1. Jelaskan perbedaan siklus pendek, sedang, dan menengah
Jawab : Siklus Pendek (Siklus Kecil) : air laut menguap menjadi berkondensasi menjadi awan dan hujan yang jatuh ke laut. Siklus Sedang (Siklus Menengah) : air laut menguap menjadi mengkondensasi dan dibawa angin membentuk awan di atas daratan, jatuh sebagai hujan lalu meresap ke tanah, masuk ke sungai dan ke laut lagi. Siklus Besar (Siklus Panjang) : air laut menguap menjadi gas kemudian membentuk kristal- kristal es di atas laut, dibawa angin ke daratan (pegunungan) dan jatuh sebagai salju membentuk gletser, masuk ke sungai lalu kembali ke laut. 2. Jelaskan perbedaan sungai berdasarkan sumber dan debit airnya Jawab : Berdasarkan sumber airnya sungai dibedakan menjadi tiga macam yaitu, Sungai Hujan, adalah sungai yang airnya berasal dari air hujan atau sumber mata air. Contohnya adalah sungai-sungai yang ada di pulau Jawa dan Nusa Tenggara. Sungai Gletser, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es. Contoh sungai yang airnya benar-benar murni berasal dari pencairan es saja (ansich) boleh dikatakan tidak ada, namun pada bagian hulu sungai Gangga di India (yang berhulu di Peg. Himalaya) dan hulu sungai Phein di Jerman (yang berhulu di Pegunungan Alpen) dapat dikatakan sebagai contoh jenis sungai ini. Sungai Campuran, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es (gletser), dari hujan, dan dari sumber mata air. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Digul dan sungai Mamberamo di Papua (Irian Jaya). Berdasarkan debit airnya (volume airnya), sungai dibedakan menjadi empat macam yaitu, Sungai Permanen, adalah sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan Mahakam di Kalimantan. Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera. Sungai Periodik, adalah sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak, sedangkan pada musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis ini banyak terdapat di pulau Jawa misalnya sungai Bengawan Solo, dan sungai Opak di Jawa Tengah. Sungai Progo dan sungai Code di Daerah Istimewa Yogyakarta serta sungai Brantas di Jawa Timur. Sungai Episodik, adalah sungai yang pada musim kemarau airnya kering dan pada musim hujan airnya banyak. Contoh sungai Kalada di pulau Sumba, Sungai Ephemeral, adalah sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan. Pada hakikatnya sungai jenis ini hampir sama deng jenis episodik, hanya saja pada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak. 3. Jelaskan hubungan kecepatan dan energi pada aliran sungai kecil Jawab : Hubungan dari kecepatan dan energi pada sungai maka akan dapat menghasilkan energi listrik dengan memanfaatkan aliran sungai. Aliran listrik dihasilkan dengan menggunakan turbin kenetik yang kemudian dapat merubah menjadi energi listrik dengan memanfaatkan kecepatan aliran sungai. Arus pada aliran sungai memiliki kecepatan rendah sekitar 0.01 sampai dengan 2.8 m/s, dengan kecepatan tersebut terdapat energi yang tersimpan didalamnya dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik. Penggunaan dan pemanfaatan energi yang menggunakan arus sungai salah satunya dengan menggunakan turbin kinentik. Turbin kinentik ini memanfaatkan potensi energi kinentik berupa kecepatan aliran air dari sungai sehingga terjadi perubahan energi kinentik air menjadi energi mekanik pada turbin yang digunakan untuk menggerakkan generator, kemudian menjadi energi listrik. 4. Jelaskan Komposisi dan kerapatan air laut Jawab : Air laut ini merupakan suatu larutan garam (air asin) yang kandungannya telah di lestarikan agar proporsinya tetap (tidak berubah) selama suatu rentang waktu geologis tertentu. Disamping pentingnya garam dalam lingkungan kimiawi kehidupan laut, garam-garam ini terdapat dalam suatu tambak mineral yang sangat besar, yang penyusun-penyusun tertentu dari garam tersebut dapat diekstraksikan oleh manusia untuk kebutuhannya. Suatu cara untuk menggambarkan komposisi air laut adalah untuk menyatakan kandungan-kandungan utama yang diperlukan untuk membuat suatu tambak buatan yang kira-kira sepert air laut kandungan-kandungan air laut ini (beserta komposisinya) dari berbagai unsur yang bergabung dalam garam-garam ini, Klor sendiri menyusun 55% berat seluruh bahan yang terlarut dan Natrium 31%. Unsur-unsur yang penting tetapi kurang melimpah dibandingkan dengan kelima garam yang terdiri dari Brom, Karbon, Strontium, Boron, Silikon, dan Fluor. Sedikitnya beberapa runutan (unsur yang jumlahnya sangat kecil) dari setengah bagian unsur- unsur yang dikenal dapat dijumpai dalam air laut. Air laut juga mengandung sejumlah kecil gas-gas atmosfer terutama Nitrogen, Oksigen, Argon, Karbon Dioksida dan Hidrogen. Kerapatan zat apapun merupakan massa persatuan volume dari zat tersebut. Untuk air, kerapatannya biasanya dinyatakan dalam pounds per cubic foot (pan pr kaki kubik) yang harganya 62,4 untuk air pada temperatur mendekati temperatur beku. Untuk keperluan ilmiah, kerapatan dinyatakan dalam gram per sentimeter kubik. Air murni yang tawar pada 39°F (4°C) berada pada tingkat kerapatannya yang paling tinggi 1 sentimeter kubik air yang ditimbang hampir memiliki berat 1 gram. Dengan menggunakan harga 1,000 sebagai harga kerapatan air tawar murni, maka air laut memiliki kerapatan antara 1,027 sampai 1,028. Dua faktor yang menentukan kerapatan air laut adalah salinitas dan temperatur. Salinitas yang lebih besar memberikan kerapatan yang lebih besar. Temperatur yang lebih dingin memberikan kerapatan yang lebih besar di bawah titik beku sekitar 28,5oF (-2oC). Kerapatan merupakan suatu hal yang penting dalam sirkulasi air samudera karena perbedaan kerapatan sedikit saja dapat menyebabkan pergerakan air. jika air yang kerapatannya lebih tinggi dihasilkan melalui pendinginan atau penguapan pada permukaan, maka air tersebut cenderung tenggelam, menggantikan air yang kerapatannya lebih kecil dibawahnya. Arus vertikal tersebut dapat digambarkan sebagai konveksional. 5. Jelaskan tentang “gelombang dalam’’ di laut, kekuatan cahaya dan kegelapan di laut dalam Jawab : Gelombang dalam menutupi laut dalam dan merupakan garis pemisah antara laut dalam dan laut permukaan. Sebagaimana arus permukaan itu menutupi permukaan bahari dan menjadi pemisah antara air dan udara. Gelombang dalam ini tak ditemukan kecuali pada 1904 M. Panjang gelombang dalam berkisar antara puluhan hingga ratusan kilometer. Sedangkan tinggi gelombang dalam berkisar antara 10 hingga 100 meter. Kegelapan di bahari dalam semakin bertambah seiring kedalaman laut, hingga didominasi kegelapan pekat yang dimulai dari kedalaman + 200 meter. Pada kedalaman ini dimulai penurunan suhu yang memisahkan antara air permukaan yang hangat dan air kedalaman yang dingin. Selain itu, pada kedalaman ini terdapat gelombang dalam yang menutupi air dingin di kedalaman laut. Lalu cahaya tak ada sama sekali pada kedalaman + 1000 meter. Terkait dengan sebaran kegelapan di kedalaman laut, para nelayan menemukan bahwa cahaya terhisap bahkan pada perairan yang jernih, bahwa dasar laut yang miring dan berpasir putih itu berubah warna secara bertahap, hingga tersembunyi secara total seiring bertambahnya kedalaman, dan bahwa tembusan cahaya itu berbanding terbalik dengan bertambahnya kedalaman. Alat paling sederhana untuk mengukur kedalaman dan tembusan cahaya di perairan samudera ialah The Secchi Disk. Pada kekuatan cahaya, di dalam samudera yang dalam cahaya tak ada sama sekali dan kegelapannya berlapis-lapis. Biota dan ikan yang hidup di dalamnya bertumpu potensi kimiawi untuk melahirkan cahaya yang mereka gunakan untuk menuntut jalan. Bahkan ada beberapa jenis yang tidak memiliki penglihatan dan menggunakan cara lain selain penglihatan untuk merasakan apa yang ada di sekitarnya. Kegelapan-kegelapan ini dimulai pada kedalaman +200 meter, dan seluruh sinar matahri tertutup pada kedalaman +1000 meter, dimana cahaya tak ditemukan sama sekali. Sebagaimana Sebagian besar unsur ikan pada kedalaman tersebut dari air. Hal itu untuk menghadapi tekanan yang sangat besar. Kegelapan pekat yang dimulai dari 50-1000 meter itu terjadi akibat lapisan-lapisan kegelapan. Pada kegelapan di laut dalam, cahaya matahari terdiri dari tujuh warna (merah, oranye, kuning, hijau, nila, ultraviolet dan biru). Masing-masing warna memiliki panjang gelombang tersendiri. Kemampuan cahaya untuk menembus air tergantung pada panjang gelombangnya. Semakin pendek gelombang cahaya, maka semakin besar kekuatannya untuk menembus air. Karena itu, cahaya warna merah akan terserap pada kedalaman +20 meter, dan sesudah itu keberadaannya tersembunyi. Dari sinilah muncul kegelapan warna merah. Seandainya penyelam terluka pada kedalaman 25 meter dan ia ingin melihat darah yang mengalir, maka ia akan melihatnya berwarna hitam sebab tak adanya cahaya warna merah. Sementara cahaya oranye terserap pada kedalaman sekitar 30 meter. Di sini muncul kegelapan lain di bawah kegelapan warna merah, yaitu kegelapan warna oranye. Pada kedalaman sekitar 50 meter warna kuning terserap, pada kedalaman sekitar 50 meter wama hijau terserap, pada kedalaman sekitar 125 meter, warna ultraviolet dan ungu terserap. Dan warna yang paling terakhir terserap ialah warna biru, yaitu pada kedalaman sekitar 200 meter dari permukaan laut. Dengan demikian, terciptalah kegelapan warna cahaya matahari secara berlapis-lapis, yang disebabkan air yang menyerap warna pada kedalaman yang berbeda-beda.