Anda di halaman 1dari 11

PENERAPAN SENAM KAKI UNTUK MENUNRUNKAN KADAR

GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II


YANG SEDANG MENJALANI PERAWATAN DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BAYU
ASIH PURWAKARTA

Karya Tulis Proposal ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan untuk
Menyelesaikan Pendidikan Ahli Madya Keperawatan Pada Akademik
Keperawatan Rs.Efarina

SABINA RIZKIYANA ISMEY


2000001022

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN AKADEMI


KEPERAWATAN RS EFARINA PURWAKARTA
TAHUN 2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes melitus adalah kondisi kronis yang memiliki potensi untuk

menyebabkan perubahan pada metabolisme tubuh yang sehat (Klockner et al., 2021).

Diabetes melitus dapat menyebabkan sejumlah gejala, mulai dari badan lemas, sering

buang air kecil dan sering mengantuk, hingga gejala yang paling parah dan bahkan

dapat disertai dengan kematian. Seseorang yang berusia 63 tahun dan menderita

diabetes mellitus dengan glikemia serum 220 ml / dl memiliki sindrom kelemahan.

Komplikasi diabetes pada orang dewasa dapat menyebabkan gangren, penyakit jantung,

dan kemungkinan stroke. Diabetes disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain faktor

keturunan dan gaya hidup (Sadiq Ahmed et al., 2021).

Faktor risiko berkembangnya penyakit diabetes melitus antara lain adalah usia,

jenis kelamin, ras, riwayat keluarga, obesitas, pola makan, dan cara hidup. Namun,

untuk mencapai kondisi yang diperlukan secara fisik dan psikologis, seseorang perlu

melakukan kebiasaan atau perilaku gaya hidup sehat. Ada banyak gejala yang terkait

dengan pilihan gaya hidup yang buruk (Armi, 2019).

World Health Organization sekitar 422 juta orang di seluruh dunia menderita

diabetes, dengan mayoritas tinggi di negara berkembang dan berpenghasilan rendah.

Setiap tahun 1,6 juta kasus baru kematian terkait langsung dengan diabetes. Dalam

beberapa tahun setelah berakhirnya, baik prevalensi diabetes maupun jumlah kasus

keduanya terus meningkat (WHO, 2020).

Menurut World Health Organization 1,6 juta orang di seluruh dunia

menderita diabetes melitus. Bahkan, Indonesia sendiri merupakan negara dengan


kasus Diabetes Melitus tertinggi ke-7 sedunia. Terlepas dari kenyataan bahwa

jumlah DM terus bertambah setiap tahun, hingga saat ini belum ada pengobatan

yang dapat mengobati penyakit ini secara efektif (RISKESDAS, 2018).

Diabetes tidak hanya menyebabkan kematian premature di seluruh dunia.

Penyakit ini juga menjadi penyebab utama kebutaan, penyakit jantung, dan

gagal ginjal. Organisasi Internasional Diabetes (IDF) memperkirakan

sedikitnya terdapat 463 juta orang pada usia 20-79 tahun di dunia menderita

diabetes pada tahun 2019 atau setara dengan angka prevalensi sebesar 9,3% dari

tota penduduk pada usia yang sama. Berdasarkan jenis kelamin, IDF

memperkirakan prevalensi diabetes di tahun 2019 yaitu 9% pada perempuan dan

9,65% pada laki-laki. Prevalensi diabetes diperkirakan meningkat seiring

penambahan umur penduduk menjadi 19,9% atau 111,2 juta orang pada umur

66-79 tahun. Angka prediksi terus meningkat mencapai 578 juta di tahun 2030

dan 700 juta di tahun 2045 (Infodatin, 2020).

Hasil Riskesdas tahun 2018, prevalensi diabetes melitus di Indonesia

sebesar 2% berdasarkan diagnosis dokter untuk kategori umur >15 tahun.

Menurut konsensus Perkeni 2011, prevalensi diabetes melitus berdasarkan

pemeriksaan darah adalah 6,9% pada tahun 2013 dan semakin naik menjadi

8,5% pada tahun 2018 (Kementerian Kesehatan RI, 2018).

Hasil Riskesdas Provinsi Jawa Barat tahun 2018 menunjukan, bahwa

prevalensi diabetes melitus sebesar 1,74% pada penduduk usia 15 tahun ke atas

(Riskesdas, 2018). Jenis kelamin perempuan memiliki prevalensi 1,55%

sedangkan laki-laki memiliki prevalensi 1,01%. Kelompok umur 55-64 tahun

memiliki prevalensi diabetes tertinggi yaitu 5,65%. Sedangkan di rentang usia


65-74 tahun, prevalensinya telah mengalami penurunan menjadi 5,41% dan

semakin menurun menjadi 3,23% pada umur 75 tahun ke atas (Riskesdas, 2018).

Di kota Tasikmalaya, prevalensi diabetes melitus pada penduduk usia >15 tahun

berdasarkan diagnosis dokter sebesar 1,87%. Berdasarkan identifikasi penyakit

non infeksi, diabetes melitus menduduki peringkat ke-2 dari 7 penyakit pada

tahun 2018, dengan 3,254 orang terdiagnosis (Dinas Kesehatan Kota

Tasikmalaya, 2018).

Diabetes melitus biasa disebut dengan the silent killer karena penyakit ini

dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan.

Peningkatan angka prevalensi Diabetes Melitus di Indonesia cukup signifikan,

yaitu 6,9% pada tahun 2013 menjadi 8,5% di tahun 2018, sehingga estimasi

jumlah penderita di Indonesia mencapai lebih dari 16 juta orang yang beresiko

terkena penyakit lain, seperti serangan jantung, stroke, kebutaan dan gagal ginjal

bahkan dapat menyebabkan kelumpuhan dan kematian. Tahun 2013 penderita

Diabetes Melitus sudah mencapai angka 9,1 juta jiwa. Jumlah tersebut

diprediksikan dapat meningkat pada tahun 2030 akan mencapai 21,3 juta jiwa.

Prevalensi penderita Diabetes Melitus di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2018

sebesar 10,9%. Menurut data Dinas Kesehatan prevalensi Diabetes Melitus

tahun 2019 kota Purwakarta sekitar 89.68% (Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, 2018).

Berdasarkan strategi pencegahan di atas, sangat penting bagi penderita

Diabetes Tipe II. Untuk mengurangi komplikasi khususnya yang berkaitan

dengan komplikasi diabetes pada pasien DM Tipe II, peneliti tertarik untuk

mempelajari lebih lanjut tentang pengobatan senam kaki diabetik.


Kadar gula darah merupakan sejumlah darah glukosa yang terdapat di

plasma darah. Sumber energi di dalam tubuh digunakan oleh sel dan jaringan

yang berasal dari glukosa, pemantauan kadar gula darah sangat dibutuhkan

dalam menegakkan sebuah diagnosa terutama untuk penyakit diabetes melitus

(DM), kadar glukosa darah dapat di periksa saat pasien sedang dalam kondisi

puasa atau bisa juga saat pasien datang untuk periksa, dengan hasil pemeriksaan

kadar glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl, sedangkan hasil kadar gula darah saat

puasa > 126 mg/dl. Kadar gula dipengaruhi oleh faktor internal meliputi hormon

insulin, glukosa, dan kortisol sebagai sistem reseptor di otot dan sel hati. Faktor

eksternal yaitu makanan yang dikonsumsi dan aktivitas fisik (American Journal

of Sociology, 2019).

Diabetes melitus (DM) tipe 2 disebut DM yang tidak tergantung insulin

(Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus), ini terjadi akibat resistensi insulin

dan gangguan sekresi insulin yang menyebabkan terjadinya hiperglikemia.

Keadaan hiperglikemia ini yang tidak dikelola dengan baik dalam waktu cukup

lama mampu membuat penderita DM rentan terhadap komplikasi kronik

vaskuler yaitu gangguan aliran pembuluh darah ke kaki yang beresiko

berkembang menjadi ulkus kaki diabetikum (Sari, A., & Sofiani, Y. 2019).

Pengelompokan DM dapat dilakukan dengan cara farmakologis dan non

farmakalogis. Dua komponen utama terapi farmakologi adalah pemberian obat

hipoglikemik oral dan. Sebaliknya non farmakologis menekankan pendidikan,

latihan olahraga, dan diet. Efek latihan jasmani yang bertujuan untuk

meningkatkan sensitivitas insulin, mengurangi komplikasi, menyeimbangkan


kadar gula darah, mengidentifikasi glikogen baru, dan banyak lagi. Latihan

jasmani sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya dapat

menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor resiko kardiovaskuler

(Aini, N dan Aridina, L. M).

Senam kaki digunakan pada diabetes melitus tipe 1, tipe 2, serta bentuk

diabetes lainnya, dan sangat dianjurkan sebagai tindakan pencegahan dini segera

setelah pasien didiagnosis menderita diabetes melitus. Senam kaki tergolong

olahraga ringan dan mudah karena dapat dilakukan di dalam ruangan maupun di

luar ruangan, terutama di rumah dengan kursi dan koran, serta tidak memakan

waktu lama, hanya sekitar 20-30 menit, yang berguna mencegah terjadinya luka

kaki dan membantu memperlancar aliran darah bagian kaki (Ratnawati, 2019).

Studi pendahauluan atau fenomena yang terjadi

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah

pada penelitian ini adalah, “Bagaimana Penerapan Senam Kaki Untuk

Menurunkan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Yang

Sedang Menjalani Perawatan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih

Purwakarta?”

1.3 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum pada penelitian ini mampu melakukan Penerapan

Senam Kaki Untuk Menurunkan Kadar Gula Darah Pada Pasien


Diabetes Melitus Tipe II Yang Sedang Menjalani Perawatan Di

Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Purwakarta.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus yaitu :

a. Untuk mengetahui gula darah sebelum dilakukan tindakan

Penerapan Senam Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II

Yang Sedang Menjalani Perawatan Di Rumah Sakit Umum

Daerah Bayu Asih Purwakarta.

b. Untuk mengetahui gula darah setelah dilakukan tindakan

Penerapan Senam Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II

Yang Sedang Menjalani Perawatan Di Rumah Sakit Umum

Daerah Bayu Asih Purwakarta.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat Karya Tulis Ilmiah dengan menggunakan studi kasus memuat

uraian tentang implikasi temuan studi kasus yang bersifat praktis terutama :

a. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi

pengembangan keilmuan khususnya di program studi ilmu Keperawatan

Akademi RS. Efarina Purwakarta dalam bidang Keperawatan Medikal

Bedah.

b. Bagi Perawat

Dapat di jadikan bahan masukan bagi perawat di Rumah Sakit

dalam melakukan tindakan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan


yang baik khusus pada pasien dengan Penerapan Senam Kaki Untuk

Menurunkan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II

Yang Sedang Menjalani Perawatan.

c. Bagi Peneliti

Untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman serta

menambah keterampilan atau kemampuan dalam pemberian Penerapan

Senam Kaki Untuk Menurunkan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes

Melitus Tipe II Yang Sedang Menjalani Perawatan.


Daftar Pustaka

Klockner, C. D. M. D., Lovato, F. C, Reboucas, R. L., Langer, L. I. V., & Hoegen, I. O

(2021). Diabetes Evaluation of the Noradrenergic System in Diabetic Rats by

Underexpression of Tyrosine Hydroxylase in the Central Nervous System. Int J

Diabetes Clin Res, 8, 152.

Sadiq Ahmed, A. A., Qasem Mohammed, A., Zainab Tariq, A., Zainab, A., Alhawraa

Jassim Ahmad, A., Aroob Nassir, A., & Hassan Ali, A. (2021). Screening of

Diabetic Patients for Frailty with the Frail Scale: A Comparison with the Fried’s

Phenotype Criteria in Saudi Arabia. International Journal of Diabetes and Clinical

Research, 8(4), 1-7.

ADA (American Diabetes Association). 2020. Diagnosis And Clasification Of Diabetes

Mellitus. Diabetes Mellitus Care 27 (Si) 5-10.

RISKESDAS. 2018. Laporan Provinsi Nusa Tenggara Timur.

https://www.litbang.kemkes.go.id.

Infodatin. (2020). Tetap produktif, cegah, atasi Diabetes Melitus.

https://puspadatin.kemkes.go.id. Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI, 2018, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018.

Dinkes Kota Tasikmalaya. 2018. Profil Kesehatan Tasikmalaya. Tasikmalaya : Dinas

Kesehatan Kota Tasikmalaya.

Kementerian Kesehatan RI. 2018. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).2018

Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI.


Ratnawati, D. (2019). Pelaksanaan Senam Kaki Mengendalikan Kadar Gula Darah

pada Lansia Diabetes Melitus di Posbindu Anyelir Lubang Buaya, 11, 49-59.

https://doi.org/10.52022/jikm.v11i l.14

American Journal of Sociology. (2019). Kadar Gula Darah pada Diabetes Mellitus.

Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689-1699.

Sari, A., & Sofiani, Y. (2019). Efektifitas perbandingan Buerger Allen Exercise dan

Senam Kaki Terhadap Nilai ABI Pada Penderita DM Tipe II. Journal of

Telenusing (JOTING),1 (1), 1-16.

Aini, N dan Aridina, L. M 2016. Asuhan Keperawatan pada Sistem Endokrin dengan

Pendekatan NANDA NIC NOC. Salemba Medika. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai