Anda di halaman 1dari 8

I.

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari cermin cekung banyak dimanfaatkan


sebagai komponen utama berbagai macam alat. Salah satu contoh
pemanfaataan cermin cekung adalah pada lampu senter dan lampu depan
mobil. Penggunaan cermin cekung pada lampu senter, lampu depan mobil
atau lampu sorot lainnya adalah untuk memparalelkan cahaya sehingga semua
cahaya dapat bergerak lurus ke depan. Jika kita membuka kaca penutup depan
lampu senter dan melepaskan cermin cekung maka cahaya senter yang
dihasilkan akan melebar ke semua arah dan tidak dapat menerangi benda atau
permukaan jalan pada jarak jauh.
Cermin cekung adalah cermin yang memiliki bagian pemantul cahaya
berupa cekungan, atau berupa bagian dalam dari sebuah bola. Cermin cekung
bersifat mengumpulkan sinar pantul (konvergen). Ketika sinar-sinar sejajar
dikenakan pada cermin cekung, sinar pantulnya akan berpotongan pada satu
titik, yang dinamakan titik api atau titik fokus (F)Jarak fokus (f) cermin
cekung merupakan jarak antara titik fokus (F) dengan permukaan cermin
cekung. Untuk mengetahui jarak fokus pada cermin cekung, maka dilakukan
percobaan cermin cekung.
Pada praktikum ini terdapat beberapa rumusan masalah yaitu
“Bagaimana cara menentukan jarak fokus cermin cekung?” dan “Bagaimana
cara menentukan sifat-sifat bayangan pada cermin cekung?”. Adapun tujuan
dari praktikum yang kita lakukan yakni Menentukan jarak fokus cermin
cekung dan menentukan sifat-sifat bayangan pada cermin cekung. Jadi inilah
rumusan masalah serta tujuan dari praktikum kita yang berjudul Pemantulan
pada Cermin Cekung.

II. KAJIAN TEORI

Cermin adalah suatu benda dengan permukaan licin, mengkilap dan dapat
memantulkan cahaya. Terdapat 3 jenis cermin yang biasa yang digunakan
dalam kehidupan sehari-hari, yaitu cermin datar, cermin cekung dan cermin
datar. Cermin datar menghasilkan bayangan dengan ukuran dan bentuk yang
sama dengan benda aslinya. Cermin cekung dan cermin cembung
merupakan jenis cermin yang memiliki permukaan berbentuk sferis.
Keduannya dapat menghasilkan bayangan dengan ukuran yang berbeda dari
benda aslinya. Proses pembentukan bayangan pada cermin menggikuti
aturan hukum pemantulan cahaya yang dirumuskan dengan:

1
θi=θr
…………….…………………..
(1)

Dimana θi adalah sudut datang dan θr adalah sudut pantul. Apabila


sebuah benda (p) berada di depan sebuah cermin datar, maka akan
menghasilakan bayangan (p) yang tegak, sama besar dengan benda (h=h'),
dan maya. Jarak bayangan yang dihasilakan (q) ke cermin sama dengan
jarak benda ke cermin (p). Selain itu bayangan juga mengalami pembalikan
antara depan belakang dan kanan-kiri terhadap benda. Proses pembentukan
bayangan pada cermin sferis (lengkung) menggunakan pendekatan paraksial
yaitu dengan menggangap sinar-sinar yang digunakan adalah sinar
paraksial. Sinar paraksial merupakan sinar yang dekat dengan sumbu utama
cermin, sejajar sumbu utama dan berpotongan pada sumbu utama dengan
sudut yang kecil. Berdasarkan pendekatan paraksial dan hukum pemantulan
cahaya, maka diperoleh sinar-sinar istimewa yang dapat melukiskan
pembentukan bayangan pada cermin sferis yaitu:

1. Sinar yang datang sejajar dengan sumbu utama dipantulkan melalui


titik fokus.
2. Sinar yang datang melalui titik fokus dipantulkan sejajar dengan
sumbu utama.
3. Sinar yang datang melalui titik pusat dipantulkan melalui titik itu
lagi.

Cermin cembung bersifat menyebarkan sinar (divergen) dan titik


fokusnya berada dibelakang cermin. Sinar-sinar istimewa pada cermin
cembung yaitu sinar datang sejajar sumbu utama cermin dipantulkan
seakan-akan datang dari titik fokus, sinar datang menuju titik fokus
dipantulkan seakan-akan sejajar sumbu utama dan sinar datang melalui titik
pusat kelengkungan M dipantulkan kembali seakan-akan datang dari titik
pusat kelengkungan tersebut. Pada cermin cembung terdapat sinar-sianar
istimewa yaitu:

1. Sinar datang sejajar sumbu utama cermin dipantulkan seakan-akan


datang dari titik fokus F.
2. Sinar datang menuju titik fokus F dipantulkan sejajar dengan sumbu

2
utama.
3. Sinar datang melalui titik pusat kelengkungan M dipantulkan
kembali seakan-akan datang dari titik pusat kelengkungan tersebut.

Ketika sinar-sinar datang yang melalui titik fokus mengenai


permukaan cekung, maka sinar tersebut akan dipantulkan sejajar dengan
sumbu utama. Akan tetapi, jika sinar datang dilewatkan melalui titik M
(2F), sinar pantulnya akan dipantulkan ke titik itu juga. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pada cermin cekung terdapat sinar-sinar istimewa.
Ketika satu berkas cahaya tersebut sempit menimpa permukaan yang
rata, sudut datangnya didefinisikan sebagai θ i , sebagai sudut yang
dibuat berkas sinar datang dan garis normal terhadap permukaan dan
sudut pantul θr , sebagai sudut yang dibuat berkas sinar pantul dengan
normal. Ketika kita memandang tepat didepan cermin datar, berkas-
berkas cahaya sebenarnya tidak melewati lokasi bayangan yang
dihasilkan. Hanya tampaknya seakan-akan cahaya datang dari bayangan
karena otak kita menerjemahkan semua cahaya yang memasuki mata,
sebagai cahaya datang dengan lintasan lurus dari depan. Bayangan
muncul dibelakang cermin dengan jarak yang sama seperti jarak benda
didepannya (Giancoli, 2021).
Cermin cekung bersifat mengumpulkan sinar (konvergen). Sinar-
sinar yang sejajar sumbu utama dipantulkan oleh cermin cekung menuju
satu titik yang disebut titik fokus. Titik fokus berada di sumbu utama
cermin. Titik fokus cermin cekung bernilai positif karena berada di depan
cermin. Tiga sinar istimewa berguna untuk melukis pembentukan
bayangan pada cermin cekung Tiga sinar istimewa berguna untuk
melukis pembentukan bayangan pada cermin cekung, yaitu:
1. Sinar datang yang sejajar sumbu utama akan dipantulkan melalui
titik fokus cermin.

3
(Gambar 1. Sinar datar yang sejajar sumbu utama)

2. Sinar datang yang melalui titik fokus cermin akan dipantulkan


sejajar sumbu utama cermin.

(Gambar 2. Sinar datang yang melalui titik fokus cermin)

3. Sinar datang yang melalui titik pusat kelengkungan cermin, akan


dipantulkan kembali melalui titik yang sama.

(Gambar 3. Sinar datang yang melalui titik pusat kelengkungan cermin)

III. METODE PERCOBAAN


A. Alat dan Bahan
1. Geometric Optics (colorado.edu)
B. Hipotesis
1. Kegiatan 1 : Semakin besar jumlah kuat arus yang dimasukkan
ke dalam titik cabang, maka semakin besar pula jumlah arus yang
keluar dari titik cabang.
2. Kegiatan 2 : Jika penurunan tegangan sama dengan nol, maka
energi tidak ada yang terbuang atau menghilang.
3. Kegiatan 3 : Semakin besar hambatan dan kuat arus, maka akan
terjadi perbandingan arus antara resistor dan tegangan.
C. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel
1. Identifikasi variabel

4
 Kegiatan 1 :
a. Variabel manipulasi
Hambatan
b. Variabel respon
Kuat arus
c. Variabel kontrol
Tegangan
 Kegiatan 2 :
a. Variabel manipulasi
Hambatan
b. Variabel respon
Kuat arus dan besar tegangan
c. Variabel kontrol
Rangkaian
 Kegiatan 3 :
a. Varibel manipulasi
Hambatan
b. Variabel respon
Besar tegangan
c. Variabel kontrol
Rangkaian
2. Definisi operasional variabel
 Kegiatan 1 :
a. DOV manipulasi
Resistor atau hambatan adalah komponen elektronika berjenis
pasif yang mempunyai sifat menghantar arus listrik. Satuan
hambatan atau resistor adalah ohm
b. DOV respon
Kuat arus adalah aliran muatan listrik yang mengalir pada
kawat penghantar dalam rentan waktu setiap satuan waktu.
Satuan Internasional kuat arus listrik adalah ampere (A)
c. DOV kontrol
Tegangan adalah besarnya gaya yang diberikan oleh molekul-
molekul terhadap luasan penampang. Satuan Internasional
tegangan adalah Volt (V)
 Kegiatan 2 :
a. DOV manipulasi
Satuan hambatan atau resistor adalah ohm

5
b. DOV respon
Hambatan dan basic meter menghasilkan kuat arus dan besar
tegangan.
c. DOV kontrol
Rangkaian yang digunakan selama percobaan sama dan basic
meter
 Kegiatan 3 :
a. DOV manipulasi
Satuan hambatan atau resistor adalah ohm
b. DOV respon
Hambatan dan basic meter menghasilkan kuat arus dan besar
tegangan
c. DOV kontrol
Rangkaian yang digunakan selama percobaan sama.
D. Prosedur percobaan
 Kegiatan I (Menentukan Jarak Fokus Cermin Cekung ) :
Pertama, membuka aplikasi laboratorium virtual dan memilih
percobaan miror dan menyusun percobaan seperti pada gambar
berikut

(Gambar 4. Rancangan percobaan kegiatan 1)


Lalu, membuat jarak benda (S) sebesar 10 cm terhadap cermin
dan mengatur kedudukan layar sehingga terbentuk bayangan
tajam dan mencatat jarak layar ke cermin pada posisi tersebut
sebagai jarak bayangan (s’). Setelah itu, mengulangi kegiatan 2
dengan mengubah jarak (s) berturut-turut dari 15 cm, 20 cm, 25
cm, dan 30 cm. Terakhir, mencatat jarak bayangan masing-
masing pada tabel data dan menentukan jarak fokus cermin.

6
No s s’ 1/s 1/s’

1. 10 cm … cm … cm-1 … cm-1
2. 15 cm … cm … cm-1 … cm-1
3. 20 cm … cm … cm-1 … cm-1
4. 25 cm … cm … cm-1 … cm-1
5. 30 cm … cm … cm-1 … cm-1
Tabel 1. Pengamatan percobaan kegiatan 1

 Kegiatan 2 (Menentukan Sifat-sifat Bayangan pada Cermin


Cekung) :
Pertama, menyusun peralatan sebagaimana gambar sebelumnya
dan meletakkan objek pada posisi lebih kecil dari pada panjang fokus
cermin yang diperoleh dari kegiatan 1 (s<f atau benda di ruang I).
Lalu, mencatat sifat-sifat bayangan yang terbentuk. Setelah itu,
meletakkan objek pada posisi lebih besar dari pada panjang fokus
cermin namun tidak lebih dari 2 kali panjang fokusnya (f<s<2f atau
benda di ruang II) dan mencatat sifat-sifat bayangan yang terbentuk.
Terakhir, meletakkan objek pada posisi lebih besar dari 2 kali
panjang fokus cermin (s>2f atau benda di ruang III) dan mencatat
sifat-sifat bayangan yang terbentuk.

E. Rangkaian percobaan

(Gambar 5. Rancangan percobaan kegiatan 1)

7
DAFTAR PUSTAKA
Azhar. (2018). Pendidikan Fisika dan Keterkaitannya dengan Laboratorium.
Jurnal Geliga Sains, 7-12.

Fitriyah, Sumpono, I., & Subali, B. (2018). Implementasi Alat Praktikum


Pembiasan Cahaya untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Siswa SMA. Unnes Physics Education Journal, 76-82.

Hidayanti, F. (2018). Fenomena Gelombang dan Optik: Teknologi Fiber Optik.


Jakarta: LP UNAS.

Hioki, T., Tsuboi, R., Johansen, T. H., Hashiimoto, Y., & Saitoh, E. (2020). Snell's
Law for Spin Waves at a 90 Magnetic Domain Well. Journal Applied
Physics Letters, 116(11).

J, D. (2015). Theory of Problem Solving. Journal Procedia Social and Behavioral


Sciences, 2798-2805.

Subekti, Y., & Ananda, A. (2016). Pembelajaran Fisika dengan Metode


Eksperimen untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif dan Keterampilan
Proses Sains. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 252-261.

Anda mungkin juga menyukai