Anda di halaman 1dari 4

Paper Akhir Semester Filsafat Timur

Filosofi Lokal - Natas, Nitis, Netes


Oleh: Andreas Subagya Wahyu Pribadi - 196114090

A. Pengantar
Pada paper kali ini, penulis akan membuat sebuah tulisan yang bertemakan “Filosofi
Lokal” yang mana tumbuh dan berkembang di masyarakat terutama di daerah penulis yakni
masyarakat Jawa. Dalam kehidupan masyarakat Jawa, tentu memiliki nilai-nilai budaya dan
historis yang sangat kaya. Kebudayaan Jawa dikenal melahirkan peradaban yang tinggi dan
kebudayaan-kebudayaan itu masih terjaga hingga saat ini. Salah satunya adalah mengenai
filsafah Jawa yang mana menjadi pegangan orang-orang Jawa dalam menjalani hidup. Filsafah
Jawa tentu memiliki makna yang mendalam jika diartikan sebagai nasihat atau ajaran agar
mampu menjalani kehidupan yang lebih baik kedepannya. Akan tetapi sebelum masuk lebih
dalam membahas menganai filsafah Jawa, penulis akan membahas dasarnya terlebih dahulu
yakni pengertian atau hakikat filsafah itu sendiri.
Pada dasarnya antara filosofi dan filsafat itu sama artiannya. Filosofi adalah kata yang
diserap dari bahasa Belanda yakni filosofie. Jika filsafat berasal dari serapan bahasa Arab yakni
falsafa. Kata ini tentu berakar dari bahasa Yunani yakni philosophia. Istilah dari Yunani ini
terdiri dari kata philos yang berarti cinta atau sahabat dan kata shopia yang berarti
kebijaksanaan, pengetahuan atau kearifan. Jadi dapat disimpulkan bahwa filosofi adalah cinta
pada kebijaksanaan atau cinta pada kebenaran yang dalam hal ini merupakan kebenaran pada
ilmu pengetahuan.1 Filsafat itu adalah hasil dari tinjauan manusia tentang suatu makna dirinya,
makna alam, dan tujuan hidupnya dengan mempergunakan pikiran dan dibantu oleh rasa serta
keyakinan yang ada dalam diri manusia itu sendiri, sebagai suatu kesatuan yang mana dapat
berpengaruh dan mampu membantu yang lain. Filsafah itu sendiri dijadikan suatu pegangan dan
pedoman dalam memberi isi kehidupan dan berusaha untuk mencapai tujuan hidupnya yang
lebih baik.2 Maka dari itu, dapat dipahami bahwa filsafah membawa manusia kepada

1
Anugerah Ayu Sendari, “Filosofi adalah Filsafat, Ketahui Pengertian dan Cabangnya,” Liputan6, 28 Juni 2021,
https://www.liputan6.com/hot/read/4593467/filosofi-adalah-filsafat-ketahui-pengertian-dan-cabangnya.
2
Nasroen, M. Filsafah dan Cara Berfalsafah (Jakarta: Bulan Bintang, 1967): 19.
pemahaman dan pemahaman itu membawa manusia kepada tindakan atau arah tujuan yang lebih
baik.
Filsafah tentu menjadi suatu ajaran hidup bagi semua manusia. Hal itu disampaikan oleh
Driyarkara yang mana mengatakan bahwa manusia mengharapkan dari filsafat dasar-dasar
ilmiah yang dibutuhkan untuk hidup. Filsafat diharapkan memberikan petunjuk-petunjuk
bagaimana kita harus hidup untuk menjadi manusia yang sempurna, yang baik, yang susila, dan
bahagia. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa filsafat menjadi suatu usaha dalam mencari
kebijaksanaan yang mana meliputi baik pengeahuan (insight) maupun sikap hidup yang benar
dan sesuai dengan pengetahuan itu.3
Maka dari itu, pada paper ini penulis memilih filsafah Jawa yang tertulis “Natas, nitis,
netes" ( karena atau dari Tuhan kita ada, bersama Tuhan kita bisa hidup, dan bersatu dengan
Tuhan adalah tempat kita kembali). Paper yang berisi tenang pemahaman akan filosofi lokal
tentu juga akan dikaitkan dengan pemikiran atau kebijaksanaan Timur dari konteks peradaban
Timur Tengah/Persia/Indonesia-Pakistan. Semua itu tentu akan dibahas satu persatu dalam subab
isi.
B. Isi
 Filsafah Lokal (Jawa) - Natas, Nitis, Netes
Filsafah Jawa yang penulis ambil itu adalah “Natas, nitis, netes” yang artinya karena atau
dari Tuhan kita ada, bersama Tuhan kita bisa hidup, dan bersatu dengan Tuhan adalah tempat
kita kembali. Natas, nitis, netes tentu bukan tanpa makna falsafah Jawa tersebut diciptakan oleh
leluhur kita, filsafah Jawa itu tentu jika direnungi dengan baik maka akan memperoleh hidup
yang bahagia. Dalam bahasa sederhana dari natas, nitis, netes dapat diartikan bahwa Satu yakni
Dia Tuhan Yang Maha Esa atau Sang pencipta alam semesta, oleh Dia, dan kepada Dia, itulah
hakikat hdup yang sebenarnya. Jika kita pahami satu persatu kata dari natas, nitis, netes tentu
maknanya begitu dalam, maka dari itu penulis akan membahasnya kata per kata agar semakin
mampu dipahami dan dimaknai secara mendalam.
Kata Natas tentu berhubungan dengan

3
Driyarkara, Karya Lengkap Driyarkara: Esai-esai Filsafat Pemikir yang Terlibat Penuh dalam Perjuangan
Bangsanya, disunting oleh Sudiarja, Budi Subanar,Sunardi, dan Sarkim (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2006): 1012.
Pepatah ini menolong kita memiliki panduan dan bimbingan untuk hidup yang terarah
kepada Tuhan. Diharapkan bahwa adanya hubungan yang harmonis antara manusia dengan
Tuhan dan sesama ciptaan-Nya.

C. Penutup dan Kesimpulan

Kita ingat bahwa Yesus pernah mengungkapkan natas, nitis dan netes ini melalui Sabda-
Nya yang sebagaimana dituliskan dalam Injil Matius 22 :37 - 40, "kasihilah Tuhan Allahmu
dengan segenap hati, jiwa dan akal budi. Dan mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri kita
sendiri." kalau kita mengasihi Allah, pasti kita menaatinya. Kita menaatiNya karena kita
mengasihiNya. Bukan supaya dipandang paling saleh atau paling hebat, atau paling baik. Bukan
supaya dianggap rajin dan dipuji. Bukan karena gak enakkan tapi karena sungguh-sungguh
peduli. Bukan karena ada maunya. Bukan karena mau dibalas. Bukan karena kita mau jadi ideal.
Tapi karena pada dasarnya hidup kita ini natas, nitis dan netes. Dari Tuhan, bersama Tuhan, dan
akan kembali kepada Tuhan.
Lao Tze merupakan seseorang yang mendirikan Taoisme yang mana membahas tentang
realitas yang mana sifatnya bahwa segala sesuatu terjadi dan berlangsung secara alamiah,
kodrati, spontan, tanpa perencanaan, tanpa kehendak, tidak teleologis. Lao Tze juga membahas
tentang manusia bahwa manusia bagian dari alam sehingga dapat dikatakan bahwa manusia yang
bijaksana itu manusia yang senantiasa menyesuaikan diri selaras dengan alam. Selain itu,
manusia itu disebut sebagai pengada yang berasal dari Tao dan manusia itu dipandang sebagai
bagian dari keseluruhan alam sehingga antara manusia dan alam atau pengada itu saling
berkaitan -pengada lainnya itu merupakan pengada yang pada dasarnya sama secara esensial.
Pemikiran Lao Tze tentu berkaitan dengan pemikiran Thomas Aquinas tentang ontologi.
Thomas Aquinas membahas bahwa segala yang ada sejauh ada baik itu “ada sebagai ciptaan”
(adanya di-ada-kan) maupun “ada sebagai pencipta” (ada tidak di-ada-kan). Sebab menurut
Thomas Aquinas, pencipta dan ciptaan mempunyai kaitan; ciptaan ambil bagian atau
berpartisipasi dalam PE ncipta sehingga setelah ciptaan di-ada-kan dari ketiadaan (creatio ex
nihilo) ciptaan memiliki adanya sendiri.
Jadi diantara pepatah jawa (Natas, nitis, netes), taoisme, dan ontologi tentu saling
berkaitan satu sama lain karena ketiganya sama-sama membahas bahwa manusia merupakan
salah satu ciptaan dari Tuhan Allah sebagai Sang Pencipta dan manusia memiliki hubungan
langsung dengan Sang Pencipta karena memiliki akal dan budi serta menjadi makhluk ciptaan
yang paling sempurna diantara makhluk ciptaan lainnya sehingga manusia menjadi salah satu
ciptaan yang paling dikasihi oleh Sang Pencipta. Manusia pun memiliki tugas khsus dari Sang
Pencipta yakni untuk berpartisipasi menjaga bumi ini sehingga hal itu menjadi salah satu
menjaga hubungan yang baik dengan SANG PENCIPTA.

Anda mungkin juga menyukai