5, September 2022
Mamay Maisaroh
Pranata Humas
Pusat Standardisasi Instrumen Pengelolaan Hutan Berkelanjutan BSILHK. E-mail: mamay.m2010@gmail.com
P
ertemuan G20 Menuju Kesepakatan demikian respons masyarakat menjadi sangat
Bersama Bidang Lingkungan Hidup dan penting. Saat ini Pemerintah telah sangat baik
Keberlanjutan Iklim atau Environment menerbitkan kebijakan pelibatan masyarakat
Deputies Meeting and Climate Sustainability dalam pengelolaan hutan, melalui program
Working Group (EDM-CSWG), telah dilaksanakan Perhutanan Sosial, dimana secara tidak langsung
selama tanggal 29-30 Agustus 2022 di Bali juga merupakan bagian dari upaya mitigasi
Nusa Dua Convention Center, dilanjutkan perubahan iklim.
dengan pertemuan Joint Environment and
Tentunya implementasi dari pengelolaan
Climate Ministers’ Meeting (JECMM) tanggal 31
hutan bersama masyarakat tidaklah semudah
Agustus 2022. Dalam pertemuan yang dihadiri
yang dibayangkan, dan membutuhkan proses
211 delegasi negara G20 ini kiranya membawa
yang tidak sebentar, mulai dari persamaan
banyak manfaat bagi Indonesia.
pemahaman persepsi antara masyarakat dan
Selain sebagai perwujudan aktualisasi Pemerintah, hingga kolaborasi dengan berbagai
konstitusi Indonesia terkait hak memperoleh elemen baik Pemerintah di tingkat pusat dan
lingkungan yang baik bagi semua warga negara, daerah, serta para pelaku usaha sebagai investor.
pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan, Investasi disini tidak hanya terbatas pada
serta peningkatan kapasitas, kegiatan tersebut modal fisik, namun juga modalitas sumber daya
juga menjadi peluang bagi Indonesia untuk manusia yang memiliki kapasitas cukup untuk
mendiseminasikan kerja keras yang telah menjalankan pengelolaan lahan dan usahanya.
dilakukan selama ini dengan dukungan semua
Berangkat dari kebutuhan informasi lebih
elemen, mulai masyarakat hingga dunia usaha,
lanjut mengenai implementasi program
dengan hadirnya Pemerintah sebagai fasilitator.
tersebut, tim Pusat Standardisasi Instrumen
Hal ini disampaikan oleh Menteri LHK, Prof.
Pengelolaan Hutan Berkelanjutan (Pustarhut),
Dr. Siti Nurbaya beberapa hari sebelum
Badan Standardisasi Instrumen LHK (BSILHK),
pelaksanaan via saluran Youtube Kementerian
melakukan kegiatan Uji Pelaksanaan Standar
LHK (Kementerian LHK, 2022). Tentunya ini
Lembaga Pengelola Hutan Lestari, menggunakan
merupakan pengantar yang sangat bagus
instrumen Standar Khusus Pengelolaan Hutan
sebagai informasi maksud dan tujuan kegiatan
oleh Masyarakat yang ditetapkan oleh Keputusan
internasional terkait lingkungan hidup dan
Sekretaris Jenderal Nomor SK. 72/SETJEN/SLK/
kehutanan.
STD.0/12/2020 tanggal 30 Desember 2020
Sebagaimana selalu ditekankan oleh Menteri (Kementerian LHK, 2020)
Siti Nurbaya dan Presiden Joko Widodo,
Disusun oleh Pusat Standardisasi Lingkungan
masyarakat merupakan aktor utama dari
dan Kehutanan, yang kini berubah menjadi
program pemerintah yang dicanangkan. Dengan
37
STANDAR: Better Standard Better Living − Vol. 1 No.5, September 2022
Pusat Fasilitasi Penerapan Standar Instrumen Sebagai penguatan terhadap standar khusus ini,
LHK, standar khusus ini dimaksudkan untuk Kementerian LHK juga menerbitkan Peraturan
mendukung pemerintah terhadap praktik- Menteri LHK Nomor 9 Tahun 2021 tentang
praktik pengelolaan hutan berkelanjutan Pengelolaan Perhutanan Sosial. Serupa dengan
yang aplikatif di masyarakat, menuju skema standar khusus sebelumnya, ruang lingkup
standardisasi yang berkolaborasi dengan pihak- peraturan ini meliputi lima skema Perhutanan
pihak terkait. Adapun sasaran dari standar Sosial, yaitu HD, HA, HTR, Hkm, dan Kemitraan
khusus ini adalah lembaga Hutan Desa (HD), Kehutanan, pada hutan lindung, hutan produksi,
Hutan Kemasyarakatan (Hkm), Hutan Tanaman maupun hutan konservasi (Kementerian LHK,
Rakyat (HTR), Hutan Adat (HA), Kemitraan 2021).
Kehutanan, dan Hutan Rakyat.
Kedua kebijakan ini memiliki indikator
Meskipun bersifat sukarela (voluntary) dan dengan pengelompokkan tertentu, jika pada
tidak berimplikasi hukum dalam penerapannya, standar khusus terdapat pengelompokkan
namun standar ini penting untuk mengukur kinerja lembaga dengan kategori dasar, maju,
sejauh mana kesiapan lembaga masyarakat berkembang dan mandiri, pada PermenLHK
dalam memanfaatkan hutan yang telah menjadi 9/2021, terdapat empat kelas Kelompok
wilayah pengelolaannya berdasarkan ijin Usaha Perhutanan Sosial (KUPS), yaitu blue,
yang telah diberikan oleh Pemerintah. Dalam silver, gold, dan platinum. Tidak ada yang
standar ini, pengelolaan hutan dipandang ideal perlu diperdebatkan terkait perbedaannya,
apabila telah memenuhi beberapa persyaratan karena kedua kebijakan memiiliki tujuan
antara lain : 1) Entitas pengelola dan wilayah yang berbeda, standar khusus lebih bersifat
kelola hutan yang legal; 2) Perencanaan yang eksternal untuk pemantauan dan evaluasi,
partisipatif, komprehensif, akurat, dan selalu sementara PermenLHK 9/2021 bertujuan untuk
dimutakhirkan; 3) Pengorganisasian yang efektif, mengetahui tingkat KUPS berdasarkan indikator
fungsional, dan ramping; 4) Implementasi secara umum, sebagai dasar pertimbangan
yang partisipatif, transparan, akuntabel; dan 5) dalam penyusunan kebijakan, dan upaya lebih
Pemantauan dan evaluasi yang dilaksanakan lanjut mendukung operasionalisasi Perhutanan
secara reguler dan kontekstual. Sosial.
Persyaratan tersebut kemudian diterjemahkan Sementara itu dalam kegiatan Uji Pelaksanaan
menjadi 5 (lima) prinsip Standar Khusus Standar Lembaga Pengelola Hutan Lestari,
Pengelolaan Hutan oleh Masyarakat yang yang dilakukan oleh Pustarhut, tim berusaha
kemudian terbagi lagi menjadi beberapa mengumpulkan informasi melalui wawancara
indikator. Lima prinsip tersebut yaitu : 1) mendalam (in depth interview) di tingkat
Terjaminnya keabsahan entitas pengelola dan tapak pada beberapa skema Perhutanan
wilayah kelola hutan berbasis masyarakat; Sosial. Sebelumnya dapat disampaikan
2) Rencana pengelolaan hutan menjamin bahwa informasi yang diperoleh tim masih
pengelolaan hutan jangka panjang; 3) berupa gambaran umum, dan belum bersifat
Pengorganisasian yang mendukung tujuan komprehensif mewakili semua skema. Namun
pengelolaan hutan; 4) Pelaksanaan pengelolaan hal ini dapat menjadi suatu input untuk bahan
SDH; dan 5) Pelaksanaan pemantauan dan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan
evaluasi secara mandiri. lebih lanjut, mengingat beberapa isu yang
ditemukan pada responden memiliki kesamaan,
meskipun masing-masing lembaga memiliki
karakteristik yang berbeda.
Dalam kegiatan tersebut, tim melakukan survei
pada responden Hkm Kalibiru di Kabupaten
Kulon Progo, Provinsi DI Yogyakarta, serta
pemegang IPHPS Gabungan Kelompok Tani
Mandiri Teluk Jambe Bersatu dan Kulin KK
Bambu Jaya di Kabupaten Purwakarta, Provinsi
Jawa Barat. Ketiga responden tersebut memiliki
karakteristik yang berbeda baik dari kondisi
sosial, ekonomi dan budaya, yang cukup
mempengaruhi proses bisnis dari pengelolaan
lahan perhutanan sosial.
38
STANDAR: Better Standard Better Living − Vol. 1 No.5, September 2022
39
STANDAR: Better Standard Better Living − Vol. 1 No.5, September 2022
40