Respon Perawatan Pulpa Vital Pada Gigi Permanen Dewasa (Fitr
Respon Perawatan Pulpa Vital Pada Gigi Permanen Dewasa (Fitr
Oleh :
PENDAHULUAN
perawatan pulpa vital pada gigi permanen dan kriteria yang digunakan untuk
memisahkan antara perawatan yang berhasil dan gagal tetap tidak berubah selama
bertahun-tahun. Sedikit rasa nyeri saat disentuh atau nyeri dengan durasi singkat
selama beberapa minggu pertama setelah perawatan, tidak adanya rasa sakit
diperhatikan dalam diagnosis dan perawatan pulpa. Periodontitis apikal yang terlihat
lebih radiolusen, penebalan ligemen periodontal, dan disintegrasi lamina dura dapat
terlihat dari waktu ke waktu segera setelah pulpektomi vital. Perawatan diasumsikan
perawatan. Setelah kaping pulpa, perawatan yang berhasil juga termasuk respon
Pada tulisan ini akan dibahas tentang respon perawatan pulpa vital pada gigi
permanen dewasa, yaitu: kaping pulpa, pulpotomi parsial dan pulpektomi vital.
pengangkatan pulpa bagian atas secara bedah adalah prosedur yang bahkan dalam
keadaan sangat baik sekalipun dapat berakibat pada inflamasi sementara. Terbukanya
pulpa sebagai akibat karies atau gigi yang fraktur adalah keadaan klinis yang
Hal-hal yang terjadi setelah injuri dapat dibagi dalam fase hemostasis,
adalah proses berkelanjutan di mana awal dan akhir tiap tahap tidak dapat ditentukan
dengan jenis dan bisa bertumpang tinding. Tahapan yang diamati dari reaksi awal
pulpa adalah yang terjadi ketika jaringan ikat terinflamasi. Kegagalan untuk
kronis tanpa penyembuhan dan jaringan pulpa akan memberi respon yang sama
Cedera awal memicu eksudasi fibrinogen dan koagulasi darah dan respon akut yang
jaringan ikat. Perubahan vaskular dan infiltrasi sel inflamatori diaktivasi untuk
dan komponen dinding sel lainnya, aterlibat sebagai patogen pada inflamasi pulpa.1,2
Host merespon terhadap antigen dengan produksi antibodi dan respons imun
tubuh yang terikat secara spesifik dengan antigen asing yang menginduksinya.
Respon imun diperantarai sel melibatkan dihasilkannya sel khusus yang bereaksi
dengan antigen asing di permukaan sel host, yaitu di lymph nodes. Mekanisme
enzim dan metabolit toksik. Sistem komplemen adalah sistem protein multifaktorial
partikel asing untuk fagositosis dan penghancuran sel target. Pelepasan metabolit
toksik menimbulkan dihasilkannya bagian yang sangat aktif, yaitu radikal oksigen,
halogen dan hypoclorous yang juga dapat merusak sel host dihasilkannya spesies
reaktif dari granulosit dan makrofag yang berakumulasi selama tahap inflamatori
digunakan dengan luas sejak saat itu. Efek kalsium hidroksida pada jaringan pulpa
yang terbuka telah diteliti selama beberapa dekade pada hewan percobaan dan juga
manusia. Aplikasi kalsium hidroksida pada jaringan pulpa sehat yang terbuka
nekrosis lisis dan koagulasi di permukaan injuri. Lapisan nekrotik ini membentuk
membran yang di bawahnya terjadi proses inflamatori dan reparatif. Mungkin sebagai
hasil dari pH kalisum hidroksida yang tinggi, efek bakterisidal dapat tercapai.
bahan, contohnya dengan pH yang tinggi, rendah, atau normal dapat diikuti dengan
dinyatakan sebagai hasil dari efek baterisid dan injuri kimia yang dibatasi oleh zona
nekrosis, yang menimbulkan sedikit iritasi pada jaringan vital dan menstimulasi pulpa
penting pada respons inflamatori selanjutnya. Beberapa jam setelah aplikasi kalsium
nekrotik, dan infiltrasi inflamatori berlangsung selama beberapa hari. Berbagai usaha
tersebut dan pada waktu yang sama menstimulasi pembentukan jembatan dentin.3
terlihat perubahan inflamatori yang parah sehubungan dengan tubulus dentin yang
terpengaruh (affected). Sekitar 95% keberhasilan setelah kaping pulpa direk dan
pulpotomi parsial pada molar remaja yang karies telah dilaporkan, bahkan pada kasus
pulpotomi parsial atau total, bagian pulpa yang paling superfisial, yang mungkin
ditandai dengan perubahan inflamatori dan infiltrasi bakteri dibuang melalui prosedur
tersebut dan oleh karena itu injuri akibat tindakan akan berada pada jaringan ikat
yang sehat dan reaktif. Dalam suatu penelitian retrospektif dinyatakan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan secara statistik dalam keberhasilan klinis antara prosedur
kaping yang dilakukan akibat terbukanya pulpa akibat preparasi kavitas atau
perforasi akibat ekskavasi dentin karies pada gigi tanpa nyeri preoperatif.1,2
Tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dari kaping pada pasien muda dengan
jaringan pulpa yang cukup reaktif diharapkan lebih tinggi dibandingkan dengan
kaping jaringan pulpa pada pasien yang lebih tua di mana jaringan pulpa kaya
dengan serat tetapi sedikit mengandung sel dan pembuluh darah. Beberapa penelitian
pulpa terhadap kaping pulpa dengan kalsium hidroksida pada gigi anjing dalam
empat tahap : tahap eksudatif (1-5 hari), tahap proliferatif (3-7 hari), tahap
14 hari).1
Eksudasi fibrin terjadi di bawah bahan kaping dalam jaringan pulpa selama
empat hari. Setelah 3-6 hari, infiltrasi inflamatori digantikan oleh migrasi jaringan
granulasi yang berasal dari bagian tengah pulpa. Jaringan granulasi tersusun
sepanjang permukaan injuri dan terutama terdiri atas fibrobas yang baru terbentuk
dan pambuluh darah kapiler yang berproliferasi dan tumbuh menjadi jaringan yang
serat kolagen baru sepanjang jaringan nekrosis terdeteksi dari 4 hari setelah aplikasi
kalsium hidroksida murni. Sel yang dikelilingi oleh matriks baru, termasuk nodul
dengan deteksi vesikel matriks, yang mengindikasikan kemiripan yang dekat dengan
mineralisasi pada tulang. Mineral ditemukan berasal dari suplai darah. Setelah 11
hari, matriks baru dihubungkan dengan sel-sel kuboid dan beberapa sel dengan
yang menyerupai odontoblas. Setelah 1 bulan, jembatan dentin dapat dilihat di sekitar
daerah trauma yang menggambarkan permukaan defensif antara zona nekrotik dan
lapisan odontoblas yang baru. Evaluasi mikroskopik memperlihatkan 89% dari semua
Sekresi matriks dari sel yang baru dibentuk melibatkan adanya diskontinuitas
dalam struktur tubular dengan reduksi lanjutan pada permeabilitas dentin. Respon
non-spesifik menimbulkan deposisi matriks dentin yang ditutupi oleh sel-sel kuboid
atau poligonal yang menyerupai preodontoblas, dan inklusi sel yang menyerupai
cedera pulpa, odontoblas postmitotik yang bertahan merespon dengan deposisi dentin
reaksioner sepanjang dinding dentin. Pada situasi sedemikian, terlihat bahwa matriks
dentin reaksioner dengan ketebalan tubular yang lebih sedikit daripada dentin
primer.1,4
dalam jaringan pulpa, termasuk reaksi inflamatori vaskular dan seluler serta
pengambilan sel-sel yang kompeten. Interaksi sel-sel pulpa dengan sitokin dan
PULPEKTOMI
pulpa dan perwatan yang lebih radikal harus dilakukan. Dalam istilah etiologi, infeksi
pulpa telah mencapai suatu level di mana eliminasinya tidak mungkin dilakukan
penelitian yang diterbitkan pada periode sekitar 1940-1970. Pulpektomi mortal telah
medikamen mumifikasi yang dari waktu ke waktu mengakibatkan nyeri yang serius
dan kehilangan tulang pendukung. Kedua, pulpektomi vital dapat dilakukan dalam
hingga dekat ke apeks klinis, diikuti dengan pengisian yang dapat menahan bakteri,
biokompatibel dan stabil. Dengan perawatan ini, jaringan yang terinfeksi (infected)
dan juga non-infected serta tidak terinflamasi diambil sampai batas apikal di mana
permukaan injuri dapat dijaga minimal, jaringan pulpa sisa memiliki vaskularisasi
dilakukan dalam kondisi asepsis. Reaksi jaringan segera setelah ekstirpasi dan saluran
akar memperlihatkan reaksi inflamatori dalam sisa jaringan pulpa dengan resorpsi
dinding saluran. Setelah beberapa bulan, aposisi jaringan keras di atas garis resorpsi
dan hanya sedikit sel-sel inflamatori yang dapat terlihat dekat dengan pengisi saluran
Pada kasus pulpitis vital, bagian apikal jaringan pulpa biasanya bebas bakteri,
tindakan asepsis yang tidak tepat selama perawatan pulpa vital dapat menyebabkan
kelihatannya adalah jarak dari apeks anatomis ke ujung pengisi akar. Sehingga,
pengisi yang hanya berjarak 0-3 mm dari apeks radiografis. Secara teoritis,
Meskipun demikian, keadaan asli tidak selalu sesuai dengan teori dan jika daerah
tersebut sulit dipastikan dengan sentuhan, jarak 1-2 mm dari apeks radiografis dapat
diterima. Tetapi harus dipertimbangkan bahwa pengukuran histologis dari pulpa sisa
seringkali lebih pendek daripada yang diperlihatkan radiografi, dan bahwa perubahan
inflamasi kronis dapat terjadi pada sisa pulpa walaupun tanpa gejala klinis dan
radiografis. Hal ini menekankan fakta bahwa kriteria klinis dan radiografis yang
secara normal diterima untuk evaluasi mungkin tidak menggambarkan situasi yang
sebenarnya.1,4
radiografi terlihat mengalami inflamasi juga dapat berakibat pada penyembuhan yang
lebih lama dan inflamasi yang berkepanjangan, mungkin karena kombinasi reaksi
dibandingkan dengan bahan lain tetapi hanya pada keadaan yang jarang berupa
konstriksi apikal total dengan jaringan keras. Salah satu alasan mungkin bahwa
teknik yang baik pada perawatan injuri yang dapat dilakukan pada bagian koronal
Pulpa vital merespon kelainan yang terjadi dalam beberapa cara. Pembukaan
atau pengangkatan pulpa bagian atas secara bedah adalah prosedur yang bahkan
dalam keadaan sangat baik sekalipun dapat berakibat pada inflamasi sementara.
Terbukanya pulpa sebagai akibat karies atau gigi yang fraktur adalah keadaan klinis
yang membutuhkan perawatan optimal. Sering kali reaksi inflamatori di koronal atau
apikal pulpa bisa tetap terjadi setelah perawatan walaupun tanpa adanya kelainan
secara klinis atau radiografis. Fakta ini penting untuk tetap diingat sewaktu perawatan
2. Tronstad L. Clinical Endodontics. 2nd revised ed. New York: Thieme, 2003:84-
103.
39: 429–442.