Anda di halaman 1dari 12

JURNAL TARBIYAH

E-ISSN : 2597-4270 | P-ISSN : 0854-2627


Volume x, Number x, xx 2023, pp. 1-15

PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM HASAN AL-BANNA

Hasan Basri1, Andewi Suhartini2, Nurul Azizah3


1,2,3
Universitas Islam Negeri Sunan Gnung Djati, Bandung, Indonesia
Email: 1 hasanbasri@uinsgd.ac.id, 2 andewi.suhartini@uinsgd.ac.id,
3
2220040127@student.uinsgd.ac.id

DOI : http://dx.doi.org/10.30829/tar.v30i1.XXXX

ARTICLE INFO ABSTRACT

This study aims to describe Hasan Al-Banna's thoughts regarding the concept
Article History
of Islamic education, he is an important figure in the development of Islam. The
Received : xxx
research method used by the author is descriptive qualitative with a library
Revised : xxx
research approach. The data sources come from books, articles, papers, theses
Accepted : xxx
and various sources that are relevant to the writing data. The results of this paper
find that the concept of education according to Hasan Al-Banna's view consists
of a definition of education which includes two very important sides, namely
Keywords
the development of the potential of the human body, mind and heart (qalb). The
Pemikiran
purpose of education is to expect the pleasure of Allah swt and a clean heart.
Pendidikan Islam
Educational material includes educational materials for the mind, body and
Hasan Al-Banna
heart (qalb). The educational method consists of Mau'izoh al-hasanah, tabligh,
hallul musykilat, tajribiyyat, al-istiqraiyyat and al-istinbathiyyat. Educators and
students have the same commitment in sacrificing their lives, assets, time and
life, namely for educators for the good of the people to be maintained and for
students to gain knowledge. Furthermore, educational evaluation is through the
process of muhasabah (contemplation).

Pendahuluan
Pendidikan menjadi salah satu aspek penting dalam pembentukan individu dan
masyarakat. Dalam sejarah perkembangan pendidikan, banyak tokoh dan pemikir yang
memberikan kontribusi berharga dalam pengembangan konsep dan metode pendidikan. Salah
satu tokoh yang memiliki pengaruh besar dalam dunia pendidikan adalah Hasan al-Banna.
Hasan al-Banna, yang lahir pada tanggal 14 Oktober 1906 di Mesir dan tumbuh dalam
lingkungan yang kental dengan nilai keagamaan dan pendidikan Islam. merupakan seorang
ulama, aktivis sosial, dan pendiri organisasi Ikhwanul Muslimin (Persaudaraan Muslimin). Ia
adalah sosok yang memiliki visi yang kuat tentang pentingnya pendidikan dalam memperbaiki
JURNAL TARBIYAH
Volume x, Number x, xx 2023, pp. 1-15

masyarakat dan mencapai tujuan Islam adar transfer pengetahuan, tetapi juga merupakan sarana
untuk membentuk karakter dan moral individu yang kuat. Ia berpendapat bahwa pendidikan
harus mampu mencetak generasi yang memiliki kecintaan pada agama, semangat berjuang, dan
kepedulian terhadap kesejahteraan umat (Ahdar & Musyarif, 2014).
Konsep pendidikan Hasan al-Banna memiliki beberapa pilar utama. Pertama, pendidikan
harus dilandasi oleh nilai-nilai Islam yang kuat yaitu berakar pada sumber-sumber utama
agama, yaitu al-Qur’an dan Hadis.Kedua, pendidikan harus melibatkan pembentukan karakter
yang kokoh, mencakup aspek spritual, intelektual, dan praktis dalam kehidupan sehari-hari, ia
menjunjung konsep pendidikan holistik, yang memperhatikan perkembangan pribadi secara
menyeluruh, termasuk peningkatan keimanan, pemahaman tentang ajaran Islam, serta
penerapan nilai-nilai agama dalam tindakan nyata. Ketiga, pendidikan harus berorientasi pada
perbaikan sosial dan pemberdayaan masyarakat. Al-Banna percaya bahwa pendidikan harus
menjadi sarana untuk membebaskan masyarakat dari ketidakadilan, kemiskinan, dan
penindasan. Ia mendorong agar pendidikan tidak hanya berfokus pada pengembangan individu,
tetapi juga pada perbaikan kondisi sosial secara keseluruhan (Pimay & Savitri, 2021).
Hasan al-Banna juga menekankan pentingnya pengembangan kepemimpinan dalam
pendidikan Islam. Ia berpendapat bahwa pendidikan harus melahirkan pemimpin yang
bertanggung jawab dan memiliki pemahaman yang mendalam tentang agama, serta mampu
memimpin masyarakat dengan kebijaksanaan dan keadilan (Shofia, 2022).
Pendekatan Hasan al-Banna terhadap pendidikan Islam telah memberikan dampak yang
signifikan dalam perkembangan pendidikan di dunia Muslim. Berbagai lembaga pendidikan
dan sekolah yang didirikan oleh Ikhwanul Muslimin mengadopsi prinsip-prinsip ini, dengan
tujuan untuk mencetak generasi yang taat beragama, berakhlak mulia, dan mampu memberikan
kontribusi positif dalam masyarakat.

Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, dengan pendekatan library
research. Adapun sumber rujukan meliputi identifikasi wacana dari buku-buku, makalah,
skripsi atau artikel, majalah jurnal, ataupun informasi lainnya yang berhubungan dengan
pembahasan yang beraitan dengan pemikiran pendidikan Islam Hasan al-Banna. Teknik analisis
data dengan menganalisis topik penelitian ini untuk mengumpulkan berbagai informasi yang
sesuai dengan sub pembahasan yang dianalisis dan disimpulkan dalam satu kerangka pemikiran
studi pustaka.

Hasan et al. 2
JURNAL TARBIYAH
Volume x, Number x, xx 2023, pp. 1-15

Hasil
Biografi Hasan Al-Banna
Nama lengkap Hasan Al-Banna adalah Hasan bin Ahmad bin Abdur Rahman bin
Muhammad al-Banna. Hasan al-Banna dilahirkan pada tahun 1906 M, di Al-Mahmudiyah
Mesir. Tanggal kelahirannya diperkirakan 25 Sya’ban 1324 H/14 Oktober 1906 M, dan wafat
pada tanggal 13 Februari 1949 M. Beliau sepenuhnya hidup pada masa tirani kekuasaan bangsa
Eropa, yaitu Inggris dan Prancis (Nasihuddin, 2021).
Hasan Al-Banna, pada masa kecilnya mendapatkan pengajaran langsung dari
orangtuanya, Syaikh Ahmad bin Abdurrahman bin Muhammad al-Banna As-Sadati yang
mengajarkan Alquran, hadis, fiqh, bahasa, dan tasawuf. Pendidikan formalnya dimulai dari
sekolah agama Madrasah Ar-Rasyid Ad-Diniyyat, lalu ia melanjutkan belajar ke sekolah
menengah pertama di Al-Mahmudiyat. Tahun 1920 ia melanjutkan belajar ke Madrasah Al-
Mu’allimin Al-Awaliyat, sekolah guru tingkat pertama, di Damanhur. Lalu tahun 1923, ia
pindah ke Kairo dan belajar di Dar Al-Ulum sampai selesai pada tahun 1927. Di sini ia
mempelajari ilmu-ilmu pendidikan, filsafat, psikologi dan logika, serta ia juga tertarik pada
masalah-masalah politik, industri, dan olahraga (Nasihuddin, 2021).
Setelah lulus dari Dar Al-Ulum, dengan predikat cumlaude, lalu ia diangkat menjadi
guru di salah satu sekolah menengah di kota Ismailiyah, daerah terusan Suez. Menjadi guru
adalah cita-cita Hasan al-Banna sejak kecil. Karena guru menurut Hasan al-Banna merupakan
sumber cahaya terang benderang yang dapat menerangimasyarakat (Djalaluddin, 2015).
Imam Hasan Al-Banna merupakan tokoh yang aktif pada dunia politik hingga beliau
mendirikan sebuah organisasi yang terkenal yaitu Ikhwanul Muslimin. Pada tahun 1327 H atau
bulan April 1928 M, beliau mendirikan organisasinya pada awalnya gerakannya berlangsung
di Isma’iliyyah yang pada akhirnya pada tahun 1932 beliau pindah ke Kairo sehingga
gerakannya pun berpindah ke Kairo. Untuk melancarkan gerakannya beliau menggunakan
media massa yaitu menerbitkan berita-berita mingguan yang dipelopori oleh Muhibuddin
Khatib pada tahun1886-1969 M (Surohim & Nurhadi, 2021). Setelah itu pada tahun 1938 M
beliau menerbitkan tulisan-tulisan pada sebuah buletin yaitu Al-Nadzir. Kemudian beliau juga
menerbitkan lagi buletin yang berjudul Al-Syihab pada tahun 1947 M (Qardhawi, 1999).
Dalam kiprahnya di Ikhwanul Muslimin selain menulis kitab-kitab, membuat tulisan di
surat kabar dan majalah beliau juga ikut dalam peperangan bersama-sama kadernya yang pada
tahun 1941M berjumlah 100 orang mereka melakukan perang khusus yakni banyak melakukan

Hasan et al. 3
JURNAL TARBIYAH
Volume x, Number x, xx 2023, pp. 1-15

perlawanan dalam berbagai tulisan yang di muat dalam media massa. Beliau sangat menentang
sekali pemerintahan Mesir untuk di ajak bekerjasama dalam gerakan Revolusi karena saat itu
terjadi konflik antara Mesir dan Inggris sehingga menurut para Ikhwan kerjasama itu tidak
sejalan dengan mereka. Organisasi yang didirikan Imam Hasan Al-Banna menjadi salah satu
organisasi yang berpengaruh dalam pemerintah Mesir. Beliau telah berperan aktif di berbagai
situasi politik dan telah memberi pengaruh pada pemerintah Mesir pada khususnya dan di dunia
Islam secara umum (Qardhawi, 1999).
Imam Hasan Al-Banna juga dikenal sebagi orator yang mampu menggugah pendengar
dengan kata-kata yang indah, jelas dan mudah dimengerti. Selain sebagai ahli pidato, beliau
juga merupakan seorang penulis. Selain bakat yang dimilki beliau juga sering mengadakan
pertemuan-pertemuan, memimpin rapat dan mengendalikan kegiatan pada markas besar dan
cabang-cabang organisasi dipimpinnya (Musyarif, 2017).
Karya-karya Hasan Al-Banna
Diantara karya-karya Hasan Al-Banna yaitu Majmu'at Al Rasail, berisi kumpulan surat-
surat dan risalah yang beliau tulis, yang ditulis sepanjang masa hidupnya, dan banyak
dituangkan dalam majalah Ikhwan Al-Muslimin. Adapun judul dari masing-masing risalah
tersebut, antara lain sebagai berikut (Qardhawi, 1999):
1) Da’watuna, tulisan ini secara khusus membahas tentang gerakan dakwah Ikhwan Al-
Muslimin, kesucian dalam berdakwah, kasih sayang dalam dakwah, sarana dakwah, dan
Iain-lain.
2) Aqidatuna, risalah ini menjelaskan tentangpenetapan berbagai dimensi dakwah Islamiyah
serta menegaskan kembali target dari gerakan Ikhwanul Muslimun adalah untuk
mewujudkan kebaikan duniawi dan ukhrawi.
3) Ila as-Syabbab, risalah ini sudah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan judul
"pemuda militan" risalah ini berisi tentang anjuran para pemuda sebagai penerus bangsa
untuk mengajarkan Islam dan anjuran senantiasa berjihad dijalan Allah SWT.
4) Jihad, risalah ini menjelaskan tentang jihad. Jihad merupakan suatu kewajiban atas setiap
muslim, tentang hukum jihad serta kendala-kendala dan cobaan-cobaan yang dialami para
Ikhwan. Risalah ini senantiasa menganjurkan jihad.
5) Muskilatuna, risalah ini mengungkapkan tentang pentingnya melaksakan amanah dan
memenuhi tugas dakwah. Didalamnya terdapat orientasi pemikiran al Ikhwan dalam
melakukan reformasi dan menghadapi persoalan di Mesir serta diberbagai Negara Islam
lainnya, yang kondisinya serupa dengan kondisi Mesir.

Hasan et al. 4
JURNAL TARBIYAH
Volume x, Number x, xx 2023, pp. 1-15

6) Ila Ayyi Syai’in Nad’u Al-Nas, berisi tentang tolok ukur dakwah, tujuan hidup manusia
dalam Alquran, pengorbanan, tujuan, sumbe rtujuan, dan Iain-lain.
7) Nahwa Al-Nur, berisi tentang saran-saran yang ditujukan kepada raja Faruq (Mesir), yakni
berupa tanggungjawab seorang pemimpin, orientasi Islam, peradaban Barat dan Islam, dan
kebangkitan umat Islam, dan lain-lain.
8) Risalat Al-Ta’lim, berisi tentang sepuluh komitmen bagi para kader ikhwan dalam mencapai
keberhasilan.
9) al Ma'tsurat, yaitu berisi kumpulan wadhifah Imam Hasan Al-Banna berdasarkan ayat-ayat
Al-Qur'an dan As-Sunnah yang harus diamalkan.

Selain buku utama, yang berisi kumpulan risalah di atas, juga ada buku lain yang berjudul
Mudzakkirat Ad-Da’wat wa Ad-Da’iyat. Buku ini berisi tentang perjalanan hidup Hasan al-
Banna dan perjalanan dakwahnya. Buku ini membahas tentang perjalanan intelektual, ruhani,
dan jasmani dalam berdakwah. Buku ini menggambarkan secara lengkap tentang kepribadian,
intelektual, dan gerak langkah dakwah Hasan al-Banna (Rusli, 2014).

Pembahasan
Konsep Pendidikan Hasan Al-Banna
A. Defenisi Pendidikan
Terkait dengan pengertian pendidikan Islam merujuk pada kitab Risalatut Ta’aalim
terdapat pada rukun pertama yaitu al-fahm. Di dalam rukun ini djelaskan pada 20 ushul
isyirin, pada prinsip pertama bahwa Islam adalah sistem yang syamil atau komprehensif
yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat dikembangkan melalui potensi-
potensi yang ada dalam diri manusia. Sehingga memunculkan konsep pengertian
pendidikan Islam menurut Imam Hasan Al-Banna adalah meliputi tiga sisi yang sangat
penting yakni pengembangan potensi jasmani, akal, dan hati (qalb) yang dimiliki manusia
dan sekaligus pewaris kebudayaan. Jadi, pendidikan Islam adalah sebagai proses
pengembangan segala potensi yang dimiliki manusia dengan saling menurunkan tradisi
yang baik kembali pada Al-Qur’an dan As-sunnah (Halim, 2019).
Hal ini senada dengan dakwah beliau yaitu salafiyyah yang menekankan dasar
seluruh aspek kehidupan di kembalikan kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Maka dalam
pengertian beliau adalah pendidikan Islam seyogyanya dapat memberikan arti bahwa hal
utama untuk memberikan tarbiyah (latihan) pendidik mengenalkan Al-Qur’an dan Hadist
secara komperhensif sehingga makna dari kedua sumber Islam itu tidak di kesampingkan

Hasan et al. 5
JURNAL TARBIYAH
Volume x, Number x, xx 2023, pp. 1-15

melainkan menjadi pokok dalam setiap pembahasan. Sehingga peserta didik lebih
memaknai kandungan-kandungan dari Al-Qur’an dan Hadist. Bila ditelaah sesungguhnya
Al-Qur’an dan Hadist merupakan sumber yang dapat membentuk karakter manusia secara
utuh karena sumber tersebut membentuk seluruh aspek seperti aspek spiritual religius,
aspek integral dan holistik, aspek intelektual, aspek emosional, aspek integritas, aspek
sosial dan aspek kewarganegaraan. Makna tarbiyah (latihan) yang digagas oleh beliau
adalah membentuk pribadi muslim (individu) yang kokoh ((Halik, 2021).
B. Tujuan Pendidikan
Sedangkan menurut Imam Hasan Al-Banna tujuan pendidikan Islam ialah
mengahantarkan peserta didik agar mampu memimpin dunia dengan memiliki potensi
jasmani, akal dan hati serta membimbing manusia kepada ajaran Islam yang Syamil atau
komperhensif serta memperoleh kebahagian diatas jalan Islam. Berdasarkan kitab yang
beliau tulis yaitu Risalatut Ta’aalim terlihat tujuan pendidikan Islam beliau ungkapkan
pada rukun yang kedua yaitu al-ikhlas yang dipahami dengan sebuah slogan yaitu “Allah
tujuan kami” (Al Banna, 2014).
Dalam pendidikan Imam Hasan Al-Banna terhadap kader-kadernya keikhlasan
menjadi prinsip yang sangat penting sehingga prinsip ini menjadi prinsip kedua setelah al-
fahm karena tujuan tertinggi ketika melakukan proses pengajaran adalah mengharapkan
keridhaan Allah SWT dan hati yang bersih. Ketika seorang muslim menutut ilmu dengan
tulus dan ikhlas semata-mata mengaharap ridha Allah SWT tidak ada maksud tujuan lain
seperti mengaharapkan pujian karena dapat menempuh pendidikan atau bahkan hanya
sekedar gelar saja, maka ilmu yang didapat tidak dapat dimanifestasikan secara sempurna
bahkan terdapat hal-hal diluar dugaan yang dilakukan oleh orang-orang tersebut (a
shafrianto (Zainuddin, 2021).
Sehingganya Imam Hasan Al-Banna menjadikan slogan “Allah tujuan kami” sebagai
tujuan untuk melakukan amal shalih seperti melakukan pendidikan karena pendidikan atau
menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah. Keshahihan hati dalam
menuntut ilmu adalah hal yang paling penting hal ini tertuang dalam sabda Rasulullah
saw:”Sesungguhnya amal-amal itu (dinilai) denga niatnya”. Hadist tersebut merupakan
tolok ukur suasana batin manusia (Zainuddin, 2021).

Hasan et al. 6
JURNAL TARBIYAH
Volume x, Number x, xx 2023, pp. 1-15

C. Materi Pendidikan
Materi pendidikan ialah seluruh bahan yang diberikan kepada peserta didik agar tujuan
pendidikan yang telah dirumuskan terlaksana dan tercapai sesuai yang diharapkan secara
optimal. Menurut Imam Hasan Al-Banna materi pendidikan Islam yakni meliputi materi
pendidikan akal, jasmani dan hati (qalb). Materi pendidikan yang beliau ungkapkan secara
garis besar meliputi: Ketauhidan, hal itu terlihat pada amalan pertama yang dituntut oleh
Imam Hasan Al-Banna adalah “selamat aqidahnya dan benar ibadahnya” sehingga aspek
ketauhidan dalam pembentukan individu maupun kelompok menjadi prioritas utama.
Beliau selalu menkankan untuk kembali pada Al-Qur’an dan As-Sunnah sehingga dapat
menjadi pribadi muslim yang selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT syari’at Islam.
Pandangan Islami merupakan pandangan yang digadang-gadang menjadi materi yang
mumpuni untuk membetuk pribadi muslim yang sejati (Baharun & Maryam, 2018).
Dalam pemikiran Imam Hasan Al-Banna tentang Islam adalah syamil (menyeluruh)
maka dengan ini beliau juga berpandangan bahwa pendidikan Islam merupakan bentuk
keintegralan dalam semua aspek kehidupan sehingga tidak ada pemisah antara aspek satu
dengan aspek yang lain. Keterpaduan dalam berbagai keragaman aspek yang akan dicapai
maka materi yang kompleks sangat diperlukan dan Imam Hasan Al-Banna mengunkapkan
dalam risalahnya Islam membebaskan akal pikiran akan tetapi tetap pada pandangan yang
Islami. Sehingga ada beberapa aspek diantaranya: aspek akal, aspek jasmani, aspek akhlak,
aspek jihad, aspek politik (Hufron & Maulana, 2022).
D. Metode Pendidikan
Menurut Hasan Al-Banna, dalam memberikan pemahaman dan pelajaran kepada anak
didik haruslah dengan menyentuh hati dan perasaan, karena dengan begitu seluruh anggota
badan menjadi terangsang dan termotivasi untuk berbuat. Hasan al-Banna berpandangan
bahwa pendidikan harus bersifat komprehensif, satu dengan yang lain saling mengisi dan
bersinergi, mampu mendidik manusia untuk mampu berintegrasi dengan kehidupan dunia
dan akhirat. Mengakui adanya kekuatan ruh, akal, jasmani pada diri manusia dan siap
bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Siap untuk diterapkan, terjangkau dan realistis,
mengedepankan praktek bukan teori, kontinyu, memahami perkembangan dan emosi
manusia, dan mampu diakses dengan kekuatan yang dimilikinya (Baharun & Maryam,
2018).
Hasan al-Banna menerapkan metode pengajaran yang berprinsip humanisme,
demokratis dan egaliter dan bukan doktrinisasi. Ia mengedepankan qudwah hasanah,

Hasan et al. 7
JURNAL TARBIYAH
Volume x, Number x, xx 2023, pp. 1-15

menjinakkan hati sebelum mengenalnya lebih lanjut, mengenal anak didik sebelum
memberi tugas-tugas, menyesuaikannya dengan kemampuan anak didik. Memberimotivasi
dan reward sebelum punisment, dan mendahulukan pokok syariat dibanding cabangnya
(Arief, n.d.). Dapat dimaknai bahwa Banna menginginkan agar pendidik punya kiat
strategis menghadapi peserta didik, punya cara yang variatif, sesuai dengan tingkat
kemampuan anak didik, memiliki kemampuan pedagogik dan andragogik. Metode yang
ditawarkan oleh Hasan al-Banna meliputi enam metode, yaitu (Qardhawi, 1999):
1) Metode Mau’izoh al-hasanah, yaitu metode pengajaran yang menonjolkan aspek
sejarah. Metode ini memberi kemungkinan ilmu pengetahuan sehingga anak didik
memiliki pengetahuan yang relevan, memiliki hubungan sebab akibat atau kesatuan
integral.Oleh karena itu, metode ini disebut juga dengan metode sosio-historis.
2) Metode tabligh, yaitu metode pendidikan yang memberi kemampuan analisis teoritis
yang sangat berguan bagi perkembangan keimanan dan mental-intelektual. Metode ini
banyak menggunakan teknik pengajaran seperti diskusi, lokakarya, seminar, resensi
buku dan lain-lain.
3) Metode hallul musykilat (problem solving), yaitu metode yang digunakan untuk melatih
anak didik berhadapan dengan berbagai masalah dari berbagai cabang ilmu pengetahuan
sehingga metode ini sesuai untuk mengembangkan potensi akal, jasamani, dan qalb.
4) Metode tajribiyyat (empiris), yaitu metode yang digunakan untuk memperoleh
kemampuan anak didik dalam mempelajari ilmu pengetahuan agama dan ilmu
pengetahuan umum melalui realisasi, aktualisasi, serta internalisasi sehingga
menimbulkan interaksi sosial. Metode ini juga sangat cocok untuk pengembangan
potensi akal, hati, dan jasmani.
5) Metode al-istiqraiyyat (induktif), yaitu metode yang digunakan agar anak didik
memiliki kemampuan riset terhadap ilmu pengetahuan agama dan umum dengan cara
berpikir dari hal-hal yang khusus kepada hal-hal yang umum, sehingga metode ini sesuai
untuk mengembangkan potensi akal dan jasmani.
6) Metode al-istinbathiyyat (deduktif), yaitu metode yang digunakan untuk menjelaskan
hal-hal yang umum kepada hal-hal yang khusus, kebalikan dari metode induktif.

E. Pendidik dan Peserta didik


Menurut Imam Hasan Al-Banna pendidik dalam Islam sangat urgen karena beliau
memandang guru adalah sebagai sumber cahaya yang menerangi kegelapan yaitu menjadi

Hasan et al. 8
JURNAL TARBIYAH
Volume x, Number x, xx 2023, pp. 1-15

sumber pengetahuan bagi umat manusia(Hufron & Maulana, 2021). Menurut beliau pendidik
harus memilki kriteria yang dilakukan dengan komitmen yang tinggi. Adapun hal itu
sebagai berikut:
1) Pemahaman Islam yang kaffah dan benar
2) Niat yang ikhlas karena Allah swt
3) Aktivitas hidup dan kehidupan yang dinamis sebagai pendidik menjadi sosok yang
muliti talenta jadi dapat beradaptasi dengan lingkungan
4) Kesanggupan menegakan kebenaran
5) Pengorbanan jiwa, harta, waktu, kehidupan, sebagai pendidik haru rela berkorban demi
kebaikan umat tetap terjaga
6) Kepatuhan dan menjalankan syariat Islam.
7) Keteguhan hati (istiqomah)
8) Kemurnian pola pikir
9) Rasa persaudaraan yang berdasarkan ikatan akidah, sebagai pendidik harus memilki
rasa simpati, empati, dan solidaritas yang tinggi terhadap saudara sesama muslim
10) Sifat kepemimpinan.

Kemudian tugas dan tanggung jawab pendidik dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis
yaitu pertama, sebagai pengajar yang merencanakan program pengajaran dan melaksanakan
program yang disusun serta melaksankan evaluasi setelah selesai program pengajaran.
Kedua, sebagai pendidik bertugas untuk mengarahkan peserta didik pada tingkat
kedewasaan yang berkepribadian insan kamil. Ketiga, sebagai pemimpin bertugas
memimpin dan mengendalikan diri sendiri, peserta didik dan masyarakat (Shafrianto, 2019).
Selanjutnya kriteria yang hendaknya dimiliki oleh peserta didik meliputi;
1) Pemahaman Islam yang kaffah.
2) Niat yang ikhlas karena Allah swt
3) Aktivitas hidup dan kehidupan yang dinamis
4) Kesanggupan menegakan kebenaran (amar ma’ruf nahi munkar)
5) Pengorbanan jiwa, harta, waktu, kehidupan, dan segala sesuatu yang dimilkinya, sebagai
peserta didik haru rela berkorban demi segalanya untuk mendapatkan ilmu.
6) Kepatuhan dan menjalankan syariat Islam.
7) Keteguhan hati, sebagai peserta didik harus istiqomah dalam melakukan segala hal.
8) Kemurnian pola pikir.

Hasan et al. 9
JURNAL TARBIYAH
Volume x, Number x, xx 2023, pp. 1-15

9) Rasa persaudaraan yang berdasarkan ikatan akidah,


10) Sifat kepemimpinan.

Dengan demikian beliau beranggapan bahwa pendidik dan peserta didik juga harus
memiliki komitmen yang kokoh terhadap pendidikan yang dilaluinya. Hubungan antara
pendidik dan peserta didik sangat kursial sehingga banyak kesamaan dalam komitmennya.
Pemahaman yang kuat terhadap urgennya pendidikan yang dipahami oleh peserta didik
akan membentuk pradigma yang sempurna dan komperhensip menjadikan ilmu yang
ditransformasikan pendidik terhadap peserta didik dapat di amalkan dalam kehidupan
sehari-hari secara baik dan benar sesuai syariat Islam (Djalaluddin, 2015).
F. Evaluasi Pendidikan
Menurut pemikiran Imam Hasan Al-Banna dalam melaksanakan evaluasi kejujuran
yang dapat diamalkan oleh peserta didik. Beliau lebih menekankan pada hasil pengamalan
yang dilakukan oleh peserta didik jika belum diamalkan maka pengajaran yang dilakukan
perlu di evaluasi dengan metode yang beliau pakai yaitu “muhasabah” yaitu melalui proses
perenungan dengan menyentuh hati para peserta didik. Intstropeksi diri dengan
mengembalikan semua kejadian-kejadian yang telah dilalui baik yang baik mapun buruk
guna menggugah kembali keinginan untuk memperbaiki diri (Ramadhani, 2021).
Dengan demikian, muhasabah diri yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi diri,
karena beliau sangat memerhatikan kesiapan jiwa dan akal para individu. Lalu melakukan
riyadhoh untuk melatih jiwa dan akal peserta didik dengan hal-hal kecil terlebih dahulu
seperti jujur pada diri sendiri. Seorang evaluator juga melaksanakan evalusi kinerja yang
telah dilakukannya dalam menapaki jalan dakwah menyampaikan pengajaran Islam.
Dalam hal ini Imam Hasan Al-Banna menanamkan pada diri setiap orang terhadap
keyakinannya terhadap Allah SWT bahwa Allah selalu menyertai mereka sehingga merasa
bahwa selalu dalam pengawasan Allah Swt (Huda, 2015).

Kesimpulan
Dalam pemikirannya tentang pendidikan Islam, Hasan al-Banna telah memberikan
kontribusi penting dan memberikan pandangan yang kaya tentang peran pendidikan dalam
membangun masyarakat yang berakhlak mulia dan berlandaskan nilai-nilai Islam. Melalui
prinsip-prinsipnya, Hasan Al-Banna menekankan pentingnya pemahaman yang mendalam
tentang agama, pembentukan karakter yang kokoh, perbaikan sosial, dan pengembangan

Hasan et al. 10
JURNAL TARBIYAH
Volume x, Number x, xx 2023, pp. 1-15

kepemimpinan dalam pendidikan Islam. Pendidikan Islam menurut Hasan Al-Banna tidak
hanya terfokus pada pemahaman teoritis, tetapi juga pada pembentukan karakter dan praktik
nyata dalam kehidupan sehari-hari. Konsep pendidikan Islam Hasan Al-Banna telah
memberikan dampak yang signifikan dalam perkembangan pendidikan di dunia Muslim.
Melalui pendirian lembaga pendidikan dan sekolah oleh Ikhwanul Muslimin, prinsip-prinsip
al-Banna telah diimplementasikan dan memberikan kontribusi nyata dalam pembentukan
generasi yang taat beragama, berakhlak mulia, dan berdaya saing tinggi. Dalam era pendidikan
modern ini, pemikiran pendidikan Islam Hasan al-Banna tetap relevan dan bermanfaat. Prinsip-
prinsipnya, seperti akar pada sumber-sumber agama, pendekatan pendidikan holistik, perbaikan
sosial, dan pengembangan kepemimpinan, dapat membimbing pendidikan Islam dalam
menyiapkan generasi yang berintegritas tinggi, bertanggung jawab, dan berkomitmen pada
nilai-nilai Islam.

Daftar Pustaka
Ahdar, A., & Musyarif, M. (2014). Pendidikan Islam Ikhwan Al-Muslimin (Telaah Pemikiran Hasan
Al-Banna). Lembah Harapan Press.
Al Banna, M. (2014). Pemikiran Hasan Al Banna dalam Pendidikan Islam.
Arief, A. (n.d.). Studi Komparasi Pemikiran Hasan al-Banna dan Ahmad Dahlan tentang Konsep
Pendidikan Islam.
Baharun, H., & Maryam, S. (2018). Building Character Education Using Three" Matra" of Hasan Al-
Banna’s Perspective in" Pesantren". Online Submission, 4(2), 51–62.
Djalaluddin, M. M. (2015). Pemikiran Pendidikan Islam Hasan Al-Banna. Jurnal Shaut Al-Arabiyah,
4(1), 61–70.
Halik, A. (2021). SUBTANSI PENDIDIKAN ISLAM MENURUT HASAN al-BANNA. Jurnal Al-
Tabyin, 1(1).
Halim, S. (2019). PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN ISLAM. Ruhama:
Islamic Education Journal, 2(2).
Huda, M. (2015). Hasan Al-Banna thought actualisation in the Islamic education development. QIJIS
(Qudus International Journal of Islamic Studies), 3(1), 72–83.
Hufron, A., & Maulana, M. A. (2021). Revitalisasi Pendidikan Islam: Tinjauan Pemikiran Hasan Al
Banna. Jurnal Basicedu, 6(1), 66–77. https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i1.1898
Hufron, A., & Maulana, M. A. (2022). Revitalisasi Pendidikan Islam: Tinjauan Pemikiran Hasan Al
Banna. Jurnal Basicedu, 6(1), 66–77.
Musyarif, M. (2017). Hasan Al-banna Al-ikhwan Al-muslimun. KURIOSITAS: Media Komunikasi
Sosial Dan Keagamaan, 10(1), 91–104.

Hasan et al. 11
JURNAL TARBIYAH
Volume x, Number x, xx 2023, pp. 1-15

Nasihuddin, M. (2021). Pemikiran Pendidikan Hasan Al-Banna. Al-Lubab: Jurnal Penelitian


Pendidikan Dan Keagamaan Islam, 7(1), 83–93.
Pimay, A., & Savitri, F. M. (2021). Dinamika dakwah Islam di era modern. Jurnal Ilmu Dakwah,
41(1), 43–55.
Qardhawi, Y. (1999). AL-Ikhwan AL-Muslimun Sab’una ‘Aman fi al-Da’wah wa al-Tarbiyat wa al-
Jihad. Maktabah Wahbah: Kairo.
Ramadhani, Y. (2021). Ideologi Keagamaan, Partai Politik, dan Pendidikan Islam: Refleksi Pemikiran
Hasan Al-Banna di Sekolah Islam Terpadu Ukhuwah Banjarmasin. NALAR: Jurnal Peradaban
Dan Pemikiran Islam, 5(1), 78–92.
Rusli, R. (2014). Pembaharuan Pemikiran Modern dalam Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Shafrianto, A. (2019). PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA DALAM PENDIDIKAN ISLAM.
Raudhah Proud To Be Professionals: Jurnal Tarbiyah Islamiyah, 4(2), 95–106.
SHOFIA, S. B. (2022). KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT HASAN AL-BANNA DAN
AHMAD DAHLAN (STUDI KOMPARATIF). Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan: Pendidikan
Agama Islam.
Surohim, S., & Nurhadi, N. (2021). PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN
ISLAM. EL-TA’DIB (Journal of Islamic Education), 1(1).
Zainuddin, M. R. (2021). Metode Pendidikan Islam Kacamata Hasan Al–Banna. Imtiyaz: Jurnal Ilmu
Keislaman, 5(2), 87–97.

Hasan et al. 12

Anda mungkin juga menyukai