Anda di halaman 1dari 18

Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling

Volume 11 (1) … – … Desember 2021


ISSN: 2088-3072 (Print) / 2477-5886 (Online)
DOI: 10.25273/counsellia.v11i1xxxx
Available online at: http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JBK

KONDISI OBJEKTIF PELAYANAN BK


Reza Arifni1 ✉, Ifdil2, dst.
1
Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Padang, Padang
email: ✉ rezaarifni3@gmail.com
2
Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Padang, Padang

Abstract
Pendidikan pada saat ini dihadapkan pada berbagai permasalahan, akibatnya
harapan masyarakat akan pendidikan yang berkualitas dan menghasilkan
putra-putri yang cerdas dan berkarakter masih belum dapat dipenuhi oleh
penyelenggara pendidikan. Hal ini akibat pendidikan hanya dipandang
sebagai proses pembelajaran semata. Padahal dalam dunia pendidikan ada
tiga bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam setiap
penyelenggaraan pendidikan khususnya penyelenggaraan pendidikan
disekolah. Pertama, yaitu pelaksanaan proses pembelajaran didalam kelas,
terkait dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru
dalam rangka membentuk intelektualitas anak. Kedua, bimbingan konseling,
yaitu kegiatan yang dilakukan oleh seorang konselor atau seorang guru
pembimbing atau guru biasa yang melaksanakan tugas sebagai pembimbing
dikelas. Ketiga yaitu administrasi pendidikan, yaitu kegiatan pengolahan
semua aktifitas program pendidikan disekolah dengan tujuan semua
program sekolah akan berjalan secara lancar, efisien, dan efektif.

Kata Kunci: Pendidikan, Pelayanan BK


How to Cite: Arifni,Reza. (2021). Kondisi Objektif Pelayanan BK.
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling, 11(1), 1 – 14.
Doi.org/10.25273/counsellia.v11i1xxxx

Copyright ©2021 Counsellia: Bimbingan dan Konseling Published by


Universitas PGRI Madiun. This work is icensed under the Creative
Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International
License
Pendahuluan
Bimbingan dan konseling di sekolah diselenggarakan untuk memfasilitasi
perkembangan peserta didik/konseli agar mampu mengaktualisasikan potensi dirinya
dalam rangka mencapai perkembangan secara optimal. Fasilitasi dimaksudkan
sebagai upaya memperlancar proses, karena secara kodrati setiap manusia berpotensi
untuk berkembang.
Peserta didik/konseli adalah individu yang sedang berkembang. Untuk mencapai
perkembangan optimal, potensi-potensi peserta didik perlu difasilitasi melalui
berbagai komponen pendidikan, yang salah satu di antaranya adalah layanan
bimbingan dan konseling.
Bimbingan dan konseling saat ini merupakan upaya pengembangan potensi-
potensi positif individu. Semua peserta didik berhak mendapatkan layanan bimbingan
dan konseling agar potensi-potensi positif yang mereka miliki berkembang optimal.
Pengembangan potensi- potensi positif memungkinkan individu mencapai aktualisasi
diri. Meskipun demikian, paradigma bimbingan dan konseling ini tidak mengabaikan
layanan-layanan yang berorientasi pada pencegahan (preventif) dan pengatasan
masalah (kuratif).
Upaya mewujudkan potensi peserta didik/konseli menjadi kompetensi dan
prestasi hidup memerlukan sistem layanan pendidikan integratif. Kompetensi hidup
dikembangkan secara isi-mengisi atau komplementer antara guru bimbingan dan
konseling atau konselor dengan guru mata pelajaran dalam satuan pendidikan.
Setiap peserta didik memiliki potensi (kecerdasan, bakat, minat, kepribadian,
kondisi fisik), latar belakang keluarga, serta pengalaman belajar yang berbeda-beda.
Hal ini menyebabkan peserta didik/konseli memerlukan layanan pengembangan yang
berbeda-beda pula.
Perkembangan peserta didik/konseli tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik
fisik, psikis, maupun sosial. Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan.
Perubahan yang terjadi dalam lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup warga
masyarakat, termasuk peserta didik/konseli. Pada dasarnya peserta didik/konseli
memiliki kemampuan menyesuaikan diri, baik dengan diri sendiri maupun
lingkungannya.
Proses penyesuaian diri akan optimal jika difasilitasi oleh pendidik, termasuk
guru bimbingan dan konseling atau konselor. Penyesuaian diri yang optimal
mendorong peserta didik/konseli mampu menghadapi masalah-masalah pribadi,
sosial, belajar dan karir.

Perilaku sebagian remaja seperti dipaparkan di atas sangat tidak diharapkan


karena tidak sesuai dengan sosok pribadi manusia Indonesia yang dicita-citakan,
seperti tercantum dalam Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu: beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian mantap dan mandiri, serta
memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Undang-Undang
RI No. 20 Tahun 2003, Bab II, pasal 3).

Metode
Dalam pembahasan ini metode yang digunakan adalah studi kepustakaan.
Pengumpulan dan pengolahan data/sumber berasal dari buku, laporan, jurnal,
literatur dan dokumentasi yang berkaitan dengan masalah yang dibahas atau
di pecahkan.

Pembahasan
A. Perkembangan Peranan Konselor di Sekolah
Konselor sekolah adalah petugas profesional yang artinya
secara formal mereka telah di siapkan oleh lembaga atau institusi
pendidikan yang berwenang. Mereka di didik secara khusus untuk
menguasai seperangkat kompetensi yang di perlukan bagi pekerjaan
bimbingan dan konseling. Jadi dengan demikian dapatlah dikatakan
bahwa konselo rsekolah memang sengaja di bentuk menjadi tenaga-
tenaga yang professional dalam pengetahuan, pengalaman dan kualitas
pribadinya dalam bimbingan dan konseling. Oleh Karena itu tugas-
tugas yang diembannya pun mempunyai criteria khusus dan tidak
semua orang atau semua profesi dapat melakukanya. Tugas-tugas
konselor sekolah tersebut antara lain :
1. Bertanggung jawab tentang keseluruhan pelaksanaan layanan
konseling di sekolah.
2. Mengumpulkan, menyusun, mengelola, sertamenafsirkan data, yang
kemudian dapat dipergunakan oleh semua staf bimbingan di sekolah.
3. Memilih dan mempergunakan berbagai instrument psikologis untuk
memperoleh berbagai informasi mengenai bakat khusus, minat,
kepribadian, dan inteleginsinya untuk masing-masing siswa.
4. Melaksanakan bimbingan kelompok maupun bimbingan individual
(wawancara konseling).
5. Mengumpulkan, menyusun dan mempergunakan informasi tentang
berbagai permasalahan pendidikan, pekerjaan, jabatan atau karir, yang
dibutuhkan oleh guru bidang studi dalam proses belajar mengajar.
6. Melayani orang tuaWali murid ingin mengadakan konsultasi tentan
ganak-anaknya (Dewa Ketut Sukardi, 1985 : 20).
Konselor adalah seorang anggota staf sekolah dan bertanggung
jawab penuh terhadap fungsi bimbingan dan mempunyai keahlian
khusus dalam bidang bimbingan yang tidak dapat di kerjakan oleh
guru biasa. Konselor / guru pembimbing bertanggung jawab langsung
kepada kepala sekolah dan hanya mempunyai hubungan kerja sama
dengan guru serta anggota staff lainnya. Konselor bersama kepala
sekolah merencanakan program bimbingan yang sistematis yang
meliputi :
a. Program pengembangan pendidikan guru.
b. Program konsultasi untuk guru dan orang tua.
c. Program konseling untuk murid.
d. Program layanan referral untuk murid.
e. Program pengembangan dan penelitian sekolah.
Penelitian hasil belajar dan layanan bimbinga nlainnya. (Yusuf
Dan Chatherine, 1992: 207). Dalam menjalankan tugasnya seorang
konselor sekolah harus mampu melaksanakan peranan yang berbeda-
beda dari situasi kesituasi lainnya. Pada situasi tertentu kadang-kadang
seorang konselor harus berperan sebagai seorang teman dan pada
situasi berkutnya berperan sebagai pendengar yang baik atau sebagai
pengobar/ pembangkit semangat, atau peran-peranan lain yang dituntut
oleh klien dalam proses konseling. Winkel (1991 ; 71) pun
berpendapat tentang peranan konselor di sekolah yaitu : Konselor
sekolah dituntut mempunyai peranan sebagai orang kepercayaan
konseli/ siswa, sebagai teman bagi konseli/ siswa, bahkan konselor
sekolahpun dituntut agar mampu berperan sebagai orang tua bagi
klien/ siswa. Oleh karena itu untuk menjalankan tugasnya, maka
menurut Dewa Ketut Sukardi (1985 : 22) seorang konselor harus
memenuhi persyaratan tertentu, diantaranya persyaratan pendidikan
formal, kepribadian, latihan atau pengalaman khusus. Selain itu, masih
banyak anggapan bahwa peranan konselor sekolah adalah sebagai
polisi sekolah yang harus menjaga dan mempertahankan tata tertib,
disiplin, dan keamanansekolah (PrayitnodanErmanAmti, 1999, 122).
Meskipun demikian konselor harus selalu mempertahankan sikap
professional tanpa mengganggu keharmonisan hubungan antara
konselor dengan personal sekolah lainnya guna terlaksananya program
bimbingan dan konseling yang telah direncanakan, juga menjalin
hubungan kepada semua siswa baiks iswa-siswa yang nyaris tidak
mempunyai masalah pribadi, sosial, belajar, ataupun karir, maupun
kepada siswa-siswa yang nyaris tidak mempunyai masalah guna
membantu dan memfasilitasi siswa dalam menyelesaikan kesulitan
atau masalah.
B. Persepsi Profil Ideal dan Profil Real Konselor di Lapangan

Pengetahuan Mengenai Diri Sendiri (Self-knowledge)

Disini berarti bahwa konselor mawas diri atau memahami


dirinya dengan baik, dia memahami secara nyata apa yang dia
lakukan, mengapa dia melakukan itu, dan masalah apa yang harus dia
selesaikan. Pemahaman ini sangat penting bagi konselor, karena
beberapa alasan sebagai berikut.

a. Konselor yang memilki persepsi yang akurat akan dirinya


maka dia juga akan memilki persepsi yang kuat terhadap orang
lain.
b. Konselor yang terampil memahami dirinya maka ia juga akan
memahami orang lain.

Kompetensi (Competence)

Kompetensi dalam karakteristik ini memiliki makna sebagai


kualitas fisik, intelektual, emosional, sosial, dan moral yang harus
dimiliki konselor untuk membantu klien. kompetensi sangatlah
penting, sebab klien yang dikonseling akan belajar dan
mengembangkan kompetensi-kompetensi yang diperlukan untuk
mencapai kehidupan yang efektif dan bahagia. Adapun kompetensi
dasar yang seyogianya dimilki oleh seorang konselor, yang antara
lain :

a) Penguasaan wawasan dan landasan pendidikan


b) Penguasaan konsep bimbingan dan konseling
c) Penguasaan kemampuan assesmen
d) Penguasaan kemampuan mengembangkan progaram bimbingan
dan konseling
e) Penguasaan kemampuan melaksanakan berbagai strategi layanan
bimbingan dan konseling
f) Penguasaan kemampuan mengembangkan proses kelompok
g) Penguasaan kesadaran etik profesional dan pengembangan profesi
h) Penguasaan pemahaman konteks budaya, agama dan setting
kebutuhan khusus

Kesehatan Psikologis yang Baik

Seorang konselor dituntut untuk dapat menjadi model dari


suatu kondisi kesehatan psikologis yang baik bagi kliennya, yang
mana hal ini memiliki pengertian akan ketentuan dari konselor dimana
konselor harus lebih sehat kondisi psikisnya daripada klien. Kesehatan
psikolpgis konselor yang baik sangat penting dan berguna bagi
hubungan konseling. Karena apabila konselor kurang sahat psikisnya,
maka ia akan teracuni oleh kebutuhan-kebutuhan sendiri, persepsi
yang subjektif, nilai-nilai keliru, dan kebingungan.

Dapat Dipercaya (trustworthness)

Konselor yang dipercaya dalam menjalankan tugasnya


memiliki kecenderungan memilki kualitas sikap dan prilaku sebagai
berikut:

a. Memilki pribadi yang konsisten


b. Dapat dipercaya oleh orang lain, baik ucapannya maupun
perbuatannya.
c. Tidak pernah membuat orang lain kesal atau kecewa.
d. Bertanggung jawab, mampu merespon orang lain secara utuh,
tidak ingkar janji dan mau membantu secara penuh.

Kejujuran (honest)

Yang dimaksud dengan Kejujuran disini memiliki pengertian


bahwa seorang konselor itu diharuskan memiliki sifat yang terbuka,
otentik, dan sejati dalam pembarian layanannya kepada konseli. Jujur
disini dalam pengertian memiliki kongruensi atau kesesuaian dalam
kualitas diri actual (real-self) dengan penilain orang lain terhadap
dirinya (public self). Sikap jujur ini penting dikarnakan:

a) Sikap keterbukaan konselor dan klien memungkinkan


hubungan psikologis yang dekat satu sama lain dalam kegiatan
konseling.
b) Kejujuaran memungkinkan konselor dapat memberikan umpan
balik secara objektif terhadap klien.

Kekuatan atau Daya (strength)

Kekuatan atau kemampuan konselor sangat penting dalam


konseling, sebab dengan hal itu klien merasa aman. Klien memandang
seorang konselor sebagi orang yang, tabaha dalam menghadapi
masalah, dapat mendorong klien dalam mengatasi masalahnya, dan
dapat menanggulangi kebutuhan dan masalah pribadi.

 Konselor yang memilki kekuatan venderung menampilkan


kualitas sikap dan prilaku berikut.
 Dapat membuat batas waktu yang pantas dalam konseling
 Bersifat fleksibel
 Memilki identitas diri yang jelas

Kehangatan (Warmth)

Yang dimaksud dengan bersikap hangat itu adalah ramah,


penuh perhatian, dan memberikan kasih sayang. Klien yang datang
meminta bantuan konselor, pada umumnya yang kurang memilki
kehangatan dalam hidupnya, sehingga ia kehilangan kemampuan
untuk bersikap ramah, memberikanperhatian, dan kasih sayang.
Melalui konseling klien ingin mendapatkan rasa hangat tersebut dan
melakukan Sharing dengan konseling. Bila hal itu diperoleh maka
klien dapat mengalami perasaan yang nyaman.

Pendengar yang Aktif (Active responsiveness)

Konselor secara dinamis telibat dengan seluruh proses


konseling. Konselor yang memiliki kualitas ini akan: (a)
mampu berhubungan dengan orang-orang yang bukan dari
kalangannya sendiri saja, dan mampu berbagi ide-ide, perasaan, (b)
membantu klien dalam konseling dengan cara-cara yang bersifat
membantu, (c) memperlakukan klien dengan cara-cara yang dapat
menimbulkan respon yang bermakna, (d) berkeinginan untuk berbagi
tanggung jawab secara seimbang dengan klien dalam konseling.

Kesabaran

Melaui kesabaran konselor dalam proses konseling dapat


membantu klien untuk mengembangkan dirinya secara alami. Sikap
sabar konselor menunjukan lebih memperhatikan diri klien daripada
hasilnya. Konselor yang sabar cenderung menampilkan sikap dan
prilaku yang tidak tergesa-gesa.

Kepekaan (Sensitivity)

Kepekaan mempunyai makna bahwa konselor sadar akan


kehalusan dinamika yang timbul dalam diri klien dan konselor sendiri.
Kepekaan diri konselor sangat penting dalam konseling karena hal ini
akan memberikan rasa aman bagi klien dan klien akan lebih percaya
diri apabila berkonsultasi dengan konselor yang memiliki kepekaan.

Kesadaran Holistik

Pendekatan holistik dalam bidang konseling berarti bahwa


konselor memahami secara utuh dan tidak mendekatinya secara
serpihan. Namun begitu bukan berarti bahwa konselor seorang yang
ahli dalam berbagai hal, disini menunjukan bahwa konselor perlu
memahami adanya berbagai dimensi yang menimbulkan masalah
klien, dan memahami bagaimana dimensi yang satu memberi pengaruh
terhadap dimensi yang lainnya. Dimensi-dimensi itu meliputi aspek,
fisik, intelektual, emosi, sosial, seksual, dan moral-spiritual.

C. Persepsi Kompetensi Konselor di Sekolah


Persepsi Kompetensi konselor di Sekolah
Kegiatan bimbingan dan konseling dalam pendidikan sekolah,
diselenggarakan oleh pejabat fungsional yang secara resmi dinamakan
guru pembimbing ( guru kelas di sekolah dasar ). Dengan demikian,
kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan kegiatan atau
pelayanan fungsional yang bersifat profesional atau keahlian dengan
dasar keilmuan. persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh
proses penginderaan, yaitu merupakan suatu proses diterimanya
stimulus oleh individu melalui alat indera. Pengertian persepsi ada
bermacam-macam menurut beberapa ahli. Mengutip dari Budi (2005).
”Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat ditarik simpulan secara
garis besar bahwa persepsi merupakan suatu proses yang didahului
oleh adanya suatu proses penginderaan, yang mana hal tersebut
memberikan gambaran yang terstruktur dan bermakna mengenai
situasi tertentu dalam lingkungan hidupnya.

Pengertian Kompetensi Pada hakikatnya.


Kompetensi adalah komponen utama dari standar profesi disamping
kode etik sebagai pegangan perilaku profesi yang telah ditetapkan
dalam pengawasan tertentu. Kompetensi diartikan dan dimaknai
sebagai perangkat perilaku efektif yang terkait dengan eksplorasi dan
investigasi, menganalisis dan memikirkan, serta memberikan
perhatian, dan mempersepsi yang mengarahkan seseorang menemukan
cara-cara untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien.
Dalam hal ini, kompetensi diartikan sebagai 18 pengetahuan,
ketrampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah
menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan
perilakuperilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-
baiknya. Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menjelaskan bahwa ”kompetensi
adalah seperangkat pegetahuan, ketrampilan dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan”. Dengan demikian penggunaan
istilah guru BK di lingkungan 19 sekolah akan berubah menjadi
Konselor sekolah. Paradigma ini mengacu pada pelaksana konseling
adalah Konselor. Dengan kata lain bahwa Konselor termasuk salah
satu tenaga pendidik. ”Konselor adalah seorang ahli dalam bidang
konseling, yang memiliki kewenangan dan mandat secara profesional
untuk melaksanakan kegiatan pelaksanaan konseling” (Prayitno, 2004:
6). Dijelaskan juga bahwa ”Konselor sekolah adalah seorang tenaga
profesional yang memperoleh pendidikan khusus di perguruan tinggi
dan mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan bimbingan dan
konseling” (Winkel, 2006:171). Dapat disimpulkan bahwa Konselor
adalah seorang ahli dalam bidang bimbingan dan konseling yang
mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh
dalam kegiatan BK terhadap sejumlah konseli. Kompetensi Konselor
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 konselo 20
kemanusiaan, individualitas, dan kebebasan memilih; (c)
Menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat; (d)
Menampilkan kinerja yang berkualitas tinggi. 3. Kompetensi Sosial,
yaitu: (a) Mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat kerja; (b)
Berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan
konseling; (c) Mengimplementasikan kolaborasi antar profesi. 4.
Kompetensi Profesional, terdiri dari: (a) Menguasai konsep dan
praksis assessment untuk memahami kondisi, kebutuhan dan masalah
konseli; (b) Menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan
konseling; (c) Merancang program bimbingan dan konseling; (d)
Mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang
komprehensif; (e) Menilai proses dan hasil kegiatan layanan
bimbingan dan konseling; (f) Memiliki kesadaran dan komitmen
terhadap etika professional; (g) Menguasai konsep dan praksis
penelitian dalam bimbingan dan konseling. Keseluruhan kompetensi
diatas merupakan kopetensi utama minimal yang perlu dikuasai oleh
seorang konselor dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang
konselor yang profesional.
1) Kompetensi Pedagogik Pedagogik pada awalnya berasal dari
bahasa Yunani yakni Paedos yang berarti anak pria dan
Agogos yakni mengantar, membimbing. Jadi secara harfiah
pedagogik berarti pembantu anak pria zaman Yunani kuno
yang 21 pekerjaannya mengantarkan anak majikannya pergi ke
sekolah. Kemudian jika dikiaskan pengertian dari pedagogik
dalam dunia pendidikan dapat diartikan sebagai ilmu tentang
menuntun dan memahami anak. Dalam konseling kompetensi
pedagogik merupakan kompetensi yang meliputi pemahaman
wawasan atau landasan kependidikan, pemahan terhadap
peserta didik, pengembangan pelayanan, pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi yang
dimilikinya.
2) Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian memiliki
pengaruh yang sangat besar terhadap pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik. Kompetensi kepribadian juga
memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam
membentuk kepribadian peserta didik. Mulyasa (2008: 117)
menyatakan bahwa dalam Standar Nasional Pendidikan,
penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b dikemukakan bahwa yang
dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.
3) Kompetensi Sosial Kompetensi sosial merupakan kemampuan
guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesame pendidik, orang tua atau wali peserta
didik, dan masyarakat sekitar. Menurut Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 menyebutkan
kompetensi sosial. Kompetensi Profesional Kompetensi
Profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara
luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi dan
substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta
penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya.. 3.
Mengimplementasikan kolaborasi antarprofesi

D. Persepsi Profil Pengembangan Diri Konselor

Pengertian Komitmen

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia komitmen adalah


perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu. Dalam sebuah
organisasi, komitmen merupakan kekuatan identifikasi dari
keterlibatan individu dengan organisasi. Komitmen yang tinggi
dicirikan dengan tiga hal yaitu kepercayaan dan penerimaan yang kuat
terhadap tujuan dan nilai-nilai organisasi, kemauan yang kuat untuk
bekerja demi organisasi, serta keinginan yang kuat untuk tetap menjadi
anggota organisasi. Komitmen juga dapat diartikan sebagai langkah
atau tindakan yang diambil untuk menopang suatu pilihan tindakan
tertentu, sehingga pilihan tindakan itu dapat kita jalankan dengan
mantap dan sepenuh hati.

Nilai utama dari komitmen adalah membantu perkembangan


manusia agar dapat mencapai tingkat fungsi tertinggi, manusia yang
berkembang dapat dipahami dan dibantu dalam konteks interaksinya
dengan lingkungan fisik, sosial dan psikologis, tujuan akhir dari
konseling adalah untuk menangani klien dan lingkungan agar dapat
mempercepat keterlibataan yang dinamis atau sesuai antara orang
tersebut dengan lingkungannya.

Faktor Yang Mempengaruhi Komitmen menurut Gladding


(2012) yaitu:
a. Kepercayaan yang kuat dan tinggi terhadap organisasi dan
penerimaan yang tinggi terhadap nilai dan tujuan organisasi.

b. Kepercayaan memiliki yang tinggi sebagai bagian dari suatu


organisasi.

c. Keyakinan yang tinggi untuk menjadi anggota organisasi.

Karakteristik konselor yang memiliki komitmen

a) Komitmen terhadap diri sendiri

1) Menerima dengan senang hati jabatannya sebagai konselor

2) Pada rana ini konselor harus menerima jabatannya  dengan


senang hati sesuai dengan komitmennya. Artinya ketika
konselor sudah menerima jabatannya harus sanggup
menerima tanggung jawab atas jabatannya itu.

3) Berdedikasi tinggi melaksanakan tugasnya dengan sebaik


mungkin

4) Konselor terlebih dahulu mempunyai niat untuk


melaksanakan tugasnya sebagai konselor yang diwujudkan
dalam bentuk visi misi dan tujuan ketika konselor
menjalankan tugasnya.

5) Memberikan pelayanan yang bermanfaat

6) Konselor mengaplikasikan komitmennya dalam bentuk


pelayanan yang bermanfaat bagi konseli dengan
berlandaskan teori dan praktik layanan yang sudah
konselor dapatkan.

Komitmen terhadap profesi

1. Menjunjung tinggi kode etik sebagai konselor


2. Kode etik yang sudah dituangkan dalam undang-undang
profesi konselor harus di hormati, di junjung tinggi, dan di
laksanakan dalam kegiatan bimbingan konseling sehari-
hari. Maka dari itu konselor harus memperhatikan kode
etik tersebut supaya komitmennya tidak akan luntur dan
hilang.

3. Menjaga nama baik profesi konselor

4. Setelah mahasiswa BK lulus sarjana (S1) dan akan


melanjutkan studinya secara otomatis dia akan masuk
kedalam program profesi konselor. Maka dari itu dia akan
berkomitmen untuk menjaga nama baik profesinya.

5. Memperhatikan asas-asas BK dalam memberikan layanan

6. Dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling yang


terpenting adalah komitmennya menjalankan seluruh asas
bimbingan dan konseling, paling utama yaitu asas
kerahasiaan tetapi tidak mengesampingkan asas-asas BK
yang lain dan unsur-unsur praktek layanan BK yang lain.

Komitmen terhadap organisasi

1) Mengembangkan kualitas pribadi dan profesionalitas


konselor

2) Sebelum memberikan pelayanan konselor harus


mengembangkan kualitas pribadinya terlebih dahulu
dan harus mengembangkan profesionalitas sebagai
konselor.

3) Memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap


profesi konselor
4) Seorang konselor di katakana mempunyai komitmen
tinggi terhadap profesinya jika melaksanakan apa yang
menjadi tugas serta tanggung jawabnya secara penuh.

Tanggung jawab keguruan yang lahir dari komitmen


guru profesional adalah tanggung jawab yang tidak hanya
dialamatkan kepada manusia, akan tetapi juga dipertanggung
jawabkan dihadap-an Allah SWT. Jadi pertanggung jawaban
terhadap profesi dalam pandangan islam tidak hanya bersifat
horizontal-formal sesama manusia, tetapi juga bersifat vertical-
moral, yakni taggung jawab terhadap Allah SWT.
Kesimpulan
Konselor sekolah adalah petugas profesional yang artinya secara formal mereka
telah disiapkan oleh lembaga atau institusi pendidikan yang berwenang. Mereka
di didik secara khusus untuk menguasai seperangkat kompetensi yang di
perlukan bagi pekerjaan bimbingan dan konseling.
Persepsi Profil Pengembangan Diri Konselor, nilai utama dari komitmen adalah
membantu perkembangan manusia agar dapat mencapai tingkat fungsi tertinggi,
manusia yang berkembang dapat dipahami dan dibantu dalam konteks interaksinya
dengan lingkungan fisik, sosial dan psikologis, tujuan akhir dari konseling adalah
untuk menangani klien dan lingkungan agar dapat mempercepat keterlibataan yang
dinamis atau sesuai antara orang tersebut dengan lingkungannya.

References
FentiHikmawati. 2011. BimbinganKonseling. Jakarta : PT Raja GrafindoPersada
Retno Tri Hariastuti. 2008. Dasar-dasarBimbingandanKonseling. Surabaya :
University Press
http://www.subliyanto.id/2011/02/peran-konselor-di-sekolah.html?m=1 8
November 2018, pukul 20.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai