyaan kepada
penonton terkhusus anak remaja perihal wacana tersebut.
Konten yang dibuat tersebut mengangkat tema mengenai alasan anak tidak
terbuka terhadap orang tuanya dengan monolog yang disampaikan oleh pemilik akun
tiktok sendiri yaitu rensia sanvira. Kalau anak suka memendam semuanya sendirian,
…. Dengan didikan seperti ini membuat anak …. Pemilihan klausa tersebut memiliki
makna sebab dari anak yang suka memendam masalah sendiri yang dikaitkan dengan
akibat dari kebiasaan orang tua dan ketidak pedulian orang tua. Dilanjutkan dengan
kalimat “Kadang gimana anak mau cerita, baru buka satu kalimat aja sudah disela
orang tuanya. Kamu itu salah, kamu memang gak pernah bersyukur!, kamu ceroboh,
kamu ga ngerti, kamu terlalu begini kamu terlalu begitu. Anak belum cerita
sepenuhnya tapi udah dihakimi duluan”. Klausa yang dipilih oleh rensia sanvira
mengandung makna penegasan kenyataan dengan mengucapkan kalimat yang biasa
dilontarkan oleh orang tua kepada anak yang mengandung makna menghakimi, agar
hal tersebut dapat dijadikan edukasi para calon orang tua.

2. Analisis Wacana/Discourse Practice (Mesostruktural)


Akun @rensia_sanvira merespon sebuah realita yang sedang banyak dialami
oleh orang tua dan anak, yaitu perihal penyebab ketidakterbukaan anak kepada orang
tua. Hal tersebut berkaitan dengan kedekatan orang tua dan anak yang di produksi
dengan gaya video penjelasan dari pemilik akun tiktok sendiri yaitu rensia sanvira.
Rensia sanvira merupakan konselor dan juga founder akun parenting. Rensia sanvira
memiliki kedekatan yang baik dalam keluarganya, terutama kepada anak. Ia
menerapkan positive parenting yang telah ia dapatkan selama mempelajari ilmu
psikolog dan meneliti perihal parenting.
Rensia sanvira selalu memperlihatkan kedekatannya dengan elsheva anaknya.
Berdasarkan pengalaman yang ia rasakan, membuat dia paham apabila hubungan
terjalin dengan baik antara orang tua dan anak, anak juga akan otomatis terbuka
dengan orang tua karena merasa nyaman. Dengan demikian, akhirnya rensia sanvira
membuat konten tiktok tersebut yang mengandung makna dari penyebab anak yang
tertutup dengan orang tuanya.

3. Analisis Sociocultural Practice (Makrostruktural)


Situasi yang membangun pada wacana tersebut adalah kondisi realita sosial
yang sering di alami oleh mayoritas anak. Salah satu penyebab dari ketidakterbukaan
anak dengan orang tua adalah karena anak selalu dihakimi terlebih dahulu, orang tua
terkesan egois dan merasa benar. Hal tersebut bisa tergolong kedalam toxic parenting.
Toxic parent di Indonesia banyak terjadi akibat adanya budaya yang melekat yaitu
orang tua selalu benar. (Rika Apriani, 2022)
Berdasarkan realitanya, apabila seorang anak selalu dihakimi dan selalu
disalahkan, membuat anak menjadi malas dengan orang tuanya. Dengan demikian,
membuat anak memendam semua masalahnya sendiri dan menjadi individu yang
tertutup dengan orang tuanya sendiri.

Banyak terjadi kasus kasus yang berawal dari masalah yang selalu dipendam sendiri
oleh individu, seperti depresi dan akhirnya bunuh diri. Seorang anak akan memendan
semuanya sendiri dan menjadi seorang yang tertutup bahkan kepada orang tuanya sendiri.
Hal tersebut juga karena adanya faktor orang tua dalam pengasuhan. Anak akan menjadi
individu yang tertutup apabila tidak dibiasakan oleh orang tuanya, dan orang tua juga tidak
pernah menanyakan keadannya. Faktor lain yang membuat anak menjadi individu yang
tertutup adalah karena orang tua selalu menghakimi apa yang dirasakan dan disampaikan oleh
anaknya, sehingga membuat anak tidak nyaman dengan orang tuanya bahkan sedikit jengkel.

Orang Tua Dapat Menjadi Faktor Anak Malas Belajar

Tinggi rendanhnya motivasi belajar pada anak didasari oleh 2 aspek. Yaitu aspek diri
sendiri dan lingkungan sekitar, baik lingkungan sekolah, masyarakat, teman ataupun
keluarga. Tetapi yang menjadi dasar dari tinggi rendahnya motivasi belajar anak adalah
kondisi keluarga di rumah, karena di rumah adalah waktu yang paling lama dihabiskan bagi
anak. Namun pada kasus kebanyakan orang tua tiak menyadari betapa pentingnya peran
mereka dalam hal motivasi belajar anak (Indriani & Yunus, 2021). Apabila seorang anak
mendapat motivasi, kasih sayang, dan perhatian yang baik di rumah, maka besar
kemungkinan anak juga memiliki semangat belajar yang tinggi. Tetapi apabila sebaliknya,
membuat anak malas untuk belajar dan bersikap acuh tak acuh.

1. Analisis Dimensi Teks

Dimensi teks mewakili wacana edukasi agar orang tua dapat menyadari
kesalahan mereka sebagai orang tua dalam membuat anak menjadi malas belajar
sebagai sebuah konten. Dapat dilihat melalui judul yang tertuliskan dalam konten
tersebut “Kesalahan Ortu Yang Bikin Anak Malas Belajar ” yang sengaja ditulis
dengan huruf capital tebal, karena agar memberi kesan yang tegas dan penekanan, dan
agar lebih mudah dibaca. Didukung dengan caption “anak malas belajar?bisa jadi
karena hal hal ini...”, kalimat tersebut merupakan kalimat pendukung dan memberi
penekanan berupa pertanyaan kepada penonton atas judul yang telah dicantumkan
dalam konten perihal wacana tersebut.

Konten yang bertemakan perihal faktor malas belajar tersebut dibuat dengan
reka adegan parenting yang salah yang diperankan oleh skrintil dan elsheva yang
kemudian diedukasi dalam bentuk penjelasan secara monolog oleh rensia sanvira.
Skrintil yang berperan sebagai ibu memulai percakapan dengan Els ayo kamu harus
belajar seharian. Istirahat itu gak penting… Kalimat yang diucapkan oleh skrintil
tersebut mengandung makna pemaksaan dengan nada tinggi yang memaksa seorang
anak untuk belajar dan terus belajar. Kemudian dibenarkan oleh tokoh rensia yang
sengaja dibuat sebagai tokoh yang kontra dengan ucapan Orang Tua harus mengerti
bahwa anak juga manusia yang punya waktu untuk bermain…. Kalimat yang dipilih
oleh rensia sanvira tersebut mengandung edukasi dengan penuturan kata yang baik
dan pemilihan kata yang mudah dipahami oleh warganet.

Adegan kedua dimulai lagi oleh ucapan skrintil Bisa bisanya kamu dapat
nilai 98, kamu itu belajar gak sih?. Kalimat tersebut memiliki makna judging yang
berarti menghakimi serta tidak menghargai usaha anak. Disanggah oleh els yang
berperan sebagai anaknya dengan ucapan Sabar, els nggak ngerti dulu sama mama
gak diajarin yang mengandung pembelaan dan pembicaraan fakta serta memiliki
makna dari penyebab nilai anak tidak sempurna. Kemudian dibenarkan oleh rensia
sanvira menggunakan kalimat Ada banyak orang yang hanya menyuruh anak belajar
atau memarahi anak kalau anak dapat nilai jelek tapi bantu belajar anak aja gak
sempat. Kalimat tersebut memiliki makna edukasi perihal fakta dari sikap orang tua
yang menyebabkan anak tidak mau belajar.

2. Analisis Wacana/Discourse Practice (Mesostruktural)


Postingan tentang konten tersebut dibuat untuk merespon kasus perihal
penyebab dari malasnya anak dalam belajar yang ternyata salah satu faktor
penyebabnya adalah karena kesalahan orang tua sendiri. Realita tentang tinggi
rendahnya motivasi belajar anak berkaitan dengan keadaan orang tua di rumah.
Karena orang tua merupakan lingkungan terdekat dalam kehidupan anak. Rensia
sanvira memproduksi konten yang mengandung edukasi tersebut dengan membuat
video pendek yang berisikan praktik orang tua dalam menghadapi anaknya saat
belajar, yang di praktikkan oleh skrintil dan elsheva. Wacana tersebut sesuai dengan
apa yang rensia lihat di lingkungan masyarakat. Anak selalu dituntut untuk belajar,
anak akan dihakimi dan dimarahi ketika mendapat nilai yang kurang sempurna , serta
menciptakan suasana yang tidak nyaman saat anak belajar.
3. Analisis Sociocultural Practice (Makrostruktural)
Situasi pada wacana postingan tersebut sebagai sebuah respon terhadap
kondisi kemalasan belajar yang dialami oleh mayoritas anak. Faktor dari hal tersebut
adalah karena kesalahan orang tua yang otoriter dalam pola pengasuhan khususnya
perihal belajar. Seperti terlalu menuntut anak belajar dan mendapatkan nilai yang
baik, tetapi saat anak belajar orang tua menciptakan kondisi yang mengganggu.
Sebuah studi yang dilakukan Arizone State University meneliti sikap orangtua
terhadap kinerja akademik dari 506 siswa kelas 6. Hasil dari penelitian tersebut
menunjukkan bahwa anak yang selalu mendapat tuntutan atau tekanan dalam belajar
berdampak negatif pada kesejahteraan dan kesuksesan anak di masa depan.
(Wisnubrata, 2018)

Tinggi rendah dari motivasi belajar oleh anak dipengaruhi oleh beberapa faktor,
terutama lingkungan keluarga (orang tua). Semua orang tua pasti menginginkan yang terbaik
untuk anaknya, tetapi banyak dari mereka yang menerapkan cara yang salah terutama dalam
hal belajar. Orang tua selalu menuntut anaknya untuk belajar secara terus menerus, padahal
hal tersebut tidak baik untuk anak. Seorang anak juga membutuhkan waktu yang lain misal
untuk bermain, dan lain lain. Orang tua juga sering tidak terima apabila nilai yang dihasilkan
oleh anaknya tidak maksimal, padahal orang tua juga tidak megajarinya. Suasana dalam
rumah juga bisa menjadi salah satu faktor dalam malas belajar anak. Orang tua haru
menciptakan suasana yang nyaman agar anak juga bisa belajar dengan nyaman.

Melatih Menunda Keinginan Anak

Anak manja hampir sama dengan anak yang terlalu dilindungi oleh orang tuanya.
Beberapa orang tua tidak menyadari bahwa mereka telah memanjakan anak-anak mereka.
Demi kepentingan masa depan anak, hal ini harus dicegah dengan ketegasan dan konsistensi
dari orang tua sendiri(Agustina & Mailasari, 2018). Salah satunya adalah disaat anak
menginginkan sesuatu, tidak semuanya harus di turuti, karena hal tersebut akan
mempengaruhi kepribadian anak.

1. Analisis Dimensi Teks

Dimensi teks mewakili wacana edukasi untuk melatih agar anak tidak manja
dengan menunda keinginannya. Dapat dilihat melalui judul dari konten yang
tertuliskan “Nggak Beliin Mainan = Nggak Sayang Anak? yang sengaja ditulis
dengan huruf kapital untuk memberi penekanan sebagai sebuah tema dari konten
tersebut. Dan didukung dengan caption “nggak semua keinginan anak bisa dituruti
saat itu juga” yang merupakan kalimat pendukung dari judul yang berarti tidak
mengabulkan keinginan dari anak itu bukan berarti tidak sayang.

Konten tersebut mengangkat tema tentang keinginan anak yang tidak


semuanya harus dituruti, dengan penjelasan monolog dari rensia sanvira sendiri.
Ngggak semua keinginan anak harus kita turutin saat itu juga, anak harus belajar
menunda keinginannya, itu sangat penting buat dia belajar mengendalikan diri dan
melatih kesabaran, dia juga akan memahami bahwa orang lain juga punya
kebutuhan yang harus dipenuhi. Malah ada penelitian bilang kalau anak usia dini
yang mampu menunda keinginannya bakal lebih baik dalam mengatasi stress,
mengelola berat badan, menjalin hubungan sosial dan punya kompetensi akademis di
kemudian hari. Jadi menunda bukan berarti nggak sayang sama anak. Kalimat
tersebut mengandung kalimat edukatif dengan pemilihan klausa yang dijelaskan
secara detail perihal fungsi dari melatih menunda keinginan anak, dan diungkapkan
juga hasil penelitiannya, sehingga membuat warganet lebih tertarik dan percaya
dengan kalimat yang diucapkan oleh rensia perihal konten edukasi tersebut.

2. Analisis Wacana/Discourse Practice (Mesostruktural)


Konten yang dibuat oleh rensia sanvira tersebut merupakan respon dari sebuah
realita yang sering terjadi di masyarakat, yaitu dampak dari memanjakan anak yang
malah mengakibatkan anak memiliki sifat dan sikap negatif. Edukasi yang berupa
konten tersebut diproduksi dengan mempraktikkan elsheva sebagai seorang anak yang
menginginkan membeli mainak tetapi rensia sebagai mamanya tidak menyetujui dan
menunda keinginan tersebut, kemudian dilanjutkan dengan penjelasan dari rensia
sendiri selaku orang tua dan seorang konselor yang telah mempraktekannya bahwa
menunda keinginan anak itu banyak dampak positifnya, terutama agar anak tidak
menjadi pribadi yang manja.
3. Analisis Sociocultural Practice (Makrostruktural)
Situasi yang membangun pada wacana tersebut adalah kondisi realita sosial
yang sering terjadi pada mayoritas anak disaat menginginkan sesuatu adalah sampai
menangis dan berteriak, tetapi apabila hal tersebut selalu dituruti, maka akan
mengakibatkan kebiasaan buruk. Untuk mengatasi hal tersebut, terdapat istilah yaitu
Gratification Delay yang berarti kemampuan anak menggunakan logikanya untuk
menunda keinginan demi meperoleh hasil yang lebih besar. (Anggit Sukmawati,
2020)
Pada tahun 2000, seorang peneliti di Departemen Psikologi di University of
Miami melakukan penelitian tentang pengaruh sikap orang tua dan perilaku mengajar
ibu terhadap penundaan kepuasan pada anak prasekolah. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ibu yang memiliki anak yang tidak dapat menunda kepuasan
menunjukkan perilaku dan sikap pengasuhan yang konsisten dengan pola asuh
permitif, (Wulandari, n.d.) yaitu anak yang terkesan manja.

Pola asuh orang tua mempunyai dampak besar dalam kepribadian dan pendewasaan
seorang anak, termasuk dalam hal memanjakannya atau tidak. Orang tua yang sering
mengabulkan segala keinginan anak akan membuat anak terbiasa dengan hal tersebut dan
menjadi pribadi yang seenaknya sendiri. Anak yang selalu dituruti keinginannya akan selalu
mekasakan kehendak dan keinginannya, dan apabila hal tersebut tidak dipenuhi anak akan
mengalami ledakan emosi. Hal tersebut juga mempengaruhi pribadi anak yang sulit
bersosialisasi dengan orang lain, contohnya orang tua yang seringkali menyalahkan teman
bermain anaknya ketika sedang berebut mainan dan memaksa teman anaknya untuk
memberikan mainannya kepada anaknya saja, akan membuat anak tersebut susah untuk
berteman dengan baik. (Asma Fadhilah et al., 2021) Maka dari itu, orang tua harus melatih
untuk menunda keinginan seorang anak, karena hal tersebut akan membuat anak belajar
untuk mengendalikan diri, melatih kesabaran, dan baik dalam menjalin hubungan sosial.

Kesimpulan

Akun tiktok @rensia_sanvira membuat konten dan membagikannya sebagai edukasi


dalam pola pengasuhan atau biasa disebut sebagai parenting, sebagai respon terhadap realita
sosial perihal kesalahan parenting maupun dampak yang terlihat dari anak akibat kesalahan
tersebut. Wacana pada kontennya berbentuk video pendek reka adegan yang disengaja
dengan tujuan mengedukasi dari beberapa poin parenting dari setiap video, yang di perankan
oleh rensia sanvira sendiri sebagai pemilik akun, elsheva anaknya dan skrintil.

Makna yang terdapat dalam konten dibuat dengan variasi penulisan judul dari setiap
konten yaitu dengan menggunakan huruf tebal, kapital,tanda tanya, dan pemakaian emoticon
agar dapat dikonsumsi oleh netizen dengan baik dan tepat. Konten yang dibuat dan dibagikan
oleh rensia sanvira dibuat dalam bentuk reka adegan, dari pro dan kontra, serta penjelasan
monolog oleh rensia sendiri, seperti gaya bicara yang mengandung sebab akibat, penjelasan
edukatif dan gaya adegan yang mereprentasikan fakta sosial.

Dengan didapatkannya centang biru pada nama akun tiktok rensia sanvira, berarti
konten yang ia buat memang banyak diminati masyarakat dan semakin membuat percaya
warganet bahwa edukasi parenting yang dibagikan olehnya merupakan hal yang tepat dan
akurat. Serta, berdasarkan analisis peneliti dengan banyaknya konten yang dibuat perihal
parenting, maka dapat disimpulkan bahwa rensia sanvira bertujuan untuk mengedukasi
masyarakat bahwa edukasi parenting itu penting untuk dipelajari.

Daftar Pustaka

Adikara, B. (2022). Ayah Aniaya 2 Anaknya karena Tidak Belajar di Rumah. 24 Desember.
https://www.jawapos.com/kasuistika/01426441/ayah-aniaya-2-anaknya-karena-tidak-
belajar-di-rumah

Adriana, N. G., & Zirmansyah, Z. (2021). Pengaruh Pengetahuan Parenting Terhadap


Keterlibatan Orangtua Di Lembaga Paud. Jurnal Anak Usia Dini Holistik Integratif
(AUDHI), 1(1), 40. https://doi.org/10.36722/jaudhi.v1i1.565

Agustina, E. F., & Mailasari, D. U. (2018). Spoiled Children: Problem Dan Solusi. ThufuLA:
Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal, 5(2), 332.
https://doi.org/10.21043/thufula.v5i2.3479

Anggit Sukmawati. (2020). Mari Mengajak Anak Belajar Menunda Keinginan. 24 Mei.
https://pip.unpad.ac.id/postdetail/Mari-Mengajak-Anak-Belajar-Menunda-Keinginan

Asma Fadhilah, H., Siti Aisyah, D., & Karyawati, L. (2021). Dampak Pola Asuh Permisif
Orang Tua Terhadap Perkembangan Sosial-Emosional Anak Usia Dini. Early
Childhood : Jurnal Pendidikan, 5(2), 90–104.
Bukhori, B. (2012). HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DAN DUKUNGAN
SOSIAL KELUARGA DENGAN KESEHATAN MENTAL NARAPIDANA (Studi
Kasus Nara Pidana Kota Semarang). Jurnal Ad-Din, 5.

Candra, S. (2018). Pelaksanaan Parenting Bagi Orang Tua Sibuk Dan Pengaruhnya Bagi
Perkembangan Anak Usia Dini. ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul
Athfal, 5(2), 267. https://doi.org/10.21043/thufula.v5i2.3475

Cenderamata, R. C., & Darmayanti, N. (2019). Analisis Wacana Kritis Fairclough Pada
Pemberitaan Selebriti Di Media Daring (Fairclough ’ S Critical Discourse Analysis of
Celebrity News on Online Media). Academia.Edu, 3(April), 1–8.

Damayanti, P. A. (2011). Dinamika Perilaku “Nakal” Anak Berambut Gimbal Di Dataran


Tinggi Dieng. Psikoislamika : Jurnal Psikologi Dan Psikologi Islam, 8(2), 165–190.
https://doi.org/10.18860/psi.v0i0.1554

Hasanah, U. (2016). Pola Asuh Orangtua Dalam Membentuk Karakter Anak. Jurnal
Elementary, 2(2), 72–82.
https://e-journal.metrouniv.ac.id/index.php/elementary/article/view/pola-asuh-orangtua-
dalam-membentuk-karakter-anak

Husnul Bahri. (2018). STRATEGI KOMUNIKASI TERHADAP ANAK USIA DINI.


Nuansa, XI, 57.

Indriani, I., & Yunus, A. K. (2021). Peranan Orang Tua Dalam Memotivasi Belajar.
JUBIKOPS: Jurnal Bimbingan Konseling Dan Psikologi, 1(2 SE  -), 125–133.
http://journal.stkipmuhammadiyahbarru.ac.id/index.php/jubikops/article/view/32

Kayanti, D. D., Noviandri, L., Yustitiya, N., & Wulandari, D. (2020). Hubungan Pola Asuh
Permissive Negligent Ibu terhadap Kecendrungan Kenakalan Remaja di SMAN X.
INQUIRY: Jurnal Ilmiah Psikologi, 11(2), 115–132.
https://doi.org/10.51353/inquiry.v11i2.455

Langi,Fienny, Talibandang, F. (2021). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap


Pembentukan Kepribadian Anak. Journal of Psychology : Humanlight, 2, 48–68.
https://ejournal-iakn-manado.ac.id/index.php/humanlight/article/download/
558/398/1071

Masi, L. M. (2021). Analisis Kondisi Psikologis Anak dari Keluarga Tidak Utuh pada Siswa
SMA PGRI Kupang. Jurnal Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian Dan Kajian
Kepustakaan Di Bidang Pendidikan, Pengajaran Dan Pembelajaran, 7(1), 214.
https://doi.org/10.33394/jk.v7i1.2968

Masitoh. (2020). PENDEKATAN DALAM ANALISIS WACANA KRITIS. Jurnal Elsa, 18.
https://docplayer.info/201792027-Pendekatan-dalam-analisis-wacana-kritis-masitoh-1-
universitas-muhammadiyah-kotabumi.html#download_tab_content

Massa, N., Rahman, M., & Napu, Y. (2020). Dampak Keluarga Broken Home Tehadap
Perilaku Sosial Anak. Jambura Journal of Community Empowerment (JJCE), 1, 1–2.
Meriska Dwi Novariana. (2023). Siapa Rensia Sanvira? Simak Profil dan Biodatanya:
Konselor Anak hingga Content Creator. 20 Februari.
https://www.jatimnetwork.com/hiburan/pr-437642954/siapa-rensia-sanvira-simak-
profil-dan-biodatanya-konselor-anak-hingga-content-creator?page=3

Mirawati, M., Ananthia, W., Silawati, E., & Yuniarti, Y. (2021). Implementasi Edukasi
Parenting di Era Digital bagi Masyarakat Indonesia di Luar Negeri. NATURALISTIC :
Jurnal Kajian Penelitian Pendidikan Dan Pembelajaran, 5(2b), 935–933.
https://doi.org/10.35568/naturalistic.v5i2b.1278

Muhandisah, Zakiyatul, Mubarok, K. (2022). Pola Asuh Orang Tua dalam Membentuk
Kepribadian Islami Pada Anak Usia Dini di Raudhatul Athfal (RA) Hidayatus Sibyan
Kandanghaur. Khulasah : Islamic Studies Journal, 3(1), 29–42.
https://doi.org/10.55656/kisj.v3i1.62

Muis, S. (2022). POTRET KETIDAKHARMONISAN KELUARGA TERHADAP SIKAP


SOSIAL REMAJA DI KELURAHAN PEKKABATA KECAMATAN DUAMPANUA
KABUPATEN PINRANG.

Nuraeni, F., & Lubis, M. (2022). Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya Terhadap
Pembentukan Karakter Anak. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Undiksha, 10(1), 137–
143. https://doi.org/10.23887/paud.v10i1.46054

Pranita, E. (2023). Video Murid Bentak Guru di SMK Pustek Serpong, Ini Duduk Perkaranya.
8 Februari. https://megapolitan.kompas.com/read/2023/02/08/16131411/viral-video-
murid-bentak-guru-di-smk-pustek-serpong-ini-duduk-perkaranya?page=all

Prastiwi, M. (2022). Survei: 3,73 Persen Anak Pernah Dapat Pola Asuh Tak Layak, Ini
Dampaknya. 5 April.

Rika Apriani. (2022). FENOMENA TOXIC PARENT PADA KALANGAN REMAJA (Studi
Kasus pada Masyarakat RW 10 Kelurahan Kebon Lega Kota Bandung). Universitas
Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.

Saraswati, A., & Sartini, N. W. (2017). Wacana Perlawanan Persebaya 1927 terhadap PSSI :
Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough. Mozaik Humaniora, 17(2), 181–191.

Studi Ilmu Komunikasi, P., Dakwah dan Komunikasi, F., Sunan Ampel Surabaya Jl Ahmad
Yani, U., Timur, J., & Hakim, L. (2022). KAMPANYE CATCALLING PADA
PEREMPUAN DI MEDIA SOSIAL (Analisis Wacana Kritis Pada Akun Instagram
@dearcatcallers.id). Jurnal Ilmu Komunikasi, 12(1).
http://jurnalfdk.uinsby.ac.id/index.php/JIK

Ulli Fai Jayanti. (2020). KETERBUKAAN DIRI ANAK KEPADA ORANG TUA MENGENAI
HUBUNGAN ASMARA (STUDI KETERBUKAAN DIRI ANAK YANG TINGGAL
TERPISAH DENGAN ORANG TUANYA MENGENAI HUBUNGAN ASMARA).

Wisnubrata. (2018). Jangan Paksa Anak Belajar agar Dapat Nilai Bagus, Ini Dampak
Buruknya. 28 September.
https://lifestyle.kompas.com/read/2018/09/28/113705620/jangan-paksa-anak-belajar-
agar-dapat-nilai-bagus-ini-dampak-buruknya?page=all

Wulandari, H. (n.d.). STUDI DESKRIPTIF MENGENAI POLA ASUH DAN KEMAMPUAN


MENUNDA KEPUASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH.

Anda mungkin juga menyukai