Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA DASAR II (AKBK 3207)

PERCOBAAN VIII

“RESISTIVITAS KAWAT KONDUKTOR”

DOSEN PENGAMPU :

DR. SUYIDNO, M. Pd

ELLYNA HAFIZAH, M. Pd

ASISTEN PRAKTIKUM :

Andy Azhari, S.Pd

Ana Selpia

Dadang Samudra

Nadiani

OLEH :

LEVIA RAHEESA

(2210129220010)

KELOMPOK 2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

MEI

2023
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
LABORATORIUM IPA TERPADU

Nama : Levia Raheesa Tanggal Percobaan : 26 Mei 2023


NIM : 2210129220010 Kelompok : II

Judul Percobaan

“RESISTIVITAS KAWAT KONDUKTOR”

ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan resistivitas kawat konduktor yang bertujuan


menyelidiki faktor yang mempengaruhi hambatan (resistansi) sebuah kawat penghantar
dan menentukan resistivitas (hambatan jenis) kawat. Metode yang digunakan pada
kegiatan 1 yaitu memanipulasi panjang kawat dan pada kegiatan 2 memanipulasi
diameter kawat. Pada 2 kegiatan ini kami melakukannya dengan sebanyak 3 kali
percobaan dengan menggunakan panjang kawat 0,15 m, 0,2 m, dan 0,25 m dan memiliki
diameter 15×10-4m, 51×10-5m, dan 38×10-5m. Pada kegiatan I diperoleh nilai resistivitas
berturut-turut sebesar 5,46 × 10−5 Ω𝑚, 117 × 10−4 Ω𝑚, dan 2808 × 10−4 Ωm. Pada
kegiatan II diperoleh besarnya nilai resistivitas kawat berturut-turut sebesar 5,46 ×
10−5 Ω𝑚, 5,33333 × 10−5 Ω𝑚, dan 8 × 10−5 Ωm.

Kata kunci : resistivitas, kawat penghantar dan diameter kawat

1
I. PENDAHULUAN

Listrik terbentuk karena energi mekanik dari generator yang menyebabkan


perubahan medan magnet di sekitar kumparan. Perubahan ini menyebabkan
timbulnya aliran muatan listrik pada kawat/penghantarAliran muatan listrik pada
kawat Anda kenal sebagai arus listrik. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering
menggunakan alat yang menggunakan energi listrik, seperti pemanas, bola lampu,
setrika dan lain sebagainya. Tetapi tanpa kita sadari semua alat listrik tersebut
mengandung hambatan untuk mengendalikan kuat arus Hambatan kawat
penghantar bergantung pada panjang dan pendeknya kawat, luas penampang
kawatserta jenis kawat penghantar. Setiap jenis kawat memiliki hambatan jenis
kawat (p) yang berbeda-beda. Tetapi hambatan jenis kawat tidak dipengaruhi oleh
ukuran atau bentuk kawat, artinya untuk jenis kawat yang sama, hambatan jenis
kawat selalu sama.
Pada praktikum ini terdapat beberapa rumusan masalah yaitu “Bagaimana
cara menyelidiki faktor yang mempengaruhi hambatan (resistansi) sebuah kawat
penghantar?” dan “Bagaimana cara menentukan resistivitas (hambat jenis) suatu
bahan/kawat?”. Adapun tujuan dari praktikum yang kita lakukan yakni
Menyelidiki faktor yang mempengaruhi hambatan (resistensi) sebuah kawat
penghantar dan menentukan resistivitas (hambat jenis) suatu bahan/kawat. Jadi
inilah rumusan masalah serta tujuan dari praktikum kita yang berjudul Resistivitas
Kawat Konduktor.

II. KAJIAN TEORI

Resistor atau hambatan adalah suatu benda yang menghasilkan resistansi


atau nilai hambatan. Resistor dibuat dari suatu jenis bahan penghantar yang
berguna untuk menghambat aliran arus listrik. Resistor berfungsi sebagai
penghntar kuat arus, pengatur tegangan atau pembagi potensial listrik. Resistansi
ditentukan oleh resistansi jenis atau restivitas dan ukuran bahan resistor (Azhar,
2018).
Jika suatu penghantar dengan luas penampang A, panjang penghantar L dan
beda potensial antara kedua ujung kawat penghantar adalah V maka arus I listrik
yang mengalir dalam penghantar tersebut akan sebanding dengan beda potensial
antara kedua ujung penghantar tersebut (Farhan, 2021). Gambar 1 di bawah
menunjukkan tentang grafik kuat arus I sebagai fungsi beda potensial V. Pada
Gambar 1 jika suatu bahan penghantar menghasilkan grafik kuat arus I sebagai
fungsi, beda potensial V nya tidak membentuk garis lurus, penghantarnya disebut
komponen non-ohmik. Untuk bahan penghantar yang menghasilkan grafik kuat

2
arus I sebagai fungsi, beda potensial V-nya membentuk garis lurus, penghantarnya
disebut komponen ohmik.

(Gambar 1. Grafik kuat arus listrik I sebagai fungsi beda potensial V)


(Omek,2020).

Secara matematis, hubungan antara kuat arus I sebagai fungsi beda


potensial V adalah

𝑉
𝐼= 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑉 = 𝐼𝑅
𝑅
………………………(1)
dengan:
𝑉 = beda potensial atau tegangan (volt, V),
𝑅 = hambatan listrik penghantar (ohm, Ω),
𝐼 = kuat arus listrik (ampere, A)
(Soedojo, 2018).

Berdasarkan eksperimen, Ohm juga meru-muskan bahwa hambatan R kawat


logam berbanding lurus dengan panjang l, berbanding terbalik dengan luas
penampang lintang kawat A, dan bergantung kepada jenis bahan tersebut. Secara
matematis dituliskan:

𝑙
𝑅=𝜌
𝐴

………………...………..(2)
dengan:

3
𝑅 = hambatan kawat penghantar (Ω)
𝑙 = panjang kawat penghantar (m)
𝐴 = luas penampang lintang penghantar (m2)
𝜌 = hambatan jenis kawat penghantar (Ω.m)
(Kasli, Dewi, & Mazlina, 2020).
Konstanta pembanding 𝜌 disebut hambatan jenis (resistivitas). Hambatan jenis
kawat berbeda-beda tergantung bahannya.
Jika kita menerapkan beda potensial yang sama antara ujung geometris
yang sama dari batang tembaga dan kaca, menghasilkan arus yang sangat berbeda.
Karakteristik dari konduktor yang masuk di sini adalah hambatan listrik. Kita
dapat menentukan hambatan antara dua titik dari konduktor dengan memberikan
beda potensial V antara ujung-ujung tersebut dan mengukur arus i yang
dihasilkan. Kemudian, hambatan adalah sebagai berikut

𝑉
𝑅= (defisini dari R)
𝑖

……...……….(3)
(Manasoglu, Celen, Kanik, & Ulcay, 2019).
Satuan SI untuk hambatan sesuai dengan persamaan (3) adalah volt per ampere
atau ohm (simbol Ω) yaitu
1 ohm = 1Ω = 1 volt per ampere
………………(4)

Sebuah konduktor yang fungsinya dalam sebuah rangkaian untuk


memberikan hambatan disebut resistor (lihat gambar 2). Dalam sebuah bagan
rangkaian, kita melambangkan sebuah resistor dan hambatan dengan simbol .
Jika kita menulis persamaan (3) sebagai

𝑉
𝑖=
𝑅

…………………………………(5)

4
(Gambar 2. Macam-macam hambatan)
(Wibowo & Ferdian, 2022).
Seperti yang telah kita lakukan beberapa kali dalam hubungan yang lain,
kita sering mengambil pandangan umum dan tidak dengan menggunakan benda-
benda tertentu tetapi dengan bahan. Disini kita tidak berfokus pada beda potensial
V pada sebuah hambatan tertentu tetapi pada medan listrik 𝐸⃗ pada titik suatu
bahan yang dapat memberi hambatan. Sebagai ganti dari menggunakan arus I
yang melalui resistor, kita menggunakan kepadatan arus 𝐽. Sebagai ganti
hambatan R dari benda, kita menggunakan hambatan jenis 𝜌 dari bahan:

𝐸
𝜌= (definisi dari 𝜌)
𝐽

………………..(6)
Atau

𝐸 = 𝜌𝐽
……………………(7)
(Sunarti, 2019).
Sebuah konduktor sempurna akan mempunyai resistivitas nol, dan sebuah
isolator sempurna akan mempunyai resistivitas tak berhingga. Logam dan
campuran logam mempunyai resistivitas paling kecil dan merupakan konduktor
terbaik. Resistivitas isolator lebih besar daripada resistivitas logam sebanyak
faktor yang sangat besar, yang ordenya sebesar 10. Kebalikan resistivitas adalah
konduktivitas. Satuannya adalah (Ω ∙ m)-1 (Setiawan, 2022). Konduktor listrik
yang baik mempunyai konduktivitas yang lebih besar daripada isolator.
Konduktivitas adalah analogi listrik langsung dari konduktivitas termal. Semi
konduktor mempunyai resistivitas pertengahan (intermediet) di antara resistivitas
logam dan resistivitas isolator. Material semi konduktor ini penting karena
resistivitasnya dipengaruhi oleh suhu dan oleh sejumlah kecil ketakmurnian.

5
Sebuah material yang menuruti hukum Ohm secara baik dinamakan sebuah
konduktor ohmik atau sebuah konduktor linear. Untuk material seperti itu, ada
suatu suhu yang diberikan, 𝜌 adalah konstanta yang tidak bergantung pada nilai
E. banyak material memperlihatkan penyimpangan yang nyata dati perilaku
hukum Ohm, material itu adalah material nonohmik atau material nonlinear.
Dalam material ini, J bergantung pada E dengan cara yang lebih rumit

(Gambar 3. Sebuah konduktor dengan penampang melintang yang homogen)


(Nur & Dzulkiflih, 2019).

III. METODE PERCOBAAN


A. Alat dan Bahan
1. Baterai 1,5 volt + stand 2 buah
2. Kawat baja karbon 15 cm 1 buah
3. Kawat baja karbon 30 cm 1 buah
4. Kawat baja karbon 45 cm 1 buah
5. Kawat baja karbon 45 cm 3 buah
6. Stand kawat 1 buah
7. Kabel penghubung 6 buah
8. Voltmeter 1 buah
9. Amperemeter 1 buah
10. Mikrometer 1 buah
11. Penggaris 1 buah

B. Hipotesis

6
1. Kegiatan 1
Semakin panjang kawat (𝑙), maka semakin besar hambatan kawat
jika semakin besar hambatan kawat maka semakin kecil kuat
arusnya dan semakin besar nilai tegangan (V) dan nilai resistivitas
jenis kawat akan tetap.
2. Kegiatan 2
Semakin besar diameter kawat, maka akan semakin besar nilai kuat
arus (I) sehingga semakin kecil nilai tegangan (V).
C. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel
1. Kegiatan 1
Variable kontrol : Tegangan (V)
DOV : tegangan adalah beda potensial antara dua titik
dan memiliki satuan volt. Tegangan listrik akan
dibangkitkan dari pembangkit listrik. Sumber
tegangan yang digunakan pada percobaan ini
adalah berupa baterai dengan tegangan 1,5 Volt
Variable manipulasi : Panjang Kawat (m)
DOV : kawat adalah suatu benda yang terbuat dari logam.
Kawat baja karbon adalah kawat yang terbuat dari
paduan antara logam besi dengan karbon sebagai
paduan utama. Panjang memiliki satuan meter (m),
dan panjang kawat baja karbon yang digunakan
pada percobaan ini adalah 15 cm, 30 cm, dan 45 cm
yang digunakan menggunakan penggaris.
Variable respon : Kuat Arus (A)
DOV : kuat arus adalah laju aliran dengan muatan listrik
yang melewati suatu bagian atau suatu titik tertentu.
Kuat arus memiliki satuan ampere (A)

2. Kegiatan 2
Variable kontrol : Tegangan (V)

7
DOV : Tegangan adalah beda potensial antara dua titik
dan memiliki satuan volt. Tegangan listrik akan
dibangkitkan dari pembangkit listrik. Sumber
tegangan yang digunakan pada percobaan ini
adalah berupa baterai dengan tegangan 1,5 Volt
Variable manipulasi : Diameter Kawat (m)
DOV : Diameter adalah jarak antara ujung ke ujung suatu
benda berbentuk lingkaran dan memiliki satuan
meter (m). kawat adalah suatu benda yang terbuat
dari logam. Kawat baja karbon adalah kawat yang
terbuat dari paduan antara logam besi dengan
karbon sebagai paduan utama.
Variable respon : Kuat Arus (A)
DOV : kuat arus adalah laju aliran dengan muatan listrik
yang melewati suatu bagian atau suatu titik tertentu.
Kuat arus memiliki satuan ampere (A)
D. Procedure Percobaan
1. Kegiatan 1
Pertama, mengambil kawat dengan panjang 15 cm, kemudian
mengukur diameternya agar tidak mengambil tempat yang luas.
Kedua, membentuk kawat seperti lilitan. Ketiga, menyusun
peralatan percobaan seperti pada gambar modul, untuk percobaan
pertama, mengggunakan kawat dengan panjang 15 cm. Keempat,
menutup saklar S, dan membaca penunjukan amperemeter serta
voltmeter, setelah itu mencatat hasilnya dalam tabel pengamatan.
melakukan hal yang sama (langkah 2-4) untuk masing-masing
kawat dengan panjang 30 cm dan 45 cm, lalu menghitung besar
hambat jenis (resistivitas) dari kawat dan terakhir menuliskan
kesimpulan yang diperoleh

Diameter kawat = …

8
No Panjang Tegangan Kuat arus
kawat

1. 15 cm … …

2. 30 cm … …

3. 45 cm … …

Tabel 1. Pengamatan kegiatan 1

2. Kegiatan 2
Pertama mengambil kawat kecil sepanjang 45 cm, kemudian
mengukur diameternya agar tidak mengambil tempat yang luas.
Kedua, membentuk kawat menjadi seperti lilitan. Ketiga,
menyusun peralatan percobaan seperti pada gambar pada modul.
Keempat, menutup saklar S dam membaca penunjukan
amperemeter dan voltmeter, kemudian mencatat hasilnya dalam
tabel pengamatan, melakukan hal yang sama (langkah 2-4)
masing-masing untuk kawat 2 dan 3 dengan diameter yang lebih
besar dan menghitung besar hambat jenis (resistivitas) dari kawat.
Terakhir, menuliskan kesimpulan yang diperoleh

Panjang kawat = …

No Diameter kawat Tegangan Kuat arus

1 … …

2 … …

3 … …

Tabel 2. Pengamatan kegiatan 2

9
E. Rangkaian percobaan

(Gambar 4. Rangkaian percobaan kegiatan hukum melde)

IV. DATA DAN ANALISIS


A. Tabel Pengamatan
1. Kegiatan I
Diameter kawat : 0,15mm= 0,0005 m
No. Panjang Kawat Tegangan Kuat Arus
Skala × NST = Skala × NST =
1. 15 cm = 0,15 m
1×2 mV = 2 mV 3×0,1 A = 0,3 A
Skala × NST = Skala × NST =
2. 20 cm = 0,2 m
2×2 mV = 4 mV 2×0,1 A = 0,2 A
Skala × NST = Skala × NST =
3. 25 cm = 0,25 m
3×2 mV =6 mV 1×0,1 A =0,1 A

2. Kegiatan II
Panjang kawat : 15 cm = 0,15 m
No. Diameter Kawat Tegangan Kuat Arus
Skala × NST = Skala × NST =
0,15mm=
1. 1×2 mV = 3×0,1 A =
0,00015m
2 mV 0,3 A

10
0,051 mm= Skala × NST =
Skala × NST =
2. 51×10-5m 2×2 mV =
2×0,1 A =0,2 A
4 mV
Skala × NST = Skala × NST =
0,038 mm =
3. 3×2 mV = 1×0,1 A =
38×10-5 m
6 mV 0,1 A

B. Analisis
Pada percobaan kita yang berjudul “Resistivitas kawat konduktor” ini
kita melakukan 2 kegiatan yang berbeda. Pada kegiatan I dilakukan 3
percobaan dimana memanipulasi panjang kawat sebanyak 3 kali dan
mengontrol diameter dari kawat. Panjang kawat yang digunakan berturut-turut
yaitu 15cm=0,15 m, 20 cm= 0,2 m, dan 25 cm = 0,25 m dan diameter yang
digunakan sebesar 0,15mm= 0,00015m atau 15×10-4 m. Dari perbedaan
panjang kawat tersebut kami mendapatkan hasil respon pada kuat arus listrik
terdapat pada alat amperemeter, jarum amperemeter menunjukkan bahwa nilai
berturut-turut sebesar 0,3 A, 0,2 A, dan 0,1 A. Respon juga terjadi pada jarum
voltmeter berturut-turut sebesar 2 mV= 0,002 V, 4 mV= 0,004 V, dan 6mV=
0,006 V.
Dari data hasil tersebut kita apat menyelidiki faktor yang
mempengaruhi hambatan (resistansi) pada sebuah kawat penghantar dan
menentukan resistivitas (hambatan jenis) pada kawat. Untuk mengetahui
faktor yang mempengaruhi resistansi bisa menggunakan persamaan berikut.
𝑉
𝑅=
𝐼
Dari perhitungan tersebut, yang terdapat pada lampiran perhitungan
yang sudah dilampirkan. Diperoleh nilai resistansi atau hambatan pada kawat
yaitu sebesar 0,007 Ω, 0,02 Ω dan 0,06 Ω. Dan untuk mengetahui nilai
Resistivitas kawat, kita harus mencari terlebih dahulu nilai luas penampang
(A) menggunakan persamaan berikut.
1 2
𝐴= 𝜋𝐷
4

11
Maka di peroleh nilai luas penampang dari nilai diameter sebesar
0,00015m atau 15×10-4 m yaitu sebesar 0,00117 m². Nilai tersebut bisa
menentukan resistivitas pada kawat menggunakan persamaan berikut.
𝐴
𝜌=𝑅
𝐿
Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh nilai resistivitas kawat
berturut-turut sebesar 5,46 × 10−5 Ω𝑚, 117 × 10−4 Ω𝑚, dan 2808 ×
10−4 Ωm. Berdasarkan hasil resistivitas yang diperoleh, terlihat bahwa antara
hasil percobaan 1 2 dan 3 hasil berbeda-beda. Seharusnya sesuai dengan teori
nilai resistivitas suatu kawat akan bernilai tetap walaupun panjangnya
berbeda. Perbedaan hasil yang diperoleh pada percobaan ini bisa saja
disebabkan oleh beberapa macam faktor, yang pertama yaitu tidak terpasang
dengan tepatnya kabel penghubung pada kawat dan pada alat ukur (voltmeter
dan amperemeter) karena kabel yang tidak tepat posisinya. Kemudian
kesalahan praktikan saat mengukur diameter kawat menggunakan
mikrometer. Saat mengukur praktikan tidak menguasai cara menggunakannya
dan pembacaannya dan praktikan saat mengikis kawat kurang bersih. Hal
tersebut juga mempengaruhi hasil yang terjadi.
Namun pada hipotesis yang menyatakan bahwa Jika semakin besar
panjang kawat yang digunakan dalam percobaan, maka semakin besar
tegangan yang dihasilkan dan semakin kecil kuat arus yang dihasilkan. Dari
pernyataan tersebut sesuai dengan hasil yang didapatkan terlihat pada tabel
pengamatan. Namun pada hipotesis nilai resistivitas kawat tersebut akan tetap.
Dan juga sebaliknya. Ini tidak terbukti atau tidak sesuai dengan hipotesis
maupun teori karena beberapa penyebab yang sudah diperkirakan.
Pada kegiatan II ini dilakukan 3 percobaan dimana memanipulasi
diameter kawat sebanyak 3 diameter yang berbeda-beda dan mengontrol
panjang kawat. Diameter kawat yang digunakan berturut-turut yaitu 15×10-4
m, 51×10-5 m, dan 38×10-5 m dan panjang kawat yang digunakan sebesar
15cm=0,15 m. Dari perbedaan diameter kawat tersebut diperoleh hasil respon
pada kuat arus listrik terdapat pada alat amperemeter, jarum amperemeter
menunjukkan bahwa nilai berturut-turut sebesar 0,3 A, 0,2 A, dan 0,1 A.

12
Respon juga terjadi pada jarum voltmeter berturut-turut sebesar 2 mV= 0,002
V, 4 mV= 0,004 V, dan 6mV= 0,006 V.
Dari hasil tersebut kita bisa menyelidiki bahwa faktor yang
mempengaruhi hambatan (resistansi) pada sebuah kawat penghantar dan
menentukan resistivitas (hambatan jenis) pada kawat. Untuk mengetahui
faktor yang mempengaruhi resistansi bisa menggunakan persamaan berikut.
𝑉
𝑅=
𝐼
Dari perhitungan tersebut, yang terdapat pada lampiran perhitungan
yang telah dilampirkan. Diperoleh nilai resistansi atau hambatan pada kawat
yaitu 0,007 Ω, 0,02 Ω dan 0,06 Ω. Dan untuk mengetahui nilai Resistivitas
kawat, cari terlebih dahulu nilai luas penampang (A) menggunakan
persamaan berikut.
1 2
𝐴= 𝜋𝐷
4
Maka di peroleh nilai luas penampang dari nilai diameter 0,00015m
atau 15×10-4 m yaitu sebesar 0,00117 m², pada diameter 51×10-5 yaitu
sebesar 0,0004 m², dan pada diameter 38×10-5 m yaitu sebesar 0,0002 m².
Nilai tersebut bisa menentukan resistivitas pada kawat menggunakan
persamaan berikut.
𝐴
𝜌=𝑅
𝐿
Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan nilai resistivitas kawat
berturut-turut sebesar 5,46 × 10−5 Ω𝑚, 5,33333 × 10−5 Ω𝑚, dan 8 ×
10−5 Ωm. Berdasarkan hasil resistivitas yang diperoleh, terlihat bahwa
antara hasil percobaan 1. 2 dan 3 saling berbeda satu sama lain. Padahal
secara teori nilai resistivitas suatu kawat akan bernilai tetap walaupun
panjangnya berbeda. Perbedaan hasil yang diperoleh pada percobaan ini
disebabkan oleh beberapa macam faktor, yang pertama yaitu tidak
terpasang dengan tepatnya kabel penghubung pada kawat dan pada alat
ukur (voltmeter dan amperemeter) karena kabel yang tidak tepat
penempatan posisinya. Kemudian kesalahan praktikan saat mengukur
diameter kawat menggunakan mikrometer. Saat mengukur praktikan tidak

13
menguasai cara menggunakannya dan pembacaannya dan praktikan saat
mengikis kawat kurang bersih. Hal tersebut juga mempengaruhi hasil yang
terjadi.
Namun pada hipotesis yang disampaikan bahwa Jika semakin besar
diameter kawat yang digunakan, maka semakin besar pula kuat arus yang
dihasilkan, dan semakin kecil tegangan yang dihasilkan. Dari pernyataan
hipotesis tersebut sesuai dengan hasil yang didapatkan terlihat pada tabel
pengamatan. Namun pada hipotesis Nilai resistivitas jenis kawat tersebut
akan bernilai tetap. Dan juga sebaliknya.Ini tidak terbukti atau tidak sesuai
dengan hipotesis maupun teori karena beberapa penyebab yang sudah
dijelaskan pada bagian atas.
Percobaan kedelapan ini masih belum tepat karena nilai pada
resistivitas dari kedua kegiatan tidak memiliki hasil yang sama pada
kegiatan I maupun II walaupun pada kegiatan I sesuai dengan hipotesis
yang diajukan yaitu Jika semakin besar panjang kawat yang digunakan
dalam percobaan, maka semakin besar tegangan yang dihasilkan dan
semakin kecil kuat arus yang dihasilkan. Dari pernyataan tersebut sesuai
dengan hasil yang didapatkan terlihat pada tabel pengamatan dan pada
kegiatan II juga sesuai dengan hipotesis yang diajukan Jika semakin besar
diameter kawat yang digunakan, maka semakin besar pula kuat arus yang
dihasilkan, dan semakin kecil tegangan yang dihasilkan. Dari pernyataan
hipotesis tersebut sesuai dengan hasil yang didapatkan terlihat pada tabel
pengamatan.

V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan resistivitas kawat konduktor yang
bertujuan menyelidiki faktor yang mempengaruhi hambatan (resistansi)
sebuah kawat penghantar dan menentukan resistivitas (hambatan jenis)
suatu bahan atau kawat. Pada kegiatan I ini dapat disimpulkan bahwa yang
mempengaruhi besarnya hambatan (R) pada sebuah kawat yaitu besarnya
tegangan (V) dan kuat arus (I). Berdasarkan hasil yang diperoleh pada
bagian analisis, nilai resistivitas dari ketiga percobaan baik dalam kegiatan

14
1 maupun 2 menunjukkan angka yag berbeda satu sama lain, padahal secara
teori nilai resitivitas suatu kawat akan bernilai tetap walaupun panjang dan
diameternya berbeda. Sehingga dapat disimpulkan bahwa percobaan yang
dilakukan belum berhasil.

15
DAFTAR PUSTAKA

Azhar. (2018). Pendidikan Fisika dan Keterkaitannya dengan Laboratorium. Jurnal


Geliga Sains, 7-12.
Farhan, M. (2021). Pengaruh Pembebanan terhadap Arus Eksitasi Generator Unit 2
PLMTH Curug. Jurnal Simetrik, 11(1), 398-403.
Kasli, E., Dewi, V. R., & Mazlina, H. (2020). Analisis Nilai Hambatan Jenis
Aluminium berdasarkan Panjang Kawat yang Beebeda. Jurnal Pendidikan
Fisika dan Teknologi, 6(1), 141-145.
Manasoglu, G., Celen, R., Kanik, M., & Ulcay, Y. (2019). Electrical Resistivity and
Thermal Conductivity Properties of Graphene-Coated Woven Fabrics.
Journal of Applied Polymer Science, 136(40), 48024.
Nur, D. A., & Dzulkiflih. (2019). Rancang Bangun Kit Percobaan Penentuan
Resistivitas Kawat Berbasis Mikrokontroler. Jurnal Inovasi Fisika
Indonesia (IFI), (8), 39-42.
Omek, F. (2020). What Makes Physics Difficult? Journal of Enviromental &
Science Education, 3(1), 30-35.
Setiawan, A. A. (2022). Konduktivitas Listrik Ion Terlarut : Studi Kasus di Air
Sumur TPA Sukawinatan Palembang. Jurnal Redoks, 7(1), 48-54.
Soedojo, P. (2018). Azas-azas Ilmu Fisika Jilid 2. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Sunarti, T. (2019). Panduan Praktikum Gelombang dan Optik. Surabaya: JDS.
Wibowo, D. T., & Ferdian, H. (2022). Pengaruh Temperatur terhadap Rugi-rugi
Daya pada Kawat Penghantar Aluminium. Journal of Electrical Technology
(JET), 7(1), 34-38.
LAMPIRAN PERHITUNGAN

A. NST & KETIDAKPASTIAN


1. Voltmeter
NST : 2 mV
1
Ketidakpastian : 2 × 𝑁𝑆𝑇
1
: × 0,01 = 1 𝑚𝑉
2

2. Amperemeter
NST : 0,01 A
1
Ketidakpastian : × 𝑁𝑆𝑇
2
1
: 2 × 0,01 = 0,005 A

3. Mikrometer Sekrup
NST : 0,01 mm
1
Ketidakpastian : 2 × 𝑁𝑆𝑇
1
: 2 × 0,01 = 0,005 mm

4. Penggaris
NST : 0,1 cm
1
Ketidakpastian : 2 × 𝑁𝑆𝑇
1
: 2 × 0,01 = 0,05 cm

B. TABEL PENGAMATAN
1. Kegiatan I
• Diameter kawat
0,15mm= ……..m
0,15mm/1000= 0,0015 m atau 15×10-4 m

• Panjang kawat
1) 15 cm = …….. m
15 cm/100= 0,15 m
2) 20 cm = …….. m
20 cm/100= 0,2 m
3) 25 cm = ……...m
25 cm/100= 0,25 m

• Tegangan
1) Skala × NST = 1×2 mV = 2 mV
= 0,002 V
2) Skala × NST = 2×2 mV = 4 mV
= 0,004 V
3) Skala × NST = 3×2 mV = 6 mV
= 0,004 V
• Kuat Arus
1) Skala × NST = 3×0,1 A = 0,3 A
2) Skala × NST = 2×0,1 A = 0,2 A
3) Skala × NST = 1×0,1 A = 0,1 A

2. Kegiatan II
• Diameter kawat
1) 0,15mm= ……..m
0,15mm/1000= 0,00015 m atau 15×10-4 m
2) 0,051 mm= …...m
0,051 mm/1000= 0,000051 m atau 51×10-5 m
3) 0,038 mm = …..m
0,038 mm/1000= 0,000038 m atau 38×10-5 m

• Panjang kawat
15 cm = …….. m
15 cm/100= 0,15 m

• Tegangan
1) Skala × NST = 1×2 mV = 2 mV
= 0,002 V
2) Skala × NST = 2×2 mV = 4 mV
= 0,004 V
3) Skala × NST = 3×2 mV = 6 mV
= 0,004 V

• Kuat Arus
1) Skala × NST = 3×0,1 A = 0,3 A
2) Skala × NST = 2×0,1 A = 0,2 A
3) Skala × NST = 1×0,1 A = 0,1 A

C. PERCOBAAN
1. Kegiatan I
• Resistansi (R)
𝑉 0,002
1. 𝑅 = = = 0,007 Ω
𝐼 0,3

Jadi, nilai resistansi pada panjang kawat 15 cm atau 0,15 m adalah


0,007 Ω
𝑉 0,004
2. 𝑅 = 𝐼
= 0,2
= 0,02 Ω

Jadi, nilai resistansi pada panjang kawat 20 cm atau 0,2 m adalah


0,02 Ω
𝑉 0,006
3. 𝑅 = = = 0,06 Ω
𝐼 0,1

Jadi, nilai resistansi pada panjang kawat 25 cm atau 0,25 m adalah


0,06 Ω
• Luas Penampang (A)
1 1 22
𝐴= 𝜋 𝐷2 = × × 15 × 10−4 𝑚
4 4 7
= 0,00117 𝑚2

• Resistivitas (ρ)
𝐴 0,00117 𝑚2
1. 𝜌 = 𝑅 𝐿 = 0,007 Ω = 5,46 × 10−5 Ω𝑚
0,15 𝑚

Jadi, nilai resistivitas pada percobaan pertama dengan panjang


kawat 15 cm atau 0,15 m adalah 5,46 × 10−5 Ω𝑚

𝐴 0,00117 𝑚2
2. 𝜌 = 𝑅 𝐿 = 0,02 Ω = 117 × 10−4 Ω𝑚
0,2 𝑚

Jadi, nilai resistivitas pada percobaan kedua dengan panjang kawat


20 cm atau 0,2 m adalah 117 × 10−4 Ω𝑚

𝐴 0,00117 𝑚2
3. 𝜌 = 𝑅 𝐿 = 0,06 Ω = 2808 × 10−4 Ω𝑚
0,25 𝑚

Jadi, nilai resistivitas pada percobaan ketiga dengan panjang kawat


25 cm atau 0,25 m adalah 2808 × 10−4 Ω𝑚

2. Kegiatan II
• Resistansi (R)
𝑉 0,002
𝑅= = = 0,007 Ω
𝐼 0,3

Jadi, nilai resistansi pada panjang kawat 15 cm atau 0,15 m adalah


0,007 Ω
• Luas Penampang (A)
1 1 22
1 𝐴 = 4 𝜋 𝐷2 = 4 × × 15 × 10−4 𝑚
7

= 0,00117 𝑚2
1 1 22
2 𝐴 = 4 𝜋 𝐷2 = 4 × × 51 × 10−5 𝑚
7

= 0,0004 𝑚2
1 1 22
3 𝐴 = 4 𝜋 𝐷2 = 4 × × 38 × 10−5 𝑚
7

= 0,0002 𝑚2

• Resistivitas (ρ)
𝐴 0,00117 𝑚2
1. 𝜌 = 𝑅 𝐿 = 0,007 Ω = 5,46 × 10−5 Ω𝑚
0,15 𝑚
Jadi, nilai resistivitas pada percobaan pertama dengan diameter
kawat 15×10-4 m adalah 5,46 × 10−5 Ω𝑚

𝐴 0,0004 𝑚2
2. 𝜌 = 𝑅 𝐿 = 0,02 Ω = 5,33333 × 10−5 Ω𝑚
0,15 𝑚

Jadi, nilai resistivitas pada percobaan kedua dengan diameter


kawat 51×10-5 m adalah 5,33333 × 10−5 Ω𝑚

𝐴 0,0002 𝑚2
3. 𝜌 = 𝑅 𝐿 = 0,06 Ω = 8 × 10−5 Ω𝑚
0,15 𝑚

Jadi, nilai resistivitas pada percobaan ketiga dengan panjang kawat


38×10-5 m adalah 8 × 10−5 Ω𝑚
LAMPIRAN FOTO

Gambar 2. Praktikum menyusun


Gambar 1. Menyiapkan alat dan bahan kerangka dan menjepit kawat
sehingga semua alat terhubung

Gambar 3. Kerangka sudah siap


Gambar 4. Praktikan mengatur
digunakan untuk mengukur tegangan
sumber listrik yang mengalir
dan kuat arus

Gambar 5. Hasil percobaan tegangan Gambar 6. Menuliskan hasil


(V) ditunjukkan oleh alat basic meter percobaan pada laporan sementara
PRALABORATORIUM PRAKTIKUM

FISIKA DASAR II (AKBK 3207)

PERCOBAAN VIII

“RESISTIVITAS KAWAT KONDUKTOR”

DOSEN PENGAMPU :

DR. SUYIDNO, M. Pd

ELLYNA HAFIZAH, M. Pd

ASISTEN PRAKTIKUM :

Andy Azhari, S.Pd

Ana Selpia

Dadang Samudra

Nadiani

OLEH :

LEVIA RAHEESA

(2210129220010)

KELOMPOK 2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

MEI

2023

1
C. PENDAHULUAN

Listrik terbentuk karena energi mekanik dari generator yang menyebabkan


perubahan medan magnet di sekitar kumparan. Perubahan ini menyebabkan
timbulnya aliran muatan listrik pada kawat/penghantarAliran muatan listrik pada
kawat Anda kenal sebagai arus listrik. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering
menggunakan alat yang menggunakan energi listrik, seperti pemanas, bola lampu,
setrika dan lain sebagainya. Tetapi tanpa kita sadari semua alat listrik tersebut
mengandung hambatan untuk mengendalikan kuat arus Hambatan kawat
penghantar bergantung pada panjang dan pendeknya kawat, luas penampang
kawatserta jenis kawat penghantar. Setiap jenis kawat memiliki hambatan jenis
kawat (p) yang berbeda-beda. Tetapi hambatan jenis kawat tidak dipengaruhi oleh
ukuran atau bentuk kawat, artinya untuk jenis kawat yang sama, hambatan jenis
kawat selalu sama.
Pada praktikum ini terdapat beberapa rumusan masalah yaitu “Bagaimana
cara menyelidiki faktor yang mempengaruhi hambatan (resistansi) sebuah kawat
penghantar?” dan “Bagaimana cara menentukan resistivitas (hambat jenis) suatu
bahan/kawat?”. Adapun tujuan dari praktikum yang kita lakukan yakni
Menyelidiki faktor yang mempengaruhi hambatan (resistensi) sebuah kawat
penghantar dan menentukan resistivitas (hambat jenis) suatu bahan/kawat. Jadi
inilah rumusan masalah serta tujuan dari praktikum kita yang berjudul Resistivitas
Kawat Konduktor.

D. KAJIAN TEORI

Resistor atau hambatan adalah suatu benda yang menghasilkan resistansi


atau nilai hambatan. Resistor dibuat dari suatu jenis bahan penghantar yang
berguna untuk menghambat aliran arus listrik. Resistor berfungsi sebagai
penghntar kuat arus, pengatur tegangan atau pembagi potensial listrik. Resistansi
ditentukan oleh resistansi jenis atau restivitas dan ukuran bahan resistor (Azhar,
2018).
Jika suatu penghantar dengan luas penampang A, panjang penghantar L dan
beda potensial antara kedua ujung kawat penghantar adalah V maka arus I listrik
yang mengalir dalam penghantar tersebut akan sebanding dengan beda potensial
antara kedua ujung penghantar tersebut (Farhan, 2021). Gambar 1 di bawah
menunjukkan tentang grafik kuat arus I sebagai fungsi beda potensial V. Pada
Gambar 1 jika suatu bahan penghantar menghasilkan grafik kuat arus I sebagai
fungsi, beda potensial V nya tidak membentuk garis lurus, penghantarnya disebut
komponen non-ohmik. Untuk bahan penghantar yang menghasilkan grafik kuat

2
arus I sebagai fungsi, beda potensial V-nya membentuk garis lurus, penghantarnya
disebut komponen ohmik.

(Gambar 1. Grafik kuat arus listrik I sebagai fungsi beda potensial V)


(Omek,2020).

Secara matematis, hubungan antara kuat arus I sebagai fungsi beda


potensial V adalah

𝑉
𝐼= 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑉 = 𝐼𝑅
𝑅
………………………(1)
dengan:
𝑉 = beda potensial atau tegangan (volt, V),
𝑅 = hambatan listrik penghantar (ohm, Ω),
𝐼 = kuat arus listrik (ampere, A)
(Soedojo, 2018).

Berdasarkan eksperimen, Ohm juga meru-muskan bahwa hambatan R kawat


logam berbanding lurus dengan panjang l, berbanding terbalik dengan luas
penampang lintang kawat A, dan bergantung kepada jenis bahan tersebut. Secara
matematis dituliskan:

𝑙
𝑅=𝜌
𝐴

………………...………..(2)
dengan:

3
𝑅 = hambatan kawat penghantar (Ω)
𝑙 = panjang kawat penghantar (m)
𝐴 = luas penampang lintang penghantar (m2)
𝜌 = hambatan jenis kawat penghantar (Ω.m)
(Kasli, Dewi, & Mazlina, 2020).
Konstanta pembanding 𝜌 disebut hambatan jenis (resistivitas). Hambatan jenis
kawat berbeda-beda tergantung bahannya.
Jika kita menerapkan beda potensial yang sama antara ujung geometris
yang sama dari batang tembaga dan kaca, menghasilkan arus yang sangat berbeda.
Karakteristik dari konduktor yang masuk di sini adalah hambatan listrik. Kita
dapat menentukan hambatan antara dua titik dari konduktor dengan memberikan
beda potensial V antara ujung-ujung tersebut dan mengukur arus i yang
dihasilkan. Kemudian, hambatan adalah sebagai berikut

𝑉
𝑅= (defisini dari R)
𝑖

……...……….(3)
(Manasoglu, Celen, Kanik, & Ulcay, 2019).
Satuan SI untuk hambatan sesuai dengan persamaan (3) adalah volt per ampere
atau ohm (simbol Ω) yaitu
1 ohm = 1Ω = 1 volt per ampere
………………(4)

Sebuah konduktor yang fungsinya dalam sebuah rangkaian untuk


memberikan hambatan disebut resistor (lihat gambar 2). Dalam sebuah bagan
rangkaian, kita melambangkan sebuah resistor dan hambatan dengan simbol .
Jika kita menulis persamaan (3) sebagai

𝑉
𝑖=
𝑅

…………………………………(5)

4
(Gambar 2. Macam-macam hambatan)
(Wibowo & Ferdian, 2022).
Seperti yang telah kita lakukan beberapa kali dalam hubungan yang lain,
kita sering mengambil pandangan umum dan tidak dengan menggunakan benda-
benda tertentu tetapi dengan bahan. Disini kita tidak berfokus pada beda potensial
V pada sebuah hambatan tertentu tetapi pada medan listrik 𝐸⃗ pada titik suatu
bahan yang dapat memberi hambatan. Sebagai ganti dari menggunakan arus I
yang melalui resistor, kita menggunakan kepadatan arus 𝐽. Sebagai ganti
hambatan R dari benda, kita menggunakan hambatan jenis 𝜌 dari bahan:

𝐸
𝜌= (definisi dari 𝜌)
𝐽

………………..(6)
Atau

𝐸 = 𝜌𝐽
……………………(7)
(Sunarti, 2019).
Sebuah konduktor sempurna akan mempunyai resistivitas nol, dan sebuah
isolator sempurna akan mempunyai resistivitas tak berhingga. Logam dan
campuran logam mempunyai resistivitas paling kecil dan merupakan konduktor
terbaik. Resistivitas isolator lebih besar daripada resistivitas logam sebanyak
faktor yang sangat besar, yang ordenya sebesar 10. Kebalikan resistivitas adalah
konduktivitas. Satuannya adalah (Ω ∙ m)-1 (Setiawan, 2022). Konduktor listrik
yang baik mempunyai konduktivitas yang lebih besar daripada isolator.
Konduktivitas adalah analogi listrik langsung dari konduktivitas termal. Semi
konduktor mempunyai resistivitas pertengahan (intermediet) di antara resistivitas
logam dan resistivitas isolator. Material semi konduktor ini penting karena
resistivitasnya dipengaruhi oleh suhu dan oleh sejumlah kecil ketakmurnian.

5
Sebuah material yang menuruti hukum Ohm secara baik dinamakan sebuah
konduktor ohmik atau sebuah konduktor linear. Untuk material seperti itu, ada
suatu suhu yang diberikan, 𝜌 adalah konstanta yang tidak bergantung pada nilai
E. banyak material memperlihatkan penyimpangan yang nyata dati perilaku
hukum Ohm, material itu adalah material nonohmik atau material nonlinear.
Dalam material ini, J bergantung pada E dengan cara yang lebih rumit

(Gambar 3. Sebuah konduktor dengan penampang melintang yang homogen)


(Nur & Dzulkiflih, 2019).

E. METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
12. Baterai 1,5 volt + stand 2 buah
13. Kawat baja karbon 15 cm 1 buah
14. Kawat baja karbon 30 cm 1 buah
15. Kawat baja karbon 45 cm 1 buah
16. Kawat baja karbon 45 cm 3 buah
17. Stand kawat 1 buah
18. Kabel penghubung 6 buah
19. Voltmeter 1 buah
20. Amperemeter 1 buah
21. Mikrometer 1 buah
22. Penggaris 1 buah

B. Hipotesis

6
3. Kegiatan 1
Semakin panjang kawat (𝑙), maka semakin besar hambatan kawat
jika semakin besar hambatan kawat maka semakin kecil kuat
arusnya dan semakin besar nilai tegangan (V) dan nilai resistivitas
jenis kawat akan tetap.
4. Kegiatan 2
Semakin besar diameter kawat, maka akan semakin besar nilai kuat
arus (I) sehingga semakin kecil nilai tegangan (V).
C. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel
3. Kegiatan 1
Variable kontrol : Tegangan (V)
DOV : tegangan adalah beda potensial antara dua titik
dan memiliki satuan volt. Tegangan listrik akan
dibangkitkan dari pembangkit listrik. Sumber
tegangan yang digunakan pada percobaan ini
adalah berupa baterai dengan tegangan 1,5 Volt
Variable manipulasi : Panjang Kawat (m)
DOV : kawat adalah suatu benda yang terbuat dari logam.
Kawat baja karbon adalah kawat yang terbuat dari
paduan antara logam besi dengan karbon sebagai
paduan utama. Panjang memiliki satuan meter (m),
dan panjang kawat baja karbon yang digunakan
pada percobaan ini adalah 15 cm, 30 cm, dan 45 cm
yang digunakan menggunakan penggaris.
Variable respon : Kuat Arus (A)
DOV : kuat arus adalah laju aliran dengan muatan listrik
yang melewati suatu bagian atau suatu titik tertentu.
Kuat arus memiliki satuan ampere (A)

4. Kegiatan 2
Variable kontrol : Tegangan (V)

7
DOV : Tegangan adalah beda potensial antara dua titik
dan memiliki satuan volt. Tegangan listrik akan
dibangkitkan dari pembangkit listrik. Sumber
tegangan yang digunakan pada percobaan ini
adalah berupa baterai dengan tegangan 1,5 Volt
Variable manipulasi : Diameter Kawat (m)
DOV : Diameter adalah jarak antara ujung ke ujung suatu
benda berbentuk lingkaran dan memiliki satuan
meter (m). kawat adalah suatu benda yang terbuat
dari logam. Kawat baja karbon adalah kawat yang
terbuat dari paduan antara logam besi dengan
karbon sebagai paduan utama.
Variable respon : Kuat Arus (A)
DOV : kuat arus adalah laju aliran dengan muatan listrik
yang melewati suatu bagian atau suatu titik tertentu.
Kuat arus memiliki satuan ampere (A)
D. Procedure Percobaan
3. Kegiatan 1
Pertama, mengambil kawat dengan panjang 15 cm, kemudian
mengukur diameternya agar tidak mengambil tempat yang luas.
Kedua, membentuk kawat seperti lilitan. Ketiga, menyusun
peralatan percobaan seperti pada gambar modul, untuk percobaan
pertama, mengggunakan kawat dengan panjang 15 cm. Keempat,
menutup saklar S, dan membaca penunjukan amperemeter serta
voltmeter, setelah itu mencatat hasilnya dalam tabel pengamatan.
melakukan hal yang sama (langkah 2-4) untuk masing-masing
kawat dengan panjang 30 cm dan 45 cm, lalu menghitung besar
hambat jenis (resistivitas) dari kawat dan terakhir menuliskan
kesimpulan yang diperoleh

Diameter kawat = …

8
No Panjang Tegangan Kuat arus
kawat

4. 15 cm … …

5. 30 cm … …

6. 45 cm … …

Tabel 1. Pengamatan kegiatan 1

4. Kegiatan 2
Pertama mengambil kawat kecil sepanjang 45 cm, kemudian
mengukur diameternya agar tidak mengambil tempat yang luas.
Kedua, membentuk kawat menjadi seperti lilitan. Ketiga,
menyusun peralatan percobaan seperti pada gambar pada modul.
Keempat, menutup saklar S dam membaca penunjukan
amperemeter dan voltmeter, kemudian mencatat hasilnya dalam
tabel pengamatan, melakukan hal yang sama (langkah 2-4)
masing-masing untuk kawat 2 dan 3 dengan diameter yang lebih
besar dan menghitung besar hambat jenis (resistivitas) dari kawat.
Terakhir, menuliskan kesimpulan yang diperoleh

Panjang kawat = …

No Diameter kawat Tegangan Kuat arus

1 … …

2 … …

3 … …

Tabel 2. Pengamatan kegiatan 2

9
E. Rangkaian percobaan

(Gambar 4. Rangkaian percobaan kegiatan hukum melde)

10
DAFTAR PUSTAKA

Azhar. (2018). Pendidikan Fisika dan Keterkaitannya dengan Laboratorium. Jurnal


Geliga Sains, 7-12.
Farhan, M. (2021). Pengaruh Pembebanan terhadap Arus Eksitasi Generator Unit 2
PLMTH Curug. Jurnal Simetrik, 11(1), 398-403.
Kasli, E., Dewi, V. R., & Mazlina, H. (2020). Analisis Nilai Hambatan Jenis Aluminium
berdasarkan Panjang Kawat yang Beebeda. Jurnal Pendidikan Fisika dan
Teknologi, 6(1), 141-145.
Manasoglu, G., Celen, R., Kanik, M., & Ulcay, Y. (2019). Electrical Resistivity and
Thermal Conductivity Properties of Graphene-Coated Woven Fabrics. Journal of
Applied Polymer Science, 136(40), 48024.
Nur, D. A., & Dzulkiflih. (2019). Rancang Bangun Kit Percobaan Penentuan Resistivitas
Kawat Berbasis Mikrokontroler. Jurnal Inovasi Fisika Indonesia (IFI), (8), 39-
42.
Omek, F. (2020). What Makes Physics Difficult? Journal of Enviromental & Science
Education, 3(1), 30-35.
Setiawan, A. A. (2022). Konduktivitas Listrik Ion Terlarut : Studi Kasus di Air Sumur
TPA Sukawinatan Palembang. Jurnal Redoks, 7(1), 48-54.
Soedojo, P. (2018). Azas-azas Ilmu Fisika Jilid 2. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Sunarti, T. (2019). Panduan Praktikum Gelombang dan Optik. Surabaya: JDS.
Wibowo, D. T., & Ferdian, H. (2022). Pengaruh Temperatur terhadap Rugi-rugi Daya
pada Kawat Penghantar Aluminium. Journal of Electrical Technology (JET),
7(1), 34-38.

Anda mungkin juga menyukai