Jurnal RMM Lailin Widyasari Edukasi Parenting Tiktok Rensia Sanvira - Lailin Widya
Jurnal RMM Lailin Widyasari Edukasi Parenting Tiktok Rensia Sanvira - Lailin Widya
@rensia_sanvira
Lailin Widyasari
lailinwidya@gmail.com
Abstract
Edukasi parenting merupakan hal yang penting untuk dipelajari. Pada realitanya,
masih banyak sekali anak yang terkena dampak dari kesalahan orang tua dalam mendidik,
serta orang tua yang belum mengetahui perihal parenting yang baik. Salah satu akun tiktok
yang membahas mengenai edukasi parenting adalah akun tiktok @rensia_sanvira. Penelitian
ini membahas tentang bagaimana rensia sanvira membuat konten tentang parenting yang
dapat mengedukasi warganet. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripiskan wacana dari
konten edukasi parenting @rensia_sanvira. Penelitian ini menggunakan metode analisis teks
media, dengan pendekatan analisis wacana kritis Norman Fairclough. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa akun @rensia_sanvira membuat dan membagikan kontennya
berdasarkan fakta sosial dalam bentuk reka adegan, dari pro dan kontra, serta penjelasan
monolog oleh pemilik akun sendiri. Konten tersebut dibuat dan dibagikan dengan
menekankan beberapa makna. Seperti gaya bicara yang mengandung sebab akibat, penjelasan
edukatif dan gaya adegan yang mereprentasikan fakta sosial.
Parenting education is an important thing to learn. In reality, there are still many
children who are affected by parents' mistakes in educating, and parents who do not know
about good parenting. One of the tiktok accounts that discusses parenting education is the
tiktok account @rensia_sanvira. This research discusses how Rensia Sanvira creates
parenting content that can educate netizens. This study aims to describe the discourse of
@rensia_sanvira's parenting educational content. This study uses the media text analysis
method, with the critical discourse analysis approach of Norman Fairclough. The results of
the study show that the @rensia_sanvira account creates and shares content based on social
facts in the form of scene creations, pros and cons, as well as monologue explanations by the
account owner himself. The content is created and shared with multiple meanings
emphasized. Such as the style of speech that contains causation, educative explanations and
style of scenes that represent social facts.
Latar Belakang
Pendidikan merupakan peran paling utama dalam mengembangkan potensi serta
membentuk karakter anak, baik berupa wawasan maupun keterampilan (Hasanah, 2016).
Pendidikan pertama bagi seorang anak dimulai dari lingkungan keluarga, yaitu orang tua.
Orang tua mempunyai peranan penting dan signifikan dalam segala aspek perkembangan
anak, karena pola pengasuhan orang tua sangat berpengaruh terhadap perilaku, kepribadian,
serta keseimbangan emosional anak (Damayanti, 2011). Keluarga merupakan peran pertama
dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan anak, terutama pendidikan karakter. Pola
asuh yang positif sejak dini berdampak besar bagi tumbuh kembang seorang anak, bahkan
setelah mereka menikah dan menjadi orang tua.
Saat ini, kasus mengenai krisis karakter dan krisis moral anak di Indonesia semakin
marak. Seperti kasus di SMK Pustek Serpong, memperlihatkan bahwa seorang murid berani
membentak gurunya hanya karena guru tersebut menegur dia yang sedang memainkan lampu
kedap kedip berulang kali (Pranita, 2023). Kasus lain seperti penganiayaan dan bullying juga
kerap menjadi kasus di generasi millenial baru baru ini. Tidak hanya perihal karakter negative
pada anak , tetapi sekarang banyak juga kasus kasus tentang kekerasan orang tua kepada
anak. Seperti Kasus penganiayaan anak oleh ayahnya sendiri dikarenakan tidak belajar di
rumah (Adikara, 2022). Hal hal tersebut disebabkan oleh lemahnya edukasi dalam mengasuh
anak.
Karakter didefinisikan sebagai cara berpikir dan berperilaku yang kemudian menjadi
ciri tertentu bagi setiap individu dalam hidup dan bekerja sama di lingkup keluarga serta
masyarakat (Nuraeni & Lubis, 2022). Kenakalan yang dilakukan remaja dilakukan oleh
mereka yang mempunyai karakter pribadi yang negative. Hal tersebut memiliki banyak
faktor, salah satunya adalah akibat pola asuh orang tua yang kurang tepat. Dalam praktik pola
asuh orang tua, sering terjadi kontradiksi antara ekspektasi dan realita, sehingga terjadi
kesalahan yang dapat berdampak pada perkembangan kepribadian seorang anak yang
negative (Nuraeni & Lubis, 2022).
Dewasa ini, kesehatan mental menjadi topic pembahasan yang cukup banyak di media
sosial. Sebagian besar gangguan kesehatan mental dimulai pada masa remaja dan dewasa
awal (10-24 tahun), dan kesehatan mental yang buruk dikaitkan dengan hasil pendidikan,
kesehatan, dan sosial yang negative (Bukhori, 2012). Terkait dengan mental, banyak kasus
kasus yang berhubungan dengan hal tersebut. Seperti kasus kasus bunuh diri yang ternyata
masalahnya adalah terletak pada keluarga, bisa terletak di perekonomian dan juga
keharmonisan dalam keluarga itu sendiri, broken home misalnya (Massa et al., 2020). Hal
hal tersebut juga berkaitan dengan pola asuh orang tua.
Berdasarkan data Susenas 2020, masih terdapat 3,73% balita yang pernah
mendapatkan pola pengasuhan yang tidak layak dari orang tuanya. Selain itu, 15 dari 24
provinsi memiliki pengasuhan dibawah rata rata Indonesia (Prastiwi, 2022). Pola asuh orang
tua yang salah dapat menjadi penyebab seorang anak untuk melawan orang tua dan susah
untuk diatur, apalagi jika mereka terlalu mengekang dan tidak memberikan kesempatan untuk
membela diri (Kayanti et al., 2020). Tetapi, terkadang orang tua tidak mengetahui akan
perubahan perilaku anaknya, Orang tua berusaha untuk memahaminya tetapi cara memahami
mereka salah. Dengan demikian, konflik keluarga, pemberontakan/perlawanan, depresi dan
kebingungan/kecemasan adalah hal biasa (Muhandisah, Zakiyatul, Mubarok, 2022).
Menurut Hastuti yang dikutip dalam Jurnal Audhi, Parenting merupakan proses dalam
pertumbuhkembangan dan mendidik anak sejak dilahirkan sampai memasuki fase dewasa,
atau bisa disebut sebagai pola asuh (Adriana & Zirmansyah, 2021). Pola asuh yang baik
merupakan suatu hal yang mutlak dilakukan, tetapi sayang sekali tidak ada istilah “sekolah
orang tua”, sehingga pola asuh orang tua dianggap berlangsung secara alami dan tidak ada
yang perlu dipelajari. Padahal, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh damayanti yang
dikutip dalam jurnal Kajian Penelitian dan Pendidikan dan Pembelajaran, pola asuh perlu
kemampuan yang memadai karena hal tersebut sangat berpengaruh kepada perkembangan
anak kedepannya (Mirawati et al., 2021).
Saat ini, media parenting sangat mudah untuk ditemui, apalagi dengan semakin
berkembangnya digitalisasi. Evolusi media parenting di berbagai platform menunjukkan
besarnya kebutuhan para orang tua akan informasi perihal parenting. Menurut survei
Popmama.com terhadap ibu berusia 25-34 tahun, 88% mengatakan Internet dan media digital
adalah sumber informasi parenting terbaik. Berbagai media sekarang sudah banyak
membahas mengenai edukasi parenting seperti google, instagram, facebook, web, youtube,
tiktok, dll. Salah satu akun media sosial yang membahas mengenai edukasi parenting adalah
akun tiktok dari @rensia_sanvira.
Rensia sanvira adalah seorang tiktokers yang sekarang memiliki 4,9 juta followers
sekaligus seorang konselor anak dan pernikahan yang sering membagikan ilmunya(Meriska
Dwi Novariana, 2023). Ia sering membagikan konten konten mengenai bagaimana mengasuh
anak dengan baik. Rensia sanvira mempunyai pola asuh yang Sehingga akun tersebut dapat
menjadi salah satu akun inspiratif untuk para orang tua terutama ibu ibu diluar sana, serta
untuk para calon orang tua untuk mendapatkan edukasi parenting.
Akun tiktok @rensia_sanvira dipilih sebagai objek studi karena konten kontennya
mengandung edukasi parenting. Akun tiktok @rensia_sanvira membuat konten dengan
memperagakan bagaimana dia mengasuh anaknya dengan menunjukkan berbagai hal, dengan
tokoh els, skrintil, dan rensia sendiri. Seperti mengenai kesopanan, kedisiplinan, emosional,
serta tanggung jawab yang harus di miliki oleh anak. Rensia sanvira membuat dan
membagikan kontennya dengan reka adegan yang dibuat dengan sikap parenting yang pro
dan kontra, yang membuat akun tiktok milik rensia sanvira berbeda dengan akun edukasi
parenting yang lain. Akun tersebut juga sangat aktif dalam pembuatan konten, live dan juga
interaksi kepada para pengikut, sehingga akun ini menarik untuk diteliti perihal bagaimana
pentingya edukasi parenting dengan permasalahan permasalahan yang telah disebutkan
sebelumnya.
Metode Penelitian
Fairclough membagi analisis wacana dalam tiga dimensi, yaitu teks, discourse
practice, dan sociocultural practice. Teks digunakan sebagai bentuk representasi, relasi, dan
identitas. Teks dibongkar secara linguistis untuk melihat bagaimana relaitas dapat
ditampilkan yang dapat membawa pada ideologis tertentu. Discourse Practice merupakan
dimensi yang memiliki keterkaitan dengan proses produksi, yang mengarah kepada si
pembuat teks, serta konsumsi teks yang bergantung pada pengalaman dan konteks social dari
pembuat teks atau diri pengamat. Socio-cultural practice merupakan dimensi yang
berhubungan dengan konteks diluar teks, seperti situasi, konteks yang berhubungan dengan
masyarakat atau budaya tertentu yang mempunyai pengaruh terhadap kehadiran teks
(Saraswati & Sartini, 2017). Pada penelitian ini juga melihat bagaimana suatu teks dari
konten tiktok @rensia_sanvira menampilkan realitas, bagaimana teks dari konten tersebut di
produksi maupun di konsumsi, serta bagimana konten konten dari akun tersebut dibuat
karena adanya pengaruh konteks social.
Peneliti memilih analisis wacana kritis dari Fairclough karena wacana ini dapat
menjabarkan berbagai dimensi dari teks hingga pengaruh konteks sosialnya. Pada akun tiktok
@rensia_sanvira yang kontennya mengandung edukasi parenting, memiliki hubungan erat
dengan konteks social yang melatar belakangi rensia sanvira untuk membuat konten yang
dapat mengedukasi perihal parenting. Maka dari itu teori ini dapat menjabarkan wacana yang
terkaandung dalam konten kontennya.
Objek penelitian ini adalah konten dari akun tiktok @rensia_sanvira yang
mengandung edukasi parenting mulai dari bulan bulan september 2022 hingga maret 2023,
periode postingan tersebut dipilih karena terdapat beberapa yang banyak memuat tentang
parenting.
Peran orang tua dalam pola pengasuhan anak akan berubah seiring pertumbuhan dan
perkembangan anak. Sehingga, orang tua harus memahami fase fase dari perkembangan anak
serta dapat mengimbanginya. Oleh karena itu, peran ayah dan ibu sangatlah penting dalam
kehidupan anaknya, agar kecerdasan dan perkembangan anak dapat berjalan dengan baik.
Dengan adanya parenting yang baik diharapkan dapat mengembangkan kepribadian anak
yang baik pula. Mayoritas orang tua mempraktikkan pola pengasuhan dari orang tua mereka
sendiri, tanpa mengetahui apakah pola pengasuhan tersebut memang baik ataukah sebaliknya.
Pada dasarnya, orang tua membutuhkan pendidikan sebagai upaya pengarahan diri
agar mampu mengarahkan dirinya sendiri dan juga mengarahkan anak mereka, karena orang
tua kerap kali menghambat proses pembelajaran oleh pendidik. Tidak dapat dipungkiri bahwa
hal tersebut dapat terjadi akibat orang tua tidak mengetahui bagaimana cara mendidik anak
yang baik. Padahal keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak sangat penting untuk
mencapai pembelajaran yang optimal pada masa golden age anak. Maka dari itu, edukasi
parenting sangat penting untuk dipelajari para orang tua sebagai bekal untuk mereka dalam
mendidik anak (Candra, 2018).
Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak merupakan komunikasi dua arah,
yang mana komunikasi dua arah merupakan komunikasi yang efektif. Komunikasi
merupakan kunci dari baik buruknya hubungan orang tua dan anak, dan hal tersebut dapat
dimulai sejak kelahiran anak. Proses tersebut merupakan dasar bagi anak untuk menghadapi
kehidupan di masa depannya. Komunikasi yang baik sangat membantu dalam perkembangan
anak untuk memahami diri, perasaan, pikiran, pendapat, dan keinginannya. (Husnul Bahri,
2018)
Dimensi teks mewakili wacana edukasi agar orang tua dapat menerapkan cara
komunikasi yang baik kepada anak sebagai sebuah konten. Dapat dilihat melalui judul
yang tertuliskan dalam konten tersebut “Cara Tepat Untuk Bicara Sama Anak” yang
sengaja ditulis dengan huruf kapital, karena agar memberi kesan yang tegas dan
penekanan, dan agar lebih mudah dibaca (Studi Ilmu Komunikasi et al., 2022).
Didukung dengan caption “Inget yaa, cara kita komunikasi ke anak itu akan
mempengaruhi banyak hal lho….”, kalimat tersebut merupakan kalimat pendukung
dan memberi penekanan atas judul yang telah cantumkan dalam konten.
Gambar 1,2,3.
Konten tersebut dibuat dengan reka adegan dan percakapan yang diperankan
oleh rensia sanvira, skrintil, dan elsheva. Percakapan dimulai oleh skrintil yang
berperan sebagai ibu yang belum tepat dalam komunikasi kepada anak, saat anak
mencoret coret meja. haduh awas ya,..gak mama beliin mainan kamu. Kalimat yang
diucapkan oleh skrintil memiliki makna mengancam dengan menggunakan kata kata
awas, dan sebagai alat pengancamnya dengan menggunakan kata kata gak mama
beliin mainan kamu. Kemudian dibenarkan oleh tokoh rensia yang sengaja dibuat
sebagai tokoh yang kontra. Els mama kan udah bilang meja itu bukan buat digambar,
kalau mau coret coret dikertas aja yaa. Ucapan tersebut memiliki kesan yang halus
dalam bertutur kata, dan juga berkesan mengarahkan yang terdapat dalam kalimat
meja bukan buat digambar, coret coret di kertas aja yaa.
Cara komunikasi yang tepat adalah hal penting yang harus diterapkan oleh orang tua
kepada anak, karena hal tersebut akan mempengaruhi perkembangan anak. Apabila anak
melakukan kesalahan, orang tua tidak boleh menegur dengan menggunakan ancaman, tetapi
dengan komunikasi yang baik dan mengandung arahan. Orang tua juga tidak boleh
memaksakan kehendaknya sendiri kepada anak, karena anak mempunyai pilihan sendiri
dalam hidupnya. Jika anak tidak sependapat dengan apa yang orang tua inginkan, anak harus
ditanyai baik baik dan diajak diskusi perihal pendapat dari anak itu sendiri. Komunikasi yang
baik merupakan bentuk dari kasih sayang.
- Beri cinta kepada anak dengan sepenuh hati dan tanpa pamrih
- Memahami sifat, perkembangan, dan mau mendegarkan mereka
- Mempunyai sifat kreatif dengan mereka agar mampu menciptakan suasana yang
menyenangkan.
Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam proses perkembangan anak,
khususnya orang tua. Keluarga dapat dikatakan utuh apabila terdapat keutuhan dalam
struktur, yaitu ada ayah,ibu, dan anak. Keluarga dikatakan harmonis, apabila seluruh anggota
merasa bahagia yaitu dengan berkurangnya ketegangan, kekecewaan, dan kepuasan pada
seluruh keadaan dan keberadaan diri yang meliputi aspek fisik, mental, emosi, dan social
(Masi, 2021). Kondisi Orang Tua yang tidak harmonis akan mempengaruhi proses
perkembangan psikologis, emosional, dan juga sosial anak . (Muis, 2022)
Dalam menjalankan peran sebagai orang tua, pasti akan menemui hambatan atau
permasalahan. Secara umum, terdapat 2 tipe orang tua ketika menemui suatu hambatan atau
permasalahan, yakni yang dapat menahan amarah didepan anak dan tidak dapat menahannya
sehingga emosi tersebut akan terlampiaskan kepada anak, dan hal hal tersebutlah yang
mengakibatkan adanya kesalahan dalam psikologis, emosional, maupun sosial anak.
Dalam kehidupan rumah tangga, tak dipungkiri permasalahan akan selalu ada. Tetapi,
permasalahan tersebut dapat menjadi sebuah ketidakharmonisan dalam keluarga apabila tidak
bisa ditangani dengan baik. Hubungan orang tua yang tidak harmonis akan berimbas kepada
anak.
Anak akan suka memukul, apabila ia sering melihat dan mendengar pertengkaran
yang terjadi pada orang tuanya. Anak juga akan menjadi anti sosial karena ia merasa menjadi
sebuah beban dan akan memendam semuanya sendirian. Maka dari itu, ilmu parenting
sangatlah penting khususnya bagi calon calon orang tua agar tidak melakukan kesalahan lagi
dalam pola pengasuhannya.
Dimensi teks mewakili wacana edukasi perihal penyebab dari anak yang
tertutup dengan orang tuanya sebagai sebuah konten. Dapat dilihat melalui judul yang
tertuliskan dalam konten tersebut “Kenapa Ada Anak Tertutup Sama Orang Tuanya ”
yang sengaja ditulis dengan huruf kapital yang tebal, karena agar memberi kesan
yang tegas dan penekanan, dan agar lebih mudah dibaca. Didukung dengan caption
“Dear anak remaja, bener nggak ini alas an yang bikin kamu tertutup sama orang tua?
….”, kalimat tersebut merupakan kalimat pendukung yang bersifat pertanyaan kepada
penonton terkhusus anak remaja perihal wacana tersebut.
Konten yang dibuat tersebut mengangkat tema mengenai alasan anak tidak
terbuka terhadap orang tuanya dengan monolog yang disampaikan oleh pemilik akun
tiktok sendiri yaitu rensia sanvira. Kalau anak suka memendam semuanya sendirian,
…. Dengan didikan seperti ini membuat anak …. Pemilihan klausa tersebut memiliki
makna sebab dari anak yang suka memendam masalah sendiri yang dikaitkan dengan
akibat dari kebiasaan orang tua dan ketidak pedulian orang tua. Dilanjutkan dengan
kalimat “Kadang gimana anak mau cerita, baru buka satu kalimat aja sudah disela
orang tuanya. Kamu itu salah, kamu memang gak pernah bersyukur!, kamu ceroboh,
kamu ga ngerti, kamu terlalu begini kamu terlalu begitu. Anak belum cerita
sepenuhnya tapi udah dihakimi duluan”. Klausa yang dipilih oleh rensia sanvira
mengandung makna penegasan kenyataan dengan mengucapkan kalimat yang biasa
dilontarkan oleh orang tua kepada anak yang mengandung makna menghakimi, agar
hal tersebut dapat dijadikan edukasi para calon orang tua.
Banyak terjadi kasus kasus yang berawal dari masalah yang selalu dipendam sendiri
oleh individu, seperti depresi dan akhirnya bunuh diri. Seorang anak akan memendan
semuanya sendiri dan menjadi seorang yang tertutup bahkan kepada orang tuanya sendiri.
Hal tersebut juga karena adanya faktor orang tua dalam pengasuhan. Anak akan menjadi
individu yang tertutup apabila tidak dibiasakan oleh orang tuanya, dan orang tua juga tidak
pernah menanyakan keadannya. Faktor lain yang membuat anak menjadi individu yang
tertutup adalah karena orang tua selalu menghakimi apa yang dirasakan dan disampaikan oleh
anaknya, sehingga membuat anak tidak nyaman dengan orang tuanya bahkan sedikit jengkel.
Tinggi rendanhnya motivasi belajar pada anak didasari oleh 2 aspek. Yaitu aspek diri
sendiri dan lingkungan sekitar, baik lingkungan sekolah, masyarakat, teman ataupun
keluarga. Tetapi yang menjadi dasar dari tinggi rendahnya motivasi belajar anak adalah
kondisi keluarga di rumah, karena di rumah adalah waktu yang paling lama dihabiskan bagi
anak. Namun pada kasus kebanyakan orang tua tiak menyadari betapa pentingnya peran
mereka dalam hal motivasi belajar anak (Indriani & Yunus, 2021). Apabila seorang anak
mendapat motivasi, kasih sayang, dan perhatian yang baik di rumah, maka besar
kemungkinan anak juga memiliki semangat belajar yang tinggi. Tetapi apabila sebaliknya,
membuat anak malas untuk belajar dan bersikap acuh tak acuh.
Dimensi teks mewakili wacana edukasi agar orang tua dapat menyadari
kesalahan mereka sebagai orang tua dalam membuat anak menjadi malas belajar
sebagai sebuah konten. Dapat dilihat melalui judul yang tertuliskan dalam konten
tersebut “Kesalahan Ortu Yang Bikin Anak Malas Belajar ” yang sengaja ditulis
dengan huruf capital tebal, karena agar memberi kesan yang tegas dan penekanan, dan
agar lebih mudah dibaca. Didukung dengan caption “anak malas belajar?bisa jadi
karena hal hal ini...”, kalimat tersebut merupakan kalimat pendukung dan memberi
penekanan berupa pertanyaan kepada penonton atas judul yang telah dicantumkan
dalam konten perihal wacana tersebut.
Konten yang bertemakan perihal faktor malas belajar tersebut dibuat dengan
reka adegan parenting yang salah yang diperankan oleh skrintil dan elsheva yang
kemudian diedukasi dalam bentuk penjelasan secara monolog oleh rensia sanvira.
Skrintil yang berperan sebagai ibu memulai percakapan dengan Els ayo kamu harus
belajar seharian. Istirahat itu gak penting… Kalimat yang diucapkan oleh skrintil
tersebut mengandung makna pemaksaan dengan nada tinggi yang memaksa seorang
anak untuk belajar dan terus belajar. Kemudian dibenarkan oleh tokoh rensia yang
sengaja dibuat sebagai tokoh yang kontra dengan ucapan Orang Tua harus mengerti
bahwa anak juga manusia yang punya waktu untuk bermain…. Kalimat yang dipilih
oleh rensia sanvira tersebut mengandung edukasi dengan penuturan kata yang baik
dan pemilihan kata yang mudah dipahami oleh warganet.
Adegan kedua dimulai lagi oleh ucapan skrintil Bisa bisanya kamu dapat
nilai 98, kamu itu belajar gak sih?. Kalimat tersebut memiliki makna judging yang
berarti menghakimi serta tidak menghargai usaha anak. Disanggah oleh els yang
berperan sebagai anaknya dengan ucapan Sabar, els nggak ngerti dulu sama mama
gak diajarin yang mengandung pembelaan dan pembicaraan fakta serta memiliki
makna dari penyebab nilai anak tidak sempurna. Kemudian dibenarkan oleh rensia
sanvira menggunakan kalimat Ada banyak orang yang hanya menyuruh anak belajar
atau memarahi anak kalau anak dapat nilai jelek tapi bantu belajar anak aja gak
sempat. Kalimat tersebut memiliki makna edukasi perihal fakta dari sikap orang tua
yang menyebabkan anak tidak mau belajar.
Tinggi rendah dari motivasi belajar oleh anak dipengaruhi oleh beberapa faktor,
terutama lingkungan keluarga (orang tua). Semua orang tua pasti menginginkan yang terbaik
untuk anaknya, tetapi banyak dari mereka yang menerapkan cara yang salah terutama dalam
hal belajar. Orang tua selalu menuntut anaknya untuk belajar secara terus menerus, padahal
hal tersebut tidak baik untuk anak. Seorang anak juga membutuhkan waktu yang lain misal
untuk bermain, dan lain lain. Orang tua juga sering tidak terima apabila nilai yang dihasilkan
oleh anaknya tidak maksimal, padahal orang tua juga tidak megajarinya. Suasana dalam
rumah juga bisa menjadi salah satu faktor dalam malas belajar anak. Orang tua haru
menciptakan suasana yang nyaman agar anak juga bisa belajar dengan nyaman.
Anak manja hampir sama dengan anak yang terlalu dilindungi oleh orang tuanya.
Beberapa orang tua tidak menyadari bahwa mereka telah memanjakan anak-anak mereka.
Demi kepentingan masa depan anak, hal ini harus dicegah dengan ketegasan dan konsistensi
dari orang tua sendiri(Agustina & Mailasari, 2018). Salah satunya adalah disaat anak
menginginkan sesuatu, tidak semuanya harus di turuti, karena hal tersebut akan
mempengaruhi kepribadian anak.
Dimensi teks mewakili wacana edukasi untuk melatih agar anak tidak manja
dengan menunda keinginannya. Dapat dilihat melalui judul dari konten yang
tertuliskan “Nggak Beliin Mainan = Nggak Sayang Anak? yang sengaja ditulis
dengan huruf kapital untuk memberi penekanan sebagai sebuah tema dari konten
tersebut. Dan didukung dengan caption “nggak semua keinginan anak bisa dituruti
saat itu juga” yang merupakan kalimat pendukung dari judul yang berarti tidak
mengabulkan keinginan dari anak itu bukan berarti tidak sayang.
Pola asuh orang tua mempunyai dampak besar dalam kepribadian dan pendewasaan
seorang anak, termasuk dalam hal memanjakannya atau tidak. Orang tua yang sering
mengabulkan segala keinginan anak akan membuat anak terbiasa dengan hal tersebut dan
menjadi pribadi yang seenaknya sendiri. Anak yang selalu dituruti keinginannya akan selalu
mekasakan kehendak dan keinginannya, dan apabila hal tersebut tidak dipenuhi anak akan
mengalami ledakan emosi. Hal tersebut juga mempengaruhi pribadi anak yang sulit
bersosialisasi dengan orang lain, contohnya orang tua yang seringkali menyalahkan teman
bermain anaknya ketika sedang berebut mainan dan memaksa teman anaknya untuk
memberikan mainannya kepada anaknya saja, akan membuat anak tersebut susah untuk
berteman dengan baik. (Asma Fadhilah et al., 2021) Maka dari itu, orang tua harus melatih
untuk menunda keinginan seorang anak, karena hal tersebut akan membuat anak belajar
untuk mengendalikan diri, melatih kesabaran, dan baik dalam menjalin hubungan sosial.
Kesimpulan
Makna yang terdapat dalam konten dibuat dengan variasi penulisan judul dari setiap
konten yaitu dengan menggunakan huruf tebal, kapital,tanda tanya, dan pemakaian emoticon
agar dapat dikonsumsi oleh netizen dengan baik dan tepat. Konten yang dibuat dan dibagikan
oleh rensia sanvira dibuat dalam bentuk reka adegan, dari pro dan kontra, serta penjelasan
monolog oleh rensia sendiri, seperti gaya bicara yang mengandung sebab akibat, penjelasan
edukatif dan gaya adegan yang mereprentasikan fakta sosial.
Dengan didapatkannya centang biru pada nama akun tiktok rensia sanvira, berarti
konten yang ia buat memang banyak diminati masyarakat dan semakin membuat percaya
warganet bahwa edukasi parenting yang dibagikan olehnya merupakan hal yang tepat dan
akurat. Serta, berdasarkan analisis peneliti dengan banyaknya konten yang dibuat perihal
parenting, maka dapat disimpulkan bahwa rensia sanvira bertujuan untuk mengedukasi
masyarakat bahwa edukasi parenting itu penting untuk dipelajari.
Daftar Pustaka
Adikara, B. (2022). Ayah Aniaya 2 Anaknya karena Tidak Belajar di Rumah. 24 Desember.
https://www.jawapos.com/kasuistika/01426441/ayah-aniaya-2-anaknya-karena-tidak-
belajar-di-rumah
Agustina, E. F., & Mailasari, D. U. (2018). Spoiled Children: Problem Dan Solusi. ThufuLA:
Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal, 5(2), 332.
https://doi.org/10.21043/thufula.v5i2.3479
Anggit Sukmawati. (2020). Mari Mengajak Anak Belajar Menunda Keinginan. 24 Mei.
https://pip.unpad.ac.id/postdetail/Mari-Mengajak-Anak-Belajar-Menunda-Keinginan
Asma Fadhilah, H., Siti Aisyah, D., & Karyawati, L. (2021). Dampak Pola Asuh Permisif
Orang Tua Terhadap Perkembangan Sosial-Emosional Anak Usia Dini. Early
Childhood : Jurnal Pendidikan, 5(2), 90–104.
Bukhori, B. (2012). HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DAN DUKUNGAN
SOSIAL KELUARGA DENGAN KESEHATAN MENTAL NARAPIDANA (Studi
Kasus Nara Pidana Kota Semarang). Jurnal Ad-Din, 5.
Candra, S. (2018). Pelaksanaan Parenting Bagi Orang Tua Sibuk Dan Pengaruhnya Bagi
Perkembangan Anak Usia Dini. ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul
Athfal, 5(2), 267. https://doi.org/10.21043/thufula.v5i2.3475
Cenderamata, R. C., & Darmayanti, N. (2019). Analisis Wacana Kritis Fairclough Pada
Pemberitaan Selebriti Di Media Daring (Fairclough ’ S Critical Discourse Analysis of
Celebrity News on Online Media). Academia.Edu, 3(April), 1–8.
Hasanah, U. (2016). Pola Asuh Orangtua Dalam Membentuk Karakter Anak. Jurnal
Elementary, 2(2), 72–82.
https://e-journal.metrouniv.ac.id/index.php/elementary/article/view/pola-asuh-orangtua-
dalam-membentuk-karakter-anak
Indriani, I., & Yunus, A. K. (2021). Peranan Orang Tua Dalam Memotivasi Belajar.
JUBIKOPS: Jurnal Bimbingan Konseling Dan Psikologi, 1(2 SE -), 125–133.
http://journal.stkipmuhammadiyahbarru.ac.id/index.php/jubikops/article/view/32
Kayanti, D. D., Noviandri, L., Yustitiya, N., & Wulandari, D. (2020). Hubungan Pola Asuh
Permissive Negligent Ibu terhadap Kecendrungan Kenakalan Remaja di SMAN X.
INQUIRY: Jurnal Ilmiah Psikologi, 11(2), 115–132.
https://doi.org/10.51353/inquiry.v11i2.455
Masi, L. M. (2021). Analisis Kondisi Psikologis Anak dari Keluarga Tidak Utuh pada Siswa
SMA PGRI Kupang. Jurnal Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian Dan Kajian
Kepustakaan Di Bidang Pendidikan, Pengajaran Dan Pembelajaran, 7(1), 214.
https://doi.org/10.33394/jk.v7i1.2968
Masitoh. (2020). PENDEKATAN DALAM ANALISIS WACANA KRITIS. Jurnal Elsa, 18.
https://docplayer.info/201792027-Pendekatan-dalam-analisis-wacana-kritis-masitoh-1-
universitas-muhammadiyah-kotabumi.html#download_tab_content
Massa, N., Rahman, M., & Napu, Y. (2020). Dampak Keluarga Broken Home Tehadap
Perilaku Sosial Anak. Jambura Journal of Community Empowerment (JJCE), 1, 1–2.
Meriska Dwi Novariana. (2023). Siapa Rensia Sanvira? Simak Profil dan Biodatanya:
Konselor Anak hingga Content Creator. 20 Februari.
https://www.jatimnetwork.com/hiburan/pr-437642954/siapa-rensia-sanvira-simak-
profil-dan-biodatanya-konselor-anak-hingga-content-creator?page=3
Mirawati, M., Ananthia, W., Silawati, E., & Yuniarti, Y. (2021). Implementasi Edukasi
Parenting di Era Digital bagi Masyarakat Indonesia di Luar Negeri. NATURALISTIC :
Jurnal Kajian Penelitian Pendidikan Dan Pembelajaran, 5(2b), 935–933.
https://doi.org/10.35568/naturalistic.v5i2b.1278
Muhandisah, Zakiyatul, Mubarok, K. (2022). Pola Asuh Orang Tua dalam Membentuk
Kepribadian Islami Pada Anak Usia Dini di Raudhatul Athfal (RA) Hidayatus Sibyan
Kandanghaur. Khulasah : Islamic Studies Journal, 3(1), 29–42.
https://doi.org/10.55656/kisj.v3i1.62
Nuraeni, F., & Lubis, M. (2022). Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya Terhadap
Pembentukan Karakter Anak. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Undiksha, 10(1), 137–
143. https://doi.org/10.23887/paud.v10i1.46054
Pranita, E. (2023). Video Murid Bentak Guru di SMK Pustek Serpong, Ini Duduk Perkaranya.
8 Februari. https://megapolitan.kompas.com/read/2023/02/08/16131411/viral-video-
murid-bentak-guru-di-smk-pustek-serpong-ini-duduk-perkaranya?page=all
Prastiwi, M. (2022). Survei: 3,73 Persen Anak Pernah Dapat Pola Asuh Tak Layak, Ini
Dampaknya. 5 April.
Rika Apriani. (2022). FENOMENA TOXIC PARENT PADA KALANGAN REMAJA (Studi
Kasus pada Masyarakat RW 10 Kelurahan Kebon Lega Kota Bandung). Universitas
Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.
Saraswati, A., & Sartini, N. W. (2017). Wacana Perlawanan Persebaya 1927 terhadap PSSI :
Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough. Mozaik Humaniora, 17(2), 181–191.
Studi Ilmu Komunikasi, P., Dakwah dan Komunikasi, F., Sunan Ampel Surabaya Jl Ahmad
Yani, U., Timur, J., & Hakim, L. (2022). KAMPANYE CATCALLING PADA
PEREMPUAN DI MEDIA SOSIAL (Analisis Wacana Kritis Pada Akun Instagram
@dearcatcallers.id). Jurnal Ilmu Komunikasi, 12(1).
http://jurnalfdk.uinsby.ac.id/index.php/JIK
Ulli Fai Jayanti. (2020). KETERBUKAAN DIRI ANAK KEPADA ORANG TUA MENGENAI
HUBUNGAN ASMARA (STUDI KETERBUKAAN DIRI ANAK YANG TINGGAL
TERPISAH DENGAN ORANG TUANYA MENGENAI HUBUNGAN ASMARA).
Wisnubrata. (2018). Jangan Paksa Anak Belajar agar Dapat Nilai Bagus, Ini Dampak
Buruknya. 28 September.
https://lifestyle.kompas.com/read/2018/09/28/113705620/jangan-paksa-anak-belajar-
agar-dapat-nilai-bagus-ini-dampak-buruknya?page=all