K. 6 Jurnal Miniriset Aves

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 14

STUDI EKSPLORASI KEANEKARAGAMAN AVIFAUNA DI KAWASAN

GEDUNG PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI


RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
(Exploration Study of Biodiversity in the Postgraduate Building Area of Sayyid Ali Rahmatullah
State Islamic University Tulungagung)

Nuzula Syafi’atul Auliana1, Yasmin Nur Mahfudho1, Erika Anggraini1, Vierda Dwi Rachmawati. B1,
Funiba Salwa Azizah1, dan Siska Tria Koiria1

Program Studi Tadris Biologi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung

E-mail : azizahsalwa453@gmail.com

ABSTRAK
Kondisi lingkungan dan kerapatan vegetasi tumbuhan secara langsung mempengaruhi keberadaan
suatu spesies burung. Gedung Pascasarjana UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung memiliki
kondisi lingkungan yang sesuai untuk habitat beberapa burung tertentu. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui keanekaragaman spesies avifauna di kawasan Gedung Pascasarjana UIN Sayyid
Ali Rahmatullah Tulungagung. Penlitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2023 di Gedung
Pascasarjana Uin Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Subjek penelitian merupakan burung yang
terdapat di sekitar lokasi. Teknik pengumpulan data menggunakan metode point count yaitu
mengamati subjek penelitian dengan diam disuatu tempat dengan batasan jarak tertentu. Analisis
data dilakukan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan memberikan penjelasan hasil
identifikasi dan korelasi antara tipe habitat dengan tingkat keanekaragamannya serta pendekatan
kuantitatif untuk mengetahui indeks keanekaragaman, indeks kelimpahan dan indeks kemerataan.
Hasil penelitian ditemukan 13 spesies dengan 10 Famili berbeda. Keanekaragaman jenis burung di
kawasan Gedung Pascasarjana UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung didapatkan data tertinggi
sebesar 1,29 dengan kategori sedang. Dari data tersebut, dapat diketahui bahwa daya dukung
lingkungan di kawasan Gedung Pascasarjana UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung kurang baik
untuk menunjang keberlangsungan hidup spesies burung, hal ini dikarenakan rendahnya tingkat
vegetasi tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai tempat tinggal burung dan tempat mencari
makan.

Kata Kunci : Keanekaragaman burung, point count, kawasan gedung pascasarjana

ABSTRACT
Environmental conditions and plant vegetation density directly affect the existence of a bird species.
UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung Postgraduate Building has environmental conditions
suitable for the habitat of certain birds. This study aims to determine the diversity of avifauna species
in the UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung Postgraduate Building area. This research was
carried out in May - June 2023 at the Uin Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung Postgraduate
Building. The research subjects were birds found around the location. The data collection technique
uses the point count method, namely observing research subjects silently in a place with a certain
distance limit. Data analysis was carried out using a qualitative descriptive approach by providing
an explanation of the identification results and the correlation between habitat types and their level
of diversity as well as a quantitative approach to determine the diversity index, abundance index and
evenness index. The results of the study found 13 species with 10 different Families. The diversity of
bird species in the UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung Postgraduate Building area obtained
the highest data of 1.29 in the moderate category. From these data, it can be seen that the carrying
capacity of the environment in the UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung Postgraduate Building
area is not good enough to support the survival of bird species, this is due to the low level of vegetation
that can be used as a place for birds to live and a place to find food.

Keywords: Bird diversity, point count, postgraduate building area.

A. PENDAHULUAN
Burung merupakan salah satu jenis vertebrata atau hewan bertulang belakang yang
memiliki ciri khusus berupa cakar, bulu dan sayap. Burung termasuk dalam kelas Aves sub
Filum Vertebrata dan masuk ke dalam Filum Chordata, yang diturunkan dari hewan berkaki
dua (Welty 1982; Darmawan, 2006). Indonesia sendiri merupakan salah satu negara dengan
tingkat keanekaragaman burung tertinggi keempat di dunia setelah Columbia, Peru, dan
Brazil. Sampai saat ini sudah ada 10.721 spesies yang telah diidentifikasi yang tergolong dalam
41 ordo dari seluruh belahan dunia. Indonesia sendiri terdapat 1.642 spesies yang tergolong
dalam 24 ordo, 125 Famili (World, 2021). Dilansir dari International Union for Conservation
of Nature (IUCN) Indonesia memiliki jumlah burung endemik sebanyak 557 jenis. Misalnya
saja adalah spesies burung kasuari yang menjadi spesies burung endemik di Papua. Adanya
spesies burung yang menjadi endemik pada suatu wilayah membuktikan bahwa kelestarian
ekologi suatu wilayah tertentu mendukung spesies burung untuk hidup, mendiami, dan
tinggal di daerah tersebut. Secara umum burung akan mendiami suatu tempat yang memiliki
sumber makanan yang sesuai untuk menunjang kehidupan mereka. Selain ketersediaan
makanan kondisi lingkungan yang masih asri ditandai dengan banyaknya pepohonon yang
tumbuh disuatu tempat dapat dijadikan burung sebagai tempat tinggal yang baik untuk
mereka. Dalam kata lain semakin bervariasi vegetasi tumbuhan pada suatu komunitas maka
tingkat keanekaragaman burung juga akan semakin tinggi (Fikriyanti et. al., 2018).
Kerapatan vegetasi tumbuhan dalam hal ini juga turut berperan dalam mempengaruhi
keanekaragaman burung dalam suatu habitat. Kerapatan tutupan tumbuhan memberikan
habitat baru untuk burung dalam membuat sarang mereka, namun, hal ini tidak bisa dijadikan
sebagai patokan, karena meskipun disuatu lokasi atau tempat tertentu memiliki kerapatan
vegetasi yang tinggi namun ketersediaan makanan rendah, maka burung akan lebih memilih
untuk membuat sarang di suatu tempat atau daerah yang memiliki ketersediaan sumber daya
makanan yang lebih banyak dan melimpah (Kuswandana, 2010).
Pembangunan sebuah gedung maupun sarana prasarana untuk menunjang kehidupan dan
kebutuhan hidup manusia sedikit banyak dapat mengancam habitat burung disuatu tempat.
Meskipun demikian adanya pembangunan sarana dan prasarana yang tetap memperhatikan
aspek ekologi akan membuat habitat burung dilokasi atau wilayah tersebut tetap terjaga.
Salah satu kawasan yang memiliki banyak gedung tinggi dan banyak dijamah oleh manusia
adalah kawasan Gedung Pascasarjana UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Lokasi ini
merupakan salah satu lokasi yang diindikasi sebagai kawasan habitat bagi beberapa spesies
burung. Kawasan gedung ini berada di tengah-tengah pemukiman warga dan banyak
dikelilingi oleh beberapa jenis pepohonan tinggi maupun rendah dan terdapat ladang
perkebunan tebu yang luas. Berdasarkan obsservasi awal, peneliti menemukan beberapa jenis
spesies burung baik bertengger, terbang, maupun bersarang dengan tipe habitat yang
berbeda. Beberapa tipe habitat di kawasan ini adalah ladang perkebunan tebu, pepohonan
tinggi, dan pekarangan parkiran gedung pasca sarjana. Adanya perbedaan jenis habitat ini
memungkinkan adanya perbedaan spesies burung yang ada pada setiap tipe habitat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis Avifauna di kawasan
Gedung Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Hasil
penelitian yang dilakukan diharapkan dapat menjadi sumber rujukan bagi para pembaca dan
dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut. Dan juga data awal dari indeks
keanekaragaman dan kesamarataan jenis burung diharapkan dapat digunakan sebagai
pemantauan dinamika ekosistem di kawasan Gedung Pascasarjana Universitas Islam Negeri
Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung tersebut. Data dari setiap jenis burung yang terletak
pada beberapa tipe habitat tersebut penting untuk diteliti. Data yang dihasilkan tersebut
nantinya dapat dijadikan sebagai refrensi dan sumber data tentang keanekaragaman jenis
burung di suatu daerah tertentu.

B. METODE PENELITIAN
1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lokasi sekitar Gedung Pascasarjana UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung. Lokasi penelitian dilakukan di empat titik lokasi yang telah
ditentukan. Penelitian dilakukan pada bulan Mei selama tiga hari dengan total
pengamatan sebanyak 6 kali pengulangan yaitu pada tanggal 8 Mei 2023 sampai dengan
tanggal 10 Mei 2023. Berikut merupakan empat titik lokasi penelitian :

1 2

3 4
Gambar 1. Lokasi penelitian beserta titik lokasi pengamatan (1) Pohon dekat
kandang burung merpati (2) Lahan parkir untuk dosen (3) Sebelah barat gedung
Ma’had (4) Lahan parkir untuk mahasiswa

Sumber : Google Earth

Tipe titik lokasi yang dijadikan tempat penelitian diantaranya pada titik satu,
terdapat pohon tua kering yang selalu dijadikan burung-burung sebagai tempat hinggap
atau bertengger. Titik penelitian dua merupakan tempat parkir staf karyawan kampus
dengan tipe vegetasi pepohonan rimbun, pada titik ini biasanya dijadikan tempat
bertengger beberapa jenis spesies burung. Titik penelitian ketiga adalah perkebunan tebu
yang biasanya banyak ditemukan spesies burung yang membuat sarang maupun mencari
makanan. Pada titik empat lokasi ini merupakan tempat parkir mahasiswa, tempat yang
sering dijamah manusia menjadikan titik ini sedikit ditemukan spesies burung dan hanya
terdapat salah satu jenis burung yang dapat beradaptasi. Banyak spesies burung mencari
makan dilokasi ini. Titik pertama berada pada titik koordinat 8̊ 04`35``S 111̊55`28``E. Titik
kedua pengamatan terletak pada koordinat 8̊ 04`36``S 111̊55`28``E, selanjutnya titik
ketiga pengamatan terdapat pada koordinat 8̊ 04`34``S 111̊55`29``E, dan titik terakhir
terletak pada koordinat 8̊ 04`37``S 111̊55`29``E.

2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam melakukan penelitian ini dapat dilihat
melalui tabel berikut ini:

Tabel 1. Alat dan bahan

No Jenis Alat Fungsi


1. Buku panduan Sebagai panduan dalam pengamatan di lapangan
pengamatan burung
2, Tally Sheet Digunakan untuk menulis data spesies burung yang
ditemukan
3. GPS (Global Posititioning Alat untuk menentukan posisi dan titik hitung
System) pengamatan burung
4. Teropong (binokuler) Untuk mengamati spesies burung dari jarak jauh.
5. Kamera Digital atau Sebagai media penyimpan gambar dan informasi
kamera DSLR lainnya
6. Google Lens Untuk mengidentifikasi jenis burung yang ditemukan
7. Google Earth Sebagai alat untuk melihat titik lokasi penelitian
8. Aplikasi Hygrometer Untuk menghitung kelembapan suhu udara pada
masing-masing titik penelitian
9. Aplikasi Lux Light Meter Untuk mengukur tingkat pencahayaan dan intensitas
Pro cahaya
10. Aplikasi Altimeter Untuk mengukur tingkat ketinggian lokasi penelitian.
11. Alat Tulis Digunakan untuk mencatat setiap spesies buurng yang
ditemukan
3. Teknik Pengambilan Data
a. Persiapan Pengambilan Data

Persiapan yang dilakukan adalah dengan menentukan tempat, menentukan


plot (titik hitung), dan instrumen pengumpulan data, penentuan waktu perkiraan
kemunculan burung, penentuan metode penelitian yang akan digunakan. Penentuan
dari masing-masing habitat menggunakan sistem pengamatan dengan mengamati tipe
habitat yang banyak disukai burung untuk bertengger maupun mencari makan.
Penempatan titik dilakukan dengan menggunakan aplikasi google earth untuk
menandai lokasi yang akan dijadikan titik penelitian.

b. Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode point count.


Pengamatan dilakukan pada suatu titik hitung sekitar 2-10 menit. Metode ini efektif
dan dapat memberikan peluang yang besar untuk mendapatkan spesies burung yang
saling bermunculan. Rincian dari stasiun sendiri adalah point dengan radius tetap 20
meter dengan jarak antar stasiun 200 meter (Sutherland et.al., 2004). Namun, karena
keterbatasan dari alat yang digunakan maka peneliti memperkecil radius titik hitung
sehingga data pengamatan yang akan dihasilkan menjadi lebih valid. Spesies burung
yang diamati berasal dari sumber visual atau terlihat nyata. Pengambilan data
dilakukan selama tiga hari berturut-turut di masing-masing titik setiap pagi pukul
06.00-08.00 WIB dan dilanjutkan pada sore hari pukul 15.00-17.00 WIB. Jarak
pengamatan untuk mengamati spesies burung sejauh 4 meter. Semua data yang telah
didapat akan ditulis dalam tally sheet dan selanjutnya akan dilakukan analisis data
hasil pengamatan.

4. Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis data keanekaragaman burung
melalui pendekatan deskriptif kualitatif dengan memberikan penjelasan hasil identifikasi
dan korelasi antara tipe habitat dengan tingkat keanekaragamannya. Selain
keanekaragaman juga dilakukan pengklasifikasian burung dalam beberapa Famili dengan
cara mencocokkan dengan panduan identifikasi burung baik buku panduan maupun
Google Lens. Analisis data secara kuantitatif dilakukan untuk mengetahui indeks
keanekaragaman, indeks kelimpahan dan indeks kemerataan.
a. Indeks Keanekaragaman Jenis (H’)
Indeks keanekaragaman dihitung menggunakan perhitungan Shannon-Wiener
(Odum, 1971).
𝑆

𝑛 𝑛
𝐻 = − ∑( )(𝑙𝑛. )
𝑛𝑖 𝑛𝑖
𝑖=1

Keterangan :

H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener

ni = Jumlah individu setiap jenis

n = Jumlah individu seluruh jenis

ln = Logaritma natural Klasifikasi nilai indeks keragaman Shannon-Wiener


Tabel 2. Skala indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wienner

Nilai Indeks Kategori


>3 Tinggi
1–3 Sedang
<1 Rendah

b. Indeks Kemerataan Jenis (E)


Indeks kemerataan menggunakan indeks evennes dengan rumus sebagai berikut :
𝐻′
𝐸=
ln 𝑙𝑛𝑆
Keterangan :
E = Indeks kemerataan jenis
H’ = Indeks keanekaragaman jenis Shannon
S = Jumlah jenis.

c. Indeks Kekayaan (R)


Indeks kekayaan Jenis menggunakan metode margalef (Ludwig & Reynolds, 1988)
dengan rumus sebagai berikut:
𝑆
𝑅1 =
ln(𝑁)
Keterangan :
S = Jumlah jenis yang diamati
R1 = Indeks margalef
N = Jumlah individu seluruh jenis

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Hasil
Total burung di empat lokasi penelitian adalah 13 jenis burung. Burung yang
ditemukan terbagi menjadi 10 Famili dengan anggota terbanyak pada Famili Pycnonotidae
yakni 27 individu. Jenis burung yang ditemukan di titik 1 sebanyak 9 jenis burung dengan
jumlah individu sebanyak 43 ekor yaitu : Passer montans sebanyak 9 ekor, Pycnonotus
aurigaster sebanyak 14 ekor, Collocalia esculenta dan Orthotomus sutorius masing-masing
sebanyak 2 ekor, Geopelia striata sebanyak 3 ekor, Lonchura Leucogastroides sebanyak 10
ekor, Aethopyga mystacalls, Anthreptes malacensis, dan Dendrocopos moluccemsis masing-
masing sebanyak 1 ekor. Kemudian pada titik 2 ditemukan sebanyak 7 jenis burung
dengan jumlah individu sebanyak 35 ekor yaitu : Columba luvia sebanyak 20 ekor,
Collocalia esculenta sebanyak 5 ekor, Pycnonotus aurigaster sebanyak 4 ekor, Lonchura
Leucogastroides sebanyak 3 ekor, Prinia flaviventris, Coturnix japonica, dan Orthotomus
sutorius masing-masing sebanyak 1 ekor. Selanjutnya pada titik 3 ditemukan 5 jenis
burung dengan jumlah individu sebanyak 53 ekor yaitu : Lonchura maja sebanyak 21 ekor,
Collocalia esculenta sebanyak 18 ekor, Lonchura Leucogastroides sebanyak 10 ekor,
Pycnonotus aurigaster sebanyak 3 ekor, dan Prinia flaviventris sebanyak 1 ekor. Terakhir
pada titik 4 ditemukan 3 jenis burung dengan jumlah individu sebanyak 21 ekor yaitu :
Geopelia striata sebanyak 15 ekor, Pycnonotus aurigaster sebanyak 6 ekor, dan Prinia
flaviventris sebanyak 1 ekor. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Data pengamatan burung di 4 titik lokasi.

Jumlah Perjumpaan
No Famili Nama spesies Nama lokal Titik Titik Titik Titik
1 2 3 4

1 Apodidae Collocalia Burung Sriti


2 5 18 -
esculenta
2 Cisticolidae Prinia flaviventris Perenjak
- 1 1 1
Rawa
3 Columbidae Columba luvia Merpati
- 20 - -
Karang
Geopelia striata Perkutut
3 - - 15
Jawa
4 Estrildidae Lonchura Bondol Jawa
Leucogastroides 10 3 10 -

Lonchura maja Bondol Haji - - 21 -


5 Nectariniidae Aethopyga Madu Ekor
mystacalls Merah Jawa 1 - - -

Anthreptes Madu Kelapa


malacensis 1 - - -

6 Passeridae Passer montans Burung


9 - - -
Gereja
7 Phasianidae Coturnix japanica Burung
- 1 - -
Puyuh
8 Picidae Dendrocopos Caladi Tilik
moluccemsis 1 - - -

9 Pycnonotidae Pycnonotus Cucak


aurigaster Kutilang 14 4 3 6

10 Sylviidae Orthotomus Cinenen


2 1 - -
sutorius Pisang
Jumlah idividu 43 35 53 21
Jumlah jenis 9 7 5 3
H’ (Indeks keanekaragaman) 1,17 1,26 1,29 0,60
E (Kemerataan) 0,53 0,65 0,80 0,54
R1 (Kekayaan) 2,13 1,69 1,01 0,66
Burung Puyuh Burung Madu Kelapa

Caladi Tilik Burung Gereja

Perenjak Rawa Cinenen Pisang

Merpati Karang Bondol Jawa

Cucak Kutilang Perkutut Jawa


Bondol Haji Burung Sriti

Madu Ekor Merah Jawa

2. Pembahasan
Indeks Keanekaragaman
Grafik 1. Indeks Keanekaragaman

H'
1.40

1.20

1.00

0.80

0.60

0.40

0.20

0.00
1 2 3 4
Titik
Indeks keanekaragaman (H’) sangat dipengaruhi oleh jumlah individu (N) dan
jumlah jenis (S). Jika jumlah jenis besar, biasanya indeks keanekaragaman semakin tinggi.
Menurut Suwena (dalam Ikbal, dkk., 2014), keragaman jenis yang tinggi merupakan
indikator dari kemantapan atau kestabilan suatu ekosistem. Kestabilan yang tinggi
menunjukkan tingkat kompleksitas yang tinggi akibat interaksi antar komponen
ekosistem, sehingga mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dalam menghadapi
gangguan terhadap komponen-komponennya.

Berdasarkan perhitungan indeks keanekaragaman yang terdapat di keempat titik


penelitian tersebut memiliki perbedaan pada masing-masing titik. Pada titik 1 memiliki
indeks keanekaragaman sedang yakni 1,17 dimana angka tersebut terletak diantara 1-3
dalam skala perhitungan Shannon-Wiener. Hal yang sama juga terjadi pada hasil
perhitungan di titik 2 dan titik 3 yang memiliki indeks keanekaragaman sedang, yakni 1,26
dan 1,29. Berebeda dengan titik 4 yang memiliki indeks keanekaragaman rendah yakni
0,60 dimana angka tersebut kurang dari 1 dalam skala perhitungan Shannon-Wiener. Dari
hasil perhitungan tersebut dapat diketaui bahwa indeks keanekaragaman tertinggi pada
titik 3 dan terendah pada titik 4, hal ini berkaitan dengan habitat dan faktor abiotik pada
tiap titik lokasi penelitian. Habitat dengan keanekaragaman vegetasi yang lebih tinggi
akan menyediakan makanan yang lebih banyak pula bagi spesies burung (Dewi et. al.,
2007). Keanekaragaman spesies pohon juga mempengaruhi tingkat keanekaragaman jenis
burung, dimana semakin tinggi keanekaragaman jenis pohon atau tumbuhan yang terdaat
di daerah tersebut semakin tinggi juga keanekaragaman burung (Ridwan et. al., 2015).
Faktor abiotik juga turut berperan penting dalam menentukan tingginya tingkat
keanekaragaman spesies burung pada suatu lokasi. Hal ini dikarenakan frekuensi
kemunculan spesies burung hanya akan muncul pada kondisi suhu dan tingkat
kelembapan tertentu. Pada titik 3 memiliki tingkat kelembapan yang relatif rendah yaitu
80% dan suhu berkisar 32 C. kondisi yang hangat ini mendukung tingginya frekuensi
kemunculan spesies burung tertentu pada titik tersebut. Sedangkan pada titik 4 memiliki
tingkat kelembapan sebesar 94% dengan suhu 26 C. Kondisi ini mengakibatkan rendahnya
frekuensi spesies burung yang muncul pada titik tersebut. Sehingga dalam hal ini faktor
abiotik bukan penentu utama kemunculan spesies burung, namun habitat juga memiliki
pengaruh yang besar.

Pada titik 3 memiliki indeks keanekaragaman yang tinggi disebabkan karena


habitat yang sesuai dengan salah satu jenis spesies yang mendomiasi pada tempat
tersebut. Karena pada titik tiga memiliki tipe habitat ladang tebu, dimana tipe habitat
tersebut menjadi tipe habitat yang sesuai bagi spesies Lonchura Leucogastroides dan
Lonchura maja untuk mencari makan dan bertahan hidup. Lain hal nya dengan titik 4 yang
memiliki indeks keanekaragaman rendah karena memiliki tipe habitat terbuka dan
banyak dijamah oleh manusia. pada titik 3 spesies yang mendominasi adalah burung
Geopelia striata, karena spesies burung tersebut lebih adaptif terhadap keberadaan
manusia selain itu pada habitat tersebut banyak tersedia makanan yang dibutuhkan.
Sedangkan spesies Pycnonotus aurigaster juga sering ditemukan pada titik 3 karena, tiitk
tersebut memiliki tipe habitat yang disekelilingnya banyak terdapat pepohonan rendah
yang menjadi sarang bagi spesies tersebut.
Indeks Kemerataan

Grafik 2. Indeks Kemerataan

E
0.90
0.80
0.70
0.60
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
1 2 3 4
Titik

Indeks kemerataan menunjukkan derajat kemerataan kelimpahan individu antara


setiap spesies. Apabila setiap jenis memiliki jumlah individu yang sama, maka komunitas
tersebut mempunyai nilai evennes maksimum. Sebaliknya, sub dominan dan jenis yang
terdominasi. Maka komunitas itu memiliki evenness minimum. Nilai kemerataan memiliki
rentang antara 0-1, jika nilai indeks yang diperoleh mendekati satu maka penyebarannya
semakin merata. (Ismaini, Masfiro, Rustandi, & Dadang 2015).

Dari keempat titik lokasi penelitian nilai indeks kemerataan teringgi terdapat pada
titik 3, yaitu sebesar 0,80 dimana angka tersebut terletak direntan 0,31-1 yang tergolong
memiliki indeks kemerataan sedang dalam skala perhitungan Shannon-Wiener. Indeks
kemerataan berkaitan dengan dominansi dan indeks keanekaragaman dari suatu spesies
tertentu yang mendiami habitat tersebut. Apabila dari hasil perhitungan indeks
kemerataan jenis burung diempat titik lokasi penelitian pada titik pertama sebesar 0,53,
pada titik kedua 0,65, pada titik tiga sebesar 0,80, dan terakhir pada titik empat sebesar 0,
54. Dari data tersebut dapat diketahui persebaran jenis burung di titik 3 lebih merata
dibandingkan dengan persebaran jenis burung di titik yang lain. Nilai indeks kemerataan
jenis burung ini termasuk sedang karena dipengaruhi oleh adanya lebih dari satu spesies
yang mendominansi. Spesies-spesies burung yang mendominasi adalah spesies Lonchura
maja (Bondol haji) dan Lonchura Leucogastroides (Bondol jawa). Kedua spesies burung
tersebut memiliki jumlah populasi yang hampir sama sehingga tidak ada salah satu
spesies burung yang mendominansi. Besarnya nilai indeks kemerataan pada titik tiga juga
dipengaruhi oleh faktor habitat pada lokasi tersebut, dimana pada lokasi tersebut
memiliki tipe habitat ladang tebu yang merupakan habitat utama yang dijadikan kedua
spesies burung tersebut untuk mencari makan.
Indeks Kekayaan

Grafik 3. Indeks Kekayaan

R1
2.50

2.00

1.50

1.00

0.50

0.00
1 2 3 4
Titik

Kekayaan jenis adalah jumlah jenis atau spesies dalam suatu komunitas semakin
banyak jumlah jenis yang ditemukan maka indeks kekayaan juga semakin besar. Indeks
kekayaan Margalef membagi jumlah spesies dengan menggunakan fungsi logaritma
natural yang mengindikasikan bahwa pertambahan jumlah spesies berbanding terbalik
dengan perbandingan jumlah individu, hal ini juga menunjukkan bahawa biasanya suatu
komunitas atau ekosistem yang memiliki banyak spesies akan memiliki sedikit jumlah
individunya pada setiap spesies tersebut. (Ismiani et., al 2015). Jika nilai R1 lebih kecil dari
3,5 menunjukkan kekayaan jenis tergolong rendah, jika R1 3,5-5,0 menunjukkan kekayaan
jenis tergolong tinggi.

Berdasarkan nilai perhitungan indeks kekayaan dari keempat titik lokasi, nilai
tertinggi terdapat pada titik 1 dengan nilai 2,13. Hal ini dikarenakan pada titik 1
ditemukan 9 spesies burung yang terlihat dan teridentifikasi saat proses pengamatan
dilakukan. Akan tetapi jika dilihat dari skala perhitungan indeks kekayaan Margalef, angka
tersebut masih tergolong rendah. Hal ini bisa saja disebabkan karena terbatasnya habitat
yang sesuai untuk menunjang keberlangsungan hidup berbagai spesies burung. Pada
lokasi penelitian tipe habitat lebih banyak didominasi bangunan yang tinggi dan
sedikitnya pepohonan yang ada. Sehingga dengan keterbatasan habitat tersebut
menyebabkan rendahnya ketersediaan sumber makanan bagi burung pada habitat
tersebut.

D. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa keanekaragaman jenis burung di kawasan
Gedung Pascasarjana UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung didapatkan data tertinggi
sebesar 1,29 dengan kategori sedang. Angka tersebut memiliki selisih yang tidak terpaut
banyak dengan titik lokasi penelitian yang lain. Dari data tersebut, dapat diketahui bahwa daya
dukung lingkungan di kawasan Gedung Pascasarjana UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung kurang baik untuk menunjang keberlangsungan hidup spesies burung, hal ini
dikarenakan rendahnya tingkat vegetasi tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai tempat
tinggal burung dan tempat mencari makan. Oleh sebab itu diperlukan adanya pelestarian
lingkungan lebih lanjut untuk menyeimbangkan pembangunan sarana prasarana fasilitas
kampus dengan kondisi lingkungan disekitarnya agar tetap asri.
E. UCAPAN TERIMAKASIH
Kami sampaikan pada pihak kampus, dosen pengampu mata kuliah Zoologi Vertebrata
dan teman-teman yang telah memberi kesempatan dan telah berpartisipasi untuk
melakukan penelitian ini dengan judul “Studi Eksplorasi Keanekaragaman Avifauna di
Kawasan Gedung Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.

DAFTAR PUSTAKA
Avifauna, Keanekaragaman, Daerah Terbuka, D A N Tertutup, Wilayah Kampus, Kentingan
Universitas, Sebelas Maret, and others, ‘Volume 7 Diversity of Avifauna Open and Closed
Areas in The’, 7.May 2021 (2022), 56–67

Dewi, R. ., Mulyani, Y., & Santosa, Y. (2007). Keanekaragaman Jenis Burung Di Beberapa
Tipe Habitat Taman Nasional Gunung Ciremai (Diversity of Bird Species At Some
Habitat Type in Ciremai Mountain National Park). Media Konservasi, 12(3), 2–4.
https://doi.org/10.29244/medkon.12.3.

Fikriyanti, M., Wulandari, W., Fauzi, I., & Rahmat, A. (2018). Keragaman Jenis Burung Pada
Berbagai Komunitas di Pulau Sangiang, Provinsi Banten. Jurnal Biodjati, 3(2), 59–67.
https://doi.org/10.15575/biodjati.v3i2.2360

Ismaini, L., Masfiro L., Rustandi, Dadang S. 2015. Analisis komposisi dan keanekaragaman
tumbuhan di Gunung Dempo, Sumatera Selatan. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon Vol.1,
No.6 Hal. 1397-1402

Kamal, Samsul, Elita Agustina, and Zahratur Rahmi, ‘Spesies Burung Pada Beberapa Tipe Habitat
Di Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar’, BIOTIK: Jurnal Ilmiah Biologi Teknologi Dan
Kependidikan, 4.1 (2017), 15<https://doi.org/10.22373/biotik.v4i1.1067>

Kuswandana, W. (2010). Pengaruh Kerapatan Tumbuhan Terhadap Populasi Burung di Taman


Nasional Batang Gadis, Sumatera Utara. Jurnal Penelitian Hutan Dan Konservasi Alam, 8(2),
193–213.

Ridwan, M., Choirunnafi’, A., Sugiyarto, Suseno, W. A., &Putri, R. D. A. (2015). Hubungan
keanekaragaman burung dan komposisi pohon di Kampus Kentingan Universitas
Sebelas Maret Surakarta, Jawa Tengah. Prosiding Seminar Nas MasyBiodivIndon, 1(3),
660–666. https://doi.org/10.13057/psnmbi/m010346

Sihotang, Duma Fransisca, Pindi Patana, and Erni Jumilawaty, ‘Identifikasi Keanekaragaman
Jenis Burung Di Kawasan Restorasi Resort Sei Betung, Taman Nasional Gunung Leuser’,
Peronema Forestry Science Journal, 2.2 (2013), 59-66–66

Sukmantari, Hayya, and Aditya Januarsa, ‘Mengenalkan Keanekaragaman Burung Endemik


Indonesia Melalui Perancangan Buku Ensiklopedia Untuk Anak-Anak’, 2.2 (2022), 3–10

Welty, J. C. (1982). The Life of Bird. Philadelphia: Saunders College Publishing

World, T. C. L. of O. B. ofthe. (2021). Klasifikasi burung. The Cornell Lab of Ornithology Bird so
fthe World. https://birdsoftheworld.org/bow/content/editors-notes
lampiran dokumentasi Hp

Burung Gereja Cinenen psang

Bondol haji Burung Pelatuk

Burung madu kelapa Perenjak rawa

Anda mungkin juga menyukai