Anda di halaman 1dari 18

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

JASA KONSULTANSI PERENCANAAN


PENYUSUNAN DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (DIKPLHD) KABUPATEN BEKASI

KERANGKA ACUAN KERJA


(KAK)

PEKERJAAN :

JASA KONSULTANSI

DINAS LINGKUNGAN HIDUP


KABUPATEN BEKASI
2019
KERANGKA ACUAN KERJA
(KAK)

1. Latar Belakang Lingkungan hidup yang sehat dan nyaman merupakan hak asasi
dan hak konstitusional bagi setiap warga Negara. Oleh sebab itu,
setiap pemangku kepentingan memiliki kewjajiban untuk turut
serta dalam melaksanakan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup menuju pembangunan berkelanjutan.
Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana
yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke
dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan
lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan,
dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.
Dengan demikian, setiap orang memikul kewajiban dan tanggung
jawab terhadap generasi mendatang dan terhadap sesamanya
dalam satu generasi dengan melakukan upaya pelestarian daya
dukung ekosistem dan memperbaiki kualitas lingkungan hid up.

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28F disebutkan bahwa


setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh
informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan
sosialnya serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Berkaitan dengan
akses informasi kepada publik, telah ditetapkan Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
(KIP). Sebagai Badan Publik pemerintah wajib menyediakan,
memberikan dan atau menerbitkan informasi yang berkaitan
dengan kepentingan publik. Informasi yang wajib disediakan dan
diumumkan tersebut antara lain adalah informasi yang diumumkan
secara berkala, dengan cara yang mudah dijangkau dan dan dalam
bahasa yang mudah dipahami. Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009, tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
pasal 62 ayat (2) yang mewajibkan pemerintah baik nasional
maupun provinsi atau kabupaten/kota untuk menyebarluaskan
informasi lingkungan hidup kepada masyarakat. Pasal 62 ayat (3)
juga disebutkan bahwa sistem informasi lingkungan hidup paling
sedikit memuat informasi mengenai status lingkungan hidup, peta
rawan lingkungan hidup dan informasi lingkungan hidup lainnya.

1
Penyediaan data dan informasi lingkungan hidup di daerah diawali
pada tahun 1982 melalui penerbitan Neraca Lingkungan Hidup
(NLH). Beberapa kali terjadi perubahan nama dokumen yang
menyajikan data dan informasi kinerja pengelolaan lingkungan
hidup, yakni pada tahun 1986 diubah menjadi Neraca
Kependudukan dan Lingkungan Hidup Daerah (NKLD).
Selanjutnya pada tahun 1994 berubah menjadi Neraca Kualitas
Lingkungan Hidup Daerah (NKLD). Penyusunan laporan SLHD
(2002) didasarkan pada surat Menteri Negara Lingkungan Hidup
kepada pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota untuk
menyusun laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD).
Pada tahun 2016 dokumen SLHD berubah menjadi Dokumen
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
(DIKPLH). Dalam rangka meningkatkan kualitas SLHD sesuai
dengan yang diamanatkan dalam Pasal 62 Undang-undang Nomor
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, mulai tahun 2016 pemerintah memberikan penghargaan
Nirwasita Tantra kepada kepala Daerah yang memiliki kinerja
terbaik dalam pengelolaan lingkungan hidup di daerahnya. Acuan
penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan
Hidup (DIKPLH) dijelaskan dalam Surat Sekretaris Jenderal
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor : S.1362/SETJEN/DATIN/PD/DTN.0/12/2018 tanggal
12 Desember 2018 Perihal Penyampaian Dokumen Informasi
Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Tahun 2018.
Berkenaan dengan pelaksanaan peraturan perundang-undangan
diatas, maka Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi pada
tahun 2019 melaksanakan Penyusunan Dokumen Informasi
Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (DIKPLHD)
Kabupaten Bekasi

2. Maksud dan Tujuan Maksud


Maksud dari kegiatan ini adalah menyusun Dokumen Informasi
Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (DIKPLHD)
Kabupaten Bekasi
Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah :
1. Sebagai acuan data dan informasi mengenai kondisi
lingkungan hidup sebagai sarana publik untuk melakukan

2
pengawasan dan penilaian pelaksanaan Tata Praja
Lingkungan (Good Environmental Governance) di daerah,
dan sebagai landasan publik dan masyarakat untuk berperan
dalam menentukan kebijakan pembangunan berkelanjutan
bersama sama dengan pemerintah
2. Sebagai acuan data dan informasi kinerja pengelolaan
lingkungan hidup
3. Tolak ukur perkembangan dan kemajuan pengelolaan
lingkungan hidup di suatu daerah
4. Sumber informasi utama bagi Rencana Pembangunan
berkelanjutan di daerah

3. Target/ Sasaran Target/Sasaran


1. Terevaluasinya kebijakan lingkungan selama kurun waktu
tahun 2018 - 2019 sehingga dapat memberikan rekomendasi
bagi perbaikan program/kegiatan ke depan.
2. Terumuskannya isu prioritas lingkungan hidup tahun 2019
serta upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah
selama kurun waktu tahun 2018 - 2019
3. Tersusunnya dan terbaharukannya laporan kualitas
lingkungan yang dapat menjadi acuan dalam pemaparan
kondisi lingkungan serta dapat mendorong terjadinya
partisipasi aktif dari stakeholder dalam
mengatasi berbagai masalah lingkungan
4. Terciptanya jaringan pertukaran data dan informasi menuju
standar sistem informasi data lingkungan
5. Tersusunnya dokumen lingkungan yang mendorong inisiatif
berbagai pemangku kepentingan dalam menyusun program
dan kegiatan peningkatan keberlanjutan pembangunan sesuai
dengan kompetensinya dan atau secara sinergis dengan
pelaku lain

4. Lokasi Kegiatan Kabupaten Bekasi

5. Nama Organisasi Nama Organisasi yang menyelenggarakan/ melaksanakan


Pengadaan Barang/ pengadaan jasa konsultansi Perencanaan Penyusunan Dokumen
Jasa dan Pejabat
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Pembuat Komitmen
(PPK) (DIKPLHD) Kabupaten Bekasi, adalah :
 SKPD : Dinas Lingkungan Hidup
 Bidang : Tata Lingkungan

3
 PPK : Bambang Sudarmono, S.IP., M.Si.

6. Sumber Dana dan Sumber dana yang diperlukan untuk membiayai pengadaan jasa
Perkiraan Biaya konsultansi Kajian Penelitian Penyusunan Dokumen Informasi
Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (DIKPLHD)
Kabupaten Bekasi dibebankan pada DPA Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Bekasi Tahun Anggaran 2018 dengan pagu
anggaran sebesar Rp. 271.750.000,-

7. Ruang Lingkup Lingkup Kegiatan Penyedia Jasa Konsultansi dimaksud dalam


Kegiatan Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini terdiri dari :
a. Persiapan dan Koordinasi :
 Penentuan Isu Prioritas
Isu Prioritas adalah isu utama dalam memperbaiki kualitas
lingkungan hidup di daerah. Penetapan isu prioritas
didasarkan proses secara partisipatif yang melibatkan
pemangku kepentingan di daerah. Proses penetapan isu
prioritas wajib menggunakan pendekatan Driving Force,
Pressure, State, Impact, dan Response (DPSIR). Isu prioritas
daerah minimal 3 (tiga) dan maksimal 5 (lima) isu.
 Koordinasi dengan Unit Kerja Terkait.
b. Pelaksanaan :
 Survei data primer;
 Survei data sekunder dan pendukung, meliputi antara lain
keadaan geografis, topografi, geohidrologi, klimatologi (curah
hujan, suhu), Penggunaan Lahan, Kependudukan/Demografi,
kondisi ekonomi, dan wilayah pesisir.
c. Pengolahan/Analisis Data
Pengolahan/analisis data merupakan pengolahan/ analisis hasil
aktual pengukuran dilapangan yang kombinasikan dengan
metoda – metoda ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan
secara akademis, meliputi :
I. Analisis DPSIR Isu Lingkungan Hidup Daerah
Isu lingkungan di daerah dalam penyusunan Dokumen
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
(DIKPLHD) dianalisis dengan menggunakan Driving
Force, Pressure, State, Impact, Response (DPSIR)
Analysis, yang meliputi :

4
i. Tataguna Lahan
Tata guna lahan berikut tutupan lahannya. Untuk daerah
yang berada di wilayah pesisir dan laut, wajib
memasukan rencana pengelolaan pesisir dan laut. Data
yang dituangkan dalam sub bab ini adalah yang
berkaitan dengan tata guna lahan berikut perubahannya
seperti luas penggunaan lahan berdasarkan tata ruang
wilayah, luas wilayah yang digunakan untuk usaha
pemanfaatan hutan, perkebunan, pertambangan,
pariwisata, dan lain sebagainya. Terhadap daerah yang
berada dalam wilayah pesisir dan laut, wajib
menuangkan data yang berkaitan dengan rencana tata
ruang dan pemanfaatan pesisir dan laut. Data tidak
hanya berbentuk angka (nominal), tetapi juga dengan
prosentase (misalnya luas hutan lindung 20.000 ha atau
x % dari luas wilayah administrasi daerah). Lengkapi
juga data yang berkaitan dengan perizinan penggunaan
atau pemanfaatan lahan sesuai dengan skala
ekonominya (besar, menengah, dan kecil) termasuk
status perizinannya (nama lengkap pemegang izin,
luasan dan lokasi perizinannya). Data berbentuk spasial
(peta) wajib digunakan untuk mendukung. Analisis
driving force, pressure, state, impact, dan response
wajib didukung dengan data berkala (time series).
Kriteria data jelas, relevan, mutakhir, dan primer.
Sebagai contoh pengurangan atau penurunan hutan
lindung, faktor driving force-nya (pemicu), pressure-
nya dijelaskan dan didukung dengan data berkala (time
series), demikian juga jelaskan bagaimana impact yang
terjadi dan response telah dilakukan oleh daerah dengan
didukung oleh data.
ii. Kualitas air
Data yang disajikan meliputi kualitas air sungai, air
tanah, dan air laut (kualitas air laut khusus bagi daerah
yang berada dalam wilayah pesisir dan laut). Contoh
analisis air sungai tercemar industri tekstil, yang
menjadi driving force-nya adalah banyaknya industri
tekstil yang berada dalam wilayah pesisir dan laut,
pressure adalah masih kurangnya industri yang

5
memiliki IPAL, response-nya mendorong penaatan
industri agar membangun IPAL melalui pengawasan
dan penegakan hukum. Data yang diperlukan untuk
menunjang analisis DPSIR antara lain kualitas air
sungai, danau, air tanah, dan air laut (khusus daerah
yang berada di pesisir dan laut). Data kualitas dan
kuantitas air DAS, jumlah penduduk yang tergantung
dengan DAS, jumlah industri dan non industri
pencemar (sumber pencemar) serta instalasi
pengelolaan limbahnya, penggunaan air tanah,
pipanisasi dan layanan air bersih, perizinan dan status
kawasan pemanfaatan air, transportasi laut dan sungai,
limbah domestik, irigasi, bahan pencemar. Kriteria data
jelas, relevan, mutakhir, dan primer.
iii. Kualitas udara
Data yang dituangkan meliputi status mutu udara
ambien, Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU),
kebakaran hutan dan lahan, ISPA, sumber pencemar
(bergerak dan tidak bergerak), konsumsi BBM, bahan
pencemar. Contoh : kondisi udara ambien yang
tercemar oleh logam berat, penyebabnya (pressure)
adalah kondisi penggunaan BBM, kondisi kendaraan
bermotor termasuk penjualannya, kondisi jalan, dan
kondisi industri pencemar. Pemicu (driving force) bisa
karena jumlah kendaraan bermotor yang banyak.
Response dalam bentuk upaya-upaya yang dilakukan
oleh pemerintah daerah untuk mengatasi persoalan
tersebut, tentunya dituangkan dalam bentuk kebijakan
dan program. Data yang dituangkan dalam response
adalah peraturan dan program berikut dengan
pelaksanaan dari peraturan dan program tersebut.
Kriteria data jelas, relevan, mutakhir, dan primer.
iv. Resiko bencana
Bencana yang dimaksudkan bisa berupa informasi
rawan bencana atau kekhususan sumber daya alam yang
berpotensi menimbulkan bencana alam (seperti gempa
tektonik, gempa vulkanik, gempa runtuhan, banjir,
longsor), bencana non alam (seperti gagal teknologi,
gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit), dan

6
bencana sosial (seperti konflik sosial). Driving Force
diungkapkan dalam bentuk data yang terkait persoalan
yang memicu terjadi bencana misalnya perubahan
penggunaan lahan (land use), penyempitan badan
sungai, kondisi drainase atau data Iainnya yang
menunjang. Data yang dituangkan dalam response
adalah peraturan dan program berikut dengan
pelaksanaan dari peraturan dan program tersebut.
Informasi peta rawan lingkungan mutlak diperlukan
untuk analisis pada sub bab ini.Kriteria data jelas,
relevan, mutakhir, dan primer.
v. Perkotaan
Perkembangan kota merupakan tuntutan sekaligus
jawaban dari perkembangan penduduk maupun kegiatan
masyarakat perkotaan kecenderungannya semakin sulit
dikontrol sehingga seringkali menimbulkan persoalan
yang menyangkut persoalan lingkungan (fasilitas,
sistem dan area). Kemunduran lingkungan perkotaan
telah terjadi di berbagai daerah, yang indikasinya dapat
dilihat dari aspek fisik (pencemaran air, udara,
kerusakan lahan, dan timbulan sampah) dan aspek
sosial ekonomi (dampak dari manusia yang membuat
kehidupan kurang nyaman). Data aspek fisik dan aspek
sosial ekonomi yang merupakan kondisi eksis yang
mutlak dituangkan dalam analisis, selanjutnya
dijelaskan pressure dalam perkotaan yang didukung
dengan data, dan response-nya adalah berbagai
kebijakan dan program yang dikembangkan untuk
mengatasi persoalan lingkungan perkotaan tersebut.
Salah satu permasalahan perkotaan adalah sampah,
yang meliputi sampah domestik (sampah rumah tangga
dan sampah sejenis rumah tangga), dan sampah
spesifik. Data yang dituangkan berupa sumber sampah,
produksi sampah, pengangkutan sampah, pengolahan
sampah, dan sarana prasarana pengelolaan sampah.
Kriteria data jelas, relevan, mutakhir, dan primer. Data
yang dituangkan dalam pressure adalah penyebab
terjadinya persoalan sampah. Response adalah upaya
yang dilakukan dari mulai pengurangan dan

7
penanganan sampah, yang berbentuk peraturan atau
program daerah.
vi. Tata Kelola
Data seperti Pelestarian Kearifan lokal lingkungan
hidup, perijinan, Anggaran Pengelolaan Lingkungan
Hidup dan Pendapatan Asli Daerah merupakan kondisi
eksisting atau driving force (pendorong/pemicu)yang
ditampilkan di dalam data. Pressure seperti pengaduan
masyarakat yang timbul dalam pengelolaan LH,
sedangkan jumlah personil lembaga pengelolaan
lingkungan hidup dan jumlah staff fungsional yang ada
dalam pengelolaan lingkungan hidup bisa merupakan
kondisi eksisting atau state. Kegiatan atau program
yang diinisiasi oleh masyarakat dan pengaduan
masyarakat yang dapat diselesaikan merupakan
response dari pressure yang timbul.
vii. Dan lain – lain yang belum terakomodir pada isu pada
isu lingkungan dan kehutanan.
II. Isu Prioritas Lingkungan Hidup Daerah
Isu prioritas yang diambil adalah berdasarkan data-data
yang sebelumnya telah jelaskan pada point I. Isu prioritas
ini dapat mengenai driver (pemicu) munculnya
permasalahan lingkungan hidup, pressure (berbagai
penyebab terjadinya masalah, dapat berupa aspek-aspek
sosial, ekonomi, birokrasi, kelembagaan maupun politik)),
state (kondisi atau potret LH pada saat dinilai), impact
(dampak) atas isu lingkungan yang muncul atau response
(kebijakan, program maupun kegiatan yang berhubungan
dengan jenis pressure yang ditetapkan untuk memperbaiki
kondisi state). Isu prioritas paling banyak 5 (lima) dan
paling sedikit 3 (tiga). Dalam merumuskan isu prioritas,
deskripsi kondisi terutama keunikan daerah harus
diungkap dan menjadi bahan pertimbangan. Yang dapat
dijadikan isu prioritas adalah: (1) pencemaran dan/atau
kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang
terjadi dan berdampak signifikan terhadap kehidupan
sosial, ekonomi, budaya dan kualitas lingkungan hidup
ataupun pressure sebagai penyebab-penyebabnya, dan/atau
persoalan respon yang dilakukan; dan (2) mendapat

8
perhatian publik yang luas dan perlu ditangani segera
(urgent). Muatan yang dituangkan dalam Bab Isu Prioritas
adalah yang berkaitan dengan proses perumusan isu
prioritas, mulai dari tahapan penyaringan isu hingga proses
analisis yang digunakan untuk memperoleh isu prioritas.
III. Inovasi Daerah dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
Memuat inisiatif-inisiatif yang dilakukan oleh kepala
daerah dalam upaya meningkatkan kualitas lingkungan
hidup. Inisiatif yang dilakukan dalam bentuk peningkatan
kapasitas lembaga daerah (seperti melalui APBD,
peningkatan kapasitas personil, pengembangan jejaring
kerja, peningkatan transparansi dan akuntabilitas kepada
publik). Inisiatif yang dikembangkan oleh masyarakat (bila
ada) harus dituangkan juga di dalam bab ini. Data yang
mendukung dituangkan sejelas mungkin, sebagai contoh
besaran APBD bidang lingkungan hidup termasuk
persentasenya dibandingkan keseluruhan APBD. Inisiatif
meliputi kegiatan atau program yang terkait dengan isu-isu
perubahan iklim, perbaikan kualitas lingkungan, perbaikan
kualitas sumberdaya alam, dan perbaikan tata kelola
lingkungan. Tabel 64 adalah inovasi yang telah dilakukan
oleh pemerintah daerah dalam pengelolaan lingkungan
hidup di daerahnya.
d. Pembahasan dan Evaluasi
e. Pelaporan:
 Penyusunan Laporan Pendahuluan;
 Penyusunan Laporan Antara;
 Penyusunan Laporan Akhir disertai CD laporan
Laporan Akhir terdiri atas 2 buku yaitu
1. Ringkasan Eksekutif
2. Laporan Utama
Laporan utama informasi kinerja pengelolaan
lingkungan hidup daerah disajikan menggunakan
hubungan kausalitas antara unsur – unsur penyebab
terjadinya persoalan lingkungan hidup, status dan
upaya untuk memperbaiki kualitas lingkungan hidup
(DPSIR Analysis)

9
8. Data Dasar  Penentuan Isu Prioritas di Kabupaten Bekasi
Isu prioritas harus jelas dan fokus pada isu yang terjadi di
daerah. Isu prioritas paling sedikit 3 (tiga) dan paling banyak
5(lima) isu. Dalam merumuskan isu prioritas, deskripsi
kondisi terutama keunikan daerah harus diungkap dan
menjadi bahan pertimbangan. Kriteria yang dapat dijadikan
isu prioritas adalah :
1. Kerentanan Sumber Daya Alam; Kerusakan
keanekaragaman hayati;
2. Pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang terjadi
yang berdampak signifikan terhadap kehidupan sosial,
ekonomi, budaya dan kualitas lingkungan hidup ;
3. Mendapat perhatian publik secara luas dan perlu ditangani
segera/urgen;
4. Kemudahan untuk mengatasi masalah. Kemudahan
mengatasi masalah dapat didasarkan pada ketersediaan
metode/cara/teknologi serta penunjang pelaksanaan seperti
metode atau juklak.
 Pengumpulan Data Bidang Lingkungan Hidup antara lain
data kawasan lindung, penggunaan dan pemanfaatan lahan,
data kondisi sungai, kondisi danau, situ, waduk, embung, data
kualitas sungai, data kualitas danau, situ, waduk, embung,
kegiatan penghijauan dan reboisasi, data luas wilayah
menurut penggunaan lahan utama, data kualitas air sumur,
data kualiras air laut, data curah hujan rata-rata, data rumah
tangga dan sumber air minum, data rumah tangga dan fasilitas
buang air besar, data jumlah penduduk menurut tingkat
pendidikan, data jenis penyakit utama, data rumah tangga
miskin, sumber limbah padat dan cair berdasarkan sumber,
data suhu udara rata-rata bulanan, kualitas air hujan, data luas
hutan berdasarkan fungsi dan status, data kualitas udara
ambien, data penggunaan bahan bakar, data penjualan
kendaraan bermotor, perubahan penambahan ruas jalan,
dokumen izin lingkungan, perusahaan yang mendapat izin
mengelola limbah B3, data pengawasan izin lingkungan,
bencana banjir, korban, dan kerugian, bencana kekeringan,
luas dan kerugian, data kebakaran hutan lahan, luas dan
kerugian, data lahan kritis didalam dan diluar kawasan hutan,
bencana alam tanah longsor, korban dan kerugian, perkiraan

10
jumlah timbunan sampah, status pengaduan masyarakat,
penerimaan penghargaan lingkungan hidup, produk hokum
bidang LH, Evaluasi kerusakan tanah di lahan kering,
evaluasi kerusakan tanah di lahan basah, luas dan kerapatan
tutupan mangrove, luas dan kerusakan padang lamun, dll

9. Studi Terdahulu  Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Tahun


2016
 Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan
Hidup Daerah (DIKPLH) Kabupaten Bekasi tahun 2017
 Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan
Hidup Daerah (DIKPLH) Kabupaten Bekasi tahun 2018

10. Referensi Hukum 1. Undang – Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang


Keterbukaan Informasi Publik.
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik.
3. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan
Daerah Kabupaten/Kota.
5. Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor :
S.1362/SETJEN/DATIN/PD/DTN.0/12/2018 tanggal 12
Desember 2018 Perihal Penyampaian Dokumen Informasi
Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Tahun 2019

11. Waktu yang Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengadaan jasa
diperlukan Konsultansi Kajian Penelitian Dokumen Informasi Kinerja
Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (DIKPLH) Kabupaten
Bekasi adalah 120 (seratus dua puluh) hari.

12. Kualifikasi Kualifikasi yang diharuskan dipenuhi oleh Penyedia Jasa


Penyedia Jasa Konsultansi adalah :
1. Bersedia menandatangani Kontrak.
2. Bersedia mengikuti prosedur pengadaan barang dan jasa
sesuai ketentuan yang berlaku
3. Memiliki latar belakang dan pengalaman sesuai dengan bidang

11
pekerjaan ini.
4. Pernah menjadi Penyedia Jasa dalam kegiatan dimaksud atau
yang sejenis (Penyusunan SLHD/DIKPLHD)
5. Memiliki tenaga ahli dengan pemikiran inovatif dan
konstruktif sesuai bidang yang dipersyaratkan.
6. Memiliki peralatan/perlengkapan guna menunjang
pelaksanaan kegiatan.
7. Mempunyai prosedur tetap dalam memberikan pelayanan
kepada Pengguna jasa .
8. Memiliki komitmen dan disiplin terhadap tanggung jawab
pekerjaan.
9. Memiliki klasifikasi jasa bidang konsultan non konstruksi sudi
penelitian (1
.SI.04 Jasa Penelitian)
13. Tenaga Ahli yang Posisi Tenaga Kualifikasi Tenaga Ahli Jumlah
dibutuhkan Ahli
Orang Bulan
Ahli Lingkungan S2 Teknik Lingkungan 4 bulan
berpengalaman di bidang
pengelolaan lingkungan
terkait Penyusunan
DIKPLH pengalaman
minimal 4 tahun disertai
SKA Bidang Lingkungan
Ahli Sosial S1 Ilmu Sosial/ Ekonomi 4 bulan
Ekonomi yang berpengalaman dalam
ilmu sosial ekonomi
pengalaman minimal 4
tahun
Ahli Planologi S1 Planologi Pengalaman 4 bulan
minimal 5 tahun disertai
SKA Bidang Planologi
Ahli Statistik S1 Statistik Pengalaman 4 bulan
minimal 3 tahun disertai
SKA Bidang Planologi
Tenaga Pendukung :
1. Asisten Ahli Lingkungan (S1/2 tahun)
2. Office Manager
3. Operator Komputer

14. Analisis Tenaga Tenaga Ahli Analisis Tenaga Ahli


Ahli Ahli Lingkungan 1. Menjadi team leader pada pekerjaan
penyusunan DIKPLHD Kab.Bekasi
2. Mengkoordinasikan seluruh tenaga
ahli dan tenaga pendukung

12
3. Mengatur jadwal pelaksanaan kegiatan
pekerjaan penyusunan DIKPLHD
Kab.Bekasi
4. Mengumpulkan, mengolah,
memverifikasi dan mengkompilasi
data-data lingkungan hidup terkait
penyusunan DIKPLHD Kab.Bekasi
sesuai Pedoman Nirwasita Tantra
5. Melakukan survey data primer
maupun sekunder
6. Menganalisis isu - isu lingkungan
prioritas menggunakan metode DPSIR
(Driver - Pressure – State – Impact -
Response) serta inovasi pemerintah
dalam pengelolaan lingkungan hidup
7. Bertanggung jawab menyelesaikan
seluruh presentasi, laporan kajian yang
dilengkapi peta, ringkasan eksekutif
dan CD

Ahli Planologi 1. Mengumpulkan, mengolah,


memverifikasi dan mengkompilasi
data-data lingkungan dalam
penyusunan DIKPLH sesuai Pedoman
Nirwasita Tantra
2. Melakukan survey data primer
maupun sekunder
3. Menganalisis Isu - Isu lingkungan
prioritas menggunakan metode DPSIR
(Driver - Pressure – State – Impact -
Response)
4. Menganalisis perencanaan lingkungan
dan dampaknya terhadap lingkungan
hidup dan upaya inovasi pengelolaan
lingkungan hidup
5. Membantu menyelesaikan seluruh
presentasi, laporan kajian yang
dilengkapi peta, ringkasan eksekutif
dan CD

Ahli Sosial 1. Mengumpulkan, mengolah,


Ekonomi memverifikasi dan mengkompilasi
data-data sosial ekonomi dalam
penyusunan DIKPLH sesuai Pedoman
Nirwasita Tantra
2. Melakukan survey data primer
maupun sekunder
3. Menganalisis Isu - Isu lingkungan
prioritas menggunakan metode DPSIR
(Driver - Pressure – State – Impact -
Response)

13
4. Menganalisis masukan dan aspirasi
masyarakat, keterlibatan dan inovasi
masyarakat terkait pengelolaan
lingkungan hidup.
5. Membantu menyelesaikan seluruh
presentasi, laporan kajian yang
dilengkapi peta, ringkasan eksekutif
dan CD
6. Menganalisis data-data sebaran dan
aktivitas penduduk yang berpengaruh
pada lingkungan

Ahli Statistik 1. Mengumpulkan, mengolah,


memverifikasi dan mengkompilasi
data-data dalam penyusunan DIKPLH
dalam bentuk tabel maupun grafik
2. Melakukan survei data primer maupun
sekunder
3. Menganalisis Isu - Isu lingkungan
prioritas menggunakan metode DPSIR
(Driver - Pressure – State – Impact -
Response)
4. Membantu menyelesaikan seluruh
presentasi, laporan kajian yang
dilengkapi peta, ringkasan eksekutif
dan CD

15. Jadwal Pelaksanaan BULAN


Tahapan Kegiatan Uraian I II III IV
No.
Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
4
Persiapan
1.
Studi
Penetapan
2.
Isu Prioritas
2. Survei Awal
Laporan
3.
Pendahuluan
Survei Data
4. Primer dan
sekunder
Pengolahan
5. dan analisis
data
Laporan
6.
Antara
Evaluasi dan
7.
revisi
Laporan
8.
Akhir

14
16. Keluaran (Output) Keluaran yang harus dipenuhi dalam pengadaan jasa konsultansi
meliputi :
A. Laporan pendahuluan
Laporan Pendahuluan memuat :
 Rencana penugasan tenaga ahli ;
 Rencana pelaksanaan pengumpulan data primer dan
sekunder dan pekerjaan lainnya yang berkaitan;
 Menyampaikan metoda pengumpulan data, metoda analisis
data dan sistematika penyusunan laporan ;
 Dalam hal metoda pengumpulan data, penyedia jasa
diwajibkan untuk dapat menyampaikan usulan model
pengumpulan data sesuai dengan analisis data yang
digunakan, seperti model kuesioner, wawancara maupun
model lainnya sesuai dengan kaidah akademis.
 Pendahuluan memuat mengenai : (a) latar belakang; (b)
profil atau keadaan umum daerah termasuk kekhususan
kondisi ekologisnya; (c) gambaran singkat proses
penyusunan dan perumusan isu prioritas termasuk proses
penyusunan dokumen informasi kinerja pengelolaan
lingkungan hidup daerah. Dalam sub bab ini dijelaskan
pula proses perumusan dan pendekatan atau metode yang
digunakan untuk memperoleh isu prioritas daerah; (d)
maksud dan tujuan; dan (e) ruang lingkup penulisan.
 Pada metoda analisis data, penyedia jasa harus dapat
menyampaikan penggunaan metoda yang digunakan dalam
menyelesaikan pekerjaan ini, yaitu metode analisis DPSIR
(Driver - Pressure – State – Impact - Response) yang dapat
dipertanggungjawabkan secara akademis dengan
mempertimbangkan kesesuaian judul kajian dengan
keluaran yang diharapkan.

 Analisis Driving Force, Pressure, State, Impact, dan


Response (DPSIR) Isu Lingkungan Hidup Daerah ke
dalam kategori : tata guna lahan, kualitas air, kualitas
udara, resiko bencana, perkotaan, tata kelola dan lain-lain;
 Laporan ini dibuat untuk dibahas oleh tim teknis dalam
tahap awal kegiatan, sebagai tindak lanjut untuk kegiatan
selanjutnya.

15
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya : 30 (tiga
puluh) hari sejak SPMK diterbitkan sebanyak 10 (sepuluh)
buku laporan.

B. Laporan Antara
Laporan Antara memuat :

 Hasil survey data primer dan data sekunder;

 Isu Prioritas Lingkungan Hidup Daerah, yang dituangkan


dalam Bab Isu Prioritas adalah yang berkaitan dengan
proses perumusan isu prioritas, mulai dari tahapan
penyaringan isu hingga proses analisis yang digunakan
untuk memperoleh isu prioritas. Dalam merumuskan isu
prioritas, deskripsi kondisi terutama keunikan daerah harus
diungkap dan menjadi bahan pertimbangan. Yang dapat
dijadikan isu prioritas adalah: (1) pencemaran dan/atau
kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang
terjadi dan berdampak signifikan terhadap kehidupan
sosial, ekonomi, budaya dan kualitas lingkungan hidup
ataupun pressure sebagai penyebab-penyebabnya, dan/atau
persoalan respon yang dilakukan; dan (2) mendapat
perhatian publik yang luas dan perlu ditangani segera
(urgent)

 Evaluasi baik data sekunder maupun data primer sesuai


dengan metoda yang telah disepakati dalam laporan
pendahuluan.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya : 90 (sembilan
puluh) hari sejak SPMK diterbitkan sebanyak 10 (sepuluh)
buku laporan.

C. Laporan akhir
Laporan Akhir memuat :
 Inovasi Daerah dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Bab ini memuat inisiatif-inisiatif yang dilakukan oleh
kepala daerah dalam upaya meningkatkan kualitas
lingkungan hidup. Inisiatif yang dilakukan dalam bentuk
peningkatan kapasitas lembaga daerah (seperti melalui
APBD, peningkatan kapasitas personil, pengembangan
jejaring kerja, peningkatan transparansi dan akuntabilitas

16
kepada publik). Inisiatif yang dikembangkan oleh
masyarakat (bila ada) harus dituangkan juga di dalam bab
ini.
 Hasil perbaikan laporan antara dan memuat kesimpulan
dan rekomendasi.
 Intisari (simpulan) dari Laporan Antara s.d Laporan Akhir,
dan rencana tindak lanjutnya termasuk yang berimplikasi
kepada kebijakan kepala daerah
Laporan Akhir terdiri atas 2 buku yaitu :
1. Ringkasan Eksekutif (maksimal 15 halaman)
2. Laporan Utama disertai CD Laporan
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya : 120 (seratus
dua puluh) hari sejak SPMK diterbitkan sebanyak 10
(sepuluh) buku laporan beserta 10 (sepuluh) buku ringkasan
eksekutif dan 10 (sepuluh) keping CD laporan.

Bekasi, 2019
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

BAMBANG SUDARMONO, S.IP M.Si.


Penata Tk.I
NIP. 19640309 198603 1 010

17

Anda mungkin juga menyukai