Anda di halaman 1dari 9

Anas Anwarudin

(933423119)

Siti Rahcmania L
(933424219)

Indra Wahyu D.S


(933406119)

Desensitisasi Nur Faizah


(933419019)

Riyana Nur Kumala

Sistematis (933421319)

Abu Ma’ruf

(20104188)

Helmi Akbar Lazuardy


(20104172)

Konsep Dasar
Teknik desensitisasi sitematis merupakan salah satu teknik perubahan perilaku
yang didasari oleh teori atau pendekatan behavioral klasikal. Pendekatan
behavioral memandang manusia atau kepribadian manusia pada hakikatnya
adalah perilaku yang dibentuk berdasarkan hasil pengalaman dari interaksi
individu dengan lingkungannya. Perhatian behavioral adalah pada perilaku yang
nampak, sehingga terapi tingkah laku mendasarkan diri pada penerapan teknik
dan prosedur yang berakar pada teori belajar yakni menerapkan prinsip-prinsip
belajar secara sistematis dalam proses perubahan perilaku menuju kearah yang
lebih adaptif. Untuk menghilangkan kesalahan dalam belajar dan berperilaku
serta untuk mengganti dengan pola-pola perilaku yang lebih dapat
menyesuaikan. Salah satu aspek yang paling penting dalam memodifikasi
perilaku adalah penekanannya pada tingkah laku yang didefinisikan secara
operasional, teramati dan terukur.
Pengertian
Desensitisasi sistematis adalah pendekatan terapi untuk orang
yang mengalami phobia untuk mengurangi keresponsifan
emosional terhadap rangsangan yang menakutkan atau tidak
menyenangkan dengan mengenalkan suatu aktivitas yang
bertentangan dengan respon. Biasanya proses ini disebut
"countraconditioning" Proses ini menggunakan kombinasi
teknik relaksasi dan terapi paparan.

Tujuan
Teknik desensitisasi adalah jenis terapi yang
menghadapkan individu pada situasi yang dapat
memunculkan ketakutannya, namun di situasi tersebut
dikemas menjadi situasi yang terkontrol dan aman bagi
individu. Terapi ini merupakan salah satu terapi
penanganan rasa takut yang cukup efektif.
Desensitisasi sistematis merupakan teknik yang
digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat
secara negatif dan menyertakan pemukulan tingkah laku
yang baru atau respon yang berlawanan dengan tingkah
laku yang ingin dihapuskan.

Prinsip
Terapi disensitisasi sistematis dikembangkan dalam
tradisi behavioristik pada awal tahun 1950 oleh
Joseph Wolpe. Teknik desensitisasi sistematis ini
dilandasi oleh prinsip belajar counterconditioning,
yaitu respon yang tidak diinginkan digantikan
dengan tingkah laku yang diinginkan sebagai hasil
latihan yang berulang-ulang.
Fase Pertama
Konseli diajari teknik relaksasi otot dalam dan latihan
pernapasan. Misalnya kontrol atas pernapasan, pelepasan
otot atau meditasi. Langkah ini sangat penting karena
penghambatan timbal balik, di mana sekali respons
terhambat karena tidak kompatibel dengan yang lain.
TEKNIK Dalam kasus fobia, ketakutan melibatkan ketegangan dan
DESENSITISASI ketegangan tidak sesuai dengan relaksasi.
SISTEMATIS Fase Kedua
Konseli menciptakan hierarki rasa takut yang dimulai dari
rangsangan yang paling tidak menimbulkan kecemasan
(ketakutan) dan berkembang secara bertahap hingga
gambar yang paling menimbulkan rasa takut. Daftar ini
sangat penting karena memberikan struktur untuk terapi.
Fase Ketiga
Konseli meningkatkan hierarki rasa takut, memulai
setidaknya rangsangan yang tidak menyenangkan dan
mempraktikkan teknik relaksasi mereka saat mereka
pergi. Ketika mereka merasa nyaman dengan ini (mereka
tidak lagi takut), mereka melanjutkan ke tahap berikutnya
TEKNIK dalam hierarki. Jika klien menjadi marah, mereka dapat
DESENSITISASI kembali ke tahap sebelumnya dan mendapatkan kembali
SISTEMATIS keadaan santai mereka.
Konseli akan berulang kali membayangkan (atau
dihadapkan pada) situasi ini sampai gagal
membangkitkan kecemasan sama sekali, yang
menunjukkan bahwa terapi telah berhasil. Proses ini
diulangi saat mengerjakan semua situasi dalam hierarki
kecemasan sampai yang paling memicu kecemasan.
Kelebihan Kekurangan
Dapat mengurangi atau Membutuhkan waktu dan komitmen
menghilangkan perilaku negative Tidak cocok untuk semua kondisi
Klien dapat melaksanakan teknik kecemasan
desensitisasi sistematis dalam Sulit dilakukan, perlu belajar lebih
kehidupan sehari-hari sebelum mengaplikasikan (konselor)
Konseli dapat belajar dan Tidak mudah bagi konseli untuk
memahami kemampuan diri sendiri
untuk menghadapi kecemasan.

membayangkan situasi yang sesuai
dengan kecemasan yang dialami
Meningkatkan kemampuan Pengaplikasian keberhasilan teknik
konsentrasi ini ke dalam kondisi sesungguhnya
Tidak memerlukan biaya yang tidak selalu mudah
mahal
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai