Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM DALAM

PERSPEKTIF HADIST

Nama kelompok:

1. Sholihatun nisa
2. Syarifudin

Dosen pengampu:muhadi M.pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) MISBAHUL ULUM GUMAWANG

KEC.BELITANG KAB.OKU TIMUR

SUMATRA SELATAN

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang “evaluasi pendidikan islam dalam perspektif hadist
".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan
kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat
dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati
menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca.

Penulis

Sholihatun nisa

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................………………………………………………………………… i

DAFTAR ISI .......................……………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………….......… 1

A. Latar Belakang Masalah........................................................................................................… 1


B. Rumusan Masalah…………………………………………………………............................. 1
C. Tujuan Masalah......................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………............................. 3

A. Pengertian evaluasi pendidikan islam ....................................................................................... 3


B. Tujuan dan fungsi prinsip-prinsip,jenis teknik........................................................................... 4

dan sasaran evaluasi pendidikan islam dalam perspektif hadist ................................................. 4

1. Tujuan dan fungsi evaluasi.............................................................................................. 5


2. Prinsip-prinsip evaluasi................................................................................................... 6
3. Tenis evaluasi.................................................................................................................. 9
4. Teknik evaluasi................................................................................................................ 10
5. Sasaran evaluasi .............................................................................................................. 11

BAB III KESIMPULAN.................................................................................................................. 12

A. Kesimpulan.................................................................................................................................
Daftar pustaka ............................................................................................................................ 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah upaya sadar dan tanggungjawab untuk memelihara, membimbing dan
mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan kehidupan peserta didik agar ia memiliki makna dan
tujuan hidup yang hakiki. Sementara proses pendidikan bertujuan untuk menimbulkan perubahan
perubahan yang diinginkan pada setiap peserta didik.1 Adapun Pendidikan Islam merupakan pendidikan
yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam sebagaimana tercantum dalam al-Qur’an dan al-Hadits
serta dalam pemikiran para ulama dan dalam praktik sejarah umat Islam.2
Menurut Omar Muhammad al-Thoumy al-Syaibani, perubahan-perubahan yang diinginkan pada peserta
didik meliputi tiga bidang asasi, yaitu
1. tujuan personal yang berkaitan dengan individu-individu yang sedang belajar untuk terjadinya
perubahan yang diinginkan, baik perubahan tingkah laku, aktifitas, dan pencapaiannya, serta
pertumbuhan yang diinginkan pada pribadi peserta didik;
2. tujuan sosial yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat sebagai unit sosial berikut dengan
dinamika masyarakat umumnya;
3. tujuan-tujuan professional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, seni,
dan profesi.
Untuk mengetahui ketercapaian suatu tujuan, maka dibutuhkan evaluasi. Evaluasi yang merupakan
salah satu komponen dari sistem pendidikan Islam harus dilakukan secara sistematis dan terencana
sebagai alat untuk mengukur keberhasilan atau target yang akan dicapai dalam proses pendidikan Islam
dan proses pembelajaran.
Dalam sejarah umat Islam, evaluasi sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Beliau selalu
mengevaluasi kemampuan para sahabat dalam memahami ajaran agama atau dalam menjalankan tugas.
Untuk melihat hasil pengajaran yang dilaksanakan, Rasulullah SAW sering mengevaluasi hafalan para
sahabat dengan cara menyuruh mereka membacakan ayat-ayat al-Qur’an dihadapannya, kemudian
beliau membetulkan hafalan dan bacaan mereka yang keliru.
Dalam makalah ini akan kami sajikan hal-hal yang menyangkut evaluasi pendidikan Islam, dari
mulai pengertian, tujuan dan fungsi, prinsip, sasaran, dan jenisnya.

B. Rumusan Masalah
1 Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya,
(Jakarta: Kalam Mulia, 2009), hlm. 233.
2 Abudin Nata,manajemen pendidikan,Mengatasi Kelemahan pendidikan islam di indonesia,(jakarta prenada Media
group,2008)hlm.173
1
1. Apa pengertian evaluasi pendidikan Islam?
2. Bagaimana tujuan evaluasi pendidikan islam menurut perspektif hadist?
3. Apa fungsi evaluasi pendidikan islam menurut perspektif hadist?
4. Apa saja prinsip-prinsip evaluasi pendidikan islam menurut perspektif hadist?
5. Apa sasaran evaluasi pendidikan islam menurut perspektif hadist?
6. Apa saja jenis evaluasi pendidikan Islam menurut perspektif hadits?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian evaluasi pendidikan Islam.
 

2. Mengetahui tujuan evaluasi pendidikan menurut perpekstif hadist


3. Mengetahui fungsi evaluasi pendidikan menurut perspektif hadist
4. Untuk mengentahui prinsip-prinsip evaluasi pendidikan menurut perspektif hadist
5. Untuk mengetahui sasaran evaluasi pendidikan perspektif hadist
6. Untuk mengetahui jenis evaluasi pendidikan Islam menurut perspektif hadits. 

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi Pendidikan Islam.


Secara harfiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation, yang berarti
penilaian, penaksiran, atau evaluasi.3 Atau berasal dari kata to evaluate yang berarti menilai. Nilai
dalam bahasa Arab disebut al-qimat. Dalam bahasa Arab, juga dijumpai istilah imtihan, yang berarti
ujian, dan khataman yang berarti cara menilai hasil akhir dari proses kegiatan.
Istilah nilai pada mulanya dipopulerkan oleh Plato. Pembahasan ‘nilai’ secara khusus diperdalam
dalam diskursus filsafat, terutama pada aspek aksiologinya. 4 Begitu pentingnya kedudukan nilai dalam
filsafat, sehingga para filosof meletakan nilai sebagai muara bagi epistemologi dan ontologi filsafat.
Kata nilai kemudian tidak hanya popular dalam bidang filsafat saja, tetapi sampai pada bidang ekonomi,
sosial, pendidikan, dsb. Dalam ekonomi istilah nilai ditautkan dengan harga. Sedangkan jika
diaplikasikan dalam pendidikan, kata nilai dipahami sebagai memberikan muatan nilai dalam ontologi
dan epistemologi pendidikan, serta mengarakan prosesnya agar tetap mengacu pada nilai.
Sedangkan secara istilah, ada beberapa pendapat, namun pada dasarnya sama hanya berbeda dalam
redaksinya saja. Oemar Hamalik mengartikan evaluasi sebagai suatu proses penaksiran terhadap
kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan peserta didik untuk tujuan pendidikan. Menurut Suharsimi
Arikunto, evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang
selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil
keputusan. Suharsimi membedakan antara istilah pengukuran, penilaian, dan evaluasi. Menurutnya,
pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan suatu ukuran. Pengukuran ini bersifat kuantitatif.
Penilaian adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik dan buruk secara
kualitatif. Sedangkan evaluasi, mencakup pengukuran dan penilaian secara kuantitatif.
Kata evaluasi dalam wacana keislaman tidak dapat ditemukan padanan yang pasti, namun terdapat
term-term tertentu yang mengarah pada makna evaluasi. Diantaranya adalah al-Hisab yang memiliki
makna mengira, menafsirkan, dan menghitung (QS. Al Baqarah: 284), al-Bala’ yang bermakna cobaan
atau ujian (QS. Al Mulk: 2), al-Hukm yang bermakna putusan atau vonis (QS. An Naml: 78), al-
Qadha yang bermakna putusan (QS. Thaha: 72), An-Nazhr yang berarti melihat (An-Naml:
27), musibah (ujian) (QS. Ali Imran: 165, Al Baqarah: 156, An Nisa: 62 dan 79, Ar Rum: 48, Luqman:
17, Al Hadiid: 22, At Taghabun: 11), dan fitnah yang berarti cobaan ujian atau bencana (QS. Al Anfal:
25, Al Furqon: 20, Al Anbiya: 35).  
Beberapa term diatas dapat dijadikan petunjuk arti evaluasi secara langsung ataupun hanya sekedar
alat atau proses didalam evaluasi. Hal ini didasarkan asumsi bahwa Al Quran dan Hadist merupakan
asas-asas atau prinsip-prinsip umum pendidikan, sementara operasionalnya diserahkan penuh kepada
para ijtihat umatnya. Term evaluasi pada taraf berikutnya lebih diorientasikan pada ‘penafsiran atau
memberi putusan terhadap kependidikan’. Setiap tindakan didasarkan atas rencana, tujuan, bahan, alat,

3 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Kalam Mulia, 2008), hlm. 220.

4 [7] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…, hlm. 221.

3
dan lingkungan kependidikan tertentu. Berdasarkan komponen ini, maka peran penilaian dibutuhkan
guna mengetahui sejauh mana keberhasilan pendidikan tercapai.
Jika kata evaluasi dihubungkan dengan kata pendidikan, maka dapat diartikan sebagai proses
membandingkan situasi yang ada dengan kriteria tertentu terhadap masalah-masalah yang berkaitan
dengan pendidikan, untuk itu evaluasi pendidikan sebenarnya tidak hanya menilai tentang hasil belajar
siswa tersebut, seperti evaluasi terhadap guru, kurikulum, metode, sarana prasarana, lingkungan dan
sebagainya. Selain istilah evaluasi, terdapat pula istilah lain yang hampir berdekatan, yaitu pengukuran
dan penilaian. Sementara orang lebih cenderung mengartikan ketiga kata tersebut sebagai suatu
pengertian yang sama, sehingga dalam memaknainya tergantung dari kata mana yang siap diucapkan.
Dari beberapa pendapat, dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi yaitu suatu proses dan tindakan
yang terencana untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan, pertumbuhan dan perkembangan
(peserta didik) terhadap tujuan (pendidikan), sehingga dapat disusun penilaiannya yang dapat dijadikan
dasar untuk membuat keputusan. Jadi dengan evaluasi diperoleh informasi dan kesimpulan tentang
keberhasilan suatu kegiatan, dan kemudian kita dapat menentukan alternatif dan keputusan untuk
tindakan berikutnya. Jadi evaluasi pendidikan Islam yaitu kegiatan penilaian terhadap tingkah laku
peserta didik dari keseluruhan aspek mental-psikologis dan spiritual religius dalam pendidikan Islam,
dalam hal ini tentunya yang menjadi tolak ukur adalah al-Qur’an dan al-Hadits. Dengan pelaksanaan
evaluasi ini bukan hanya pendidik juga keseluruhan aspek/unsur pendidikan Islam.

B. Tujuan dan fungsi prinsip-prinsip,jenis teknik,dan sasaran evaluasi pendidikan islam dalam
perspektif islam
1. Tujuan dan Fungsi Evaluasi
Menurut  M. Arifin, ada tiga tujuan pedagogis dari sistem evaluasi Tuhan terhadap perbuatan
manusia, yaitu:
a. Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problema
kehidupan yang dialaminya.
b. Untuk mengetahui sejauhmana hasil pendidikan wahyu yang telah diterapkan Rasulullah SAW
terhadap umatnya.
c. Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat-tingkat hidup keislaman atau keimanan manusia,
sehingga diketahui manusia yang paling mulia di sisi Allah SWT yaitu paling bertaqwa kepada-
Nya, manusia yang sedang dalam iman atau ketakwaannya, manusia yang ingkar kepada ajaran
Islam.
Hal tersebut sesuai dengan hadist yang menceritakan bahwa Rasulullah sedang menguji
sahabatnya dengan mengajukan sebuah pertanyaan sebagai berikut:
Rasulullah SAW, juga menguji kemampuan saat pada waktu akan berangkat perang
sebagaimana riwayat berikut.
‫د فى‬66‫ عرضنى رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يوم أح‬,‫ عن ابى عمرقال‬,‫ عن نافع‬,‫ جدثنا عبد هللا‬,‫ حدثنا أبى‬,‫حدثنا محمد بن عبد هللا بن نمير‬
(‫ (رواه البخاري‬.‫ فأجزانى‬,‫ وانا بن خمس عشرة سنة‬,‫ وعرضني يوم الخندق‬. ‫ فام يجوني‬,‫ وأنا ابن أربع عشرة‬,‫القتال‬

4
Artinya : menceritakan kepada Muhammad ibn ‘Abdullah ibn Numair, menceritakan kepada
kami ayahku, menceritakan kepada kami ‘Abdullah, dari Nafi’, dari ibn Imar berkata, “Rasulullah
SAW menguji kemampuanku berperang pada hari perang uhud, ketika aku berusia empat belas
tahun, lalu beliau tidak mengizinkanku, dan beliau mengujiku kembali pada hari perang khandaq
ketika aku berusia lima belas tahun, lalu beliau mengizinkanku. (HR. Muslim No. 3473).
Tuhan memberikan contoh sistem evaluasi seperti difirmankan dalam kitab suci-Nya,
[18] yang sasaranya untuk mengetahui dan menilai sejauhmana kadar iman, takwa, ketahanan
mental, keteguhan hati, dan kesediaan untuk menerima ajakan Tuhan mentaati perintah dan menjauhi
larangan-Nya. Kemudian setelah dinilai, Tuhan menetapkan kriteria-kriteria derajat kemuliaan
hamba-Nya. Bagi yang
berderajat mulia di sisi-Nya, Dia akan memberi ‘hadiah’ atau pahala sesuai kehendak-Nya yang
berpuncak pada pahala tertinggi yaitu surga.
Menurut Abdul Mujib dkk, tujuan evaluasi adalah:5
a. Mengetahui kadar pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran, melatih keberanian, dan
mengajak peserta didik untuk mengingat kembali materi yang telah diberikan, dan mengetahui
tingkat perubahan perilakunya.
b.  Mengetahui siapa diantara peserta didik yang cerdas dan yang lemah, sehingga yang lemah diberi
perhatian khusus agar ia dapat mengejar kekurangannya.6
c. Mengumpulkan informasi yang dapat dipergunakan sebagai dasar untuk mengadakan pengecekan
yang sistematis terhadap hasil pendidikan yang telah dicapai untuk kemudian dibandingkan dengan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
d. Mengevaluasi pendidik, materi pendidikan, dan proses peyampaian materi pelajaran.
e. Mengetahui penguasaan peserta didik dalam kompitensi/subkompitensi tertentu setelah mengikuti
proses pembelajaran, untuk mengetahui kesulitan belajar peserta didik (diagnostic test) dan untuk
memberikan arah dan lingkup pengembangan evaluasi selanjutnya.
Dengan beberapa tujuan diatas, evaluasi berfungsi sebagai feedback (umpan balik) terhadap
kegiatan pembelajaran. umpan balik ini berguna untuk hal-hal berikut:
a. Ishlah
Yaitu perbaikan terhadap semua komponen pendidikan, termasuk perbaikan perilaku,
wawasan, dan kebiasaan-kebiasaan peserta didik.
b. Tazkiyah
Yaitu penyucian terhadap semua komponen pendidikan. Artinya, melihat kembali program-
program pendidikan yang dilakukan, apakah program tersebut penting atau tidak dalam kehidupan
peserta didik. Apabila terdapat program yang harus dihilangkan, maka harus dicari format yang
cocok dengan program semula.
c. Tajdid
Yaitu modernisasi semua kegiatan pendidikan. Kegiatan yang tidak relevan untuk
kepentingan internal maupun eksternal perlu diubah dan dicarikan penggantinya yang lbih baik.
5 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), hlm. 221
6 Menurut Abudin Nata dalam Ilmu Pendidikan Islam, dengan evaluasi ini, maka suatu kegiatan dapat diketahui atau ditentukan
tarap kemajuannya, serta diketahui pula tingkat keberhasilan seorang pendidikdalam menyampaikan materi pelajaran, menemukan
kelemahan yang dilakukan, baik berkaitan dengan materi, metode, fasilitas, sarana dan prasarana, lingkungan, dsb
5
Dengan kegiatan ini, pendidikan dapat dimobilisasi dan didinamisasikan untuk lebih maju dan
relevan dengan kebutuhan peserta didik dan perkembangan zaman.
d. Al Dakhil
 

Yaitu masukan sebagai laporan bagi orang tua peserta didik berupa raport, ijazah, piagam,
dsb.
Senada dengan Novan Ardi Wijaya, Ramayulis juga mengumakan fungsi evaluasi sebagai
berikut:7
a. Untuk mengetahui peserta didik yang terpandai dan terkurang di kelasnya.
b. Untuk mengetahui apakah bahan yang telah diajarkan sudah dimiliki peserta didik atau belum.
c. Untuk mendorong persaingan yang sehat antara sesama peserta didik.
d. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah mengalami pendidikan dan pengajaran.
e. Untuk mengetahui tepat atau tidaknya guru memilih bahan, metode, dan berbagai penyesuaian dalam kelas.
f. Sebagai laporan terhadap orang tua peserta didik dalam bentuk raport, ijazah, piagam dan sebagainya.
Sementara pendapat lain mengemukakan, evaluasi berfungsi sebagai:
a. Mengidentifikasi dan merumuskan jarak dari sasaran-sasaran pokok dari kurikulum secara komprehensif;
b.  Penetapan bagi tingkah laku apa yang harus direalisasikan oleh siswa;
c. Menyeleksi atau membentuk instrumen-instrumen yang valid, terpercaya dan praktis untuk menilai sasaran-sasaran
utama proses kependidikan atau ciri-ciri khusus dari perkembangan dan pertumbuhan manusia didik.
d. Secara umum ada empat kegunaan evaluasi dalam pendidikan Islam, diantaranya:
e. Dari segi pendidik, yaitu untuk membantu seorang pendidik mengetahui sejauhmana hasil yang dicapai dalam
pelaksanaan tugasnya.
f. Dari segi peserta didik, yaitu membantu peserta didik untuk dapat mengubah atau mengembangkan tingkah lakunya
secara sadar ke arah yang lebih baik.
g. Dari segi ahli fikir pendidikan Islam, untuk membantu para pemikir pendidikan Islam mengetahui kelemahan teori-
teori pendidikan Islam dan membantu mereka dalam merumuskan kembali teori-teori pendidikan Islam yang
relevan dengan arus dinamika zaman yang senantiasa berubah.
h. Dari segi politik pengambil kebijakan pendidikan Islam, untuk membantu mereka dalam membenahi sistem
pengawasan dan mempertimbangkan kebijakan yang akan diterapkan dalam sistem pendidikan nasional (Islam).\

2. Prinsip-Prinsip Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi agar akurat dan bermanfaat baik bagi peserta didik, pendidik ataupun
pihak yang berkepentingan, maka harus memperhatikan prinsip-prisip sebagai berikut:8
a. Valid
Evaluasi mengukur apa yang seharusnya diukur dengan menggunakan jenis tes yang
terpercaya dan shahih. Artinya ada kesesuaian alat ukur dengan fungsi pengukuran dan sasaran
pengukuran.
b. Berorientasi kepada kompetensi

7 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…, hlm. 224


8 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam…, hlm.213-217.

6
Dengan berpijak pada kompetensi, maka ukuran-ukuran keberhasilan pembelajaran akan
dapat diketahui secara jelas dan terarah.
c. Berkelanjutan/Berkesinambungan (kontinuitas)
Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus dari waktu ke waktu untuk mengetahui
secara menyeluruh perkembangan peserta didik, sehingga kegiatan dan unjuk kerja peserta didik
dapat dipantau melalui penilaian. Dalam ajaran Islam sangatlah diperhatikan kontinuitas, karena
dengan berpegang prinsip ini, keputusan yang diambil oleh seseorang menjadi valid dan stabil
serta menghasilkan suatu tindakan yang menguntungkan.
d. Menyeluruh (Komprehensif)
Evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh, meliputi kepribadian, ketajaman hafalan,
pemahaman, ketulusan, kerajinan, sikap kerja sama, tanggung jawab, dan sebagainya, atau
dalam taksonomi Benjamin S. Bloom lebih dikenal dengan aspek kognitif 9, afektif dan
psikomotorik.
e. Adil dan objektif
Evaluasi harus mempertimbangkan rasa keadilan bagi peserta didik dan objektif
berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak boleh dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat
emosional dan irasional. Jangan karena kebencian menjadikan ketidak objektifan evaluasi.
f.   Bermakna
Evaluasi diharapkan mempunyai makna yang signifikan bagi semua pihak. Untuk itu
evaluasi hendaknya mudah difahami dan dapat ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang
berkepentingan.

g.  Terbuka
Evaluasi hendaknya dilakukan secara terbuka bagi berbagai kalangan sehingga keputusan
tentang keberhasilan peserta didik jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan, tanpa ada
rekayasa atau sembunyi-sembunyi yang dapat merugikan semua pihak.
h.  Ikhlas
Evaluasi dilakukan dengan niat dan yang bersih, dalam rangka efisiensi tercapainya
tujuan pendidikan dan bai kepentingan peserta didik.
i. Praktis
Evaluasi dilakukan dengan mudah dimengerti dan dilaksanakan dengan beberapa
indikator, yaitu: a) hemat waktu, biaya dan tenaga; b) mudah diadministrasikan; c) mudah
menskor dan mengolahnya; dan d) mudah ditafsirkan.
j.   Dicatat dan akurat
Hasil dari setiap evaluasi prestasi peserta didik harus secara sistematis dan komprehensif
dicatat dan disimpan, sehingga sewaktu-waktu dapat dipergunakan.

9 Aspek afektif adalah aspek yang mengarah pada perasaan atau jiwa dari peserta didik  yang sasarannya adalah cara
bersikap dalam perbuatan. Dalam aspek ini bisa dilakukan dengan dua cara, Observasi (pengamatan) dan Ujian tertulis dan atau
lisan.

7
Prinsip-prinsip tersebut sejalan dengan ajaran Islam, karena prinsip-prinsip tersebut
dalam ajaran Islam termasuk ke dalam akhlak yang mulia. Dalam akhlak yang mulia seseorang
harus bersifat obyektif, jujur, mengatakan sesuatu sesuai dengan apa adanya. Orang yang
menilai demikian dalam agama Islam dikenal dengan istilah shidiq. Dalam al-Quran dijelaskan
sebagai berikut:
َّ ‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو ُكونُوا َم َع ال‬
  َ‫صا ِدقِين‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu
bersama orang-orang yang benar.” (QS. At-Taubah: 119)

‫الجنة‬ ‫ِإلَى‬ ‫يهدي‬ ‫البر‬ ‫وإن‬ ‫البر‬ ‫ِإلَى‬ ‫يهدي‬ ‫الصدق‬ ‫إن‬ ‫قال‬ ‫سلَّم‬
َ ‫ َو‬ ‫ َعلَ ْي ِه‬ ُ ‫هَّللا‬ ‫صلَّى‬
َ  ‫النبي‬  ْ‫عَن‬ ُ‫ َع ْنه‬ ُ ‫هَّللا‬ ‫ض َي‬
ِ ‫ َر‬ ‫مسعود‬ ‫ابن‬  ْ‫عَن‬

Artinya: “Sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebaikan, dan kebaikan itu membawa
kepada surga” (HR. Muslim No. 4720).
Sejalan dengan sikap obyektif dan jujur tersebut, maka seorang yang melakukan penilaian
harus benar-benar yakin terhadap hasil penilaiannya itu. Ia tidak boleh menilai sesuatu yang belum
diketahui dengan pasti atau masih meragukan. Hal ini sejalan dengan hadits Nabi
yang artinya: “Tinggalkan apa yang kau ragu-ragu, kepada apa yang tidak engkau ragu-ragu.
Sesungguhnya kebenaran itu membawa kepada ketenangan, dan dusta itu membawa kepada keragu-
raguan.” (HR. Tirmudzi)

َ ‫ اِنَّ هللاَ الَ يَ ْنظُ ُر اِلَى اَ ْج‬:‫م‬.‫ قال رسول هللا ص‬:‫ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬
‫سا ِم ُك ْم‬ ِ ‫عَنْ اَبِ ْي ه َُر ْي َرةَ َر‬
)‫ص َو ِر ُك ْم َو ٰل ِكنْ يَ ْنظُ َر اِلَى قُلُ ْو بِ َك ْم َواَ ْع َما لِ ُك ْم (رواه مسلم‬
ُ ‫َوالَ اِلَى‬
Artinya: “Dari Abu Hurairah RA, beliau berkata: Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya
Allah tidak memandang dan menilai dari tubuh dan gambarmu (kuantitas), akan tetapi Allah
memandang dan menilai dari hati dan amalmu” (H.R. Muslim)
Ketentuan hasil evaluasi yang dilakukan oleh Allah terhadap makhluknya tidak akan
menyalahi aturan yang ditetapkan sehingga tidak ada orang yang teraniaya atau dirugikan. Kesalahan
hanya dihitung sesuai dengan jumlah kesalahan (dosa), tetapi kebaikan dihitung berlipat ganda,
kebaikan satu diberi nilai 10 sampai 700.
Prinsip-prinsip diatas jika ditelaah dalam konsep pendidikan Islam, juga sejalan dengan prinsip
pendidikan islam itu sendiri yaitu keseimbangan (tawazun) dan komprehensif (tasyamul). Bentuk
keseimbangan tersebut meliputi keseimbangan antara aspek materil dan spiritual maupun antara jasmani
dan rohani, dan juga antara individu dan sosial. Prinsip ini berimplikasi pada prinsip komprehensif yang
memberikan kerangka dasar bahwa pendidikan Islam meliputi seluruh dimensi potensi manusia, yaitu
akal, intelektual, jiwa, spiritual, maupun jasmani. Kedua prinsip itu merupakan dasar pendidikan Islam
untuk membimbing peserta didik menjadi insan kamil.
Dalam pelaksanaan pendidikan yang dilakukan Nabi kepada para sahabatnya, ketika dilihat dari
cara penyampaian materi hadits kepada para sahabatnya adalah dengan cara yang sederhana dan praktis,
namun ketika dianalisis lebih lanjut bahwa praktek kependidikan yang dijalankan oleh Nabi sudah

8
memuat beberapa aspek pendidikan yaitu pendidik, anak didik, metode, sarana dan media, materi,
bahkan sampai evaluasinyapun. Karena Nabi sendiri merupakan evaluator pertama dan utama dalam
menilai kemampuan, kecerdasan sahabat sampai kepada sikap, tingkah laku, dan tindakan sahabat,
sehingga ketika sahabat melanggar atau tidak mengerjakan perintah  dari Nabi, maka Nabi akan
mengingatkannya, atau sahabat tidak melakukan kewajiban dan aturan yang yang ada maka Nabi
sendiripun yang akan mengingatkannya. Inilah uniknya evaluasi pendidikan yang dilakukan Nabi secara
menyeluuh, baik itu di majlis taklim, masjid, musholla, lapangan, sampai dijalan atau dimasyarakat,
Nabi selalu mengevaluasi semua kegiatan dan tindakan sahabat, karena sahabat yang prilakunya baik
akan kelihatan dengan sendirinya dan sahabat yang prilakunya buruk juga akan terlihat juga, karena
Rasulullah disamping mengetahui aspek lahir juga dibantu Allah untuk untuk mengetahui aspek batin,
karena Allah menilai seseorang bukan dari aspek lahir namun dari aspek batin.10
Jika kita bandingkan dengan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pasal 64 ayat 3, prinsip-prinsip tersebut telah diatur didalamnya. Dalam peraturan tersebut disebutkan
penilaian hasil belajar mata pelajaran agama, dan akhlak mulia serta kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui dua cara, yaitu:
1.      Pengamatan terhadap perubahan-perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi
dan kepribadian peserta didik.
2.      Ujian, ulangan dan atau penugasan untuk mengukur hasil aspek kognitif peserta didik. sekilas PP
tersebut memang hanya menyebutkan aspek kognitif dan afektif saja tanpa melibatkan aspek
psikomotorik, tetapi jika kita cermati dalam rumusan standar isi (rumusan standar kompetensi dan
kompetensi dasar) mata pelajaran PAI, baik SD, SMP, SMA/SMK, dan juga madrasah, maka aspek
psikomotorik akan kita temukan.11
3.      Jenis Evaluasi
Abudin Nata membagi dalam empat macam/jenis evaluasi, yaitu: evaluasi formatif, sumatif,
placement atau penempatan, dan diagnosis.12
a. Evaluasi Formatif, ditujukan untuk mengetahui hasil kegiatan belajar mengajar yang telah
dilakukan oleh pendidik dan dicapai oleh peserta didik. Hal ini dilakukan karena dasarnya
manusia itu mempunyai kelemahan.
b. Evaluasi Sumatif, dilakukan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai peserta didik setelah
mengikuti kegiatan belajar dalam satu semester atau akhir tahun dalam rangka menentukan
jenjang berikutnya. Asumsi evaluasi ini adalah bahwa segala sesuatu (termasuk peserta didik)
diciptakan mengikuti hokum bertahap. Hal ini sesuai dengan QS. Al Insyiqaq ayat 19 yang
artinya, “Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan).”
c.   Evaluasi Placement atau  penempatan, untuk mengetahui kemampuan peserta didik sebelum
mengikuti pelajaran, serta menetukan bidang studi atau jurusan yang akan dipilihnya. Asumsi

10 Ahmad Falah, Hadits Tarbawi, (Kudus: Nora Media Enterprise, 2010), hlm. 149-151.

11 Sukiman, Pengembangan Sistem Evaluasi PAI, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2010), hlm. 51.
12 Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam…, hlm. 310-311; Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam
Mulia), hlm. 338. Bandingkan dengan M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner…, hlm. 245-246. Menurut M Arifin, Evaluasi Formatif, untuk menetapkan tingkat penguasaan peserta didik dan
menentukan bagian bagian tugas yang belum dikuasai dengan tepat
9
yang mendasari evaluasi ini adalah bahwa setiap manusia (peserta didik) memiliki perbedaan-
perbedaan dan potensi khusus. Hal ini disebutkan dalam QS. Al Isra ayat 84 yang
artinya, “Tiap-tiap orang berbuat menurut kedaannya.”
d. Evaluasi Diagnosis, untuk mengetahui dan menganalisis keadaan-keadaan peserta didik, baik
yang berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi, maupun hambatan yang dijumpai
dalam kegiatan belajar mengajar. Asumsi yang mendasari evaluasi ini adalah bahwa
pengalaman pahit masa lalu dapat dijadikan ‘guru’ untuk memperbaiki masa depan. Setiap
proses pembelajaran tidak terlepas dari kesulitan. Jika dapat menyelesaikan dan memecahkan
hambatan dan kesulitan yang dihadapi, iakan memperoleh kemudahan dalam kegiatan
berikutnya. Hal ini senada dengan QS. Al Insyirah ayat 5-7, yang artinya “Karena
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (uirusan) lainnya.”
4.      Teknik Evaluasi
Teknik evaluasi adalah cara yang dilakukan untuk melakukan evaluasi. Untuk evaluasi
pendidikan yang termasuk di dalamnya evaluasi terhadap program pendidikan suatu lembaga,
tujuan, sarana, efektifitas, kurikulum dan lain-lainnya, bisa dilakukan dengan teknik evaluasi
program salah satunya.
Sedangkan untuk evaluasi pembelajaran ada dua teknik yang sering digunakan untuk
mengukur hasil belajar yaitu dengan tes dan non-tes. Sebagai salah satu alat untuk mengkuantifikasi
sampel perilaku,  maka para ahli memberikan berbagai macam klasifikasi tes yang berbeda
tergantung perspektif sang ahli tersebut. Klasifikasi tes yang lengkap disampaikan oleh Anas
Sudijono yang mengklasifikasikan tes berdasarkan perspektif tertentu. Jika tes digolongkan
berdasarkan fungsi sebagai alat ukur perkembangan, maka ada enam jenis tes yaitu : tes seleksi, tes
awal, tes akhir, tes diagnostik, tes formatif dan tess umatif.
Berdasarkan aspek psikis yang ingin dinilai, tes dibedakan menjadi tes intelegensi, tes
kemampuan, tes sikap, tes kepribadian dan tes hasil belajar. Berdasarkan banyaknya orang yang
mengikuti maka tes dibedakan menjadi tes individu dan tes kelompok. Jika digolongkan
berdasarkan waktu yang disediakan, maka akan ada dua jenis tes yaitu: power test dan speed test.
Ditinjau dari segi respon tes dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu tes verbal dan tes non
verbal. Dan jika ditinjau dari cara mengajukan pertanyaan, akan ada dua tes yaitu te stertulis dan tes
lisan.
Teknik yang bisa digunakan dalamtes adalah tes lisan, tes unjuk kerja, tes tertulis dan
portofolio. Tes tertulis bisa dalam bentuk pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan,  jawaban
singkat, dan uraian bebas. Sedangkan teknik non tes meliputi skala bertingkat, kuesioner, daftar
cocok, wawancara, pengamatan dan riwayat hidup.
Jika diperjelas, maka teknik evaluasi dalam pendidikan dapat dibagi beberapa langkah
diantaranya :
a. Perencanaan

10
Dapat dilakukan dengan merumuskan tujuan evaluasi dalam suatu program belajar
mengajar didasarkan atas tujuan yang hendak dicapai.
b. Pengumpulan data
Dengan cara menetapkan aspek-aspek yang harus dinilai, artinya untuk memperoleh
bahan informasi yang cukup tentang anak didik dengan diadakan evaluasi yang dapat ditempuh
dengan langkah yaitu: pelaksanaan evaluasi, pemeriksaan hasil-hasil evaluasi, dan pemberian
kode atau skor.
c. Verifikasi data
Dengan menentukan metode evaluasi yang akan digunakan aspek yang akan dinilai.
Misalnya : untuk menilai sikap dipergunakan checklist.
d. Analisis data
Dengan cara memilih atau menyusun alat-alat evaluasi yang akan dipergunakan berupa
tes maupun bukan tes (non tes).
e. Penafsiran data
Dengan menentukan kriteria yang dipergunakan untuk menentukan frekuensi evaluasi
dengan menyusun bahan pelajaran.
Secara umum, proses pengembangan penyajian dan pemanfaatan evaluasi belajar dapat
digambarkan dalam langkah-langkah berikut:
a. PenentuanTujuanEvaluasi
b. Penyusunan Kisi-kisi soal
c. Telaah atau review dan revisi soal
d.  Uji Coba (try out)
e. Penyusunan soal
f. Penyajian tes
g. Scoresing
h. Pengolahan hasil tes
i. Pelaporan hasil tes
j. Pemanfaatan hasil tes

5.      Sasaran Evaluasi
Sasaran evaluasi merupakan tindakan yang harus ditempuh oleh pendidik dalam
mengadakan evaluasi. Sasaran itu sangat penting dalam menentukan pemyusunan alat-alat evaluasi
yang akan dipakai oleh pendidik. Menurut Abudin Nata, yang menjadi pokok sasaran evaluasi yaitu
untuk mengevaluasi peserta didik, pendidik, materi pendidikan, proses penyampaian materi
pelajaran, dan berbagai aspek lainnya yang berkaitan dengan materi pendidikan.13 Karena antara
satu komponen pendidikan dan komponen pendidikan lainnya saling berkaitan.

13 [35]Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam…, hlm. 308.

11
Sasaran-sasaran evaluasi pendidikan Islam secara garis besarnya melihat empat kemampuan
peserta didik yaitu:
a. Sikap dan pengalaman terhadap hubungan pribadinya dengan Tuhannya.
b. Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan dirinya dengan masyarakat.
c. Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan kehidupannya dengan alam sekitarnya.
d. Sikap dan pandangannya terhadap diri sendiri selaku hamba Allah SWT anggota masyarakat
serta selaku khalifah-Nya di muka bumi.
Keempat sasaran tersebut harus dievaluasi secara menyeluruh. Artinya, jangan hanya
dinilai dari segi penguasaan materi semata-mata, tetapi juga harus dinilai dari segi perubahan
tingkah laku dalam proses belajar mengajar.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
12
Secara harfiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation, yang berarti
penilaian, penaksiran, atau evaluasi. Atau berasal dari kata to evaluate yang berarti menilai. Dalam al-
Quran maupun hadis kata evaluasi tidak dapat ditemukan padanan yang pasti, namun terdapat term-term
tertentu yang mengarah pada makna evaluasi. Diantaranya adalah al-Hisab yang memiliki makna
mengira, menafsirkan, dan menghitung, al-Bala’ yang bermakna cobaan atau ujian), al-Hukm yang
bermakna putusan atau vonis, al-Qadha yang bermakna putusan, dan An-Nazhr yang berarti melihat
musibah (ujian) dan fitnah yang berarti cobaan ujian atau bencana.
Tujuan evaluasi untuk mengetahui kadar pemahaman peserta didik, mengetahui siapa diantara
peserta didik yang cerdas dan yang lemah, mengumpulkan informasi yang dapat dipergunakan sebagai
dasar untuk mengadakan pengecekan yang sistematis terhadap hasil pendidikan yang telah
dicapai, mengevaluasi pendidik, materi pendidikan, proses peyampaian materi pelajaran, mengetahui
kesulitan belajar peserta didik (diagnostic test) dan untuk memberikan arah dan lingkup pengembangan
evaluasi selanjutnya.
Prinsip-prinsip evaluasi: valid, berorientasi kepada kompetensi, berkelanjutan/berkesinambungan
(kontinuitas), menyeluruh (komprehensif), adil dan objektif, bermakna, terbuka, praktis, dan
dicatat serta akurat. Jenisnya ada empat: evaluasi formatif, sumatif, placement atau penempatan, dan
diagnosis. Sasarannya meliputi mengevaluasi peserta didik, pendidik, materi pendidikan, proses
penyampaian materi pelajaran, dan berbagai aspek lainnya yang berkaitan dengan materi pendidikan

DAFTAR PUSTAKA

Al Syaibani, Omar Muhammad al-Thoumy al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung,
Jakarta: Bulan Bintang, 1979.

13
Al-Rasyidin dkk, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta: Ciputat
Press, 2005.

Arifin, M, Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan


Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 1996.

Arikunto, Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1990.

As-Sijistani, Imam Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, Beirut: Maktab ad-Dirasat wa Al-Buhuts fi Dar Al Fikr.

Echols, John M. dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia.

Falah, Ahmad, Hadits Tarbawi, Kudus: Nora Media Enterprise, 2010.

Hamalik, Oemar, Pengajaran Unit, Bandung: Alumni, 1982.

Hamami, Tasman, Pemikiran Pendidikan Islam: Transformasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam di


Sekolah Umum, Yogyakarta: Pustaka Book Publizer, 2008.

Lidwa 9 imam, (Aplikasi Hadist).

Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.

Nata, Abudin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.

14

Anda mungkin juga menyukai