Anda di halaman 1dari 8

I.

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari kita tentunya sering melihat benda-benda


dari pemantulan cahaya seperti halnya yang dipantulkan oleh cermin. Baik itu
cermin datar, cermin cekung, maupun cermin cembung. Misalnya kita sedang
berhias diri atau merias wajah kita menggunakan cermin datar. Ketika kita
menyalakan senter atau menyalakan lampu mobil itu kita menggunakan
cermin cekung karena sifatnya yang konvergen (mengumpulkan cahaya).
Masing-masing cermin memiliki sifat-sifat terentu dalam memantulkan
cahayanya.
Pembiasan cahaya adalah pembelokan cahaya ketika berkas cahaya
melewati bidang batas dua medium yang berbeda indeks biasnya. Indeks bias
mutlat suatu bahan adalah perbandingan kecepatan cahaya diruang hampa
dengan kecepatan cahaya dibahan tersebut. Indeks bias relative medium
kedua terhadap medium pertama adalah perbandingan indeks bias antara
medium kedua dengan indeks bias medium pertama. Pembiasan cahaya
menyebabkan kedalam semu dan pemantulan sempurna. Dalam pembiasan,
berlaku hukum snellius. Hukum snellius adalah rumusan matematika yang
memberikan hubungan antara sudut dating dan sudut bias pada cahaya atau
gelombang lainnya yang melalui batas antara dua medium isotopic berbeda,
seperti udara dan gelas. Hukum ini diambil dari matematika Belanda
Willebrord Snellius yang merupakan salah satu penemunya.
Pada praktikum ini terdapat beberapa rumusan masalah yaitu
“Bagaimana cara merumuskan Hukum Snellius tentang pemantulan cahaya?”
dan “Bagaimana cara merumuskan Hukum Snellius tentang pembiasan
cahaya?”. Adapun tujuan dari praktikum yang kita lakukan yakni
Merumuskan Hukum Snellius tentang pemantulan cahaya dan Merumuskan
Hukum Snellius tentang pembiasan cahaya. Jadi inilah rumusan masalah serta
tujuan dari praktikum kita yang berjudul Hukum Snellius.

II. KAJIAN TEORI

Ketika seberkas cahaya mengenai permukaan suatu benda, maka cahaya


tersebut ada yang dipantulkan dan ada yang diteruskan. Jika benda tersebut
transparan seperti kaca atau air, maka sebagian cahaya yang diteruskan
terlihat dibelokkan, dikenal dengan pembiasan. Cahaya yang melalui batas
antar dua medium dengan kerapatan optik yang berbeda, kecepatannya akan
berubah. Perubahan kecepatan cahaya akan menyebabkan cahaya mengalami

1
pembiasan. Peristiwa pembiasan dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-
hari seperti sebuah fenomena pelangi yang terjadi akibat pembiasan cahaya.
Cahaya menurut Newton (1642-1727) terdiri dari partikel-partilkel ringan
berukuran sangat kecil yang dipancarkan oleh sumbernya ke segala arah
dengan kecepatan yang sangat tinggi. Sementara menurut Huygens (1629-
1695), cahaya adalah gelombang seperti bunyi. Perbedaan antara keduanya
hanya pada frekuensi dan panjang gelombang saja. Pada permukaan yang
datar, sinar yang dipantulkan akan membentuk pola yang teratur. Sinar-sinar
sejajar yang datang akan dipantulkan dalam bentuk yang sejajar juga
(Giancoli,2001).
Apabila seberkas cahaya atau sinar mengenai suatu medium atau
berpindah dari medium satu ke medium yang lain, maka akan mengalami dua
gejala yaitu, pemantulan dan pembiasan. Namun, karena sifat medium dua
gejala tersebut salah satu lebih dominan daripada yang lain. Jika berkas
cahaya mengenai cahaya, maa gejala yang lebih dominan adalah pemantulan
dibandingkan dengan pembiasan. Begitu juga bila berkas cahaya mengenai
benda bening seperti air, lensa, maka gejala yang lebih dominan adalah
pembiasan. Perbedaan cepat rambat cahaya antara satu medium dengan
medium lain menyebabkan peristiwa perubahan arah rambat (pembelokkan)
cahaya pada batas dua medium tersebut. Jika seberkas cahaya melalui bidang
batas antara dua buah medium yang berbeda tingkat kerapatanya, cahaya akan
mengalami perubahan arah rambat atau dibelokka. Peritiwa pembelokkan
cahaya pada batas dua medium disebut pembiasan (Sutrisno,1979).
Pembiasan cahaya berarti pembelokan arah rambat cahaya saat melewati
bidang batas dua medium bening yang berbeda indeks biasnya. Sebagai
contoh sebatang tongkat yang sebagiannya tercelup di dalam kolam berisi air
dan bening akan terlihat patah. Permukaan sebuah lensa dapat berupa bola,
parabola atau silinder (Tipler,1998).
Cermin cekung bersifat konvergen(mengumpulkan sinar). Berkas sinar
sejajar sumbu utama dipantulkan mengumpul pada satu titik yang dinamakan
titik fokus. Cermin cekung disebut juga cermin konkaf atau cermin positif.
Cermin cembung, bagian mukanya melengkung ke luar, titik fokusnya berada
di belakang cermin. Sifat cermin cembung adalah menyebarkan sinar
(divergen). Sifat bayangan pada cermin cembung adalah maya dibelakang
cermin, sama tegak dan diperkecil (Serway,2004).
Hukum pemantulan cahaya yang dikemukakan oleh W. Snellius,
menurutnya apabila seberkas cahaya mengenai permukaan bidang datar yang
rata, maka akan berlaku aturan-aturan sebagai berikut :

2
1. Sinar datang, garis normal, dan sinar pantul terletak pada satu bidang
datar.
2. Sudut sinar datang selalu sama dengan sudut sinar pantul (sudut i =
sudut r). Sudut deviasi adalah sudut yang dibentuk oleh perpotongan dari
perpanjangan cahaya datang dengan perpanjangan cahaya bias yang
meninggalkan prisma (Young dan Freedman,2004).

III. METODE PERCOBAAN


A. Alat dan Bahan
1. Livewire
B. Hipotesis
1. Kegiatan 1 : Semakin besar jumlah kuat arus yang dimasukkan
ke dalam titik cabang, maka semakin besar pula jumlah arus yang
keluar dari titik cabang.
2. Kegiatan 2 : Jika penurunan tegangan sama dengan nol, maka
energi tidak ada yang terbuang atau menghilang.
3. Kegiatan 3 : Semakin besar hambatan dan kuat arus, maka akan
terjadi perbandingan arus antara resistor dan tegangan.
C. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel
1. Identifikasi variabel
 Kegiatan 1 :
a. Variabel manipulasi
Hambatan
b. Variabel respon
Kuat arus
c. Variabel kontrol
Tegangan
 Kegiatan 2 :
a. Variabel manipulasi
Hambatan
b. Variabel respon
Kuat arus dan besar tegangan
c. Variabel kontrol
Rangkaian
 Kegiatan 3 :
a. Varibel manipulasi
Hambatan
b. Variabel respon

3
Besar tegangan
c. Variabel kontrol
Rangkaian
2. Definisi operasional variabel
 Kegiatan 1 :
a. DOV manipulasi
Resistor atau hambatan adalah komponen elektronika berjenis
pasif yang mempunyai sifat menghantar arus listrik. Satuan
hambatan atau resistor adalah ohm
b. DOV respon
Kuat arus adalah aliran muatan listrik yang mengalir pada
kawat penghantar dalam rentan waktu setiap satuan waktu.
Satuan Internasional kuat arus listrik adalah ampere (A)
c. DOV kontrol
Tegangan adalah besarnya gaya yang diberikan oleh molekul-
molekul terhadap luasan penampang. Satuan Internasional
tegangan adalah Volt (V)
 Kegiatan 2 :
a. DOV manipulasi
Satuan hambatan atau resistor adalah ohm
b. DOV respon
Hambatan dan basic meter menghasilkan kuat arus dan besar
tegangan.
c. DOV kontrol
Rangkaian yang digunakan selama percobaan sama dan basic
meter
 Kegiatan 3 :
a. DOV manipulasi
Satuan hambatan atau resistor adalah ohm
b. DOV respon
Hambatan dan basic meter menghasilkan kuat arus dan besar
tegangan
c. DOV kontrol
Rangkaian yang digunakan selama percobaan sama.
D. Prosedur percobaan
 Kegiatan I ( Pemantulan Cahaya) :
Pertama, Membuka aplikasi phet dan memilih Intro. Lalu,

4
Menyusun system pada laboratorium virtual seperti pada gambar.

Setelah itu menyalakan laser dan mengukur sudut pantul yang dihasilkan
yaitu sudut yang dibentuk dari garis normal dan sinar pantul. Serta,
merubah sudut sinar datang dengan menggeser posisi laser sebanyak 3
kali. Terakhir, mengamati hasil yang diperoleh dan membuat kesimpulan
dan analisis terhadap percobaan yang dilakukan
NO Sudut datang Sudut Pantul
1
2
3

 Kegiatan 2 (Pembiasan Cahaya) :


Pertama, membuka aplikasi phet dan memilih Prisms. Lalu,
Menyusun sistem pada laboratorium virtual seperti pada gambar berikut.

5
Setelah itu, menyalakan sinar laser dan mengamati sudut bias yang
dihasilkan yaitu sudut yang dibentuk dari garis normal dengan sinar bias
di dalam lensa. Serta, merubah nilai sudut sinar datang dengan
menggeser posisi laser sehingga membentuk sudut yang berbeda
sebanyak 3 kali. Terakhir, melakukan analisis terhadap pembentukan
yang diperoleh dan membuat kesimpulan terhadap percobaan yang
dilakukan.

E. Rangkaian percobaan
Kegiatan I :

Gambar 1. Rangkaian Pemantulan Cahaya


Kegiatan II :

6
Gambar 2 . Rangkaian Pembiasan Cahaya

7
DAFTAR PUSTAKA
Azhar. (2018). Pendidikan Fisika dan Keterkaitannya dengan Laboratorium.
Jurnal Geliga Sains, 7-12.

Fitriyah, Sumpono, I., & Subali, B. (2018). Implementasi Alat Praktikum


Pembiasan Cahaya untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Siswa SMA. Unnes Physics Education Journal, 76-82.

Hidayanti, F. (2018). Fenomena Gelombang dan Optik: Teknologi Fiber Optik.


Jakarta: LP UNAS.

Hioki, T., Tsuboi, R., Johansen, T. H., Hashiimoto, Y., & Saitoh, E. (2020). Snell's
Law for Spin Waves at a 90 Magnetic Domain Well. Journal Applied
Physics Letters, 116(11).

J, D. (2015). Theory of Problem Solving. Journal Procedia Social and Behavioral


Sciences, 2798-2805.

Subekti, Y., & Ananda, A. (2016). Pembelajaran Fisika dengan Metode


Eksperimen untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif dan Keterampilan
Proses Sains. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 252-261.

Anda mungkin juga menyukai