Anda di halaman 1dari 54

DRAFT

MODUL MODUL PELATIHAN

DAN PENDA TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG (TPPOERDAGANGAN


ORANG
SERI PEMBELAJARAN UNTUK REMAJA ) UNTUK KOMUNITAS DEWASA

DRAFT

CWTC - IBSI

MODUL PELATIHAN
PEMBINAAN PERDAGANGAN ORANG (TPPO) UNTUK KOMUNITAS DEWASA

1
CWTC_- IBSI
2018

KATA PENGANTAR
Modul
Mengenal Tindak Pidana Perdagangan Orang – Seri Pembelajaran untuk Remaja

Penanggungjawab : IBSI

Tim Pelaksana : CWTC

Diterbitkan Oleh :

CWTC – IBSI
Email : sekretariatcwtc.ibsi@gmail.com

2
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAGIAN PERTAMA PENGANTAR MENGGUNAKAN MODUL
MODUL 1
1. Latarbelakang
2. Tujuan Pelatihan
3. Output
4. Sasaran Pelatihan
5. Proses Penyusunan Modul
6. Silabus Materi Pelatihan
7. Perencanaan Pelatihan
8. Jadwal Yang Disarankan

3
9. Membaca Modul

BAGIAN KEDUA MODUL PELATIHAN


MODUL 2 ORIENTASI PELATIHAN
Pembukaan
1. Harapan dan Kekhawatiran 2.
3. Kontrak Belajar
MODUL 3 Perdagangan Orang
MODUL 4 Perlindungan Korban Perdagangan Orang
MODUL 5 Pemberdayaan Ekonomi Bagi Korban TPPO

EVALUASI DAN RENCANA TINDAK LANJUT


BAGIAN KETIGA BAHAN BACAAN

DAFTAR ALAMAT

BAGIAN PERTAMA
PENGANTAR MENGGUNAKAN MODUL
PENGANTAR MENGGUNAKAN MODUL

A. Latar Belakang Penyusunan Modul


Modul ini disusun sebagai respon atas kegelisahan gereja dalam melihat tingginya kasus-
kasus perdagangan orang yang terjadi di Indonesia. Menurut data yang dilansir oleh Gugus
Tugas Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang
diperkirakan setiap setiap tahunnya 74.616 s.d 1 juta penduduk Indonesia di seluruh
wilayah Indonesia berpotensi menjadi korban TPPO, baik itu perempuan, laki-laki, dewasa
maupun anak-anak. Mayoritas korban diperdagangkan ke luar negeri seperti Timur Tengah
dan Asia Pasifik. Bahkan, data Kementrian Luar Negeri menyebutkan hingga tahun 2015,
terdapat 1,676 Warga Negara Indonesia di luar negeri yang menjadi korban perdagangan
orang.

Untuk menjawab kegelisahan diatas, gereja katolik melalui CWTC-IBSI memandang penting
untuk membuat sebuah intervensi di tingkat komunitas guna mendorong peran aktif
masyarakat dalam penanganan tindak pidana perdagangan orang. CWTC-IBSI sejak tahun
2008 telah memfokuskan kegiatan pencegahan dan pendampingan terhadap kasus-kasus
TPPO dan kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak lainnya. CWTC-IBSI
merasa terpanggil untuk turut melaksanakan putusan gereja yakni mewartakan dan
memaklumkan keselamatan yang dibawa oleh Yesus Kristus, yang Ia sebut “Kerajaan Allah”
(Mrk 1:15). Sasaran keselamatan, yakni Kerajaan Allah, merangkul semua orang dan
diwujudkan sepenuhnya di balik sejarah, yaitu di dalam Allah. Gereja telah menerima
“tugas perutusan untuk mewartakan Kerajaan Allah, dan mendirikannya di tengah semua
bangsa. Gereja merupakan benih dan awal mula Kerajaan itu di dunia” (Bdk. Gaudium et
Spes, art.76, Lumen Gentium, art.1, art.5).

4
Berdasarkan kondisi sosial diatas dan guna menjalankan perintah Gereja, CWTC-IBSI
memandang penting untuk mengembangkan sebuah modul untuk para pelatih mengenai
penanganan dan pendampingan korban TPPO. Modul ini sendiri disusun

Perdagangan orang merupakan salah satu bentuk kejahatan transnasional yang


bertentangan dengan harkat dan martabat manusia serta melanggar Hak Asasi
Manusia (HAM), sehingga masalah perdagangan orang menjadi permasalahan global.
Berbagai upaya telah dilakukan guna mencegah terjadinya praktik perdagangan orang.
Secara normatif, aturan-aturan hukum telah diciptakan guna mencegah dan mengatasi
perdagangan orang baik ditingkat internasional 1 maupun nasional. Ketentuan-
ketentuan internasional yang dibuat menunjukkan bahwa perdagangan orang menjadi
permasalahan global dan menjadi tanggungjawab seluruh masyarakat di dunia untuk
menghapuskannya. Negara Indonesia sendiri yang masih menjadi salah satu negara
Asal (pengirim), transit, dan tujuan perdagangan orang telah menunjukkan komitmen
dalam mencegah dan menangani perdagangan orang dengan meratifikasi hampir
seluruh ketentuan-ketentuan internasional, mensahkan UU No. 21 Tahun 2007 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (UUPTPPO), dan membentuk Gugus
Tugas Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang, baik di tingkat
nasional, propinsi maupun kabupaten.
Pemerintah Indonesia memperkirakan terdapat 1,9 juta dari 4,5 juta orang Indonesia yang
bekerja di luar negeri, terbanyak di antaranya adalah wanita yang tidak berdokumen
(undocumented) atau visanya telah habis (overstay) yang meningkatkan kerentanan
mereka terhadap perdagangan. Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dieksploitasi dalam kerja
paksa -dalam pelayanan rumah tangga, pabrik, konstruksi, dan perkebunan kelapa
sawit di Malaysia -dan menjadi sasaran perdagangan seks. Sejumlah besar TKI
menghadapi kerja paksa, termasuk jeratan hutang, di Asia, Timur Tengah, dan di kapal-
kapal penangkap ikan. Negara Malaysia tetap menjadi tujuan utama bagi para TKI,
diikuti oleh Arab Saudi dan pemerintah memperkirakan lebih dari satu juta dari 1,9
juta pekerja Indonesia dalam status yang tidak teratur berada di Malaysia. Korban
TPPO warga negara diidentifikasiberada di negara-negara Asia dan Timur Tengah
lainnya termasuk Korea Selatan serta di Kepulauan Pasifik, Afrika, Eropa (termasuk
Belanda dan Turki), dan Amerika Utara. Perempuan dan anak perempuan Indonesia
menjadi sasaran perdagangan seks terutama di Malaysia, Taiwan, dan Timur Tengah.
Para ahli melaporkan kebijakan pemerintah yang mempergunakan dokumen
perjalanan biometrik, yang menyulitkan untuk mendapatkan dokumen palsu, telah
1
Di tingkat internasional, telah disahkan Protokol PBB Untuk Mencegah, Memberantas, dan Menghukum
perdagangan Orang, Terutama Perempuan dan Anak-Anak, Yang Melengkapi Konvensi PBB untukMelawan
Kejahatan Terorganisasi Antar Negara?(Protocol to Prevent, Suppress and Punish Trafficking in Persons, Especially
Women and Children, Supplementing the United Nations Convention Against Transnational Organized Crime)
diadopsi oleh PBB di Palermo, Italia pada tahun 2000 yang biasa disebut dengan “Protocol Palermo”, Konvensi
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (The International Convention on the Elimination of
All Forms of Discrimination Against Women/CEDAW), Konvensi Hak Anak (Covenant on the Rights of Children
/CRC), Konvensi Internasional Perlindungan Hak-Hak Buruh Mingran dan Keluarganya, Deklarasi ASEAN tentang
Perdagangan Orang dan Hak Pekerja Migran Declaration on Transnational Organized Crime) dan Konvensi Anti
Penyiksaan dan Perlakuan yang Kejam, Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat.

5
mengakibatkan TKI tidak berdokumen bepergian ke luar negeri melalui laut. 2 Dan dari
modus-modus perdagangan orang dan kasus-kasus yang berkembang saat ini, elemen
perdagangan orang yang paling krusial terletak pada proses rekruitmentnya. Dengan
asumsi jika dalam proses rekruitment tidak terjadi pelanggaran hak dan sesuai dengan
aturan yang berlaku, maka terjadinya perdagangan orang akan dapat diminimalisir.
Sejauh ini, dengan adanya UU TPPO, Pemerintah Indonsia telah berhasil menghukum 119
terdakwa, memulangkan 5.668 WNI yang menjadi korban TPPO di luar negeri, serta
menyediakan perlindungan dan bantuan bagi 441 korban. Polri melaporkan 221 kasus
TPPO yang sedang disidik—jauh lebih sedikit daripada jumlah penyidikan pada tahun
2015 terhadap 305 perkara. Sementara itu, 165 kasusnya dilimpahkan ke tahap
penuntutan, lebih banyak daripada tahun sebelumnya yang hanya 134 kasus.
Selanjutnya, Mahkamah Agung mencatat bahwa sudah ada 119 perkara TPPO yan
diputus oleh pengadilan dengan hukuman pidana penjara berkisar antara 3 hingga 15
tahun lamanya—naik 79 kasus dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan serupa
terjadi semenjak pertama kali UU TPPO diterapkan pada April 2007, di mana
penangkapan atas terduga pelaku TPPO meningkat sebanyak 77% dari 141 menjadi
252 kasus, penuntutan naik 94% dari 56 kasus menjadi 109 kasus, dan putusan
pengadilan meningkat 27% dari 36 kasus menjadi 46 kasus. Angka tersebut,
menunjukkan bahwa UU TPPO telah berdayalaku untuk menangani TPPO terlepas dari
berbagai kelemahan yang masih dimiliki dalam Sistem Peradilan Pidana (Criminal
Justice System).
Gereja yang solider, mengambil bagian dalam kegembiraan dan harapan umat
manusia,dalam kecemasan dan dukacitanya, berdiri bersama setiap lelaki dan
perempuan dari setiap tempat dan masa, guna membawa bagi mereka kabar baik
tentang Kerajaan Allah, yang di dalam Yesus Kristus telah datang dan senantiasa hadir
di antara mereka (Gaudium et Spes, n.1). Gereja sebagai komunio, persekutuan orang-
orang yang dipersatukan oleh Kristus yang bangkit dan yang telah diperintahkan untuk
mengikuti Dia, adalah “tanda dan perlindungan transendensi pribadi manusia”.
Perutusan gereja dewasa ini adalah mewartakan dan memaklumkan keselamatan yang
dibawa oleh Yesus Kristus, yang Ia sebut “Kerajaan Allah” (Mrk 1:15), yakni
persekutuan dengan Allah dan di antara manusia. Sasaran keselamatan, yakni Kerajaan
Allah,merangkul semua orang dan diwujudkan sepenuhnya di balik sejarah, yaitu di
dalam Allah. Gereja telah menerima “tugas perutusan untuk mewartakan Kerajaan
Allah, dan mendirikannya di tengah semua bangsa. Gereja merupakan benih dan awal
mula Kerajaan itu di dunia” (Bdk. Gaudium et Spes, art.76, Lumen Gentium, art.1, art.5).
Migrasi dewasa ini menjadi salah satu fenomena kontemporer yang menyentuh hampir
seluruh segi kehidupan manusia. Migrasi tidak terlepas dari problem-problem sosial,
ekonomi, politis, budaya dan religius yang ditimbulkannya, dan tantangan-tantangan
dramatis yang dimilikinya terhadap bangsa-bangsa dan komunitas internasional (bdk.
Paus Benediktus XVI, Caritas in Veritate, no. 62). Kita semua menyaksikan aliran besar
para migrant ke luar negeri sembari membawa beban penderitaan yang hebat.
Kondisi yang sangat miskin dan situasi yang lainnya, keterpecahan dalam keluarga kadang
memicu terjadinya perdagangan anak untuk prostitusi atau penjualan organ tubuh
(Amoris Laetitia 46)
2
Ibid 202

6
Bukan hal baru bahwa praktek ketidakdilan menimpa banyak warga manusia pada saat ini
dan secara nyata dapat ditunjuk pada “pembudayaan” tindak kekerasan yang
berujung pada terjadinya praktek-praktek perdagangan manusia (human trafficking).
Kita sendiri menyaksikan aliran besar para migran ke negara-negara lain .

Tujuan Pelatihan
Secara umum modul pelatihan ini pelatihan pemberantasan TPPO untuk Komunitas
Dewasa ini bertujuan untuk memperkenalkan dan meningkatkan kesadaran komunitas
remaja mengenai bahaya TPPO dan peran yang dapat dikontribusikan oleh para remaja
dalam mencegah TPPO. kepedulian dalam merespon TPPO. Dan Secara khusus, pelatihan
ini bertujuan untuk :

1. Memperkenalkan aba itu kejahatan perdagangan orang


2. Meningkatkan pengetahuan para remaja dilingkungan Gereja mengenai bahaya
komunitas dewasa tentang TPPO
3. dalam usaha pencegahan , perlindungan , pemulihan dan pemberdayaan korban
TPPO
4. Meningkatkan wawasan komunitas dewasa dalam meningkatkan kemandirian dan
produktivitas ekonomi.
5. Membangun jejaring dalam pencegahan, perlindungan TPPO.kesadaran para
remaja di lingkungan Gereja untuk terlibat secara aktif dalam mencegah kasus-
kasus TPPO
6. Mengembangkan jaringan remaja yang peduli akan kasus-kasus TPPO

1. OutputHasil yang Diharapkan


Setelah mengikuti pelatihan peserta diharapkan untuk :
1. Memahami definisi perdagangan orang, faktor yang mendorong dan menekan
tindak perdagangan orang, pelaku perdagangan orang, serta modus operandi
perdagangan orang.
2. Mampu mengindentifikasi hak-hak korban TPPO
3. d, jenis pelayanan yang tersedia bagi korban TPPO
4. Mengidentifikasi potensi ekonomi yang dapat mendorong kemandirian ekonomi
korban perdagangan orang. mengidentifikasikasi lembaga layanan yang
memberikan bantuan pada korban TPPO

2. Sasaran Pelatihan
Sasaran pelatihan ini adalah para kader remaja baik disekolah-sekolah formal
amupun sekolah gereja. g

7
komunitas dewasa khususnya yang bekerja sebagai guru di sekolah SMP dan SMA, Kader-
kader PKK, Aktivis Paroki, Aktivis masyarakat.
3. Proses Penyusunan Modul
Modul iniCWTC IBSI dan Ja melaluskusi terfokus dnadisusun melalui pelatihan
selama lima (5) hari didampingi dan difasilitasi oleh fasilitator Sdr. Among Pundhi Resi
dan Tim. CWTC - IBSI bersama JPM Jakarta menyusun modul Kesetaraan Gender dan Anti
Human Trafficking/Perdagangan Orang. Modul ini selanjutnya dipresentasikan untuk
mendapatkan masukan dalam pelatihan dan setelah dilakukan perbaikan, kembali
disampaikan kepada para pemangku kepentingan untuk selanjutnya menjadi modul yang
akan digunakan dalam pembinaan di sekolah,asrama,komunitas Gereja dan komunitas
masyarakat.
Silabus Materi Pelatihan
Materi pn ini secara garis besar menggunakan silabus sebagai berikut :
Modul Pokok Bahasan Tujuan Metode Durasi Alat Bantu
Pembelajaran Pembelajaran
Modul 1 1. Orientasi Kelas 1. Memperkenalkan Paparan 450M  Kertas metaplan,
Pengantar maksud dan Materi enit  Spidol,
Pelatihan tujuan dari Permainan  Lakban kertas,
modul  Kertas Plano,
2. Perkenalan 2. Peserta dan  Flip Chart
Pelatih saling
mengenal satu
sama lain
3. Harapan dan 3. Memetakan
Kekhawatiran harapan dan
tantangan yang
mungkin
dihadapi peserta
dalam mengikuti
sesi-sesi
pelatihan
4. Peraturan 4. Menetapkan
Bersama aturan bersama
yang dapat
membantu
peserta dan
pelatih untuk
mencapai
harapan-harapan
yang dilukiskan
peserta serta
memitigasi
tantangan yang
mungkin
dihadapi oleh

8
peserta dan
pelatih
Modul 2 1. Definisi 1. Peserta mampu Paparan 120  Kertas metaplan,
Mengenal Perdagangan mendefiniskan Materi/Naras Menit  Spidol,
Tindak Pidana Orang konsep umber  Lakban kertas,
Perdagangan perdagangan Studi Kasus,  Kertas Plano,
Orang orang dengan Diskusi  Flip Chart,
mengacu kepada Kelompok  Film dokumenter
UU No. 21 Tahun Presentasi  Bahan diskusi
2007 tentang Kelompok kasus,
Pemberantasan
Tindak Pidana
Perdagangan
Orang

2. Faktor Penyebab 2. Peserta mampu


dan Pendorong mengidentifikasik
Perdagangan an faktor-faktor
Orang penyebab dan
pendorong
perdagangan
orang termasuk
didalamnya
budaya dan adat
istiadat yang
dapat
berkontribusi
terhadap
perdagangan
orang

3. Pelaku 3. Peserta dapat


Perdagangan memahami siapa
Orang saja yang dapat
berpotensi
menjadi pelaku
perdagangan
orang
4. Pola dan Modus 4. Peserta dapat
Perdagangan mengenali pola
Orang dan modus yang
kerap digunakan
pelaku
perdagangan

9
orang untuk
menjerat dan
mengendalikan
korban
Modul 3 1. Hak-Hak Korban 1. Peserta mampu Brainstorming 120  Kertas metaplan,
Apa yang Perdagangan memahami dan /Curah Menit  Spidol,
harus Orang mengidentifikasi Pendapat  Lakban kertas,
dilakukan saat hak-hak korban Paparan  Kertas Plano,
kawanku perdagangan Materi/  Flip Chart
menjadi orang Narasumber
korban
Perdagangan 2. Layanan yang 2. Peserta
Orang? tersedia bagi memahami jenis
korban layanan yang
perdagangan tersedia bagi
orang korban
perdagangan
jenis layanan
yang tersedia
3. Mekanisme bagi korban
rujukan bagi perdagangan
korban orang
perdagangan
orang 3. Peserta
memahami
mekanisme dan
tata cara rujukan
bagi korban
perdagangan
orang
Modul 4 1. upaya pencegahan Tugas 75  Kertas Karton
Rencana 2. yang bisa kelompok, 90 it  Kertas metaplan,
Tindak Lanjut; dilakukan di Permapok  Spidol,
Mari Bicara lingkungan  Flip Chart
dan Bertindak mereka
Menyusun strategi o
dan Peserta mampu
bergerakMenghi memahami
mpun Kekuatan, bagaimana
Membangun menetapkan
JejaringMengide tujuanmenyusun
ntifikasin startegi dan rencana
Potensi diri gerakan di untuk
3. mencegah dan
menghapuskan

10
perdagangan orang
2.
Peserta mampu
mengidentifikasikan
potensi dirinya yang
mendukung dalam
program penguatan
usaha
pendamping dalam
pengembangan
ekonomi

B. Perencanaan dan Pelaksanaan Pelatihan


Sebelum pelaksanaan pelatihan, selain mempersiapkan materi pelatihan, penting untuk
dilakukan tahap perencanaan. Hal –hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut :

1. Memilih Tempat
Sebaiknya pilih tempat yang mudah diakses peserta, atau jika dilaksanakan di tempat yang
jauh, koordinasikan dan pastikan peserta dapat berangkat bersama ke tempat pelatihan.
Pilihlah, ruang yang memungkinkan dilakukan pelatihan partisipatif. Jika terdapat peserta
yang memiliki kebutuhan khusus, maka sediakan juga ruang atau fasilitas yang berkaitan
dengan kebutuhan khusus peserta. Penataan ruang pelatihan yang disarankan adalah U
Shape, yang memudahkan peserta saling berinteraksi.

2. Memilih Narasumber dan Fasilitator


Pilihlah narasumber yang memiliki pengetahuan tentang TPPO dan juga memiliki
pengalaman untuk memberikan materi untuk remaja. dakukan komunikasi atau rapat
persiapan untuk menyamakan persepsi terhadap modul pelatihan ini, dan bagaimana
narasumber dan fasilitator dapat memenuhi capaian dari setiap materi yang akan
disampaikan atau difasilitasinya.

Pilihlah fasilitator yang memiliki pengalaman dalam mengelola pelatihan untuk remaja,
dan memahami issue TPPO, Hukum dan HAM. Jika memungkinkan, gunakanlah dua orang
fasilitator yang bekerja sebagai satu tim, bekerja bersama selama pelatihan berlangsung.
Fasilitator dibantu oleh satu tim kerja kepanitiaan yang terdiri dari notulen, dokumentator,
penanggungjawab peralatan dan penanggung jawab administrasi.

3. Mengenali Kebutuhan Peserta


Menetapkan apa yang menjadi kebutuhan peserta merupakan bagian dari pencapaian
tujuan pelatihan. Penting bagi fasilitator atau penyelenggara untuk melihat lebih jauh
kondisi terkini dari pengetahuan, pemahaman, sikap, dan keterampilan peserta terhadap
topik dan substansi pelatihan. Salah satu metode adalah dengan melakukan pretest atau
curah pendapat. Berangkat dari informasi itulah maka kebutuhan dan harapan peserta
dapat dikenali. Selain itu penyelenggara atau fasilitator dapat pula mengenalinya dari

11
masalah-masalah yang secara khusus dihadapi oleh peserta di wilayah kerjanya masing-
masing.

4. Menentukan Jadwal atau Agenda Pelatihan


Alokasi waktu pelatihan sebaiknya dibuat sesuai kebutuhan modul dan sistimatika.
Ketergesa-gesaan dalam penyelenggaraan pelatihan tidak direkomendasikan. Modul ini
dirancang untuk 345 menit (+6 jam). Modul ini dapat disampaikan dalam satu hari
kegiatan dan atau membaginya dalam 3 hari dengan asumsi 2 jam perhari, hal ini
disesuaikan dengan kondisi komunitas. Diluar penyampaian modul, kegiatan pelatihan juga
dianjurkan untuk menambahkan alokasi waktu untuk istirahat baik makan siang maupun
rehat kopi. , dengkegiatan adalah 2 jam (12 m makan malam, dan rehat kopi.

5. Perangkat Pelatihan
Perangkat pelatihan sebaiknya disiapkan oleh penyelenggara sebelum pelaksanaan
pelatihan. Selain alat tulis menulis seperti spidol, flipchart, kertas metaplan dan perekat;
penyelenggara sebaiknya juga menyiapkan perangkat yang dibutuhkan pada sesi-sesi
tertentu seperti sesi diskusi kelompokbole play), sesisi, menonon film, dan lainnya.
Perangkat pelatihan, termasuk juga bahan bacaan rujukan yang tersedia paa waktunya
akan sangat membantu kelancaran acara pelatihan.

12
MODUL PELATIHAN

13
MODUL I

SESI PENGANTAR

Sesi Pengantar ini bertujuan agar:

1. Peserta memahami maksud dan tujuan dari pembelajaran


dalam modul-modul selanjutnya
2. Peserta dan Pelatih saling mengenal satu sama lain
3. Memetakan harapan dan tantangan yang mungkin dihadapi
Tujuan peserta dalam mengikuti sesi-sesi pelatihan
4. Menetapkan aturan bersama yang dapat membantu
peserta dan pelatih untuk mencapai harapan-harapan
yang dilukiskan peserta serta memitigasi tantangan yang
mungkin dihadapi oleh peserta dan pelatih
Pokok Bahasan

1. Gambaran umum Pelatihan


2. Perkenalan Peserta Pelatihan
3. Harapan dan Kekhawatiran
4. Aturan Kelas

Pokok Bahasan
Metode

1. Paparan Materi
2. Permainan

Metode

Waktu : 45 menit
1. Paparan Materi/ Narasumber = 10 menit
2. Permainan = 25 menit
3. Curah Pendapat = 10 menit

14
Waktu

Bahan Presentasi Gambaran Umum Pelatihan

Bahan Bacaan dan


Lembar Tugas
1. Kertas Plano/Flipchart
2. Selotip kertas
3. Metaplan
4. Spidol
Alat

Kegiatan 1 : Paparan Pelatih


1. Pelatih/Fasilitator menjelaskan gambaran umum proses
pelatihan dan modul-modul yang akan dipelajari serta tujuan
yang hendak dicapai dalam pelatihan ini
2. Pelatih/Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta
untuk memberikan klarifikasi atau pertanyaan terkait dengan
Proses gambaran umum pelatihan.
3. Pelatih/fasilitator merespon pertanyaan dari peserta.

Kegiatan 2 : Perkenalan
1. Pelatih/fasilitator menjelaskan bahwa di awal suatu program
pelatihan, peserta harus saling memperkenalkan diri dan mengenal
satu sama lain. Fasilitator kemudian menjelaskan proses
perkenalan.
2. Pelatih/fasilitator membagikan kertas metaplan, dan meminta
masing-masing Peserta untuk menuliskan nama dan asal tempat
tinggal mereka, lalu temperlan kertas tersebut pada dada masing-
masing.
3. Pelatih/fasilitator meminta peserta untuk berkeliling dan
menemukan empat kawan baru , tuliskan panggilan kawan baru
tersebut pada selembar metaplan.
4. Setelah aktifitas ini selesai, mintalah peserta untuk duduk kembali
dan menceritakan kawan-kawan barunya tersebut.
1. berpasang-pasangan. dari pasangannya. Sumpul, mintalah
masing-masing peserta untuk memperkenalkan pasangannya
tersebut. sahawatiran mereka dalan-harapan dan kehawatiran
peserta dan meminta perwakilan peserta untuk membacakan
hasil yang dituliskan para peserta tersebut.
2. tih menyarankan untuk membuat aturan kelas.
Memetakan Harapan dan Kekhawatiran
1. Pelatih/Fasilitator kemudian membagikan kembali beberapa
kertas metaplan dan meminta peserta untuk menuliskan pada

15
masing-masing metaplan satu kata yang mewakili harapan
dan kehawatiran mereka selama mengikutu proses pelatihan
ini.
2. Mintalah peserta untuk menempelkan metaplan pada pohon
harapan dan list kehawatiran yang telah disediakan oleh
Pelatih/fasilitator di depan kelas.
3. mengasikan apa-apa saja yang sen
4. Plthdafn menekankan bahwa berbagi harapan tersebut dapat
dicapai dengan kerjasama yang baik antar pelatih dan seluruh
peserta. Begitupula dengan daftar kekhawatiran yang
dituliskan peserta dapat diminimalisir dengan usaha bersama
dari pelatih dan peserta.
5. Kegiatan ke 4: Menuliskan Kesepakatan Kelas
1. Pelatih/fasilitator memandu peserta untuk mendiskusikan
hal-hal apa yang boleh dilakukan pada saat proses pelatihan
dan apa-apa saja yang sebaiknya dihidari selama proses
pelatihan.
2. Tekankan bahwa kedua hal ini dibutuhkan demi mencapai
harapan dan meminimalisir kekhawatiran yang telah
dituliskan peserta sebelumnya
3. Catat hasil diskusi kelas ini pada kertas fliptchart/kertas plano
4. Pada akhir diskusi, tekankan bahwa kesepakatan ini akan
berlaku sleama proses pelatihan berlangsung dan akan terus
dipampang di ruang kelas.n dilakukan secara santai dan
bertanggung jawab serta

16
TUJUAN TOPIK BAHASAN WAKTU
MODUL II. PERDAGANGAN ORANG
Seluruh komponen pelatihan dapat saling Pembukaan enit
mengenal satu sama lain Perkenalan
Mengetahui tingkat pengetahuan peserta Harapan dan
pelatihan kekhawatiran
Menciptakan suasana keakraban dan saling Kontrak Belajar
percaya diantara peserta,fasilitator,narasumber
dan panitia
Peserta dan fasilitator saling memahami cara-
cara yang dibutuhkan untuk mencapai harapan
dan menghindari kekhawatiran.
Peserta menyepakati jadwal dan tata tertib
pelatihan.
II.1. Definisi Perdagangan Orang
Peserta mengetahui defenisi perdagangan orang Fakta dan konsep 30 menit
dasar
Peserta mengetahui TPPO Perdagangan
orang
Pengertian TPPO,
Peserta mengetahui akar masalah terjadinya Unsur, Bentuk dan
TPPO sehingga menjadi masalah yang Dampaknya
mendunia, dapat terjadi pada lintas batas terhadap korban;

17
negara, dan merupakan jenis kejahatan luar Akar masalah
biasa (extra ordinary). terjadinya TPPO
Peserta mengetahui TPPO sebagai salah satu
bentuk ketidakadilan jender dan kekerasan UU No. 21/2007
seksual tentang TPPO dan
UU Pegesahan
Protokol Palermo
Jenis-jenis Exploitasi
dalam
Perdagangan
Orang

II.2. Faktor-faktor Penyebab Perdagangan Orang


Peserta memiliki pengetahuan dan pemahaman Faktor-faktor 30 menit
tentang faktor-faktor penyebab perdagangan penyebab
orang perdagangan orang
Peserta memiliki pengetahuan tentang problem Perbedaan seks dan
pemahaman gender. gender, pembakuan
Peserta dapat mengidentifikasi tradisi dan gender, dampak
budaya masyarakat, pengaruh media sosial, pembakuan gender
Problem keluarga. Tradisi budaya
masyarakat, pengaruh
positip dan negatif
media sosial, serta
problem2 keluarga

II.3 PELAKU PERDAGANGAN ORANG


Peserta memiliki pengetahuan dan pemahaman Para pelaku 30 menit
para pelaku perdagangan orang perdagangan orang
Bentuk-bentuk
Peserta dapat memahami bentuk-bentuk tindakan pelaku
tindakan para pelaku TPPO TPPO

II.4 POLA DAN MODUS PERDAGANGAN ORANG


Peserta memiliki pengetahuan dan kemampuan Pola dan modus 30
untuk mengidentifikasikan dan perdagangan men
membedakan pola dan modus perdagangan orang it
Peserta mampu mengidentifikasi dan
membedakan antara kasus kasus Perbedaan Kasus
perdagangan orang dengan kasus kasus Perdagangan
pidana dan kekerasan lainnya orang dan kasus
Peserta mampu menyebar luaskan pidana kekerasan
pengetahuan tentang pola dan modus yang lainnya
sering digunakan dalam perdagangan orang Penggunaan media

18
sosial yang selektif
dan kritis

MEMBACA MODUL 2
MENGENAL TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANGBerbagai upaya telah dilakukan
guna memberikan perlindungan korban perdagangan orang. UU No.22 tahun 2010
tentang prosedur standar operasional layanan terpadu bagi saksi dan / korban
TPPO mengatur hak-hak para korban. Sehingga diharapkan peserta pelatihan
setelah sessi ini akan memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai hak-hak dan
jenis pelayanan yang tersedia bagi korban TPPO
.
Sesi ini bertujuan agar:
1. Peserta mampu mendefiniskan konsep perdagangan orang
dengan mengacu kepada UU No. 21 Tahun 2007 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang
2. Peserta mampu mengidentifikasikan faktor-faktor penyebab
dan pendorong perdagangan orang termasuk didalamnya
Tujuan budaya dan adat istiadat yang dapat berkontribusi terhadap
perdagangan orang
3. Peserta dapat memahami siapa saja yang dapat berpotensi
menjadi pelaku perdagangan orang
4. Peserta dapat mengenali pola dan modus yang kerap
digunakan pelaku perdagangan orang untuk menjerat dan
mengendalikan korbanTujuan
5. Peserta memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang
tentang TPPO.
6. Peserta memiliki pengetahuan tentang tentang faktor-
faktor penyebab PO
7. Peserta memiliki pengetahuan tentang tentang pelaku PO
8. Peserta memiliki pengetahuan tentang tentang pola dan
modus PO
9.
10.
Pokok Bahasan

1. Definisi Perdagangan Orang


2. Faktor Penyebab dan Pendorong Perdagangan Orang
3. Pelaku Perdagangan Orang
4. Pola dan Modus Perdagangan OrangPokok Bahasan
Pokok Bahasan 5. Definisi Perdagangan Orang
6. Faktor-faktor Penyebab Perdagangan Orang
7. Pelaku perdagangan orang

19
8. Pola dan modus perdagangan orang
9.
10.
Metode
1. Paparan Materi/ Narasumber
2.
3. Sstudi kasus
4.
Metode 5. Ddiskusi Kelompok
6. Presentasi Kelompok

Waktu : 12090 menit


1. Paparan Materi/ Narasumber = 3030 menit
2.
3. Studi kasus= 130 menit
Waktu 4.
5. Diskusi Kelompok = 230 menit
6. Presentasi Kelompok masing-masing 10 menit = 530menit
7. Menonton film documenter = 10 menit

1. UU No. 22 tahun 2010 tentang SOP Pelayanan terpadu bagi


korban TPPUU No 21/2007 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Perdagangan Orang
Bahan Bacaan dan 2. Studi Kasus TPPO di sektor pekerjaan migran, jasa dan
Lembar Tugas perkebunanO

1. Kertas metaplan,
2. Spidol,
3. Lakban kertas
4. Kertas Plano
Alat 5. Flip Chart,
6. Film dokumenter
7. Bahan diskusi kasus,
Kertas Plano/Flipchart
Beberapa kasus korban TPPO
Selotip kertas

Proses

Kegiatan 1 : Ceramah Narasumber


1. Pelatih/Fasilitator menjelaskan tujuan materi dan
meminta peserta melihat kembali pengertian TPPO,
unsur-unsur, penyebab dan dampaknya kepada korban.

20
Proses Disampaikan juga hak-hak dan jenis pelayanan yang
tersedia bagi korban TPPOdari modul 2.
2. Jika terdapat narasumber, pelatih dapat mengundang
narasumber untuk memberikan paparan Modul 2, namun
jika tidak ada narasumber, maka pelatih/fasilitator dapat
memberikan paparan dengan menampilkan bahan
presentasi di Modul 2.
3. Pelatih/Fasilitator memberikan kesempatan kepada
peserta untuk bertanya atau mengklarifikasi materi pada
modul 2
4. Pelatih/Fasilitator merespon pertanyaan dan atau
klarifikasi dari pesertaUndang narasumber dan peserta
yang bertugas sebagai moderator untuk memandu
ceramah singkat
5. Narasumber memberikan ceramah/presentasi singkat
tentang hak-hak dan jenis pelayanan yang tersedia bagi
korban TPPO.
6.

Kegiatan 2 dan 3 : Studi kasus dalam diskusi kelompok


1. Pelatih/Fasilitator membagi peserta dalam 54 kelompok
(atau disesuaikan dengan jumlah peserta) dengan cara
meminta peserta berhitung berdasarkan urutan 1 hingga
54 Mintalah peserta untuk berkumpul sesuai bilangan
yang mereka sebutkan.
2. Setelah berkumpul dalam kelompok, Pelatih/fasilitator
memberikan bahan diskusi kasus. Mintalah masing-
masing peserta untuk membaca dan memahami kasus
tersebut
3. Pelatih/Fasilitator kemudian meminta masing-masing
kelompok untuk mendiskusikan kasus tersebut dan
menjawab pertanyaan sebagai berikut:
a. Apakah kasus tersebut merupakan kasus TPPO,
sebutkan alasannya
b. Siapakah korban dan saksi dalam kasus ini
c. Siapakah pelaku dalam kasus ini

Kegiatan 4: Presentasi Kelompok


1. Pelatih/Fasilitator meminta masing-masing kelompok
untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka dengan
cara yang unik
2. Mintalah kelompok lain untuk memberikan tanggapan
atau masukan atas hasil diskusi yang telah
dipresentasikan
3. Setelah seluruh kelompok mempresentasikan hasil

21
diskusinya, Pelatih/Fasilitator merangkum hasil diskusi
dan mengklarifikasi hasil diskusi (jika perlu dan ada)
4. Pelatih/Fasilitator menutup sesi diskusi dengan
menekankan kembali poin-poin kunci dalam pembahasan
modul 2

Kegiatan 5: Menonton Film Dokumenter

1. Sebagai penutup sesi modul 2, Pelatih/Fasilitator


memutarkan , tutup sesi ini dengan menontonkPPO yang
ditangani oleh CWTC-IBSI)
Moderator memberikan kesempatan kepada para peserta untuk
mempelajari studi kasus yang dibagikan dengan panduan
pertanyaan guna mendalami hak-hak dan layanan yang
dibutuhkan korban.
Presentasi hasil studi kelompok secara kreatif
Fasilitator memberikan kesempatan untuk Tanya jawab dan
membuat rangkuman atau kesimpulan mengenai pokok bahasan
tentang Hak-hak dan jenis layanan yang tersedia bagi korban
TPPO.

BAHAN BACAAN MODUL 2


1. Apa itu Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO)

Perdagangan orang adalah ) ya“tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan,


pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan,
penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan
kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat,
sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain
tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antarnegara, untuk tujuan
eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.” (Pasal 1- UU NO 21/2007 tentang
Pemberantasan TPPO)

2. Dari definisi perdagangan orang diatas, tindak perdagangan orang kemudian


diartikan sebagai setiap tindakan atau serangkaian tindakan yang memenuhi unsur-
unsur tindak pidana yang dijabarkan dalam pasal 1 UU TPPO. Secara tegas pasal 2 UU
TPPO menyebutkan bahwa “Tindak Pidana Perdagangan Orang adalah setiap tindakan
atau serangkaian tindakan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang ditentukan
dalam Undang-Undang ini”.
3.

Tiga komponen utama Perdagangan Orang yaitu:

22
1. Proses seperti: perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau
penerimaan seseorang

2. Cara, seperti: penggunaan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan,


penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan,
penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat

3. Esploitasi atau mengakibatkan orang terkesploitasi. Eksploitasi yaitu mengambil


keuntungan baik materil maupun non materil dari seseorang untuk kepentingan
dirinta/kelompoknya.

Catatan: Jika korban adalah anak yaitu mereka yang berusia dibawah 18 tahun,
maka komponen cara tidak perlu dibuktikan.

Table 1: Komponen Utama dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang

4. Apa saja Bbentuk-bentuk pPerdagangan oOrang


Perdagangan orang dapat dilakukan di dlam Negara maupun melintasi batas Negara,
contohnya dari Indonesia diperdagangkan ke Malaysia.
5. Apa saja faktor pendorong terjadinya perdagangan orang

Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang terjebak dalam lingkaran perdagangan
orang seperti yakni faktor ekonomi, pendidikan dan akses akan informasi, faktor sosial,
penegakan hukum kasus-kasus tindak pidana perdagangan orang yang masih rendah serta
kurangnya sosialisasi atas bahaya perdagangan orang.

 Faktor Ekonomi
aktor ekon dan tidak tersedianya lapangan pekerjaan di desa-desa berkontribusi pada
terjadinya perdagangan orang. Kemiskinan telah memaksa orang/masyarakat untuk
mencari penghidupan yang lebih baik. Sehingga pada saat perekrut mendatangi dan
menawarkan pekerjaan dengan pendapatan yang tinggi, maka banyak dari masyarakat
tergiur dan dengan mudah menyetujui menerima tawaran tersebut.

 Faktor Pendidikan dan Terbatasnya Akses Atas Informasi


Pendidikan yang minim dan atau keterbatasan atas akses informasi telah menjadi
pendorong bagi para pelaku perdagangan orang untuk memanfaatkan situasi ini. Ketiadaan
informasi ini telah menjadikan para agen perekrut sebagai sumber informasi utama bagi
masyarakat dalam mendapatkan informasi mengenai pekerjaan. Situasi ini juga didukung

23
oleh tingkat pendidikan masyarakat yang minim, yang membuat mereka menerima segala
informasi dari para agen dan atau broker sebagai informasi tunggal dan benar.

 Faktor Sosial
Berubahnya tatanan sosial dan nilai-nilai sosial pada masyarakat juga secara tidak
langsung telah mendorong semakin banyak masyarakat yang terjerat dalam situasi
perdagangan orang. Contoh nyata dari perubahan sosial ini adalah gaya hidup masyarakat
yang berubah seiring masuknya gaya hidup konsumtif yang dicontohkan melalui tontonan
televisi maupun media sosial.

 Kurangnya Sosialisasi Mengenai Perdagangan Orang


Minimnya sosialisasi mengenai bahaya perdagangan orang ditingkat desa telah menjadi
peluang bagi para agen perekrut dan atau broker untuk merekrut masyarakat ditingkat
desa. Sosialiasi yang minim telah membuat akses masyarakat untuk mendapatkan
informasi yang benar mengenai perdagangan orang terutama yang terkait dengan migrasi
tenaga kerja menjadi terbatas.

6. Bagiamana dampak perdagangan orang


Perdagangan Orang merupakan kejahatan terhadap kemanusian dan memiliki dampak
yang cukup serius tidak hanya terhadap korban tetapi juga keluarga dan masyarakat.
Dampak yang dialami dapat secara fisik, psikis ekonomi maupun seksual. Meski demikian,
terkadang dampak tersebut juga dapat bersifat multiple; artinya korban dapat mengalami
dua atau tiga dampak secara bersamaan.. Berikut adalah dampak perdagangan orang yang
mungkin terjadi:

a. Dampak Terhadap Korban


 Mengalami gangguan kesehatan, cacat fisik, bahkan kematian;
 Terinfeksi HIV/AIDS, IMS dan penyakit infeksi seksual menular lainnya;
 Mengalami gangguan mental, trauma dan hilang ingatan;
 Menanggung kerugian materiil dan imateriil yang tidak sedikit;
 Ditolak oleh keluarga dan masyarakat, mengalami diskriminasi, terkucilkan.

b. Dampak Terhadap Keluarga


 Mengalami kekerasan dan ancaman dari pelaku;
 Kehilangan anggota keluarga, menanggung malu dan trauma;
 Dikucilkan oleh masyarakat, mengalami diskriminasi dan dipandang rendah;
 Menanggung kerugian materiil dan immateriil.

c. Dampak Terhadap Masyarakat


 Keberlangsungan generasi muda terancam;
 Muncul berbagai kejahatan lainnya seperti praktik pencucian uang, perdagangan
narkoba, perdagangan gelap senjata, dan lain-lain.

24
 Regenerasi komunitas yang terhambat karena banyak orang yang keluar desa,
atau kembali dengan mengalami cacat fisik/mental dan kematian.
 Penyebaran HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya di masyarakat karena
korban tidak mendapatkan pelayanan dan perlindungan yang semestinya.

d. Dampak Terhadap Pemerintah


 Pencapaian indikator Indonesia sebagai negara hukum yang lemah dalam
implementasi penegakan hukum dan pemenuhan HAM
 Destabilisasi ekonomi dan pelayanan publik
 Hilangnya kepercayaan publik terhadap pemerintah
 Mengganggu ketertiban administrasi karena mengacaukan sistem kependudukan
(proses perekrutan dan perpindahan yang tidak sah, dll.)
 Praktik korupsi dan pemalsuan dokumen negara meningkat , munculnya oknum
pelaku dari aparat pemerintah

7. Siapakah pelaku tindak pidana perdagangan orang


Pelaku perdagangan orang, bisa siapa saja baik itu keluarga, orang asing, oknum
pemerintah dan lain sebagainya. Berikut adalah pihak-pihak yang dapat diidentifikasi
sebagai pelaku TPPO:

 Perusahaan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS), dulu bernama


PJTKI;
 Agen/calo tenaga kerja;
 Aparat pemerintah, jika memalsukan dokumen, membiarkan terjadinya
pelanggaran, dan memfasilitasi penyeberangan melintasi perbatasan secara tidak
sah (ilegal);
 Majikan yang menempatkan pekerja secara eksploitatif, tidak membayar gaji,
menyekap pekerja, melakukan kekerasan seksual, kekerasan fisik, dan memaksa
terus bekerja atau menjerat pekerja dengan hutang.
 Pemilik atau pengelola rumah bordil;
 Orang tua ataupun sanak saudara;
 Suami/istri/pacar

a. Pelaku perorangan

TPPO dilakukan oleh korporasi apabila tindak pidana tersebut dilakukan oleh orang-orang
yang bertindak untuk dan/atau atas nama korporasi atau untuk kepentingan korporasi,
baik berdasarkan hubungan kerja maupun hubungan lain, bertindak dalam lingkungan
korporasi tersebut baik sendiri maupun bersama-sama.

8. Siapakah korban perdagangan orang

25
Korban perdagangan orang adalah “Seseorang yang mengalami penderitaan psikis, mental,
fisik, seksual, ekonomi, dan/atau sosial, yang diakibatkan tindak pidana perdagangan
orang.”(Pasal 1 (3) UU No 21/2007 tentang PTPPO)

Dari definisi diatas, maka korban TPPO bisa siapa saja; perempuan maupun laki-laki, anak-
anak maupun dewasa.

9. Apa saja modus operandi tindak pidana perdagangan orang?


Ada beberapa cara pelaku menjebak seseorang masuk dalam situasi perdagangan orang.
Data IOM menunjukkan berbagai modus operandi yang sering digunakan oleh pelaku
dalam merekrut korban TPPO sebagai berikut:

Tabel 2: Modus Operandi Perdagangan Orang

Modus
Perekrutan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri
Perekrutan Tenaga Kerja dalam Negeri (Pekerja Rumah
Tangga, Salon, dan lain-lain.);
Pertukaran pelajar atau studi banding/ magang ke luar
negeri
Pertukaran budaya atau duta seni;
Perkawinan (termasuk perkawinan anak di bawah umur
Perekrutan melalui media online internet (Facebook,Twitter,
dan lain-lain)
Perekrutan dengan menggunakan teman sebaya termasuk
pacar (anak-anak dan remaja)
Perekrutan dengan menggunakan keluarga inti
(Suami/Istri/Ayah/Ibu)

Meski demikian, modus operandi yang dijabarkan diatas dapatlah berkembang dari waktu
ke waktu. Selain itu, pelaku juga dapat menggunakan lebih dari satu modus operandi untuk
menjerat korban.

10. Bagiamana cara pelaku mengendalikan korban?


Selain menggunakan beragam cara untuk merekrut korban, pelaku juga kerap
menggunakan cara-cara tertentu untuk menahan agar korban tidak melarikan diri dari
jerat pelaku. Berikut adalah beberapa modus yang digunakan pelaku untuk mengontrol
korban:

26
a. Penjeratan Utang3
Penjeratan utang ini kerap kali baru disadari oleh korban, ketika korban telah berada
dipenampungan dan bahkan ketika korban telah bekerja. Dalam banyak kasus, penjeratan
utang seringkali dijadikan alasan sebagai penggantian biaya perekrutan, pembuatan
dokumen, biaya perjalanan, biaya permakanan selama dalam penampungan bahkan
beberapa diantaranya biaya untuk mendapatkan pekerjan.

b. Pengambilan Dokumen Identitas dan/atau Dokumen Perjalanan Milik Korban


Dokumen identitas diri dan/atau dokumen perjalanan milik korban umumnya disita oleh
pelaku setelah tiba di daerah/negara tujuan. Pengambilan dan/atau penahan dokumen
perjalan ini berdampak pada pembatasan kebebasan korban untuk bergerak atau
berpindah, terutama bagi para korban yang dipekerjakan di luar negeri.

c. Pembatasan Berkomunikasi dan/atau Pengucilan


Pembatasan berkomunikasi dengan keluarga dan atau lingkungan sekitar juga kerap
dijadikan modus oleh pelaku dalam mengendalikan korban.

d. Penggunaan Ancaman Pembalasan terhadap Keluarga Korban


Merujuk pada database IOM, 82.63% dari korban mengaku mendapatkan ancaman
kekerasan dan atau ancaman pembalasan terhadap keluarga korban jika korban berusaha
untuk melawan si pelaku.4

3
Penjeratan Utang adalah perbuatan menempatkan orang dalam status atau keadaan menjaminkan atau
terpaksa menjaminkan dirinya atau keluarganya atau orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya, atau jasa
pribadinya sebagai bentuk pelunasan utang (UU TPPO pasal 1 (15))
4
Ibid.

27
MODUL III : Perlindungan Korban Perdagangan Orang
III.1 Peserta mampu mengindentifikasi hak-hak Hak – Hak Korban TPPO 90 menit
korban atas :
III.2 Peserta mengetahui jenis pelayanan yang 1. Perlindungan
tersedia bagi korban TPPO  Bantuan Hukum
 Bantuan Kesehatan
 bantuan Sosial
 Restitusi

2. Layanan yang
tersedia :
 Pemulangan
 Reintegrasi :
Penyatuan kembali
korban dengan
keluarganya) dan
Integrasi (ketika
korban tidak mau
dipulangkan, maka
seharusnya negara
tetap memfasilitasi si

28
korban untuk tetap
tinggal di negara
tersebut demi
keamanan dan
kenyamanan si
korban)
 Rujukan Penanganan
Korban TPPO
MEMBACA MODUL 3
Apa yang harus dilakukan saat kawanku menjadi korban Perdagangan Orang?
Berbagai upaya telah dilakukan guna memberikan perlindungan korban
perdagangan orang. UU No.22 tahun 2010 tentang prosedur standar operasional
layanan terpadu bagi saksi dan / korban TPPO mengatur hak-hak para korban.
Sehingga diharapkan peserta pelatihan setelah sessi ini akan memiliki pengetahuan
dan pemahaman mengenai hak-hak dan jenis pelayanan yang tersedia bagi korban
TPPO.
Tujuan dari sesi ini adalah:

1. Peserta memiliki pengetahuan dan mampu memahami dan


mengidentifikasi hak-hak korban TPPO sesuai dengan UU No
21/2007
2. Peserta memahami jenis layanan yang tersedia bagi korban
TPPO
Tujuan 3. Peserta memiliki pengetahuan bagaimana melaporkan
kasus TPPO yang terjadi dilingkungan mereka Tujuan
4. Peserta memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang
tentang hak-hak korban TPPO.
5. Peserta memiliki pengetahuan tentang tentang jenis-jenis
layanan yang tersedia bagi korban TPPO
6.
Pokok Bahasan:

1. Hak-Hak Korban TPPO


2. Layanan yang tersedia bagi korban TPPO
3. Mekanisme rujukan bagi korban TPPOPokok Bahasan
4. Mengindentifikasi hak-hak korban
Pokok Bahasan 5. Jenis pelayanan yang tersedia bagi korban TPPO
6. Sistem layanan rujukan
7.
8.
Metode
1.
2. Paparan Materi/ Narasumber
3. studi kasus Brainstorming/Curah Pendapat
4. diskusi

29
Metode 5. Paparan Materi/ Narasumber
6. Role play

Waktu : 90 60120 menit


1. Paparan Materi/ NarasumberBrainstorming/Curah
pendapat = 30 10 menit
2. Paparan Narasumber Studi kasus= 230 menit
Waktu 3. Diskusi kelompok = 30 menit
4. Roleplay = 60 menit

Diskusi Kelompok = 30 menit

Bahan Bacaan:

1. UU No. 22 tahun 2010 tentang SOP Pelayanan terpadu bagi


korban TPPOUU No 21/2007 tentang Pemberantasan TPPO
Bahan Bacaan dan 2. UU No 31/2014 jo UU No 13/2006 tentang Perlindungan
Lembar Tugas Saksi dan Korban
3. PP No 9/2008 tentang Tata Cara dan Mekanisme Pelayanan
Terpadu Bagi Saksi/Korban TPPO

1. Kertas metaplan
2. Spidol
3. Lakban kertas
4. Kertas Plano
Alat 5. Flip Chart
6. Laptop
7. WifiKerta Plano/Flipchart
8. Beberapa kasus korban TPPO
9. Selotip kertas
10.
Proses

Kegiatan 1 : Ceramah NarasumberBrainstorming/Curah


Pendapat
1. Pelatih/Fasilitator menjelaskan tujuan materi dan
meminta peserta melihat kembali pengertian TPPO,
Proses unsur-unsur, penyebab dan dampaknya kepada korban.
Disampaikan juga hak-hak dan jenis pelayanan yang
tersedia bagi korban TPPO.dalam modul 3 secara singkat
dan jelas
2. Pelatih/Fasilitator mengajak peserta untuk
mendiskusikan hak-hak korban. Untuk memancing diskusi

30
lemparlah pertanyaan mengenai apa saja hak-hak korban
yang peserta ketahui, tulis jawaban peserta pada kertas
metaplan dan tempelkan pada papan flip chart.
3. Undang narasumber dan peserta yang bertugas sebagai
moderator untuk memandu ceramah singkat
4. Narasumber memberikan ceramah/presentasi singkat
tentang hak-hak dan jenis pelayanan yang tersedia bagi
korban TPPOPelatih/Fasilitator merangkum jawaban
peserta dan kemudian kembali melemparkan pertanyaan
ke peserta bagaimana cara korban mendapatkan hak-hak
tersebut. Pelatih/Fasilitator menuliskan jawaban peserta
pada kertas plano. .

Kegiatan 2 : Studi kasus dalam diskusi kelompokPaparan


Materi
1. Moderator memberikan kesempatan kepada para peserta
untuk mempelajari studi kasus yang dibagikan dengan
panduan pertanyaan guna mendalami hak-hak dan
layanan yang dibutuhkan korban.
2. Presentasi hasil studi kelompok secara kreatif/Fasilitator
memaparkan materi modul 3 dan menayangkan bahan
paparan modul 3. Paparan ini juga digunakan untuk
mengklarifikasi dan atau menegaskan hasil curah
pendapat pada kegiatan sebelumnya
1. Pelatih/Fasilitator memberikan kesempatan untuk Tanya
jawab dan membuat rangkuman atau kesimpulan
mengenai pokok bahasan tentang Hak-hak dan jenis
layanan yang tersedia bagi korban TPPOmodul 3.

Kegiatan 3: Diskusi Kelompok


1. Pelatih/Fasilitator membagi peserta dalam 4 kelompok.
Untuk membagi kelompok ini, terlebih dulu
pelatih/fasilitator menggambar/menuliskan 4 jenis
binatang pada kertas post-it yang berbeda-beda (buatlah
tulisan tersebut sejumlah peserta). Lipat kertas post-it
tersebut, dan mintalah masing-masing peserta untuk
mengambil kertas post-it tersebut.
2. Pelatih menjelaskan ketentuan permainan yakni, setelah
mengambil kertas post-it, peserta hanya diminta membaca
dalam hati, peragakan nama/gambar yang tertera dalam
post-it, lalu berkelompoklah sesuai dengan gaya yang
diperagakan. (Contoh: peserta yang mendapatkan kertas
post-it dengan gambar/nama monyet, akan mencari
kelompoknya dengan mempraktekkan gaya monyet).
Permaininan ini akan berlangsung sekitar 5-7 menit.

31
3. Setelah seluruh peserta berkelompok, bagikanlah satu
kelompok satu laptop dan mintalah kelompok tersebut
untuk menemukan satu berita mengenai kasus TPPO di
internet (jika ini tidak tersedia, makak Pelatih/fasilitator
bisa membagikan contoh kasus yang diambil dari media
cetak dan sudah disiapkan sebelumnya)
4. Mintalah kelompok untuk mendiskusikan bebrapa hal
sebagai berikut:
a. Siapakah korban dalam kasus tersebut
b. Siapakah pelaku dalam kasus tersebut
c. Jenis Eksploitasi apakah yang dialami oleh korban?
d. Apa yang dapat dilakukan oleh kelompok untuk
menolong korban?
5. Kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi
mereka dalam bentuk gambar alur rujukan korban
6. k menjaga hasil gambar mereka. Pelatih/Fasilitator
kemudian meminta anggota kelompokok untuk mencari
contoh kasus dan menjawab soal diatas.

Kegiatan 4: Role Play/Bermain Peran


1. Dari diskusi kelompok diatas, mintalah masing-masing
kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka
dengan cara bermain peran.
2. Masing-masing kelompok bebas untuk menyiapkan dan
menggunakan properti yang ada di tempat pelatihan
3. Setiap kelompok mendapatkan waktu 15 menit untuk
mempresentasikan hasil diskusi mereka.

TUJUAN TOPIK BAHASAN WAKTU


MODUL IV. Pemberdayaan Ekonomi Bagi Korban TPPO
ORIENTASI PESERTA 1. Pembukaan 120
1. Seluruh komponen pelatihan dapat saling 2. Perkenalan
mengenal satu sama lain 3. Harapan dan
2. Mengetahui tingkat pengetahuan peserta kekhawatiran
pelatihan 4. Kontrak Belajar
3. Menciptakan suasana keakraban dan saling
percaya diantara
peserta,fasilitator,narasumber dan panitia
4. Peserta dan fasilitator saling memahami
cara-cara yang dibutuhkan untuk mencapai
harapan dan menghindari kekhawatiran.
5. Peserta menyepakati jadwal dan tata tertib
pelatihan.

32
IV.1. Pemetaan peluang usaha setempat (kekuatan dan kelemahan – analisa
kebutuhan pasar)
a) Peserta mengetahui keadaan pasar 1. Survei pasar dan 30 menit
setempat refleksi
b) Peserta mengetahui kebutuhan dan 2. Menentukan jenis
peluang pasar usaha yang tepat
c) Peserta menangkap dan memanfaatkan 3. Perencanaan
peluang yang ada serta usaha dan prinsip-
mempertimbangkan resiko prinsip
kegagalan/manajemen resiko. manajemen bisnis
IV.2 : Mengidentifikasi potensi diri sendiri dan kelompok atau komunitas
1. Peserta mampu mengetahui bakat dan minat 1. List bakat dan 30 menit
yang dimiliki. minat bisnis
2. Peserta memiliki pengetahuan tentang bisnis 2. Prinsip ekonomi
3. Peserta dapat mengetahui etika bisnis dan etika bisnis
4. Peserta mampu mengelola bisnis dan bekerja 3. Team work
dalam tim.
5. Peserta mampu mengumpulkan modal
bersama untuk mencapai tujuan kelompok
6. Peserta mampu mengelola modal untuk
pengembangan usaha kelompok
7.
IV.3. Membangun jejaring
1. Peserta memiliki pengetahuan dan 3. Informasi- 30 menit
pemahaman tentang program –program informasi tentang
industri yang dimiliki oleh pemerintah. program
2. Peserta memiliki pemahaman secara baik pemerintah
tentang peraturan pemerintah berkaitan dalam
dengan bisnis. perindustrian
1. Peserta dapat memahami bentuk-bentuk dan perdagangan.
kerjasama dalam jejaring bisnis. 1. Aturan
2. Peserta memahami strategi membangun penggunaan dana
jejaring. untuk
pengembangan
bisnis dari
pemerintah.
1. Langkah-langkah
membangun
jejaring.
IV.4. Prinsip-prinsip dalam melakukan pendampingan pemberdayaan ekonomi
i. Peserta memiliki pengetahuan dan 1. Hambatan dan 20
kemampuan untuk mengidentifikasi Peluang bisnis
prinsip-prinsip ekonomi. 2. Kebijakan
ii. Peserta memahami harapan-harapan untuk internal bisnis
kemandirian, produktif dan berkualitas. 3. Manajemen

33
iii. Peserta mampu membuat perencanaan pengembangan
untuk pengembangan selanjutnya. bisnis
1. Legalitas usaha.
IV.5. Monitoring Evaluasi dan pembelajaran
Mengetahui tingkat pemahaman peserta 1. Evaluasi 10
terhadap seluruh materi yang disampaikan 2. Point-point
selama proses pelatihan pembelajaran
1. Peserta memberikan umpan balik dan 3. Rencana Tindak
melakukan penilaian terhadap keseluruhan Lanjut
jalannya proses belajar, alokasi waktu, bahan
ajar, materi yang disampaikan, dukungan
fasilitator dan narasumber serta tehnis
penyelenggaraan pelatihan
2. Mengetahui sejauh mana efektivitas dan
manfaat pelatihan untuk menjadi bahan
masukan peningkatan dan penyempurnaan
kegiatan serupa
3. Peserta bisa menyusun rencana kegiatan
yang akan dilakukan pascapelatihan, baik
secara individu maupun berkelompok untuk
menindaklanjuti hasil pelatihan

Bahan Bacaan Modul 3


Sebagai bagian dari upaya perlindungan saksi dan/atau korban TPPO, pemerintah
Indonesia memberikan jaminan perlindungan terhadap saksi dan atau korban
sebagai berikut:Apa saja hak-hak korban perdagangan orang yang di jamin oleh
pemerintah?

a. Hak Atas kerahasiaan Identitas


Mengingat besar kemungkinan bahwa korban dan/atau saksi dalam perkara TPPO dapat
memperoleh ancaman dari pelaku perdagangan orang, pemerintah melalui UU PTPPO
menjamin kerahasiaan identitas bagi korban dan keluarganya sebagai bagian dari
perlindungan saksi (. Ketentuan i d1) dan ayat (2) UU Nomor 21 Tahun 2007). Kerahasiaan
ini berlaku sejak korban/keluarga melaporkan kasusnya, mulai dari proses di kepolisian,
kejaksaan, persidangan bahkan hingga putusan siding selasai. ejabat beratur secara tegas
dalam pasal 33 UU PTPPO.

b. Hak Memberikan Keterangan dari Jarak Jauh


Korban dapat meminta untuk memberikan kesaksian dari jarak jauh dengan alasan
keamanan korban. (jauh. Ketentuan ini diatur dalam Pasal 34, UU NO 21/2007) UU ini.

34
c. Hak meminta Hakim Ketua Sidang untuk Memberikan Keterangan Tanpa
Kehadiran Terdakwa (Pasal 37)
UU ini n/atau korban berhak memiDidampingi oleh Advokat

Selama proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan, saksi


dan/atau korban berhak didampingi oleh advokat dan/atau pendamping lainnya yang
dibutuhkan. Ketentuan ini diatur dalam Pasal 35 UU No 21 Tahun 2007

d. Hak Mendapatkan Informasi Tentang Perkembangan Kasus


Pasal 36 mengatur bahwa selama proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di
depan sidang pengadilan, korban berhak mendapatkan informasi tentang perkembangan
kasus yang melibatkan dirinya. Informasi tentang perkembangan kasus dapat berupa
pemberian salinan berita acara setiap tahap pemeriksaan maupun petikan putusan
pengadilan.

e. Hak untuk mendapat perlakuan khusus


Perlakuan khusus disini adalah korban berhak mendapatkan layanan khusus seperti ruang
pemeriksaan khusus dan diperiksa oleh tenaga terampil atau terdidik dalam penanganan
TPPO.

f. Hak Mendapatkan Restitusi


Setiap korban tindak pidana perdagangan orang atau ahli warisnya berhak memperoleh
restitusi. Restitusi merupakan ganti kerugian atas: 1) kehilangan kekayaan atau
penghasilan; 2) penderitaan; 3) biaya untuk tindakan perawatan medis dan/atau
psikologis; dan/atau 4) kerugian lain yang diderita korban sebagai akibat perdagangan
orang.

g. Hak Mendapatkan Rehabiltasi Kesehatan, Rehabilitasi Sosial, Pemulangan dan


Reintegrasi Sosial
Pasal 51 menetapkan bahwa Korban berhak memperoleh rehabilitasi kesehatan,
rehabilitasi sosial, pemulangan, dan reintegrasi sosial dari pemerintah apabila yang
bersangkutan mengalami penderitaan baik fisik maupun psikis akibat tindak pidana
perdagangan orang. Hak-hak tersebut dapat diajukan oleh korban atau keluarga korban,
teman korban, kepolisian, relawan pendamping, atau pekerja sosial setelah korban
melaporkan kasus yang dialaminya atau pihak lain melaporkannya kepada Kepolisian
Negara Republik Indonesia dan instansi terkait lainnya.

Selain hak-hak diatas, jika saksi dan atau korban TPPO merupakan anak (berusia dibawah
18 tahun) maka Saksi dan atau korban tersebut mendapatkan tambahan hak-hak
khusus sebagai berikut:

a. Hak untuk mengikuti Sidang Secara Tertutup

35
Artinya, persidangan tidak boleh diliput dan hanya dihadiri oleh pihak yang
berkepentingan. (Pasal 39 (1) Undang Undang No 21 Tahun 2007).

b. Hak Mendapatkan Pendampingan dari Orang Tua/Wali – (Pasal 39 (2))


Korban anak berhak mendapatkan pendampingan dari orang tua, wali, orang tua asuh,
advokat, atau pendamping lainnya selama proses persidangan .

c. Hak Untuk Menjalani Persidangan Tanpa Terdakwa – (Pasal 39 (3))

d. Hak mendapatkan Persidangan diluar Pengadilan dengan Perekaman (Pasal 40)


Pasal 40 menyatakan bahwa pemeriksaan terhadap saksi dan/atau korban anak, atas
persetujuan hakim, dapat dilakukan di luar sidang pengadilan dengan perekaman.

3. Lembaga Mana Saja yang Menyediakan Layanan Bagi Korban TPPO?5


Menteri Hukum dan HAM; 6. Menteri Perhubungan; 7. Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi; 8.Berikut adalah fungsi layanan beserta institusi pemerintah yang
memberikan layanan kepada korban TPPOyang dimandatkan dalam gugus tugas beserta
instansi yang bertanggungjawab untuk memberikan layanan yang dimaksud:

a. RehabilitasiLayanan Kesehatan termasuk didalamnya kesehatan mental


kan layaLayanan

b. dan visum et psyciLayanan Sosial dan Tempat Aman


Layanan ini diberikan memalui Dinas Sosial/Kementrian Sosial. Saat ini terdapat 22
Rumah Aman yang tersebar diberbagai daerah di Indonesia. Selain Rumah Aman milik
pemerintah, Gereja Katholik juga memiliki beberapa rumah aman yang tersebar di
berbagai daerah. Untuk mengetahui Rumah Aman di bawah naungan gereja, silahkan
hubungi keuskupan terdekat.

c. Bantuan Hukum dan Perlindungan Hukum


Jika korban memerlukan perlindungan hukum, masyarakat dapat meminta bantuan
terhadap Lembaga Perlindungan Saksi dan/atau Korban.

d. Pemulangan
Kementerian Sosial, apabila korban berada di Indonesia dan BNP2TKI apabila korban
merupakan pekerjaLayanan Pemulangan din Tenaga Kerja. Ditingkat propinsi dan
kota/kabupaten. Layanan bisa diakses di dinas terkait.

e. Reintegrasi

5
Disarikan dari Prosedur Standard Operasional Penanganan Saksi/Korban Perdagangan Orang, IOM dan KPPA,
2011

36
Reintegrasi dapat diakses melalui BNP2TKI, Kementerian Tenaga Kerja dan
Kementerian Sosial.

4. Mekanisme Rujukan – Apa yang harus dilakukan jika mendapati korban TPPO

Sebagai pelajar, jika menemukan kasus yang diduga sebagai kasus perdagangan orang, berikut
langkah-langkah yang dapat dilakukan:

1. Bicaralah pada orang tua dan guru konseling


2. Ceritakan persoalan yang dialami
3. Jika membutuhkan bantuan untuk bercerita, maka laporan bisa dilakukan melalui surat
4. Ceritakan secara detail dan lengkap
5. Jika ingin melaporkan kasus ini kepada aparat penegak hokum, maka dapat menghubungi
Polres setempat ke unit Perlindungan Perempuan dan Anak
6. Laporan juga bisa dilakukan ke call center Tim Reaksi Cepat Kementerian Sosial di
082111300911 atau SMS center di: 085717999911 dan email di trc@kemensos.go.id
7. Laporan juga dapat disampaikan kepada P2TP2A di daerah masing-masing, jangan lupa
ajak orang dewasa untuk menemani saat pembuatan laporan. “Tata Cara dan
Mekanisme Pelayanan Terpadu bagi Saksi dan/atau Korban Tindak Pidana
Perdagangan Orang”. Peraturan Pemerintah ini kemudian diturunkadalam Peraturan
Menteri Pemberd
8.

37
REHABILITASI
KESEHATAN

Pelayanan non kritis


Korban
Pelayanan semi kritis
Pelayanan kritis
Pelayanan
medikolegal

Datang
PEMULANGAN REINTEGRASI
IDENTIFIKASI REHABILITASI
Sendiri SOSIAL
SOSIAL
Dari Luar Negeri ke Penyatuan
Kontrak sosial Provinsi dengan
Rujukan Screening Konseling awal Di Dalam Negeri keluarga/
Asesmen Konseling lanjutan Korban WNA keluarga
Rencana Bimbingan mental pengganti
Intervensi dan spiritual Pemberdayaan
Penjangkauan Pendampingan ekonomi dan
Rujukan sosial
Keluarga Pendidikan
Keluarga pengganti Monitoring/
Bimbingan
BANTUAN
HUKUM lanjut

Perlindungan saksi
dan/ korban
BAP
Penuntutan
Putusan
Restitusi

FORM

FORM Informed FORM FORM


consent
- - Form
Kontrak sosial rencana
Screening Case record Pemulangan Reintegrasi
Form medis Sukarela - - Form
Form Form psikologis Monitoring
Form bantuan
hukum

A D M I N I S T R A S I dan P E N D A T A A N

Prinsip HAM, Gender, dan Anak

38
Membaca Modul 4
MEMBANGUN MIMPI BERSAMARENCANA TINDAK LANJUT
Untuk memandu mengelola sessi pelatihan ini, dalam setiap modul dijelaskan secara rinci
tujuan, metodologi, waktu, bahan-bahan yang dibutuhkan dan langkah-langkah untuk
memfasilitasi, dengan simbol berikut :
Sesi ini bertujuan untuk:

1. Peserta dapat mengidentifikasikan upaya pencegahan yang


bisa dilakukan di lingkungan mereka
Tujuan 2. Peserta mampu menyusun startegi dan rencana gerakan di
Tujuan untuk mencegah dan menghapuskan perdagangan orang
Tujuan:Memetakan Peluang Usaha dan Kebutuhan pasar
1. asin pPotensi diri dan kelomPeserta mengetahui
bagaimana melakukan analisa guna menghimpun
kekuatan dan membangun jejaringMembangun dan
Mengembangkan jejaring usaha
ng dalam Pengebnn dan KomunitasMemberikan target/keadaan
yang akan dicapai dari setiap sesi. Dengan memahami target yang

39
diharapkan, fasilitator dapat mengelola setiap sessi pelatihan.
Pokok Bahasan:
1. Apa yang bisa dilakukan bersama
2. Menyusun strategi dan bergerakMenghimpun kekuatan,
Membangun Jejaring Bagian ini menginformasikan sub
Pokok Bahasan materi atau topik bahasan yang akan disampaikan dalam
Sub Bahasan setiap sesi. Pembahasan satu materi, dapat terbagi ke
dalam beberapa sub materi dan lebih dari satu sesi
pertemuan, tergantung pada tingkat bahasan dan apakah
tujuan materi sudah terpenuhi atau tidakMemetakan
Peluang Usaha dan Kebutuhan pasar
3.
4. i Korban dan Komunitas
Metode
= 0m = 10 menrainstorming : 10 menit
Curah PendapatTuga= 320 menit
ompok= 4530 menit
MetodeMetode = 30 menit Bagian ini memberikan sejumlah alat (cara atau
metodologi) yang dapat dipergunaan dalam proses
kegiatan.Relasi timbal balik antara tujuan, isi dan metode, perlu
diperhatikan untuk memastikan efektivitas penyampaian materi.
Waktu: 120 MenitBagian ini menginformasikan lamanya waktu
yang diperlukan untuk menyelenggarakan sebuah materi
pembelajaran.

Waktu Waktu :
Bagian ini menginformasikan lembar tugas peserta dan bahan-
bahan bacaan (reading material, suplement, hand out) yang harus
dibaca dan menjadi pegangan dari fasilitator atau dibagikan
kepada peserta untuk membantu peserta mengingat pokok-
pokok penting yang didiskusikan atau untuk memperkaya
Bahan Bacaan dan informasi mengenai materi yang dibahas. Bahan bacaan ini
Lembar Tugas sebaiknya telah dibaca dan dikuasai oleh fasilitator serta
digandakan sesuai kebutuhan.
- Kertas Plano
- Metaplan
- Double TipSpidol warna warni
Alat Bagian ini menginformasikan alat-alat yang harus
disiapkan untuk setiap materinya. Fasilitator
berkoordinasi dengan panitia harus menyiapkan dan
mencek alat-alat.

40
1. Ajaklah Peserta untuk berbicara mengenai kesan mereka
selama mengikuti sesi pelatihan
2. Undang 4-5 peserta untuk menyatakan pendapatnya
3. Ajaklah Peserta untuk memikirkan rencana apa yang kana
diambil selepas mengikuti kegiatan ini, berikan
Proses kesempatan kepada 3-4 peserta untuk mengemukakan
pendapatnya.
agilah Majalah/Koran bekas, gunting, kertas karton dan
lem kertas pada masing-masing peserta.
an sebelumnya. Berikan
Kegiatan 2: Tugas Kelompok Menetapkan Tujuan
(Permainan Kelompok dan Curah Pendapat)

1. Bagilah Peserta menjadi 4-5 kelompok lalu bagikan kertas


metaplan, spidol warna warni, kertas plano kepada
masing-masing kelompok.
2. Mintalah masing-masing kelompok untuk merancang
sebuah program untuk mengkampanyekan dan mencegah
kasus perdagangan orang dilingkungan sekolah mereka.
3. Dalam merancang program ini, kelompok juga diminta
untuk mengidentifikasikan dukungan dan bantuan yang
dibutuhkan untuk menjalankan program tersebut.
4. Berikan waktu selama 30 menit untuk mereka merancang
program tersebut, dan mintakan masing-masing
kelompok untuk menyampaikan program mereka dalam
bentuk gambar.
kira-kira ha lapa yang bisa diaplikasikan dalam
kehidupan nyata
Rangkum kegiatan ini dengan memaparkan materi
mengenai bagaimana menetapkan tujuan dan skala
prioritas
Kegiatan 3: Presentasi Kelompok

1. Dalam kelompok yang sama, fasilitator meminta masing-


masing kelompok untuk menentukan satu mimpi bersama
sebagai prioritas kelompokSetelah rancangan program
selesai, mintalah masing-masing kelompok untuk
memasang gambar rancangan program.
2. Masing-masing kelompok harus menunjuk satu peserta
untuk menjaga gambar program mereka, sedangkan
anggota kelompok lainnya diminta untuk melihat gambar
program kelompok lain
3. Peserta yang bertugas menjaga gambar program bertugas

41
untuk mempresentasikan dan mempromosikan program
yang mereka gagas kepada kelompok lain yang dating
berkunjung.

Kegiatan 4: Penutup
1. Pelatih/fasilitator menanyakan kepada Peserta dari
keempat presentasi program manakah menurut Peserta
yang paling mungkin dilakukan?
2. Ajak Peserta berdiskusi dan memilih salah satu atau dua
program yang dapat mereka implementasikan bersama.
3. Tutup sesi pelatihan dnegan menyampaikan apresiasi
mendalam kepada seluruh Peserta dan jangan lupa
menekankan kembali pentingnya untuk
mengimplementasikan beberapa program yang telah
dirancang bersana. 15 menitBagian ini menawarkan
langkah-langkah kegiatan secara berurutan dan tertib. Hal
ini dilakukan supaya proses pendidikan ini dilakukan
secara sistematisdan sesuai dengan tujuan materi. Namun,
proses yang ditawarkan dalam modul ini, harus
disesuaikan dengan situasi dan kondisi di lapangan.

Menetapkan Tujuan

Perencanaan dan Pelaksanaan Pelatihan


Sebelum pelaksanaan pelatihan, selain mempersiapkan materi pelatihan, penting untuk dilakukan
tahap perencanaan. Hal –hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut :

Memilih Tempat
Sebaiknya pilih tempat yang mudah diakses peserta, atau jika dilaksanakan di tempat yang
jauh, koordinasikan dan pastikan peserta dapat berangkat bersama ke tempat pelatihan.
Pilihlah, ruang yang memungkinkan dilakukan pelatihan partisipatif. Jika terdapat peserta
yang memiliki kebutuhan khusus, maka sediakan juga ruang atau fasilitas yang berkaitan
dengan kebutuhan khusus peserta. Penataan ruang pelatihan yang disarankan adalah U
Shape, yang memudahkan peserta saling berinteraksi.

Memilih Narasumber dan Fasilitator


Pilihlah narasumber yang memiliki pengetahuan tentang TPPO dalam konteks HAM,
hukum materiil, hukum acara, dan akar permasalahan terjadinya TPPO. Lakukan
komunikasi atau rapat persiapan untuk menyamakan persepsi terhadap modul pelatihan
ini, dan bagaimana narasumber dan fasilitator dapat memenuhi capaian dari setiap materi
yang akan disampaikan atau difasilitasinya.

Pilihlah fasilitator yang memiliki pengalaman dalam mengelola pelatihan untuk orang
dewasa, dan memahami issue TPPO, Hukum dan HAM. Jika memungkinkan, gunakanlah dua
orang fasilitator yang bekerja sebagai satu tim, bekerja bersama selama pelatihan

42
berlangsung. Fasilitator dibantu oleh satu tim kerja kepanitiaan yang terdiri dari notulen,
dokumentator, penanggungjawab peralatan dan penanggung jawab administrasi.

Mengenali Kebutuhan Peserta


Menetapkan apa yang menjadi kebutuhan peserta merupakan bagian dari pencapaian
tujuan pelatihan. Penting bagi fasilitator atau penyelenggara untuk melihat lebih jauh
kondisi terkini dari pengetahuan, pemahaman,sikap, dan keterampilan peserta terhadap
topik dan substansi pelatihan. Salahsatu metode adalah dengan melakukan pretest atau
curah pendapat. Berangkat dari informasi itulah maka kebutuhan dan harapan peserta
dapat dikenali. Selain itu penyelenggara atau fasilitator dapat pula mengenalinya dari
masalah-masalah yang secara khusus dihadapi oleh peserta di wilayah kerjanya masing-
masing.
Menentukan Jadwal atau Agenda Pelatihan
Alokasi waktu pelatihan sebaiknya dibuat sesuai kebutuhan modul dan sistimatika.
Ketergesa-gesaan dalam penyelenggaraan pelatihan tidak direkomendasikan. Modul ini
dirancang untuk 1 hari, dengan perhitungan satu hari kegiatan adalah 2 jam (120 menit), di
luar jam makan pagi, jam makan siang, jam makan malam, dan rehat kopi.

Perangkat Pelatihan
Perangkat pelatihan sebaiknya disiapkan oleh penyelenggara sebelum pelaksanaan
pelatihan. Selain alat tulis menulis seperti spidol, flipchart, kertas metaplan dan perekat;
penyelenggara sebaiknya juga menyiapkan perangkat yang dibutuhkan pada sesi-sesi
tertentu seperti sesi bermain drama (role play), sesi presentasi, menonton film,dan lainnya.
Perangkat pelatihan, termasuk juga bahan bacaan rujukan yang tersedia pada waktunya
akan sangat membantu kelancaran acara pelatihan.

Jadwal Yang Disarankan


HARI MODUL WAKTU AGENDA

HARI I Modul 2 09.00-11.00 Gambaran Perdagangan Orang

HARI II Modul 3 09.00-11.00 Perlindungan Korban dan Perdagangan


Orang

HARI III Modul 4 09.00-11.00 Pemberdayaan Ekonomi Bagi Korban


TPPO

ad

ini pertama kali digunakan oleh George T. Doran dalam Management Review edisi November
1981.6 menentukan apa yang paling penting, lalu mampu membayangkan langkah-demi-langkah
untuk mewujudkannya.

6
eThere is S.M.A..mis.temple.edu/mis0855002fall2015/files/2015/10/S.M.A.R.T-Way-Management-Rv

43
Relevant

rangka waktu

 Kapan?

Kekuatan ,

Teknik analisis ini dibuat oleh Alseorang pemimpin proyek riset di Universitas Stanford sekitar tahun
Tujuan dari Analisis SWOT adalah untuk menemukan aspek penting dari kekuatan, kelemahan, peluang,
dan ancaman di dalam suatu perusahaan atau organisasi.Komponen Analisis SWOT
Strength (S) atau kekuatan. Strength merupakan situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan
yang dimiliki organisasi yang bisa memberikan pengaruh positif pada saat ini atau pun di masa
yang akan datang.

Weakness (WWeaknessOpportunities (O)opportunities
Threats (T)Threats

erbedaan antara TOWS dan SWOT adalah bahwa TOWS menekankan lingkungan eksternal sementara
SWOT menekankan lingkungan internal. Penekanan pada ancaman dari luar/eksternal membantu
kita un

dalam keberhasilan strategiBagaimana menggunakan Kekuatan (Strength) untuk menghadapi


adanya potensi dan Ancaman (Threats) yang nyata.  Kekuatan juga diperlukan dalam mengatasi
ancaman kompetitor, dan dalam konteks kelompok usaha anda dalah jumlah jaringan bisnis yang
tersebar luas, maka pengelolaan dan pengawasan harus semakin intensif agar kompetitor tidak
memakan pangsa pasar berlebihan.

Bagaimana meminimalkan kelemahan (Weakness) dan menghindari Ancaman (Threats).


Kelemahan yang ada harus dapat menghindari ancaman nyata atau ancaman potensi.  Kerjasama
antar tim sangat diperlukan agar kelemahan ini tidak membuat organsasi/usaha bersama sulit
bersaing.

Langkah 1: atat temuan Anda di lembar latihan SWOT. Ini membantu Anda memahami kekuatan
dan kelemahan Anda, dan juga mengidentifikasi peluang dan ancaman yang seharusnya Anda lihat.
Salin kesimpulan utama dari lembar kerja SWOT kedalam matrik TOWS (kolom biru).

44
. Masukkan iniLembar Analisa SWOT

?
Di mana Anda memiliki sumber daya yang
lebih sedikit daripada yang lain?

(Oppor (Threa apa yang bisa membahayakan Anda?


Tren apa yang bisa Anda manfaatkan?

1. Lembar Analisa TOWS

SO) ST
Strategi yang mengginakan
kekuatan untuk meminimalisir
ancaman
) WT)
Startegi yang memperkecil
kelemagan dengan mengambil
manfaat dari kesempatan yang ada Startegi yang memperkecil
kelemahan dan menghindari
acaman

BAGIAN KEDUA
MODUL PELATIHAN
MODUL 2
Gambaran Perdagangan Orang
ORIENTASI PELATIHAN
Pengantar
Orientasi pelatihan bertujuan agar para peserta pelatihan dapat mengetahui alur pelatihan secara
keseluruhan; tujuan dan harapan yang ingin dicapai dalam pelatihan; keseluruhan proses pelatihan;
serta upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga keberlangsungan proses pelatihan agar semua orang
yang terlibat dalam pelatihan bisa berpartisipasi dalam mencapai tujuan dan harapan itu.
Orientasi pelatihan umumnya dimulai dengan perkenlan, mengumpulkan harapan peserta terhadap
pelatihan dan menyusun kesepakatan bersama terkait hal-hal tehnis selama pelatihan berlangsung.
Kesepakatan-kesepakatan yang disusun bersama oleh semua orang yang terlibat dalam pelatihan
menjadi penting, terutama dalam kaitannya dengan metode partisipatif yang akan digunakan dalam
proses pelatihan

45
Sesi ini bertujuan agar :
Peserta mengetahui tujuan dan maksud penyelenggaraan pelatihan
Mengetahui tingkat pengetahuan peserta pelatihan
Seluruh komponen pelatihan dapat saling mengenal satu sama lain
Menciptakan suasana keakraban dan saling percaya diantara
Tujuan peserta,fasilitator,narasumber dan panitia
Peserta dan fasilitator saling memahami cara-cara yang dibutuhkan untuk
mencapai harapan dan menghindari kekhawatiran.
Membuat kesepakatan atas alur, materi, metode, jadwal acara, dan
tata tertib (kontrak belajar) pelatihan agar sesuai dengan kebutuhan,
harapan dan terhindar dari kekhawatiran peserta selama proses
pelatihan berlangsung.
1. 1. Pembukaan
2. Perkenalan
3. Harapan dan Kekhawatiran
4. Kontrak Belajar

2. Pok
ok Bahasan

Curah pendapat

Metode
1. Waktu : 120 Menit
Perkenalan
Harapan dan Kekhawatiran
Kontrak Belajar
Inti pembinaan
2. Wa
ktu
1.
1. Rancangan jadwal pembinaan
2. Rancangan kontrak belajar

2. Bah
an Bacaan
3. 1. Kerta Plano/Flipchart
2. Spidol warna
3. Selotip kertas
4. Metaplan
4. Alat

46
Kegiatan 1 : Pembukaan
Panitia mengucapkan selamat datang kepada semua peserta, fasilitator dan
tamu undangan.
Perkenalan, fasilitator menyampaikan maksud dan tujuan pelatihan
pelatihan diserahkan kepada tim fasilitator

Proses Kegiatan 2: Perkenalan


Fasilitator mengucapkan salam, membuka sesi dengan menjelaskan
tujuan sessi yang akan berlangsung;
Bagikan satu kertas metaplan, mintalah setiap peserta menuliskan SATU KATA
tentang TPPO.
Jika jumlah peserta kurang dari 30 orang, mintalah peserta memperkenalkan
diri, dan menjelaskan kata kunci yang dituliskannya.
Jika jumlah peserta lebih dari 30 orang, bagilah peserta menjadi empat
kelompok, memperkenalkan diri dan penjelasan dari kata kunci.
Lakukan presentasi secara random untuk kata kunci yang menarik
Mintalah peserta menempelkan kata kunci di tempat yang telah disediakan.
Setelah sessi, Fasilitator mengklasifikasikan kata kunci dari peserta
berdasarkan unsur-unsur TPPO

Kegiatan 3 : Harapan dan Kekhawatiran


Fasilitator membagikan dua kertas metaplan yang berbeda warna, misalkan
hijau dan merah;
Minta agar peserta menuliskan harapannya di kertas warna hijau dan
kekhawatiran di kertas warna merah;
Harapan yang dituliskan adalah apa yang ingin diperoleh melalui pembelajaran
baik aspek pengetahuan, ketrampilan maupun sikap dan kekhawatiran yang
mungkin terjadi/dihadapi selama proses pembelajaran.
Mintalah peserta untuk menyampaikan harapan dan kekhawatirannya
tersebut.
Tanyakan atau klarifikasi apakah harapan dan kekhawatiran peserta
menyangkut proses, materi, tindak lanjut maupun yang lainnya.
Fasilitator dapat mengkategorisasikan harapan-harapan dan kekhawatiran-
kekhawatiran peserta umumnya kedalam tiga kategori yaitu :
- SUBTANSI/MATERI
- PROSES/METODE
- SARANA PENUNJANG
Jelaskan kepada peserta harapan dan kekhawatiran akan digunakan pada akhir
pembelajaran sebagai salah satu bahan acuan evaluasi.

Kegiatan 4 : Kontrak Belajar


Fasilitator meminta pada para peserta memberikan sumbangan apa
yang dilakukan untuk mengantisipasi kekhawatiran yang telah
disampaikan sebelumnya
Fasilitator mengajak peserta untuk berdiskusi tentang bagaimana upaya yang

47
harus dilakukan agar harapan-harapan peserta tercapai dan kekhawatiran
tidak terjadi.
Salah satu tawarannya adalah adanya aturan main atau aturan
bersama atau kontrak belajar selama pelatihan.
Fasilitator mengajak peserta merumuskan beberapa kesepakatan
aturan main, seperti mengenai:
Jadwal/waktu pelatihan.
Telepon genggam/handphone dimatikan/digetarkan/silent,
digunakan di luar ruangan.
Suasana SERSAN alias Serius tapi Santai.
Semua peserta berpartisipasi aktif, tidak ada yang dominan.
Tidak merokok di dalam ruangan.
Pembagian kerja : Time Keeper, Tim Ice-breaking. Tim Review Materi dan
Tim Evaluasi
Fasilitator menuliskan rumusan aturan bersama yang disepakati dan
pembagian tugas/peran selama pelatihan berlangsung seperti
mereview, time keeper, ice breaking.
Fasilitator menutup sesi ini dengan mengucapkan terima kasih dan
mengajak Peserta bertepuk tangan bersama.

MODUL 3
Perlindungan Korban Perdagangan Orang
“ Kegembiraan, sukacita, penderitaan dan dukacita manusia adalah kegembiraan,
sukacita, penderitaan dan dukacita Gereja. “ (Gaudeum espes no 2). Manusia adalah
makluk social, saling keterkaitan, sikap belaskasihkasih sebagai sesama manusia
hendaklah menggerakkan kita untuk bergerak membantu manusia lain secara khusus
mereka yang sedang menderita.
Perlindungan terhadap para korban TPPO amatlah sangat dibutuhkan agar korban
mengalami rasa aman dan dipulihkan dari trauma dan pengalaman-pengalaman yang
menyakitkan. Pemahaman tentang hak-hak korban, proses reintegrasi dan dapat
mengalami berkumpul kembali dengan keluarga.

TUJUAN :
Peserta mengetahui pelanggaran HAM dalam TPPO;
Peserta mengetahui pengertian TPPO, Unsur, Bentuk dan
Dampaknya terhadap korban;
Peserta mengetahui akar masalah terjadinya TPPO sehingga
menjadi masalah yang mendunia, dapat terjadi pada lintas batas
negara, dan merupakan jenis kejahatan luar biasa (extra ordinary).
Peserta mengetahui TPPO sebagai salah satu bentuk ketidakadilan jender dan
kekerasan seksual

48
Sub Bahasan :
Pelanggaran HAM dalam TPPO
Pengertian TPPO, Unsur, Bentuk dan Dampaknya terhadap korban;
Akar masalah terjadinya TPPO

1. Metode
Menonton Film
Curah pendapat
Paparan narasumber

1. Waktu :
Menonton Film : 10 menit
Curah Pendapat : 30 menit
Paparan Narasumber : 80 menit

2.
1. Bahan Bacaan
Film Pendek: Waspada Perdagangan Orang diunduh di
https://www.youtube.com/watch?v=mkULxScK7xU
Handout : TPPO sebagai Bentuk Bentuk Ketidakadilan jender dan Kekerasan
Seksual

CV Narasumber
Infocus
Film
1. Kerta Plano/Flipchart
2. Alat-alat dan Spidol
bahan Selotip kertas
Metaplan

1. Kegiatan 1 : Menonton Film


Fasilitator menjelaskan tujuan materi dan meminta peserta melihat
kembali kata kunci yang telah diklasifikasikan untuk mengajak
peserta focus kepada materi pembahasan. Sampaikan bahwa, materi
yang akan dibahas adalah kata kunci yang telah dituliskan oleh
peserta;
1. Putarkan film “Waspada Perdagangan Orang”
2.
3. Kegiatan 2 : Curah pendapat
4. Setelah selesai menyaksikan film, mintalah peserta
mengidentifikasikan penyebab terjadinya TPPO
5. Fasilitator menuliskan jawaban-jawaban peserta
6.
7. Kegitan 3 : Paparan Narasumber
8.
9. Undang narasumber dan peserta yang bertugas sebagai

49
moderator untuk memandu ceramah singkat
10. Narasumber memberikan ceramah/presentasi singkat tentang
pengertian pelanggaran hak asasi manusia, tindak pidana
perdagangan orang, keterkaitan tindak pidana perdagangan
orang dengan pelanggaran hak asasi manusia, kejahatan lintas
batas negara dan merupakan kejahatan luar biasa.
11. Moderator memberikan kesempatan kepada para peserta untuk
memberikan curah pendapat, dengan mengajukan pertanyaan,
tanggapan.
12. Pada saat diskusi, fasilitator merumuskan Tanya jawab dan
menuliskannya di powerpoint
13. Setelah narasumber selesai, berikan kesempatan kepada peserta
untuk foto bersama
14. Fasilitator meminta salah satu peserta untuk membacakan hasil
curah pendapat dan memberikan kesimpulan mengenai pokok
bahasan tentang TPPO merupakan pelanggaran hak asasi
manusia.
MODUL 4
Pemberdayaan Ekonomi Bagi Korban TPPO
Bilamana korban yang telah kembali ke kampung halamananya belumlah selesai
pendampingan korban TPPO sangatlah diperlukan program berikutnya yaitu
pemberdayaan ekonomi dengan tujuan agar mampu mengalami kemandirian dan
produktif sehingga mereka berdaya dan mampu membuat lapangan pekerjaan bagi
dirinya dan orang lain
Penguatan ekonomi dapat menjadi salah satu cara untuk melakukan pengorganisasian
khususnya dalam pencegahan dan perlindungan korbn trafficking karena alasan yang
paling kuat menyebabkan perempuan dan anak menjadi korban perdagangan orang
adalah kemiskinan.
Penguatan ekonomi perempuan dapat dilakukan antar lain melalui pembentukan usaha bersama
ekonomi produktif, CU, UBSP, Koperasi, arisan dll. Ketrampilan perempuan bisa ditingkatkan.
Dengan penguatan dan kemandirian ekonomi yang demikian , perempuan menjadi lebih bisa
mengatakan “tidak” terhadap perdagangan orang.
Tujuan
b. Peserta memahami definisi pemberdayaan ekonomi
c. Peserta mengetahui pelaku bakat,minat
d. Peserta mengetahui strategi jejaring
Pokok Bahasan
1. Survei pasar dan refleksi
2. Menentukan jenis usaha yang tepat
3. Perencanaan usaha dan prinsip-prinsip manajemen bisnis
4. List bakat dan minat bisnis
5. Prinsip ekonomi dan etika bisnis
6. Team work
7. Informasi-informasi tentang program pemerintah dalam
perindustrian dan perdagangan.

50
8. Aturan penggunaan dana untuk pengembangan bisnis dari
pemerintah
9. Langkah-langkah membangun jejaring
10. Hambatan dan Peluang bisnis
11. Kebijakan internal bisnis
12. Manajemen pengembangan bisnis
13. Evaluasi
14. Point-point pembelajaran
15. Rencana Tindak Lanjut
Metode
1.Paparan Materi/ Narasumber
2.Curah Pendapat
3. Diskusi Kelompok (Praktek membuat planning bisnis)
4. Survei
5. Role play
Waktu : 120 menit
1) Paparan Materi/ Narasumber = 30 menit
2) Curah Pendapat = 60 menit
3) Diskusi Kelompok = 30 menit
4)
List Instrumen Internasional
1. Deklarasi Polermo
2. Konvensi Anti TPPO
5) 3. UU no.21 tahun 2007
Bahan Bacaan dan
Lembar Tugas
4. 1. Kerta Plano/Flipchart
2. Spidol warna
3. Selotip kertas
4. Metaplan
Alat
Proses

Kegiatan 1 : Ceramah Narasumber


1. Fasilitator menjelaskan tujuan materi dan meminta peserta
melihat kembali pengertian pemberdayaan ekonomi bagi
korban PO
2. Undang narasumber dan peserta yang bertugas sebagai
moderator untuk memandu ceramah singkat.
3. Narasumber memberikan ceramah/presentasi singkat
tentang pengertian pemberdayaan ekonomi bagi korban PO

Kegiatan 2 : Curah Pendapat


1. Moderator memberikan kesempatan kepada

51
para peserta untuk memberikan curah pendapat, dengan
mengajukan pertanyaan, tanggapan.
2. Pada saat diskusi, fasilitator merumuskan
Tanya jawab dan menuliskannya di powerpoint.
3. Setelah narasumber selesai, berikan
kesempatan kepada peserta untuk foto bersama.
4. Fasilitator meminta salah satu peserta untuk
membacakan hasil curah pendapat dan memberikan
kesimpulan mengenai pokok bahasan tentang
pemberdayaan ekonomi bagi korban PO
5.
6. Kegiatan 3 : Diskusi Kelompok
7. Mintalah setiap kelompok untuk
mengidentifikasikan kebutuhan pasar,peluang,mini bisnis
planning
8.

MODUL 5
EVALUASI DAN RENCANA TINDAK LANJUT
Evaluasi merupakan satu cara untuk mengetahui dan sekaligus mengukur tingkat
keberhasilan dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan. Demikian pula dalam kegiatan
pelatihan. Dalam evaluasi ini peserta diminta untuk memberikan penilaian terhadap
keseluruhan kegiatan pelatihan. Hal-hal yang dievaluasi mencakup kesluruhan jalannya
proses belajar, alokasi waktu, bahan ajar, materi pelatihan, metode, dukungan fasilitator
dan narasumber, serta tehnis penyelenggaraan pelatihan
Rencana tindak lanjut merupakan agenda kegiatan yang akan dilakukan
pascapelatihan. Rencana tindak lanjut tersebut bisa berupa agenda individual
maupun kelompok. Disarankan agar rencana tindak lanjut disusun untuk dapat
dilakukan secara terus menerus oleh peserta di lembaga, unit kerja atau
komunitasnya. Dengan rencana tindak lanjut para peserta akan bisa menjadi bagian
dari gerakan kebebasan beragama/keyakinan di wilayahnya. Oleh karena itu, akan
lebih disarankan jika peserta merancang agenda yang bisa dilakukan.
Mengetahui tingkat pemahaman peserta terhadap seluruh materi
yang disampaikan selama prose pelatihan
Peserta memberikan umpan balik dan melakukan penilaian
terhadap keseluruhan jalannya proses belajar, alokasi waktu,
bahan ajar, materi yang disampaikan, dukungan fasilitator dan
narasumber serta tehnis penyelenggaraan pelatihan
Tujuan Mengetahui sejauh mana efektivitas dan manfaat pelatihan untuk
menjadi bahan masukan dan pertimbangan guna peningkatan
dan penyempurnaan kegiatan serupa
Peserta 52bisa menyusun rencana kegiatan yang akan dilakukan

52
pascapelatihan, baik secara individu maupun berkelompok untuk
menindaklanjuti hasil pelatihan

a. Evaluasi
b. Rencana Tindak Lanjut

Sub Bahasan
Kuesioner
Curah Pendapat

Metode
1.
Evaluasi
Rencana Tindak Lanjut

2. Waktu

1. Lembar Evaluasi

Bahan Bacaan dan


Lembar Tugas
1. Kerta Plano/Flipchart
2. Spidol warna
3. Selotip kertas
4. Metaplan
Alat
PROSES FASILITASI :

Kegiatan 1 : Evaluasi
Bagikan lembar evaluasi, dan jelaskan cara pengisiannya
Berikan waktu 10 menit untuk mengerjakan lembar evaluasi
Kumpulkan lalu lakukan tinjauan singkat
Proses Setelah peserta selesai mengisi lembar kuestioner, minta perwakilan
peserta (3-4 orang) untuk menyampaikan evaluasi pelatihan
Tampilkan kembali lembar harapan dan kekhawatiran peserta.
Lakukan curah pendapat untuk mengetahui :
Apakah harapan peserta telah terpenuhi ?
Apakah telah terdapat perubahan dari segi pengetahuan, prilaku dan
ketrampilan ?
Tutup sesi evaluasi. Sebelum mengakhiri beri apresiasi untuk
semua yang terlibat selama berlangsungnya proses pelatihan

53
(apresiasi dapat berbentuk pemilihan peserta terajin, terfavorit dll
atau sekedar tepuk tangan)

Kegiatan 3 : Rencana Tindak Lanjut


Berikan pengantar singkat dan tujuan sessi dengan mengulas proses
pelatihan.
Bagi peserta berdasarkan komunitasnya, dan mintalah mereka
mendiskusikan RTL yang akan dilakukan dengan pertanyaan :
Apa yang akan dilakukan pasca pelatihan ?
Dukungan apa yang diharapkan dari pihak lain ?
Presentasikan dan mintalah tanggapan dari peserta yang lain.
Tutup diskusi dengan merangkum jalannya proses yang baru berlangsung.

Film tentang :
1.Migrasi dan perdagangan orang

DAFTAR ALAMAREFERENSI
1. Modul Pelatihan Penanganan TPPO untuk Aparat Penegak Hukum, IOM Indonesia,
2017
2. Prosedur Standard Operasional Penanganan Saksi/Korban Perdagangan Orang, IOM dan
KPPA, 2011
3. http://community.mis.temple.edu/mis0855002fall2015/files/2015/10/S.M.A.R.T-Way-
Management-Review.pdf
T

54

Anda mungkin juga menyukai