Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 9

DASAR-DASAR PENELITIAN
“Membuat Rancangan Proposal”

Dosen:
Dr. Netrawati, M.Pd., Kons.

OLEH:
Reza Arifni
18006204

BIMBINGAN
DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
A. Perumusan Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup adalah batasan. Ruang lingkup juga dapat dikemukakan
pada bagian variabel-variabel yang diteliti, populasi atau subjek penelitian, dan
lokasi penelitian. Penggambaran Ruang lingkup dapat kita nilai dari data
karakteristik responden perlu dilakukan untuk memperoleh gambaran yang
komprehensif tentang bagaimana keadaan responden penelitian kita, yang boleh
jadi diperlukan untuk melihat data hasil pengukuran variabel-variabel yang
diteliti.
Sebagai contoh ruang lingkup pada populasi dan sampel dapat digunakan
jika penelitian yang dilakukan mengambil sampel sebagai subjek penelitian, akan
tetapi jika sasaran penelitiannya adalah seluruh anggota populasi, akan lebih
cocok digunakan istilah subjek penelitian, terutama dalam penelitian
eksperimental.
Ruang lingkup permasalahan digunakan agar dapat membatasi penelitian
untuk mencegah meluasnya permasalahan yang ada, agar penelitian lebih terarah
dan tidak keluar dari konteks analisis pembahasan yang berdasarkan rumusan
masalah yang timbul dari penelitian ini. Oleh karena itu, penulis memfokuskan
penelitiannya pada bentuk fonologis dan makna yang terkandung dalam
onomatope bunyi glottal stop yang diambil dari kata di luar balon bahasa dalam
komik Jepang sebagai sumber. Pada bentuk fonologis penulis memfokuskan pada
vokal, konsonan dan letak terbentuknya kata dari data-data onomatope yang
ditemukan.
Penelitian kali ini dilihat dari sudut pandang pembentukan dan perubahan
dalam suatu kata serta analisis makna dari sudut pandang maknakontekstual
secara khusus, dan makna leksikal secara umum.

B. Penetapan Variabel Penelitian


Menurut Y.W. Best (Amirul Hadi, 1998: 208) variabel penelitian adalah
kondisi-kondisi yang oleh peneliti dimanipulasikan, dikontrol atau diobservasi
dalam suatu penelitian. Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau
nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Sesudah mengemukakan beberapa proposisi berdasarkan konsep dan teori
tertentu, peneliti perlu menentukan variabel-variabel penelitian, yang selanjutnya
merumuskan hipotesis berdasarkan hubungan antarvariabel. Suatu variabel dapat
berbentuk dari pengelompokan yang logis dari buah atribut. Atribut-atribut yang
ada dikelompokkan menjadi suatu variabel dapat berupa variabel diskrit atau
variabel berkesinambungan.
Diskrit berarti tidak punya nilai pecahan, misalnya: jumlah anak, mobil,
negara. Jadi variabel diskrit hanya dapat dinyatakan dalam satuan-satuan tidak
dapat dibagi lagi. Sedangkan variabel bersambungan maksudnya di antara dua
unit ukuran masih ada pengukuran yang lain di mana secara teoritis jumlahnya
tidak terbatas (Nurul Zuriah, 2006: 145-146).
Memahami variabel dan kemampuan menganalisis atau
mengidentifikasikan setiap variabel menjadi variabel yang lebih kecil (sub
variabel) merupakan syarat mutlak bagi setiap peneliti. Mengidentifikasikan
variabel dan sub variabel ini tidak mudah karenanya membutuhkan kejelian dan
kelincahan berpikir pelakunya.
Memecah variabel menjadi sub variabel ini juga disebut kategorisasi, yakni
memecah variabel menjadi kategori-kategori data yang harus dikumpulkan oleh
oeneliti. Kategori-kategori ini dapat diartikan sebagai indikator variabel. Dalam
contoh lesadaran bermasyarakat, jika akan mengukur apakah seseorang cukup
besar atau tidak kesadaran bermasyarakatnya, maka perlu dicari tanda-tandanya,
indikatornya dan bukti-buktinya.
Kategori, indikator, sub variabel ini akan dijadikan pedoman dalam
meruuskan hipotesis minor, menyususn instrumen, mengumpulkan data dan
kelanjutan langkah penelitian yang ain. Sedikitnya sub variabel atau kategori,
akan menghasilkan kesimpulan yang besar (jika variabelnya terlalu luas) dan
sempit (jika variabelnya sedikit tetapi kecil-kecil).
Adakalanya peneliti memilih sedikit variabel teapi besar-besar, ini
menunjukkan bahwa peneliti hanya menghendaki data kasar. Tentu saja semakin
terperinci cara pengkategorisasian variabel, datanya semakin luas dan gambaran
hasil penelitian semakin jelas.
Berhubung pentingnya kategorisasi variabel penelitian, maka berikut ini
dasajikan contoh penjabaran variabel dan dilengkapi dengan cara memperoleh
datanya.
Contoh:
Sebuah penelitian dengan judul:
“Pengaruh Kualitas Guru Terhadap Prestasi Belajar Murid”
Variabel bebas : kualitas guru.
Variabel terikat : prestasi belajar murid.
Yang ditulis di dalam kurung adalah cara atau metode bagaimana data diperoleh.
No. Variabel bebas: Variabel terikat:
Kualitas Guru Prestasi belajar murid
1. Pendidikan guru (dokumen) Nilai harian (dokumen)
2. Pengalaman mengajar Nilai ulangan umum (dokumen)
(dokumen)
3. Banyaknya penataran Nilai tugas-tugas (dokumen)
(dokumen)
4. Usia (dokumen) Cara menjawab pertanyaan di kelas
(observasi)
5. Minat menjadi guru (kuesiner Cara menyusun laporan (dokumen)
kepada guru)
6. Penguasaan terhadap materi Nilai ketelitian catatan (dokumen)
pengajaran (kuesioner murid)
7. Pendekatan atau cara Ketekunan, keuletan (observasi)
mengajar (observasi atau
kursioner murid)
8. Hubungan guru-murid Usaha (observasi) dan sebagainya.
(kuesioner murid) dan
sebagainya.

Ketika menentukan sub-variabel ini peneliti harus berfikir, bagaimana


selalu sambil berpikir bagaimana cara mengumpulkan datanya. Apabila hal ini
tidak diperhatikan maka variabel yang telah ditemukan dan kelihatan menarik
mungkin tidak ada datanya.

Tujuan kategorisasi variabel (Suharsimi, 2013: 164-166) adalah agar


peneliti memahami dengan jelas permasalahan yang sedang diteliti. Makin
terperinci kita memahami permasalahan kita, maka makin bermutu
pemecahannya. Oleh karena itu, hipotesis mayor dapat dipecah menjadi hipotesis
minor sesuai dengan penjabaran variabelnya.
C. Asumsi
1. Pengertian Asumsi
Dalam buku “Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer” yang ditulis oleh
Jujun S. Suriasumantri, ia mendeskripsikan asumsi secara rinci dengan
menghadirkan sebuah cerita dengan dua tokoh penembak yang memiliki latar
belakang yang berbeda, pertama seorang ahli tembak dan yang kedua seorang
petani yang tidak mempunyai pengalaman dalam dunia tembak, lalu
keduanya dipertemukan dalam sebuah arena adu tembak, dan dari sinilah
asumsi mulai bermunculan dari berbagai pihak untuk mengambil peruntungan
siapa yang akan mereka jagokan? Mereka pun mulai berspekulasi agar tidak
salah dalam memilih orang yang akan mereka jagokan.
Kemungkinan yang pertama tentunya kemenangan sangat jelas berpihak
kepada si penembak ulung jika dilihat dari pengalaman yang telah dia jalani
dalam dunia tembak, dan kemungkinan tersebut sangatlah besar peluangnya
untuk lolos menjadi pemenang. Lalu disana pun masih ada kemungkinan
kedua yaitu keberuntungan si petani untuk lolos menjadi pemenang,
walaupun keahlian menembak tak dia kuasai, tetapi paling tidak masih ada
sedikit peluang untuknya agar menjadi pemenang dalam adu tembak ini.
Setelah menyimak cerita tersebut kita pun mulai ikut berasumsi
(menduga-duga) manakah yang akan lolos menjadi pemenang? Si jago
tembak kah sesuai dengan hukum alam yang berlaku? Atau si petani kah
karena peluang yang dimilikinya membawa dia kepada keberuntungan?
Dari cerita di atas, bisa disimpulakan bahwa asumsi dapat diartikan
sebagai dugaan yang diterima sebagai dasar atau landasan berfikir karena
dianggap benar.
Sedangkan pengertian asumsi dalam filsafat ilmu ini merupakan
anggapan atau andaian dasar tentang realitas suatu objek yang menjadi pusat
penelaahan atau pondasi bagi penyusunan pengetahuan ilmiah yang
diperlukan dalam pengembangan ilmu. Tanpa asumsi anggapan orang atau
pihak tentang realitas bisa berbeda, tergantung dari sudut pandang dan
kacamata apa.

2. Fungsi Asumsi
Suharsimi menyebutkan dalam bukunya dahwa didalam penelitian,
asumsi/anggapan dasar sangat perlu untuk dirumuskan secara jelas sebelum
melangkah mengumpulkan data. Perlunya peneliti merumuskan
asumsi/anggapan dasar antara lain:
a. Agar ada dasar berpijak yang kokoh bagi masalah yang sedang diteliti.
b. Untuk mempertegas variable yang menjadi pusat perhatian.
c. Guna menentukan dan merumuskan hipotesis.

3. Penggunaan Asumsi
Dalam menentukan suatu asumsi, permasalahan utamanya adalah
mempertanyakan pada pada diri sendiri (peneliti) apakah sebenarnya yang
ingin dipelajari dari ilmu. Terdapat kecenderungan, sekiranya menyangkut
hukum kejadian yang berlaku bagi seluruh manusia, maka harus bertitik tolak
pada paham deterministik. Sekiranya yang dipilih adalah hukum kejadian
yang bersifat khas bagi tiap individu manusia maka akan digunakan asumsi
pilihan bebas. Di antara kutub deterministik dan pilihan bebas, penafsiran
probabilistik merupakan jalan tengahnya.

4. Penentuan dan Mengembangkan Asumsi


Dalam penelitian kita diharuskan untuk menyusun asumsi. Hal ini
sebagai stimulus, agar kita mencari pembuktiaan sebuah kebenaran ilmiah.
Dalam menyusun asumsi ini kita tidak boleh sembarangan, akan tetapi kita
harus melihat konteks atau objek yang kita teliti. Untuk menentukan asumsi
harus didasarkan atas kebenaran yang telah diyakini oleh peniliti. Sebelum
menentukan asumsi peneliti harus lebih mengetahui terhadap sesuatu dengan
cara:
a. Dengan banyak membaca buku, surat kabar atau terbitan lain.
b. Dengan banyak mendengar berita, ceramah, pembicaraan orang lain.
c. Dengan banyak berkunjung ke tempat (lokasi penelitian).
d. Dengan mengadakan pendugaan meng-abstraksi berdasarkan
perbendaharaan pengetahuannya.
Setelah kita menentukan asumsi, maka asumsi tersebut dapat
dikembangkan dengan cara:
a. Relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian disiplin ilmu.
b. Operasional dan merupakan dasar dari pengkajian teoritis
c. Disimpulkan dari “keadaan sebagaimana adanya” bukan “bagaimana
keadaan yang seharusnya”. Jadi Asumsi harus bercirikan positif, bukan
normatif.

DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Amirul. 1998. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.


Suharsimi, Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Zuriah, Nurul. 2006. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.

Anda mungkin juga menyukai