Anda di halaman 1dari 194

PENGEMBANGAN WISATA BAHARI UNTUK MENINGKATKAN

KUNJUNGAN WISATA DI PANTAI NATSEPA

KOTA AMBON PROVINSI MALUKU

SKRIPSI

Oleh

AINUN NADIFA PATTY


NIM 4516042017

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR
2021
ABSTRACT
PENGEMBANGAN WISATA BAHARI UNTUK MENINGKATKAN KUNJUNGAN
WISATAWAN DI PANTAI NATSEPA KOTA AMBON PROVINSI MALUKU

OLEH :
AINUN NADIFA PATTY
4516042017

Natsepa beach is one of the famous tourist attraction in the city of Ambon
Maluku province, which is located in the Central Coast city is a strategic coastal
beauty and has the potential to serve as a marine tourism activities. purpose of
this study was to determine the tourism potential is Natsepa Beach, as well as to
know what marine tourism activities suitable for Natsepa Beach. Research
methodology is a qualitative descriptive method, by looking at the strengths,
weaknesses, opportunities, and threats, as well as known results, namely the
potential of natural beauty, and accessibility are more dominant.
Keywords: Parisiwata Development, Potential Tourism, Marine Tourism
Pantai Natsepa merupakan salah satu objek wisata yang terkenal di kota Ambon
provinsi Maluku yang terletak di kota Pesisir Tengah merupakan keindahan
pantai yang strategis dan berpotensi untuk dijadikan sebagai kegiatan wisata
bahari. tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi wisata Pantai
Natsepa, serta untuk mengetahui kegiatan wisata bahari apa yang cocok untuk
Pantai Natsepa. Metodologi penelitian adalah metode deskriptif kualitatif,
dengan melihat kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman, serta diketahui
hasilnya yaitu potensi keindahan alam, dan aksesibilitas yang lebih dominan.
Kata kunci: Pengembangan Parisiwata, Potensi Wisata, Wisata Bahari
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

dengan berkah dan limpahan rahmat serta hidayahNya, sehingga skripsi

yang berjudul “Pengembangan Wisata Bahari Untuk Meningkatkan

Kunjungan Wiasata di Pantai Nesatapa, Kota Ambon Provinsi Maluku”

tugas akhir merupakan salah satu syarat wajib di penuhi untuk

memperoleh gelar sarjana STARATA SATU (S1) pada jurusan

Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Bosowa

Makassar dan merupakan salah satu proses akhir dari kegiatan

pembelajaran di Universitas pada umumnya dan jurusan perencanaan

Wilayah dan Kota pada Khususnya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan suatu karya

ilmiah tidaklah mudah, oleh karena itu tidak tertutup kemungkinan dalam

penyusunan skripsi ini terdapat kekurangan, sehingga penulis sangat

mengharapkan masukan, saran, dan kritikan yang bersifat membangun

guna kesempurnaan skripsi ini.

Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai

rintangan, mulai dari pengumpulan literatur, pengumpulan data sampai

pada pengolahan data maupun dalam tahap penulisan. Namun dengan

kesabaran dan ketekunan yang dilandasi dengan rasa tanggung jawab

selaku mahasiswa dan juga bantuan dari berbagai pihak, baik material

maupun moril.
Olehnya itu dalam kesempatan ini izinkanlah penulis menghaturkan

ucapan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Kedua orang tuaku tercinta Asrar Patty & Sitti Pattimura yang

telah mencurahkan seluruh cinta, kasih sayang, cucuran

keringat dan air mata, untaian doa serta pengorbanan tiada

henti, yang hingga kapanpun penulis takkan bisa membalasnya.

Maafkan jika ananda sering menyusahkan, merepotkan, serta

melukai perasaan ibunda dan ayahanda. Keselamatan dunia

akhirat semoga selalu untukmu. Doa ku semoga Allah selalu

menyapamu dengan Cinta-Nya.

2. Bapak Dr.Ridwan. ST, M.Si. Selaku Dekan Fakultas Teknik

Universitas Bosowa Makassar.

3. Bapak Dr. Ir. Rudi Latief. M.Si. selaku Ketua Prodi

Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas

Bosowa Makassar.

4. Bapak Dr. Ir.MurshalManaf. M.Si dan bapak Jufriadi ST.,MSI

selaku Dosen Pembimbing I dan II yang telahmeluangkan

waktu, tenaga dan pikiran untuk membantu saya dalam

menyelesaikan penulisan Skripsi ini.

5. Seluruh staf pengajar, baik dosen maupun asistennya, staf

pegawai di lingkup Fakultas Teknik dan Jurusan Perencanaan

Wilayah Dan Kota Universitas Bosowa Makassar. Atas segala


bimbingan dan bantuan selama penulis menuntut ilmu di

bangku perkuliahan sejak awal hingga selesai.

6. Teman-Teman Keluarga Mahasiswa Jurusan Perencanaan

Wilayah Dan Kota. Terima kasih untuk proses yang telah kita

lalui bersama.

7. Teman–teman terima kasaih atas bantuannya, selalu

memberikan semangat dalam penulisan skripsi ini.

8. Seluruh keluarga, rekan, sahabat yang kesemuanya tak bisa

penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu

penulis dalam penyelesaian studi penulis, terutama yang

senantiasa memberikan motivasi kepada penulis untuk segera

menyelesaikan tugas akhir ini, terima kasih.

Selain itu, penulis juga mengucapkan permohonan maaf yang

sedalamdalamnya jika penulis telah banyak melakukan kesalahan dan

kekhilafan, baik dalam bentuk ucapan maupun tingkah laku, semenjak

penulis menginjakkan kaki pertama kali di Universitas Bosowa hingga

selesainya studi penulis. Semua itu adalah murni dari penulis sebagai

manusia biasa yang tak pernah luput dari kesalahan dan kekhilafan.

Adapun mengenai kebaikan-kebaikan penulis, itu semata-mata datangnya

dari Allah SWT, karena segala kesempurnaan hanyalah milik-Nya.


Akhirnya, penulis berharap bahwa apa yang disajikan dalam skripsi

ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Semoga

kesemuanya ini dapat bernilai ibadah di sisi-Nya, Amin!

Sekian dan terimakasih.

Makassar, Februari 2021

Ainun Nadifa Patty


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 7
E. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 7
F. Sistematika Pembahasa ......................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Pariwisata dan Wisatawan ......................................... 21
B. Jenis – Jenis Pariwisata .......................................................... 23
C. Karakteristik Pengunjung Wisata ............................................ 28
D. Faktor yang Mempengaruhi Perjalanan Wisata ...................... 31
E. Teori – Teori Pengembangan Wisata...................................... 33
F. Pengertian Produk Pariwisata ................................................. 42
G. Pengertian Kebudayaan.......................................................... 45
H. Pemberdayaan Masyarakat Pariwisata ................................... 46
I. Pariwisata Berwawasan Lingkungan....................................... 47
J. Kawasan Pariwisata ................................................................ 48
K. Sistem Pariwisata.................................................................... 52
L. Komponen Pengembangan Pariwisata ................................... 65
M. Implikasi Pariwisata terhadap Perekonomian ........................ 71
N. Pengertian Pengembangan Wisata......................................... 74
O. Kerangka Pikir ......................................................................... 85
P. Penelitian Terdahulu ............................................................... 86
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian ................................................................... 88

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 89

C. Populasi dan Sampel .............................................................. 89

D. Variable Penelitian .................................................................. 91

E. Jenis dan Sumber Data......................................................... 111

F. Metode Pengumpulan Data .................................................. 113

G. Metode Analisis Data ............................................................ 117

H. Definisi Operasional .............................................................. 136

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Komponen Pasar Pariwisata ................................. 53

Gambar 2.2 Kerangka Pikir .................................................................. 84

Gambar 3.1 Atraksi Tari Lenso ............................................................. 98

Gambar 3.2 Ilustrasi Tarian Bambu Gila .............................................. 99

Gambar 3.3 Ilustrasi Tarian Cakalele ................................................... 99

gambar 3.4. Ilustrasi tarian Gaba – gaba ............................................ 100


Gambar 3.5 jalan poros provinsi maluku ............................................ 101
Gambar 3.6 Jaringan Persampahan di lokasi wisata Pantai Natsepa 102
Gambar 3.7 fasilitas Rumah/warung makan di lokasi wisata Pantai
Natsepa .......................................................................... 103
Gambar 3.8 loket pembelian tiket dilokasi wisata Pantai Natsepa...... 104
Gambar 3.9 tempar parkir kendaraan roda 4 dan roda 2 di lokasi
wiasata Pantai Natsepa .................................................. 104
Gambar 3.10 kamar mandi/kamar ganti dan toilet di lokasi wisata
Pantai Natsepe ............................................................... 105

Gambar 3.11 gazeebo di lokasi wisata Pantai Natsepa ....................... 105

Gambar 3.12 Tempat Duduk di lokasi wisata Pantai Natsepa .............. 106
Gambar 3.13 panggung pentas seni wisata Pantai Natsepa ................ 106

Gambar 3.14 Model Posisi Perkembangan Pariwisata........................... 127


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ...................................................... 85

Tabel 3.1 Jenis-jenis atraksi Obyek wisata pantai Natsepa ............ 96

Tabel 3.2 Jenis data, Sumber data, Teknik Pengumpulan Data,

dan Tempat Perolehan Data dalam Penelitian................ 116

Tabel 3.3 Model Analisis Faktor Strategis Internatl (IFAS) ............. 123

Tabel 3.4 Model Analisis Faktor Strategi Eksternal (EFAS) ............ 125

Tabel 3.5 Model Matrik Analsisi SWOT .......................................... 115

Tabel 3.6 Standar Indeks PembPaobat Kualitatif dan Kuantitatif

Berdasar Paremeter Potensi Kawasan Objek Wisata

Pantai Natsepa ............................................................... 133

Tabel 3.7 Klasifikasi dan Variabel Potensi Internal Untuk Objek

Wisata Pantai Natsepa ................................................... 134


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Pariwisata

menyatakan bahwa pembangunan kepariwisataan sebagai bagian dari

pembangunan nasional mempunyai tujuan antara lain memperluas dan

memeratakan kesempatan berusaha, lapangan kerja dan

kesejahteraan rakyat. Pengembangan pariwisata merupakan salah

satu upaya untuk memicu perkembangan dan pertumbuhan wilayah

baik dari segi fisik, ekonomi maupun sosial dan budaya. Dalam

perkembangan pariwisata di Kabupaten Maluku Tengah dengan

mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya potensi wisata telah

mampuh menjadikan sektor wisata sebagai PAD Maluku Tengah hal ini

dapat dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto menunjukkan bahwa

sejak tahun 2015-2018 sektor pariwisata terus mengalami

peningkatan. Jumlah PDRB tahun 2017 berada pada posisi kedua

setelah sektor pertanian yaitu sebesar Rp. 922.453 juta per tahun.

Jumlah ini terus meningkat yakni pada tahun 2018 yaitu sudah

mencapai Rp. 971.534 juta per tahun (BPS Kecamatan Salahutu,

2019).

Kabupaten Maluku Tengah secara adminitrasi terbagi atas 18

kecamatan, 6 kelurahan dan 186 desa, sedangkan secara geografis

1
2

92,42 persen wilayahnya berupa laut dari total luas wilayah 11.595,57

km2, Dengan potensi laut yang dimiliki menjadikan daerah ini banyak

memiliki destinasi wisata bahari yang unik berbeda dengan destinasi

lain yang ada di Indonesia dan berpotensi untuk dikembangankan.

Salah satu destinasi wisata bahari Pantai Natsepa.

Pantai Netsepa merupakan salah satu Objek Wisata Alam yang

terletak di Negeri Suli, Kecamatan Salahutu dan merupakan tempat

wisata yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan dikarenakan

lokasinya yang dekat dengan pusat kota Ambon serta akses yang

mudah dengan jarak tempuh ± 30 menit. Selain itu memiliki keindahan

alam pantai yang masih alami dan sejuk serta memiliki taman bawah

laut dan letaknya berada di Teluk Ambon menjadi dayatarik tersendiri

obyek wisata ini.

Jumlah wisatawan yang berkunjung di objek ini tahun 2018

sebanyak 47.529 orang. Jumlah ini meningkat dibandingkan pada

tahun 2017 yaitu sebanyak 43.333 orang, (Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kab. Maluku Tengah, 2018). Pada tahun 2019 terus

mengalami peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung

kekawasan wisata Pantai Natsepa yaitu sebanyak 53.607 orang (Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kab.Maluku Tengah, 2019). Banyaknya

wisatawan yang berkunjung ke Pantai Natsepa akan membuka

lapangan kerja dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat


3

setempat. Pengembangan wisata Pantai Natsepa secara langsung

telah memberikan dampak yang positif bagi kehidupan sosial

masyarakat Desa Suli, baik ekonomi, budaya dan lingkungan.

Pembantu pemerintah dalam mengurangi tingkat penganguran.

Pengembangan destinasi wisata Pantai Natsepa, selain memberikan

kontribusi yang positif kepada warga, juga meningkatkan pendapatan

daerah Kabupaten Maluku Tengah.

Tahun 2004 awal, sampai dengan tahun 2006, objek wisata

Pantai Natsepa sepi pengunjung dikarenakan konflik Maluku yang

berkepanjangan, dan pada tahun 2007 aktifitas kembali menjadi

normal. Namun aktifitas wisata Pantai Natsepa belum berjalan dengan

baik dan kondisi lokasi Pantai pun tidak terurus dengan baik, sehingga

dikelolah oleh Dinas Pariwisata, dengan menyediakan fasilitas –

fasilitas yang layak untuk pedagang dan pengunjung. Dalam upaya

pengembangan wisata Pantai Natsepa pemerintah setempat dalam hal

ini Dinas Pariwisata bekerja sama dengan masyarakat dalam

membentuk kelompok sadar wisata serta pengelolaannya, selain itu

pemerintah melakukan promosi lewat media sosial kemudian

melakukan perbaikan dan pemeliharaan saran dan prasarana yang

ada.

Dengan keindahan alam yang dimiliki Pantai Natsepa serta lokasi

yang mudah dijangkau sangat berpeluang untuk dikembangkan


4

sebagai salah wisata unggulan, namum keterbatasan anggaran

pengelolaan baik masyarakat, pemerintah maupun pihak swasta serta

keterbatasan sarana akomodasi penunjang lainnya merupakan salah

satu faktor penyebap tidak berkembangnya wisata ini. Dari hasil survei

lapangan di lokasi studi terdapat 2 hotel dengan rincian; The Natsepah

Resort 94 kamar dengan 133 tempat tidur, Suli Indah 26 kamar

dengan 29 tempat tidur. Sedangkan sarana akomodasi lainnya

terdapat 3 restoran 18 warung kelontongan dan 2 kedai Kopi kemudian

terdapat sarana penunjang lainnya seperti toilet, kamarganti, gazebo,

lahan parkir, dan fasilitas kebersihan. Dengan memperhatikan isu – isu

permasalahan yang ada sehingga penulis tertarik meneliti tentang

‘’Pengembangan Wisata Bahari Untuk Meningkatkan Kunjungan Wiasata di

Pantai Nesatapa, Kota Ambon Provinsi Maluku”. Dalam menunjang

pengembangan wisata Pantai Natsepa kedepannya perlu ditingkatkan

sarana dan prasarananya sehingga kebutuhan pengunjung dapat

terpenuhi deri segi pelayanan sarana dan prasarana.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan pernyataan persoalan,

maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:


5

1. Bagaimana perlibatan dan partisipasi masyarakat, swasta dan

pemerintah dalam mengembangkan kawasan wisata pantai

Natsepa?

2. Bagaimana keberlangsungan proses penyelenggaraan pariwisata

pantai Natsepa ditinjau dari ketertarikan, ketersediaan dan tingkat

kebutuhan atraksi, aksesibilitas dan ameneity.?

3. Bagaimana konsep dan strategi pengembangan kawasan pantai

Natsepa di masa depan dengan membangun system kebutuhan

atraksi, aksesibilitas dan ameneity secara berkelanjutan.?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan daripenelitian ini

yakni :

1. Mengkaji bentuk perlibatan dan partisipasi masyarakat, swasta dan

pemerintah dalam mengembangkan kawasan wisata pantai

Natsepa

2. Menganalisis keberlangsungan proses penyelenggaraan pariwisata

pantai Natsepa ditinjau dari ketertarikan, ketersediaan dan tingkat

kebutuhan atraksi, aksesibilitas dan ameneity.

3. Untuk merumuskan konsep dan strategi pengembangan kawasan

pantai Natsepa di masa depan dengan membangun system

kebutuhan atraksi, aksesibilitas dan ameneity secara berkelanjutan.


6

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yakni :

1. Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi peneliti

terkait dengan pengembangan kepariwisataan dalam meningkatkan

kunjungan wisata pada umumnya dan khususnya pengembangan

wisata Pantai Nestapa.

2. Sebagai bahan reverensi bagipeneliti selanjutnya yang melakukan

penelitian berkaitan kepariwisataan khususnya wisata pantai

Natsepa. Kemudian dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi

pemerintah setempat dalam mengembangkan Wisata Pantai

Nestapa kedepannya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Lingkup Wilayah

Penelitian ini dilakukan pada lokasi Wisata Pantai Natsepa yang

terletak di Desa Suli Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku

Tengah. Pemilihan lokasi didasarkan Bahwa Wisata Pantai Natse

pamerupakan salah satu obyek wisaya yang paling banyak

dikunjungi oleh wisatawan lokal, deomestik maupun manca negara.

Titik fokus pembahasan pada lingkup wilayah dalam penelitian ini

meliputi aspek fisik dasar Desa Suli diantaranya kondisi topografi,

kodisi geohidrologi, kondisi geologi, jenis tanah dan kondisi

klimatologi dan Penggunaan lahan.


7

2. Lingkup Materi

Penelitian ini mengkaji tentang pengembangan wisata bahari untuk

meningkatkan kunjungan wisata ke Pantai Natsepa, dengan

mengacu pada beberapa indikator, yakni; Aksesbilitas, Atraksi dan

Obyek wisata, Amenety (sarana dan prasarana) (Middleton, 2001).

Yang mendasri peneliti untuk melakukan penelitian terhadap

variabel tersebut diatas, yaitu :

a) Untuk mengetahui tingkat kemudahan (aksesbilitas) ke Pantai

Natsepa, terkait dengan kondisi jalan, moda angkutan yang

digunakan, jarak, waktu, dan biaya.

b) Untuk mengidentifikasi seberapa besar daya tarik Pantai Natsepa

(keindahan alam), ketersediaan atraksi pantai, dan atraksi budaya

sehingga mampu menarik minat kunjungan wisatawan.

c) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh sarana dan prasaran

dalam pelayanan terhadap tingkat kebutuhan dan kepuasan

wisatawan saat berkunjung ke Pantai Natsepa.

3. Lingkup Tahapan Penelitian

a) Tahap Persiapan Penelitian


8

Tahap awal dalam penyusunan skripsi ini, peneliti melakukannya

dengan langkah – langkah sebagai berikut :

Membuat surat dokumen pengantar penelitian dari instansi

terkait sebagai bukti otentik untuk melakukan penelitian.

Menyediakan alat dan bahan yang digunakan dala melakukan

penelitian diantaranya; alat tulis (buku, pena, dan pensil),

mesin ketik (laptop dan sejenisnya), serta kendaraan roda dua

sebagai alat transportasi.

Mempersiapkan APD (atribut pelindung diri) diantaranya;

helem, topi, baju lengan panjang, dan sepatu,

Mempersiapkan biaya dan perbekalan untuk melakukan

penelitian

Membuat skejul penelitian, dalam 1 (satu) bulan selama

berada di lokasi penelitian.

Melakukan konsultasi laporan proposal dengan dosen

pembimbing sebagai bahan evalusai sebelum melakukan

penelitian, sekaligus untuk mengetahui permasalahan yang

akan diteliti.

b) Tahap Penelitian
9

Tahapan penelitan dalam penyusunan skripsi ini yang dilakukan

oleh peneliti diantaranya sebagai berikut :

Merumuskan latar belakang masalah penelitian yang

bertujuan untuk menempatkan dan menegaskan titik fokus

dari objek yang diteliti. Dalam hal ini pengembangan wisata

bahari untuk meningkatkan kunjungan wisata ke Pantai

Natsepa yang berkaitan dengan konsep 3A (aksesbilitas,

atraksi dan objek wisata, serta Ameneity)

Melakukan kajian studi literature yang bersumber dari

penelitian terdahulu seperti; Tesis, jurnal nasional dan jurnal

internasional, skripsi, dan buku – buku yang berhubungan

dengan judul dalam penelitian ini.

Menentukan objek yang diteliti, dalam hal ini banyaknya

jumlah sampel dan kondisi aksesbilitas, atraksi dan objek

wisata, serta ketersediaan ameneity.

Merumuskan pertanyaan wawancara (kuisioner)

Melakukan wawancara dengan responden.

c) Tahap Analisis Dan Pembahasan

Tahapa analisis data dalam penelitian ini bertujuan untuk

menghimpun data – data lapangan yang diperoleh dari

responden saat melakukan wawancara. Proses analisis

dilakukan dengan menelaah data, menata, menyusunnya dalam


10

satuan-satuan yang sesuai dengan pola kebutuhan analisis.

Dalam penulisan skripsi ini tahap analisis data dilakukan dengan

dua tahap yaitu :

Tahap redukasi

Reduksi data dapat diartikan sebagai proses memilih,

memfokuskan hal – hal yang pokok dalam penelitian.

Pendekatan analisis pada tahap ini penenliti menggunakan

metode analisis taksonomi yaitu pengumpulan data secara

langsung dengan melakukan wawancara dan dokumentasi

terakit dengan data – data aksesbilitas, atraksi dan objek

wisata serta ketersediaan ameneity di kawasan wisata Pantai

Natsepa. Selanjutnya data – data yang diperoleh dijabarkan

secara tersturktur.

Penyajian Data

Keseluruhan data yang diperolah melalui tahap redukasi

kemudian disajikan dalam bentuk naratif yang dikelompokan

berdasarkan jenis data kualitatif dan data kuantitatif sehingga

dapat mempermudah penjabarannya. Dalam tahap ini

pendekatan analisis yang digunakan oleh peneliti adalah

anailisi deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif.

Data kualitatf dalam penelitian ini adalah aksesbilitas dan


11

atraksi dan objek wisata Pantai Natsepa sedangkan data

kuatitatif adalah data sarana dan prasarana (Ameneity).

d) Tahap Kesimpulan

Penarikan kesimpulan (verifikasi) merupakan tahap akhir dari

kegiatan menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian.

Pada tahap ini yang dilakukan oleh peneliti adalah mengevaluasi

kembali data – data melaluai proses redukasi data dan penyajian

data dari hasil analisis terkait dengan data aksesbilitas, atraksi

dan objek wisata serta ketersediaan ameneity di kawasan wisata

Pantai Natsepa sehingga dapat diketahui variabel yang memiliki

pengaruh terhadap pengemabngan wisata Pantai Natsepa.

F. Sistematika Pembahasa

A. Sistematika pembahasan berisikan tentang Bab 1 yang

membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, dan

sistematika pembahasan. Bab 2 membahas tentang tinjauan

pustaka yang menjelaskan tentang pengertian wisata dan

wisatawan, jenis – jenis wisata, karakteristik pengunjung wisata,

faktor yang mempengaruhi perjalanan wisata, teori – teori

pengembangan wisata, pengertian produk wisata, pengertian

kebudayaan, pemberdayaan masyarakat pariwisata, pariwisata

berwawasan lingkungan, kawasan pariwisata, sistem pariwisata


12

(demand end suplay), komponen pengembangan pariwiasat,

implikasi pariwisata terhadap perekonomian, pengertian

pengembangan wisata, kerangka pikir, dan penelitian terdahulu.

Bab 3 membahas tetang metode penelitian (jenis dan sifat

peneltian), lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel,

variabel penelitian, jenis dan sumber data, metode

pengumpulan data, metode analisis data, dan defenisi

operasional. Bab 4 membahas tentang gambaran umum lokasi,

Perlibatan Dan Partisipasi Masyarakat, Swasta Dan Pemerintah

Dalam Mengembangkan Kawasan Wisata Pantai Natsepa,

karakteristik kunjungan, Keberlangsungan Proses

Penyelenggaraan Pariwisata Pantai Natsepa Ditinjau Dari

Ketertarikan, Ketersediaan Dan Tingkat Kebutuhan Atraksi,

Aksesibilitas Dan Ameneity, Konsep dan Strategi

Pengembangan Kawasan Pantai Natsepa di Masa Depan

Dengan Membangun Sistem Kebutuhan Atraksi, Aksesibilitas

Dan Ameneity Secara Berkelanjutan. Bab 5 adalah penutup

berisi kesimpulan dan saran


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Pariwisata dan Wisatawan

1. Defenisis Pariwisata

Pariwisata adalah istilah yang diberikan apabila seseorang

wisatawan melakukan perjalanan itu sendiri, atau dengan kata lain

aktivitas dan kejadian yang terjadi ketika seseorang pengunjung

melakukan perjalanan (Sutrisno dalam Yuliani, 2013: 453).

Menurut Soekadijo (2000) pariwisata secara singkat dapat

dirumuskan sebagai kegiatan dalam masyarakat yang

berhubungan dengan wisatawan.

Menurut Karyono (1997), Pariwisata adalah keseluruhan kegiatan

pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur,

mengurus dan melayani kebutuhan wisatawan.

Menurut Suwantoro (2004), istilah pariwisata berhubungan erat

dengan pengertian perjalanan wisata yaitu sebagai sesuatu

perubahan tempat tinggal sementara seseorang diluar tempat

tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan

kegiatan untuk menghasilkan upah dengan demikian dapat

dikatakan bahwa perjalanan wisata merupakan suatu perjalanan

yang dilakukan seseorang atau lebih dengan tujuan antara lain

untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin

mengetahui sesuatu.

21
22

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun

2009 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa pariwisata adalah

berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas

serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,

pemerintah, dan pemerintah daerah. Pariwisata adalah

keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat

untuk mengatur, mengurus dan melayani kebutuhan wisatawan.

(Karyono, 1997:15).

2. Defenisis Wisatawan

Kata wisatawan berassal dari bahasa Sangsakerta, dari asal

kata“wisata” yang berarti perjalanan ditambah dengan akhiran

“wan” yang berarti orang yang melakukan perjalanan wisata.

Dibawah ini akan dikemukakan batasan dari beberapa ahli dan

badan internasional dibidang pariwisata:

a) Wisatawan Internasional

Wisatawan internasional adalah setiap orang yang

mengunjungi suatu negara, dengan tujuan tidak untuk menetap

atau bekerja tetap, dan membelanjakan uangnya ditempat

tersebut dengan uang yang diperolehnya di tempat lain.

b) Wisatawan Domestik

Wisatawan Domestik adalah seseorang penduduk suatu

negara yang melakukan perjalanan ke tempat selain dimana ia

tinggal menetap. Perjalanan tersebut dilakukan dalam ruang


23

lingkup negara dimana yang bersangkutan tinggal, dengan

lama perjalanan sekurag-kurangnya 24 jam, dengan tujuan

tidak untuk mendapatkan nafkah.

B. Jenis – Jenis Pariwisata

Menurut Pendit (2006:38-42), pariwisata dapat dibedakan menurut

motif wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat. Jenis-jenis

pariwisata tersebut adalah sebagai berikut.

1. Wisata Budaya

Wisata budaya adalah perjalanan yang dilakukan atas dasar

keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan

jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ketempat lain atau

keluar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan adat istiadat

mereka, cara hidup mereka, budaya dan seni mereka. Seiring

perjalanan serupa ini disatukan dengan kesempatan–kesempatan

mengambil bagian dalam kegiatan–kegiatan budaya, seperti

eksposisiseni (senitari, seni drama, seni musik, dan seni suara),

atau kegiatan yang bermotif kesejarahan dan sebagainya.

2. Wisata Kesehatan

Halini dimaksudkan perjalanan seorang wisatawan dengan tujuan

tersebut untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari

dimana ia tinggal demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti

jasmani dan rohani, dengan mengunjungi tempat peristirahatan

seperti mata air panas mengandung mineral yang dapat


24

menyembuhkan, tempat yang mempunyai iklim alam yang

menyehatkan atau tempat-tempat yang menyediakan fasilitas-

fasilitas kesehatan lainnya.

3. Wisata Maritim atau Bahari

Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olahraga di air,

lebih–lebih didanau, pantai, teluk, atau laut seperti memancing,

berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi

berselancar, balapan mendayung, melihat–lihat taman laut dengan

pemandangan indah dibawah permukaan air serta berbagai

rekreasi perairan yang banyak dilakukan didaerah–daerah atau

negara–Negara maritim, di Laut Karibia, Hawaii, Tahiti, Fiji dan

sebagainya. Daerah Indonesia banyak tempat dan daerah yang

memiliki potensi wisata maritim ini, seperti misalnya Pulau–pulau

Seribu di Teluk Jakarta, Danau Toba, pantai Pulau Bali dan pulau–

pulau kecil disekitarnya, taman laut di Kepulauan Maluku dan

sebagainya. Jenis ini disebut pula wisata tirta.

4. Wisata Cagar Alam (Taman Konservasi)

Untuk jenis wisata ini biasanya banyak diselenggarakan oleh agen

atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha–usaha dengan

jalan mengatur wisata ketempat atau daerah cagar alam, taman

lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya yang

kelestariannya dilindungi oleh undang–undang. Wisata cagar alam

ini banyak dilakukan oleh para penggemar dan pecinta alam dalam
25

kaitannya dengan kegemaran memotret binatang atau margasatwa

serta pepohonan kembang beraneka warna yang memang

mendapat perlindungan dari pemerintah dan masyarakat. Wisata ini

banyak dikaitkan dengan kegemaran akan keindahan alam,

kesegaran hawa udara di pegunungan, keajaiban hidup binatang

dan margasatwa yang langka serta tumbuh–tumbuhan yang jarang

terdapatdi tempat–tempat lain. DiBali wisata Cagar Alam yang telah

berkembang seperti Taman Nasional Bali Barat dan Kebun Raya

Eka Karya.

5. Wisata Konvensi

Yang dekat dengan wisata jenis politik adalah apa yang dinamakan

wisata konvensi. Berbagai negara pada dewasa ini membangun

wisata konvensi ini dengan menyediakan fasilitas bangunan

dengan ruangan–ruangan tempat bersidang bagi para peserta

suatu konfrensi, musyawarah, konvensi atau pertemuan lainnya

baik yang bersifat nasional maupun internasional. Jerman Barat

misalnya memiliki Pusat Kongres Internasiona (International

Convention Center) di Berlin, Philipina mempunyai PICC(Philippine

International Convention Center) di Manila dan Indonesia

mempunyai Balai Sidang Senayan diJakarta untuk tempat

penyelenggaraan sidang–sidang pertemuan besar dengan

perlengkapan modern. Birokonvensi, baik yang ada di Berlin,

Manila, atau Jakarta berusaha dengan keras untuk menarik


26

organisasi atau badan–badan nasional maupun internasional

untuk mengadakan persidangan mereka dipusat konvensi ini

dengan menyediakan fasilitas akomodasi dan sarana pengang

kutan dengan harga reduksi yang menarikserta menyajikan

program–program atraksi yang menggiurkan.

6. Wisata Pertanian (Agrowisata)

Sebagai halnya wisata industri, wisata pertanian ini adalah

pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek–proyek

pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya dimana

wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan

peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat–lihat keliling sambil

menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan

suburnya pembibitan berbagai jenis sayur–mayur dan palawija di

sekitar perkebunan yang dikunjungi

7. Wisata Buru

Jenis ini banyak dilakukan dinegeri–negeri yang memang memiliki

daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh

pemerintah dan digalakan oleh berbagai agen atau biro perjalanan.

Wisata buru ini diatur dalam bentuk safari buru kedaerah atau

hutan yang telah ditetapkan oleh pemerintah negara yang

bersangkutan, seperti berbagai negeri di Afrika untuk berburu

gajah, singa, ziraf, dan sebagainya. Di India, ada daerah–daerah

yang memang disediakan untuk berburu macan, badak dan


27

sebagainya, sedangkan di Indonesia, pemerintah membuka wisata

buru untuk daerah Baluran di Jawa Timur dimana wisatawan boleh

menembak banteng atau babi hutan.

8. Wisata Jiarah

Jenis wisata ini sedikit banyak dikaitkan dengan agama, sejarah,

adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam

masyarakat. Wisata ziarah banyak dilakukan oleh perorangan atau

rombongan ketempat–tempatsuci, ke makam–makam orang besar

atau pemimpin yang diagungkan, kebukit atau gunung yang

dianggap keramat, tempat pemakaman tokoh atau pemimpin

sebagai manusia ajaib penuh legenda. Wisata ziarah ini banyak

dihubungkan dengan niat atau hasrat sangwisatawan untuk

memperoleh restu,kekuatan batin, keteguhan iman dan tidak jarang

pula untuk tujuan memperoleh berkah dan kekayaan melimpah.

C. Karakteristik Pengunjung Wisata

Bila diperhatikan, orang-orang yang datang berkunjung disuatu tempat

atau negara, biasanya mereka disebut sebagai pengunjung yang

terdiri dari beberapa orang dengan bermacam-macam motivasi

kunjungan termasuk didalamnya adalah wisatawan, sehingga tidak

semua pengunjung termasuk wisatawan.

Menurut International Union of Official Travel Organization (IUOTO),

pengunjung yaitu setiap orang yang datang ke suatu negara atau

tempat tinggal lain dan biasanya dengan maksud apapun kecuali


28

untuk melakukan pekerjaan yang menerima upah.Pengunjung

digolongkan dalam dua kategori, yaitu:

1. Wisatawan (tourist)

Pengunjung yang tinggal sementara sekurang-kurangnya selama

24 jam di negara yang kunjunginya dan tujuan perjalanannya

dapat digolongkan kedalam klasifikasi sebagai berikut

Pesiar (leisure), untuk keperluan rekreasi, liburan,

kesehatan, studi, keagamaan dan olahraga.

Hubungan dagang (business), keluarga, konferensi, misi,

dan lain sebagainya

2. Pelancong (exursionist)

Pengunjung sementara yang tinggal di suatu negara yang

dikunjungi dalam waktu kurang dari 24 jam.

Dari beberapa pengertian tersebut, dalam penelitian ini yang

dimaksud dengan pengunjung adalah seseorang yang

melakukan kunjungan pada objek dan daya tarik wisata yang

dalam hal ini adalah objek wisata Pantai Natsepa sebagai lokasi

penelitian.

Karakteristik pengunjung dapat dibedakan ke dalam dua jenis,

yaitu karakteristik sosial-ekonomi dan karakteristik perjalanan

wisata Smith (1989:13). Dalam hal ini karakteristik pengunjung

memberikan pengaruh yang tidak langsung terhadap

pengembangan pariwisata. Tidak dapat diterapkan secara


29

langsung langkah-langkah yang harus dilakukan hanya dengan

melihat karakteristik pengunjung, melainkan perlu melihat

keterkaitan dengan persepsi pengunjung.

Pengunjung pada suatu objek wisata memiliki karakteristik

dan pola kunjungan, kebutuhan ataupun alasan melakukan

kunjungan ke suatu objek wisata masing-masing berbeda hal ini

perlu menjadi pertimbangan bagi penyedia pariwisata sehingga

dalam menyediakan produk dapat sesuai dengan minat dan

kebutuhan pengunjung. Adapun karakteristik pengunjung

meliputi:

Jenis kelamin yang dikelompokkan menjadi laki-laki dan

perempuan

Usia adalah umur responden pada saat surveI

Kota atau daerah asal adalah daerah tempat tinggal

responden

Tingkat pendidikan responden

Status pekerjaan responden

Status perkawinan responden

Pendapatan perbulan responden

Sedangkan pola kunjungan responden merupakan alasan utama

perjalanan adalah motif atau tujuan utama dilakukannya

perjalanan tersebut meliputi:


30

Maksud kunjungan yang merupakan tujuan utama

melakukan perjalanan wisata.

Frekuensi kunjungan adalah banyaknya kunjungan ke

objek wisata yang pernah dilakukan oleh responden

Teman perjalanan adalah orang yang bersama-sama

dengan responden melakukan perjalanan wisata.

Lama Waktu kunjungan adalah jumlah waktu yang

dihasilkan responden selama berada di objek wisata.

Besar pengeluaran adalah jumlah pengeluaran atau biaya

selama melakukan perjalanan wisata.

D. Faktor yang Mempengaruhi Perjalanan Wisata

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi perjalanan wisata

adalah sebagai berikut Foster (1985:5):

1. Profil Wisatawan (Tourist Profile)

Profil wisatawan dapat dikelompokan menjadi 2 (dua) kategori,

yaitu:

Karakteristik sosial ekonomi wisatawan (Sosio-economic

characteristic) yang meliputi umur, pendidikan dan tingkat

pendapatan.

Karakteristik tingkah laku (behavioural Characteristic) yang

meliputi motivasi, sikap dan keinginan wisatawan.


31

2. Pengetahuan untuk melakukan perjalanan (travel awareness) yang

meliputi informasi tentang daerah tujuan wisata serta ketersediaan

fasilitas dan pelayanannya.

3. Karakteristik perjalanan (trip features) yang meliputi jarak, waktu

tinggal di daerah tujuan, biaya dan waktu perjalanan.

4.Sumber daya dan karakteristik daerah tujuan (resources and

characteristic of destinataon) yang meliputi jenis atraksi,

akomodasi, ketersediaan dan kualitas fasilitas pelayanan, kondisi

lingkungan dan sebagainya.

Keempat faktor di atas dirumuskan melalui unsur penawaran

(supply) dan unsur permintaan (demand). Adanya kedua unsur yang

berlawanan ini melahirkan berbagai jenis kegiatan rekreasi yang dapat

dinikmati oleh pengunjung di suatu kawasan wisata. Faktor yang

mendorong suatu perjalanan wisata dari daya tarik objek wisata

diharapkan membentuk citra atau image. Citra wisata adalah

gambaran yang diperoleh wisatawan dari berbagai kesan,

pengalaman dan kenangan yang didapat sebelum, ketika dan

sesudah mengunjungi objek wisata.

Dengan demikian untuk membentuk citra dari suatu kawasan

wisata perlu adanya suatu produk wisata yang dapat mempengaruhi

perjalanan seorang wisatawan. Produk tersebut dirumuskan dengan


32

menampilkan objek yang menarik dan sarana yang mendukung

sehingga mempunyai nilai kompetisi.

E. Teori – Teori Pengembangan Wisata

1. Manuel Boud-Bovy and Fred Lawson (1977)

Menurut Manuel Boud-Bovy and Fred Lawson (1977:43),

mengemukakan bahwa dalam menganalisis pengembangan

produk wisata ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

a) Riset pasar (market research), meliputi: luas cakupan area,

kependudukan dan kondisi sosial ekonomi, kompetitor sejenis

disekitar, faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan wisata di

masa datang.

b) Pengamatan lokasi (site investigation), meliputi: jarak

pencapaian dari dan ke lokasi, lingkungan sekitar,

ketersediaan infrastruktur, pengembangan lingkungan sekitar,

kendala dan biaya, dampak lingkungan dan sosial ekonomi.

c) Program, meliputi: penetapan waktu alternatif objek wisata,

persyaratan kebutuhan fasilitas, estimasi biaya (modal dan

operasional), manajemen pengelolaan dan keuangan.

d) Perencanaan fisik, meliputi: traffic, sirkulasi dan menejemen

transportasi pada saat puncak keramaian terjadi, diversifikasi

atraksi wisata dan kegiatan yang lebih variatif.

Dalam suatu konsep perencanaan wisata, para pengembang

harus memperhatikan semua aspek pendukung pariwisata, karena


33

pariwisata merupakan kegiatan yang berlangsung di atas

permukaan tanah dan menyangkut semua bentuk-bentuk unsur

alam, air, udara, kehidupan liar didalamnya, bentang alam, hutan,

iklim, sungai, laut, pantai dan lainnya. Selain faktor alam terdapat

pula faktor-faktor lainnya yaitu faktor buatan manusia seperti pasar,

transportasi dan karakteristik masyarakat setempat.

2. Smith (1991)

Menurut Smith (1991:15) mengatakan bahwa masalah utama

dalam perencanaan produk wisata adalah seberapa besar daya

tarik suatu daerah wisata untuk dapat dikembangkan lebih lanjut

hingga menarik para wisatawan untuk mengunjunginya. Daerah

dengan sedikit objek peninggalan sejarah, sedikit pemandangan

alam yang menarik, tanpa pantai, iklim yang jelek, sedikit

kesempatan untuk berbelanja, dan sedikit potensi lain yang bisa

dikembangkan merupakan pilihan paling rendah untuk dipilih

menjadi suatu objek wisata yang berkembang, baik oleh

pemerintah maupun investor. Produk wisata yang baik harus dapat

mendatangkan wisatawan sebanyak-banyaknya, menahan mereka

dalam waktu yang lama, serta memberi kepuasan kepada

wisatawannya. Untuk mencapai hasil itu, beberapa syarat harus

dipenuhi yaitu (Soekadijo, 1996):

a) Kegiatan dan objek yang merupakan atraksi itu sendiri harus

dalam keadaan yang baik. Untuk dapat memberikan


34

kepuasan, atraksi wisata harus dalam keadaan baik, baik

atraksi yang berupa kegiatan seperti tarian dan upacara,

maupun atraksi yang berupa objek, seperti candi, keris dan

sebagainya.

b) Karena atraksi wisata itu harus disajikan di hadapan

wisatawan, maka cara penyajiannya harus tepat. Atraksi

wisata boleh dikatakan berhasil kalau menimbulkan kesan

kepada wisatawan, sehingga ia merasa puas. Kepuasan itu

tidak hanya tergantung kepada keadaan atraksi wisata itu

sendiri, akan tetapi juga kepada caranya mempresentasikan di

hadapan wisatawan.

c) Objek wisata terintegrasi dengan syarat-syarat pariwisata

lainnya, yaitu jasa pelayanan, transportasi dan aktualisasi.

Dengan membangun objek wisata saja wisataan belum

berdatangan. Objek wisata itu harus diintegrasikan dengan

syarat-syarat pariwisata lainnya, yaitu jasa pelayanan,

transportasi dan aktualisasi.

d) Dapat menahan wisatawan di tempat atraksi dalam waktu

yang cukup lama. Tujuan pembangunan pariwisata adalah

tidak hanya mendatangkan wisatawan sebanyak-banyaknya,

akan tetapi juga untuk menahan mereka selama mungkin.

Dengan asumsi bahwa akan semakin besar keuntungan yang

diharapkan dari kehadiran mereka, yakni dengan semakin


35

lamanya wisatawan dapat bertahan di suatu objek wisata

maka akan semakin bertambah pula perputaran uang yang

terjadi.

3. A. Yoeti Oka (1996)

Pengembangan diartikan sebagai usaha untuk menuju ke arah

yang lebih baik, lebih luas atau meningkat (kamus Webster).

Pengembangan pariwisata menurut Pearce (1981:12) dapat

diartikan sebagai “usaha untuk melengkapi atau meningkatkan

fasilitas dan pelayanan yang dibutuhkan masyarakat”.

Pengembangan pariwisata adalah salah satu cara untuk

membuat suatu obyek wisata menjadi menarik dan dapat membuat

para pengunjung tertarik untuk mengunjunginya. Dalam

pengembangan pariwisata, terdapat faktor yang dapat menentukan

keberhasilan pengembangan pariwisata (Yoeti: 1996) yaitu:

1) Objek dan daya tarik wisata.

2) Adanya fasilitas accessibility yaitu sarana dan prasarana

sehingga memungkinkan wisatawan mengunjungi suatu daerah

atau kawasan wisata.

3) Tersedianya fasilitas amenities yaitu sarana kepariwisataan yang

dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat.

4. Gamal Suswantoro (1997)

Menurut Suwantoro (1997: 19) Faktor-faktor lokasional yang

mempengaruhi pengembangan potensi obyek wisata adalah


36

kondisi fisis, aksesibilitas, pemilikan dan penggunaan lahan,

hambatan dan dukungan serta faktor-faktor lain seperti upah

tenaga kerja dan stabilitas politik. Selain itu unsur-unsur pokok

yang harus diperhatikan meliputi obyek dan daya tarik wisata,

prasarana wisata, sarana wisata, infrastruktur dan masyarakat dan

lingkungan.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi potensi wisata tersebut

diatas dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Kondisi fisis

Aspek fisis yang berpengaruh terhadap wisata berupa iklim,

tanah, batuan dan morfologi, hidrosfer, flora dan fauna.

b) Atraksi dan obyek wisata

Atraksi wisata adalah segala sesuatu yang menjadi daya

tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu,

misal adalah tari-tarian, nyayian, kesenian daerah, upacara

adat dan lain-lain (Yoeti, 1996: 172)

c) Aksesibilitas

Aksesibilitas berkaitan dengan usaha pencapaian tempat

wisata. Semakin mudah tempat tersebut dicapai maka akan

menambah minat wisatawan untuk berkunjung.

d) Pemilikan dan penggunaan lahan

Variasi dalam pemilikan dan penguasaan lahan dapat

mempengaruhi lokasi tempat wisata, bentuk pengembangannya,


37

serta juga bisa mempengaruhi arah pengembangannya. Bentuk

penguasaan lahan antara lain lahan negara atau pemerintah,

lahan masyarakat dan lahan pribadi.

e) Sarana dan prasarana wisata

Sarana wisata adalah perusahaan - perusahaan yang

memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung

atau tidak langsung. Sarana wisata ini berupa transportasi, biro

perjalanan wisata, hotel atau penginapan dan rumah makan.

Prasarana wisata adalah semua fasilitas yang memungkinkan

agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang

serta dapat memberikan pelayanan pada wisatawan untuk

memenuhi kebutuhan yang beranekaragam. Prasarana wisata

ini berupa prasarana perhubungan, komunikasi, instalasi

listrik, persediaan air minum, sistem irigasi, sistem perbankan

dan pelayananan kesehatan (Yoeti, 1996: 194).

f) Masyarakat

Pemerintah melalui instansi - instansi terkait telah

menyelenggarakan penyuluhan kepada masyarakat dalam

bentuk bina masyarakat sadar wisata (Suwantoro, 1997: 23).

5. Meddelton (2001)

Produk Wisata adalah seluruh unsur kepariwisataan baik

berupa jasa pelayanan dan fasilitas-fasilitas wisata maupun atraksi


38

wisata yang diminati wisatawan selama dia berwisata sejak mulai

meninggalkan tempat tinggalnya sampai ia kembali lagi.

Middleton (2001) memberikan pengertian produk wisata lebih

dalam yaitu “The tourist products to be considered as an amalgam

of threemain components of attraction, facilities at the destination

andaccessibility of the destination”. Dari pengertian di atas kita

dapat melihat bahwa produk wisata secara umum terbentuk

disebabkan oleh tiga komponen utama yaitu atraksi wisata, fasilitas

di daerah tujuan wisata dan aksesibilitas. Middleton (2001)

mengungkapkan ada tiga komponen utama dari produk wisata,

diuraikan sebagai berikut:

a) Atraksi

Atraksi yaitu daya tarik wisata baik alam, budaya maupun

buatan manusia. Setiap destinasi pariwisata memiliki daya

tarik berbeda-beda sesuai dengan kemampuan atau potensi

yang dimiliki. Di bawah ini adalah jenis daya tarik wisata

yang biasanya ditampilkan di destinasi pariwisata:

Daya tarik wisata alam (natural tourist attractions), segala

bentuk daya tarik yang dimiliki oleh alam, misalnya: laut,

pantai, gunung, danau, lembah, bukit, air terjun, ngarai,

sungai, hutan

Daya tarik wisata buatan manusia (man-made tourist

attractions), meliputi: Daya tarik wisata budaya (cultural


39

tourist attractions), misalnya: tarian, wayang, upacara

adat, lagu, upacara ritual dan daya tarik wisata yang

merupakan hasil karya cipta, misalnya: bangunan seni,

seni pahat, ukir, lukis.

b) Amenitas

Amenitas yaitu fasilitas untuk memperoleh kesenangan.

Dalam hal ini dapat berbentuk akomodasi, kebersihan dan

keramah tamahan. Terdapat unsur-unsur di dalam suatu

atraksi atau berkenaan dengan suatu atraksi yang

memungkinkan pengunjung untuk menginap dan dengan

kata lain untuk menikmati dan berpatisipasi di dalam suatu

atraksi wisata. Hal tersebut meliputi:

Akomodasi meliputi hotel, desa wisata, apartment, villa,

caravan, hostel, guest house, dansebagainya.

Restoran, meliputi dari makanan cepat saji sampai

dengan makanan mewah.

Transportasi di suatu atraksi, meliputi taksi, bus,

penyewaan sepeda dan alat ski di atraksi yang bersalju.

Aktivitas, seperti sekolah ski, sekolah berlayar dan klub

golf.

Fasilitas-fasilitas lain, misalnya pusat-pusat bahasa dan

kursus keterampilan.
40

Retail Outlet, seperti toko, agen perjalanan, souvenir,

produsen camping.

c) Aksesibilitas

Aksesbilitas, yaitu kemudahan dalam memperoleh atau

mencapai tujuan wisata. Elemen-elemen ini adalah yang

mempengaruhi biaya, kelancaran dan kenyamanan

terhadap seorang wisatawan yang akan menempuh suatu

atraksi. Elemen-elemen tersebut ialah:

Infrastruktur

Jalan, bandara, jalur kereta api, pelabuhan laut, marina.

Perlengkapan, meliputi ukuran, kecepatan, jangkauan

dari sarana transportasi umum.

Faktor-faktor operasional seperti jalur/rute operasi,

frekuensi pelayanan, dan harga yang dikenakan.

Teori Middleton (2001) dilengkapi oleh Direktorat Jendral

Pariwisata Republik Indonesia yang menyebutkan

perkembangan produk wisata dikaitkan atas 4 faktor yaitu:

Attractions (daya tarik) :

• Site Attractions tempat-tempat bersejarah, tempat

dengan iklimyang baik, pemandangan indah).

• Event Attractions (kejadian atau peristiwa misalnya

kongres, pameran, atau peristiwa lainnya.


41

Amenities (fasilitas) tersedia fasilitas yaitu tempat

penginapan, restoran, transport lokal yang memungkinkan

wisatawan berpergian, alat-alat komunikasi.

Aksesibilitas adalah tempatnya tidak terlalu jauh, tersedia

transportasi ke lokasi, murah, aman, dan nyaman.

Tourist organization untuk menyusun kerangka

pengembangan pariwisata, mengatur industri pariwisata dan

mempromosikan daerah sehingga dikenal banyak orang.

4. A, Yoeti, Oka 1996

F. Pengertian Produk Pariwisata

Produk pariwisata menurut Burkart dan Medilik yang dikutip oleh

Oka A Yoeti(1996:64) mengemukakan pengertian produk wisata

sebagai berikut : The tourist product may be seen as composite

product, as an amalgan of attractions, transport accommodation

andof entertainment” Dalam pengertian produk tersebt diatas lebih

menekankan kepada satustrata produk yang satu sama lain saling

memiliki ketergantungan yang terdiri dari obyekwisata, atraksi wisata,

transportasi, akomodasi, dan rekreasi hiburan umum, dimana masing

- masing jenis usaha dipersiapkan oleh masing-masing perusahaan.

Sedangkan pendapat Medik dan Meddelton yang dikutip oeh

Oka A. Yoeti (1996:164) mengenukakan pengertian produk pariwisata

sebagai berikut : “as far as the touist concerned the product convers

the complete experience from the time the leaves home to time
42

hasreturns to it” Pendapat Medik dan Meddelton lebih menekankan

kepada keterpaduan seluruh unsur bisnis (usaha) pariwisata yang

disusun dalam satu bentuk paket wisata yang satu sama lain memiliki

unsur pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan dan

sejak berangkat meninggalkan rumah sampai kembali ketempat asal.

Dalam kaitan pengertian tersebut, maka produk wisata lebih

cenderung kepeda pengelolaan usaha pariwisata yang memiliki tiga

unsur penting sebagai bentuk wisata pada suatu daerah tujuan wisata

yaitu :

1. Atraksi dan citra pembentuk satu daerah tujuan wisata;

2. Sarana dan prasarana yang mendukung keberadaan produk

wisata tersebut;

3. Aksesibilitas di suatu daerah tujuan wisata

Undang-undang No. 9 tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah

No. 67 tahun 1996membagi 3 bagian pengusahaan produk wisata

kedalam bentuk pengelolaan dan jenis-jenisusaha sebagai berikut :

1. Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata

a. Pengusahana obyek dan daya tarik wisata alam, ODTW alam

berbentuk alamciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa seperti

hutan, bentang alam, sungai, geotermal, pantai, gunung,

danau dan sebagainya yang telah ditetapkan sebagai obyek

dan daya tarik wisata untuk dijadikan sasaran wisata;


43

b. Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata budaya, setiap hasil

karya, karsa, ciptamanusia yang membentuk berbagai jenis

benda, kegiatan, seperti seni olahmakanan dan minuman, seni

tari, seni tembang, seni karawitan, seni musik, nilai-nilai tradisi,

seni rupa, kepurbakalaan, sastra, kerajinan, bahasa, sejarah

dan lain-lain sebagai usaha pemanfaatan seni budaya bangsa

yang telah ditetapkan sebagaiobyek dan daya tarik wisata

untuk dijadikan sasaran wisata;

c. Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata minat khusus

merupakan usaha pemanfaatan sumber daya alam atau

potensi seni budaya seperti wisata goa, panjattebing, diving,

windsurfing, sport, pengenalan budaya suku-suku dan lain-

lainuntuk dijadikan sasaran wisata bagi wisatawan yang

mempunyai minat khusus

2. Usaha jasa pariwisata

Usaha jasa pariwisata yang meliputi penyediaan jasa

perencanaan, jasa pelayanan dan jasa penyelenggaraan

pariwisata dengan :

a. Jenis usaha jasa pariwisata sebagai berikut :

• Jasa biro perjalanan wisataii.

• Jasa agen perjalanan wisataiii.

• Jasa impresariativ.

• Jasa konsultan pariwisata danv.


44

• Jasa informasi pariwisata

b. Usaha sarana pariwisata, dapat berupa :

• Penyediaan akomodasiii.

• Penyediaan makanan dan minumaniii.

• Penydiaan angkutan wisataiv.

• Penyediaan sarana wisatav.

• Penyediaan sarana wisata tirta danvi.

• Penyelenggaraan kawasan pariwisata

G. Pengertian Kebudayaan

Prof. Kuncoronngrat yang dikutip oleh Djaka Soeryawan

(1984:1) mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan laku

manusa yang diatur oleh tata laku dan harus di dapat melalui belajar

tersusun dalam kebudayaan bermansyarakat. Walaupun kebudayaan

meliputi seluruh kehidupan manusia (totalitas) namun lebih dikaitkan

dengan beberapa aspek yang berkaitan dengan kesenian atau hal-

hal yang berkaitan dengan seni, maka kita sering berbicara tentang

seni budaya sebagai bagian dari kebudayaan. Adapun bentuk-bentuk

kesenian/seni menurut Djaka Soeryawan (1984:1) :

1. Seni rupa/arsitektur

2. Seni musik/karawitan

3. Seni tari dan padalangan

4. Seni teater

5. Kepurbakalaan dan permuseuman


45

6. Sastra dan bahasa

7. Filsafat

Dalam perkembangannya di Indonesia kesenian pada umumnya

dibagi menjadi dua bentuk yaitu yang disebut seni tradisional dan

seni modern. Pada seni tradisional ditemukan kesenian-kesenian

klasik, sedang dalam kesenian modern timbul seni yang disebutkan

temporer. Djaka Soeryawan (1984:1) memberikan pendapat

mengenai kepurbakalaan atau arkeologi adalah bahan sejarah yang

tidak bertulisan diantaranya, bangunan seni pahat/patung, hasil

kerajinan, alat-alat kerja, alat-alat angkutan, senjata, perhiasan,

baik yang ada di permukaan bumi atau yang terpendap dalam

tanah. Benda-beda yang ada kaitannya dengan kepurbakalaan dan

perkembangan sejarah kehidupan bangsa dibagi 3 kelompok yaitu:

1. Beda purbakala yaitu suatu hasil karya pada masa silam

berbentuk benda;

2. Benda (peninggalan) sejarah, beda-benda yang ada kaitannya

dngan sejarah

3. Benda budaya baik dilihat dari segi struktural dan lain-lain

H. Pemberdayaan Masyarakat Pariwisata

Ambar Teguh Sulistiyani berpendapat, secara etimologis

pemberdayaan berasal darikata dasar daya yang berarti kekuatan

atau kemampuan, dengan demikian maka pemberdayaan dapat

dimaknai sebagai satu proses menuju berdaya atau satu proses


46

untuk memperoleh daya/ kekuatan/kemampuan atau proses

pemberian daya/ kekuatan/ kemampuan dari pihak yang memilki

daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya. Inisiatif untuk

mengalihkan daya/ kekuatan/ kemampuan, misalnya pemerintah atau

agen - agen pembangunan lainnya (2004:77). Pemberdayaan

masyarakat pariwisata dimaksud adalah sebagai satu pendekatan

yang mengikut sertakan dan meletakan masyarakat sebagai pelaku

penting dalan berbagai kegiatan pariwisata. Dalam

pemberdayaan dikenal beberapa unsure yang menjadi penggrak

masyarakat agar mampu berperan aktif antara lain : Partisipasi

(participation), Motivasi (motivation), Keberanian (enourage),

Perlindungan (protection), Kesadaran (awareness), Berkembang

(enabling)

I. Pariwisata Berwawasan Lingkungan

Pariwisata berwawasan lingkungan dimaksud adalah

penyelenggaraan pengusahaan pariwisata alam dilaksanakan

dengan memperhatikan :

1. Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya;

2. Kemampuan untuk mendorong dan meningkatkan

perkembangan kehidupan ekonomi,sosial, dan budaya;

3. Nilai-nilai agama, adat istiadat, pandangan dan nilai-

nilai yang hidup dalammasyarakat;

4. Kelestarian budaya dan mutu lingkungan


47

5. Keamanan dan ketertiban masyarakat

Hal tersebut diatas ditunjang pula oleh ketentuan pasal 5

undang-undang No.5 Tahun1990; bahwa konservasi sumber daya

alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melaluikegiatan :

1. Perlindungan sistem penyangga kehidupan

2. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa

beserta ekosistemnya;

3. Pemanfaatan secara lestari dumber daya alam hayati dan

ekosistemnya.

J. Kawasan Pariwisata

Chuk Y Gee (1981:29) mengemukakan pengertian mengenai

kawasan (resor) sebagai berikut : ” a resort is considered for vocation

travelers, as such, it must have a full complimentof amenities,

services products and recretional facilities required by guest. The

developmentof the resort similar type of problems, economic, social,

and envirovmental-ecountered iniurban development” Satu resor atau

kawasan adalah merupakan satu tempat tujuan wisatawan untuk

berlibur, didalamnya dilengkapi dengan berbagai fasilitas, pelayanan,

produk wisata dan tempat rekreasi secara terpadu yang dibutuhkan

wisatawan.

Menurut Surat Keputusan Menteri Pariwisata Pos dan

Telekomunikasi RI No.59 /PW002?MPPT/85, yang dimaksud

dengan kawasan pariwisata adalah setiap usaha komersial yang


48

lingkup kegiatannya menyediakan sarana dan prasarana dalam

pengembangan pariwisata. Sedangkan menurut Peraturan

Pemerintah RI No.67 tahun 1996, tentang penyelenggaraan

kepariwisataan disebutkan dalam pasal 96, kegiatan usaha

kawasan pariwisata meliputi :

1. Penyewaan lahan yang telah dilengkapi dengan prasarana

sebagai tempat untuk menyelenggarakan usaha pariwisata;

2. Penyewaan fasilitas penduduk lainnya;

3. Penyediaan bangunan-bangunan untuk menunjang kegiatan

usaha pariwisata dalam kawasan pariwisata.

Kawasan wisata dapat diartikan sebagai satu bentuk tempat

usaha yang berupaya menyediakan berbagai fasilitas yang

memungkinkan wisatawan menggunakannya dalam satu kesempatan

dan efisiensi waktu kunjungan.

1. Wisata Alam

Gunn (1994) mengutarakan wisata alam adalah kegiatan

wisata dengan atraksi utamanya adalah sumber daya alam yang

terdiri dari 5 bentukan dasar alam yaitu : air, topografi, flora, fauna,

dan iklim. Bentuk sumber daya alam yang sangat umum untuk

dikembangkan adalah air, seperti telaga warna, danau, laut,

sungai, air terjun, dan sebagainya. Potensi alam seperti daerah

yang memiliki perbedaan ketinggian tertentu dan mengalami

modifikasi lanskap akan sangat menarik bagi wisata. Flora dan


49

fauna endemic yang sangat bervariatif banyak menarik wisatawan,

bentuk wisata mulai dari kegiatan viewing, watching, hingga

berburu (hunting) hewan. Bahkan perbedaan iklim pun dapat

membuka peluang industri pariwisata.

Harold (1997) mengutarakan pariwisata alam mencakup

kegiatan memasarkan bentang alam dan kehidupan liar

kepada pengunjung dan wisatawan. Taman Nasional

dankawasan lindung merupakan sumber daya utama bagi

pariwisata alam, yang semakin meningkat arti ekonominya, karena

menghasilkan devisa dan manfaat ekonomi bagi pelestarian

habitat alam dan spesies yang hidup didalamnya.

Menurut Gunn (1994) peningkatan kepedulian terhadap sumber

daya alam secara universal dapat menyebabkan timbulnya

bentuk kegiatan wisata yang berbasis kepada alam.

Salah satu bentuk kegiatan wisata alam tersebut adalah

ekowisata atau ecotourism. Barnesetal (1992) mengutarakan

kegiatan ekowisata dapat di identifikasikan sebagai penggunaan

daerah alam oleh pengunjung berjumlah kecil yang memiliki

kemampuan dan pengetahuan dengan tujuan untuk mempelajari

suatu pengalaman baru. Menurut Jacobs (1995) ekowisata adalah

salah satu bentuk pendekatan kegiatan wisata yang bertujuan

untuk meminimalkan kerusakan dan menggunakan pendekatan

masyarakat lokal. Motivasi dalam melakukan perjalanan wisata


50

adalah untuk kesenangan, kekuasaan, pengalaman spiritual,

maupun komersial

2. Wisata Budaya

Menurut Gunn (1994) wisata budaya adalah kegiatan wisata

dengan atraksi utamanya adalah sumber daya budaya. Kategori

sumber daya budaya meliputi tapak prasejarah, tapak bersejarah,

tempat berbagai etnik dan tempat suatu pengetahuan dan

pendidikan, lokasiindustri, pusat perbelanjaan, dan pusat bisnis,

tempat pementasan kesenian, museum, dangaleri, tempat

hiburan, kesehatan, olah raga dan keagamaan.

Bentuk kegiatan wisata yang dapat dikembangkan dari

sumber daya wisata budaya antara lain dengan membuat

interpretasi pengunjung dan melakukan kunjungan pada

taman pra-sejarah dan perlindungan, pusat kebudayaan,

taman bersejarah, festival kebudayaan, festival pendidikan,

pusat konvensi, pusat kesehatan, lain sebagainya. Berdasarkan

International Council on Monuments and Sites (ICOMOS, 1999)

warisan/peninggalan (heritage) merupakan konsep yang luas dan

meliputi baik lingkungan alam dan lingkungan budaya. Konsep

tersebut mencakup lanskap, tempat bersejarah, tapak

dan lingkungan buatan, maupun keanekaragaman hayati, hasil

koleksi, masa lalu dan kegiatan kebudayaan yangmasih

dilakukan, pengetahuan dan pengalaman kehidupan. Warisan


51

merupakan hasil rekamandan ekspresi dari suatu proses panjang

pengembangan sejarah, memperlihatkan inti dari keragaman

bangsa, wilayah, identitas penduduk asli dan lokal dan merupakan

bagian yang integral dengan kehidupan modern. Warisan tertentu

dari setiap komunitas merupakan hal takdapat digantikan dan

sangat dasar penting untuk pengembangan sekarang dan masa

depan, merupakan titik referensi dinamik instrumen positif untuk

pertumbuhan dan perubahan. Disebutkan pula bahwa tiga alasan

melakukan kegiatan wisata budaya, yaitu : memperoleh

pengalaman waktu atau tempat, belajar, dan membagi

pengetahuan dengan orang lain. Berdasarkan ICOMOS (1999)

kegiatan wisata memberikan pengalaman pribadi, tidak hanyadari

hasil yang diperoleh dari masa lalu tetapi juga dari kehidupan

kontemporer dan masyarakat lain.

K. Sistem Pariwisata

Secara umum untuk merumuskan sistem kepariwisataan yang

dapat berfungsi dengan baik, inti dari keseluruhan proses

pembangunan dan operasional pariwisata terdiri dari dua komponen

utama, yaitu sisi permintaan dan sisi sediaan (Gunn,1988:69). Sub-

bab ini akan menjelaskan secara rinci mengenai sediaan dan

permintaan pariwisata, terdiri atas penjelasan mengenai analisis

sediaan dan permintaan dalam sistem kepariwisataan, komponen


52

sediaan dan permintaan pariwisata, serta penjelasan mengenai input

survei dan analisis dalam pengembangan pariwisata.

1. Permintaan dalam Sistem Kepariwisataan (demand)

Pariwisata dapat dipandang sebagai pengalaman manusia,

perilaku sosial, fenomena geografis, sumber daya, bisnis, ataupun

industri. Analisis terhadap sistem pariwisata akan dipengaruhi oleh

cara pandang tersebut (Smith, 1989:2-7). Kegiatan kepariwisataan

dapat dilihat dari konteks kesediaan dan permintaan yang

merupakan komponen pasar kepariwisataan (Murphy, 1985:10).

Permintaan adalah wisatawan dan segala sesuatu yang melekat

pada diri wisatawan yang ditimbulkan oleh berbagai faktor yang

kemudian membentuk apa yang disebut dengan citra wisata.

Sediaan adalah segala sesuatu yang dikonsumsi oleh wisatawan

yang dibentuk oleh berbagai faktor yang kemudian hasilnya dapat

dikatakan produk wisata. Murphy (1985:10) mengklasifikasikan

komponen- komponen yang membentuk produk wisata atas

fasilitas, aksesibilitas, dan infrastruktur. Komponen

pasar pariwisata ini dapat dijelaskan dalam bentuk bagan

sebagaimana terlihat pada Gambar 2.1


53

phvsic Kultur Social Fantasi

- Motifasi past experlence – preference - hearsav


Deman - Preseps
- ekspektasi
Tourits Image

Market Place Intermediarie

- Experience Tourist
Suplay - Capital
- Resource Facilities – Accsesbility – Infrastructure

Atraction Hospitality

Gambar 2.1 Komponen Pariwisata

2. Komponen Sediaan dan Permintaan Pariwisata

Ada banyak literatur yang dapat digunakan dalam

merumuskan komponen-komponen pariwisata. Gunn

mengidentifikasi komponen produk pariwisata kedalam 4

komponen, yaitu atraksi, fasilitas pelayanan, transportasi dan

promosi informasi (Gunn,1988:71). Mill dan Morrison (1992:2)

melakukan sedikit kombinasi dengan memasukkan komponen

atraksi dan pelayanan ke dalam komponen ”tujuan”

(Gunn,1988:69).

a) Obyek Wisata

Dalam rangka mensurvei dan mengevaluasi obyek wisata,

sangat penting untuk memahami jenis-jenis daya tarik dan

aktivitas wisata yang harus dipertimbangkan dalam


54

pengembangan wisata, dan bagaiman hal ini dapat

dikategorikan untuk tujuan analisis (Inskeep,1991:76). Oleh

International Council of Societies of Indusatrial Design

(ICSID,1977), ada beberapa komponen yang dapat menarik

kedatangan para wisatawan ke lokasiwisata, atau menarik minat

penduduk setempat untuk turut menikmati atraksi yang

ditawarkan oleh obyek wisata tersebut, yaitu :

1) Berpesiar, misalnya berkeliling daerah selama berhari-hari

dengan karavan, motor, mobil, sepeda, perahu, kapal pesiar,

dan sebagainya.

2) Aktivitas, misalnya kegiatan berburu, menembak,

memancing, berselancar, mendakigunung, bersepeda,

berperahu kano, ski air, hiking, tea-walk, dan sebagainya.

3) Struktur buatan manusia, misalnya etnis dan agama,

bangunan-bangunan yang megahdan taman-taman yang

indah, arsitektur dan arkeologi, galeri dan museum,

dansebagainya.

4) Peristiwa atau acara khusus, seperti misalnya kontes

olahraga, pagelaran seni dan budaya, pameran, dapat

dijadikan

sebagai daya tarik wisata untuk periode yangsingkat

(Inskeep, 1991:88)
55

5) Fisik alam, biasanya merupakan obyek wisata alam seperti

gunung, sungai, laut,hutan, flora dan fauna, danau, pantai,

lembah, kawah, dan lain-lain.

b) Sarana Pariwisata

Sarana pariwisata dalam Pembuatan Rencana Induk

Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Pantai Natsepa

Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku ini meliputi :

1) Akomodasi

Informasi yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan

akomodasi adalah lokasi, jumlah kamar atau jumlah unit

akomodasi, kualitas pelayanan, karakteristik khusus dari

fasilitas dan pelayanan yang ditawarkan, rata-rata hunian

kamar, rata-rata peluang menginap dalam periode 1 tahun,

atau untuk periode musiman. Penilaian terhadap penyediaan

akomodasi harus dilakukan baik terhadap rencana fisik dan

jenis fasilitas dan pelayanan yang ditawarkan maupun

kualitas pelayanan (Inskeep, 1991:115).

2) Tempat-tempat Makan

Usaha penyediaan makan dan minum merupakan

usaha pengelolaan, penyediaan, pelayanan makanan dan

minuman,

yang dapat dilakukan sebagai bagian dari penyediaan akomo

dasi ataupun sebagai usaha yang terdiri sendiri (UU No.9 Tah
56

un1990 Pasal 26). Pertimbangan yang perlu dilakukan dalam

penyediaan fasilitas makanan dan minuman antara lain

adalah jenis dan variasi makanan yang ditawarkan, tingkat

kualitas makanan dan minuman, pelayanan yang diberikan,

tingkat harga,tingkat higienis, hal-hal biasanya yang dapat

menambah selera makan seseorang, sertalokasi tempat

makan, biasanya dikaitkan dengan lokasi akomodasi dan rute

perjalananwisata (Inskeep, 1991:116-117). Selain itu juga

masalah sebaran lokasi. Untuk memudahkan operasi

penyaluran makanan, sebaiknya disediakan beberapa

pusat penyediaan makanan dalam satu kawasan wisata yang

melayani tempat-tempat makan di lokasi terdekat dengannya,

sehingga memungkinkan bahan makanan dan minuman

dapat diantarkan dalam kondisi yang segar, lezat, dan dingin

(Lawson dan Baud-Bovy,1998:35)

3) Tempat Parkir

Perlu disediakan ruang parkir di luar jalan untuk

menangani kendaraan - kendaraan yang berhenti di tempat

makan, penginapan, atau tempat belanja, supaya jalan

tidak padati oleh kendaraan yang parkir, terutama pada jam-

jam ramai (Inskeep, 1991:317). Tempat parkir dapat berupa

parkir terbuka atau parkir tertutup, dan berdasarkan letaknya,

tempat parkir dapat dibuat bertingkat pada gedung parkir


57

khusus, atau tidak bertingkat (sebidang) pada lahan yang

merupakan bagian dari lahan bangunan fasilitas tertentu.

Lokasi dan rancangan parkir di luar jalan harus dapat

menimbulkan perhatian khusus bagi pemarkir yang akan

menggunakannya (Ditjen Perhubungan Darat, 1995 116).

4) Fasilitas Perjalanan

Berbelanja merupakan salah satu aktivitas kegiatan wisata,

dan sebagian pengeluaran wisatawan di distribusikan untuk

berbelanja karenanya fasilitas terhadap aktivitas belanja perlu

dipertimbangkan dalam pembangunan pariwisata bukan

hanya sebagai pelayanan wisata, namun juga sebagai obyek

wisata yang memiliki daya tarik (Inskeep, 1991:86). Fasilitas

dan pelayanan belanja disediakan bagi pengunjung yang

ingin membeli barang-barang seni,kerajinan tangan, suvenir,

barang-barang khas seperti pakaian, perhiasan dan lain-lain.

Penilaian dalarn penyediaan fasilitas belanja ini perlu

dilakukan terhadap ketersediaan barag - barangdan

pelayanan yang memadai, lokasinya yang nyarnan dan akses

yang baik, sertatingkat harga yang relatif terjangkau (Inskeep,

1991:117).

5) Sarana Pergerakan

Keterhubungan antara satu lokasi dengan lokasi lain

merupakan komponen penting dalarn sistern kepariwisataan


58

(Gunn,1988,71) Karenanya untuk menciptakan saling

keterhubungan antar berbagai tempat dalam satu kawasan

wisata dan untuk memberi kernudahan dalam pergerakan

dari satu tempat ke tempat lain, perlu adanya prasarana dan

sarana pergerakan yang memadai. Dalam kaitannya dengan

kepariwisataan, prasarana dan sarana pergerakan tersebut

harus disesuaikan dengan keberadaannya disuatu lokasi

wisata. Artinya, elemen - elemen pergerakan tersebut harus

memiliki nilai daya tarik dan berperan dalarn mendukung

aktivitas wisata. Sarana transportasi yang menarik serta

mengandung nilai historis dan memiliki bentuk-bentuk

khusus, dapat dijadikan sebagai obyek dan daya tarik wisata

(Inskeep, 1991:90).

6) Fasilitas Umum

Selain sarana yang telah disebutkan di atas, juga

diperlukan fasilitas umum sebagai sarana pelengkap. Dalam

studi ini fasilitas umum yang akan dikaji meliputi fasilitas-

fasilitas umum yang biasa tersedia di tempat-tempat rekreasi

di Indonesia, yaitu

a. Telepon umum

b. WC umum

c. Tempat ibadah
59

c) Jasa Pariwisata

Jasa pariwisata, sebagaimana jasa lainnya memiliki sifat

khas, yaitu tidak bias ditimbun dan akan dikonsumsi pada saat

Jasa tersebut dihasilkan (Yoeti, 1996:80). Dari sifatini dapat pula

dikatakan bahwa jasa pariwisata adalah pelayanan wisata yang

diberikan kepada wisatawan. Pelayanan wisata merupakan hal

penting karena pengeluaran yang dihabiskan oleh wisatawan

untuk membayar pelayanan memberikan input utama dalam

analisa ekonomi kepariwisataan (Gunn,1988 : 71). Jasa

Pariwisata meliputi jasa perencanaan, jasa pelayanan, dan

Jasa penyelenggaraan pariwisata (UU No. 9 Tahun 1990 Pasal

8). Komponen pelayanan jasa wisata yang akan dikaji dalam

studi ini meliputi:

1) Biro Perjalanan Wisata (Tour and Travel)

Biro perjalanan wisata diperlukan untuk memudahkan

wisatawan dalam mendapatkan layanan informasi,

transportasi, dan juga pemandu wisata, sebagai suatu paket

perjalanan wisata. Biro perjalanan wisata melibatkan agen –

agen khusus yang menawarkan program-program tur wisata,

sekaligus menangani kebutuhan wisatawan, pelayanan

dalam hal pelayann transportasi, tiket perjalanan,

pemesanan hotel, dan pelayanan di dalam dan di luar lingkup

travel itu sendirl (Inskeep, 1991:116). Fungsi biro periklanan


60

wisata, atau kadang disebut juga dengan agen travel, salah

satunya adalah sebagai organisator. Disini agen travel

berusaha menciptakan daerah–daerah tujuan baru

dan mengorganisir orang-orang untuk melakukan perjalan

wisata ke daerah tujuan tersebut. Hal ini dapat dilakukan

dengan 2 cara,yaitu:

• Tailor-made, agen travel menyiapkan suatu rencana tur atas

permintaan langganannya.

• Ready-made tour, agen travel membuat rencana tur untuk

dijual kepada langganan yang sama sekali belum

dikenalnya dan dijual secara bebas.

• Fungsi lain dan biro perjalanan wisata adalah sebagai

perantara. Dalam. Hal ini travel agen berperan sebagai:

o Sumber informasi bagi calon wisatawan tentang daerah

tujuan wisata yang akandikunjungi serta sarana wisata

yang tersedia di dalamnya,

o Memberi saran pada calon wisatawan tentang macam-

macam daerah tujuan dan program yang akan diikuti,

o Menyiapkan transportasi serta pengurusan barang-

barang yang akan dibawa,

o Memberikan pelayanan setelah sampai, di tujuan wisata

seperti membantu langganan dalam reservasi

penginapan, merencanakan tur, mengantar ketempat


61

penukaran uang dan bank bagi wisatawan asing,

dan sebagainya (Yoeti,1996:119-123).

2) Pusat Informasi

Dalam. pengelompokan komponen-komponen

pariwisata yang dibuat oleh Gunn, informasi dan promosi

merupakan pelayanan yang sejalan. Dengan adanya

informasi, orang dapat memberikan penilaian yang berkaitan

dengan pengalaman dari perjalanan wisata yangakan mereka

lakukan, dan penilaian ini akan mempengaruhi keputusan

pilihan tujuan wisata mereka (Gunn, 1988:71). Karenanya

untuk menarik minat orang untuk berwisata ke suatu tempat,

informasi yang diberikan harus memberikan nilai promosi

yang menggambarkan daya tarik obyek wisata. Untuk

memudahkan promosi, dapat digunakan jenis-Jenis material

promosi seperti brosur, booklets, guide book, folder, leaflets,

dan sebagainya (Yoeti,1996:192-193). Material promosi ini

juga bisa disediakan oleh biro perjalanan wisata

untukmenciptakan koordinasi dan sinkronisasi antara satu

kegiatan dengan kegiatan lainnya.

3) Penukaran uang dan fasilitas keuangan

Untuk pariwisata yang memiliki target pasar

mancanegara, adanya fasilitas penukaran uang terntu

merupakan hal penting untuk mensolusikan masalah


62

perbekalan mata uang antar negara. Hal-hal yang harus

diperhatikan dalam penyediaan layanan penukaran uang

adalah jenis mata uang yang harus disediakan. Untuk itu

perlu diadakan evaluasi terhadap wisatawan mancanegara,

dari negara mana saja mereka berasal (Inskeep, 1991:118)

4) Penyediaan perlengkapan wisata

5) Salah satu bagian yang cukup penting dari permintaan

pariwisata adalah produk – produk dan pelayanan yang

bersifat eceran. Obyek wisata seperti memancing,

berkermah, atau olahraga air, memerlukan perlengkapan

khusus.Dan pengunjung biasanya tidak membawah

perlengkapan yang mereka butuhkan sampai mereka tiba di

lokasi wisata (Gunn, 1988:134-135). Karena itu perlu

disediakan perlengkapan wisata dalam penyelenggaraan

pariwisata, agar memudahkan pengunjung untuk

melakukan aktivitas wisata.

6) Pemandu Wisata

Untuk bentuk-bentuk tertentu, dalam sistem

kepariwisataan mungkin memerlukan jenis-jenis fasilitas dan

pelayanan wisata khusus. Untuk tiap area dan jenis

pariwisata, fasilitasdan pelayanan yang spesifik perlu di

identifikasikan (Onskeep, 1991:119). Berkaitan dengan

wilayah studi yang memiliki daya tarik wisata berupa aktivitas


63

jelajah cagar alam, diperlukan suatu jasa pemandu wisata

yang berperan sebagai penunjuk jalan bagi pengunjung yang

melakukan aktivitas penjelajahan tersebut.

7) Pengawas Pantai

Pertimbangan terhadap perlunya penyediaan pengawas

pantai ini mengacu pada ketentuan yang ditetapkan dalam

Keputusan Dirjen Pariwisata (1991, pasal 2) yang

menyatakan bahwa setiap usaha pariwisata yang memilki

kawasan/resor dan obyek wisata dilaut, pantai, darat

termasuk danau, sungai, hotel berbintang/hotel melati yang

memilki kolam renang, kesemuanya digolongkan

mengandung resiko kecelakaan tinggi yang dapat menimpa

wisatawan/pemakai jasa sehingga diwajibkan menyediakan

tenaga pemandu keselamatan.

d) Prasarana dan Sarana Lingkungan

Prasarana yang memadai merupakan sesuatu yang

penting bagi keberhasilan pengembangan pariwisata, dan pada

umumnya, juga menjadi faktor kritis di negara atau wilayah

yang belum berkembang, yang seringkali memiliki keterbatasan

untuk infrastruktur (Heraty dalam Inskeep, 1991:119). Prasarana

dasar yang melayani komunitas penduduk lokaldi suatu area

seringkali juga bisa melayani kegiatan pariwisata hanya dengan

sedikit penambahan jumlah pelayanan. Demikian sebaliknya


64

prasarana yang dibangun untuk kegiatan pariwisata dapat

melayani kebutuhan. Penduduk lokal secara umum (Eukeep,

1991:120). Prasarana kegiatan pariwisata yangakan dibahas

dalam studi ini mencakup: Jalan, Air bersih, Air buangan,

Pengelolaan sampah, Drainase, Sarana kegiatan nelayan.

L. Komponen Pengembangan Pariwisata

Dalam pengembangan pariwisata, untuk memenuhi keinginan

wisatawan agar memperoleh kepuasan dalam rangka perjalanan

wisatanya, diperlukan pelayanan dan fasilitas sejak keberangkatan,

ditengah perjalanan serta ditempat tujuan. Pelayanan dimaksud bias

melibatkan sektor-sektor dalam berbagai bidang, baik yang berdiri

sendiri atau satu rangkaianyang mencakup berbagai bidang sehingga

merupakan suatu paket atau suatu industry (pariwisata), seperti

transportasi, akomodasi, restoran, katering, toko-toko cinderamata,

pos,dan telekomunikasi (Kaelany HD, 2002).

Untuk itu pariwisata harus dilihat sebagai sistem keterkaitan

antara

komponen permintaan (demand) dan sediaan (supply). Komponen pe

rmrntaan terdiri atas wisatawan domestik atau wisatawan

mancanegara, sedangkan komponen sediaan pariwisata terdiri

atasaksesibilitas, obyek dan daya tarik wisata, fasilitas dan utilitas,

keamanan, dan komponen lainnya.


65

1. Wisatawan

Wisatawan yang berkunjung ke daerah wisata terdiri dari

para wisatawan menginap dan tidak menginap. Besarnya proporsi

antara pengunjung yang menginap dan tidak mnginap dipengaruhi

oleh aksesibilitas daerah wisata tersebut terhadap

pasar/daerahasal wisatawan, ketersediaan sarana dan prasarana

transportasi, jumlah dan keanekaragaman obyek dan daya tarik

wisata (ODTW), ketersediaan fasilitas akomodasi dan lain-lain.

Wisatawan yang berkunjung dapat juga dibagi menjadi

wisatawan domestic (nusantara) dan wisatawan mancanegara.

Jumlah masing-masing jenis wisatawan sangat dipengaruhi oleh

karakteristik produk wisata yang dikembangkan di daerah

tersebut.

Prosentase antara wisatawan mancanegara yang datang

langsung kedaerah tersebutdengan yang kedatangannya melalui

daerah lain dipengaruhi oleh tingkat kemudahan pencapaian

daerah tersebut dari negara lain, apakah mempunyai pelabuhan

udara atau pelabuhan laut sebagai pintu gerbang untuk masuk ke

daerah wisata tersebut.

2. Aksesbilitas

Aksesibilitas merupakan fungsi dari jarak atau tingkat

kemudahan untuk mencapai daerah wisata dengan berbagai

kawasan tujuan wisatanya. Dalam pariwisata konsumen


66

(wisatawan) harus datang ke daerah dimana terdapat produk

wisata untuk mengkonsumsi produk-produk wisata tersebut

terutama obyek dan daya tarik wisata. Oleh karena itu tingkat

kemudahan pencapaian ke daerah wisata tersebut dari daerah

dan negara lain asal wisatawan akan mempengaruhi

perkembangan daerah wisata tersebut. Jarak dan ketersediaan

sarana dan prasarana transportasi ke daerah wisata tersebut juga

akan mempengaruhi jumlah kedatangan wisatawan. Kenyamanan

selama perjalanan menuju daerah wisata dan kawasan tujuan

wisata tersebut harus diperhatikan

3. Obyek dan Daya Tarik Wisata

Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) merupakan factor

utama yang mempengaruhi atau mendorong seseorang

meninggalkan daerah asal untuk mengunjungi suatu

daerah.ODTW yang dapat dikembangkan di suatu daerah wisata

tergantung pada potensi yang terdapat didalamnya antara lain

berupa potensi sumber daya alam dan potensi budaya. ODTW

yang akan dikembangkan bisa terdiri dari site (tapak) dan event

(kegiatan).

Daya tarik wisata adalah kekuatan untuk mendatangkan

wisatawan. Daya tarik merupakan padanan attraction yang dapat

didasarkan pada adanya obyek-obyek wisata. Suatu obyek

mempunyai potensi menjadi daya tarik, tetapi daya tarik tersebut


67

baru terbentuk bilaobyek tadi ditunjang oleh unsur-unsur lain

seperti aksesibilitas dan fasilitas penunjang (Pusat Penelitian

Kepariwisataan Lembaga Penelitian ITB, 1997).

Daya tarik tidak tercipta hanya oleh suatu obyek dan

fasilitas, sarana dan prasarana pendukung saja, namun

lingkungan dimana obyek tersebut berada sangat menentukan

apakah obyek dan segala penunjangnya dapat menjadi daya tarik.

ODTW dapat berupa alam, budaya, tata hidup dan sebagainya,

yang memiliki daya tarik untuk dikunjungi atau menjadi sasaran

bagi wisatawan. Adapun yang dimaksud daya tarik wisata adalah

sesuatu yang dapat dilihat atau disaksikan, seperti danau,

pemandangan, pantai, gunung, candi, monumen, dan lain-

lain(Yoeti, 1985). Elemen dasar dari komponen sumberdaya alam

yang dapat dikembangkan menjadi ODTW terdiri atas iklim, udara,

bentang alam, flora dan fauna, pantai, pantai, keindahan alam,

keanekaragaman biota laut, pertanian, dan lain-lain. Berbagai

ragamkombinasi dari elemen sumber daya alam dapat

membentuk suatu lingkungan yang dapat menarik wisatawan.

Kualitas sumber daya alam harus selalu dijaga untuk

mempertahankan dan bahkan meningkatkan permintaan untuk

pariwisata. Komponen atau kekayaan budaya yang

memungkinkan untuk menarik wisatawan datang berkunjung ke


68

daerah wisata meliputi kesenian, pola kehidupan sosial

masyarakat, daya tarik sosial budaya yang lainnya

4. Perencanaan Pariwisata

Menurut Gunn (1994) perencanaan wisata yang baik dapat

membuat kehidupan masyarakat lebih baik, meningkatkan

ekonomi, melindungi dan sensitif terhadap lingkungan, dan dapat

diintegrasikan dengan komuniti dengan dampak negatif minimal.

Hal tersebut dapat dilakukan dengan perencanaan yang lebih

baik dan terintegrasi pada semua aspek pengembangan wisata.

Keberadaan suatu aset sumber daya alam dan linkungan

memberi suatu wilayah kemampuan atau peluang untuk

dikembangkan sebagai daerah wisata. Penentuan kawasan

wisata sangat erat dengan wilayah dari lokasi atraksi yang

menjadi andalan utama tersebut, sehingga perlu dilakukan suatu

cara untuk penetapannya.

Gunn (1979), diacu dalam Kelly (1998) mengutarakan

komponen struktural perencanaan wisata adalah permintaan

dan suplai. Permintaan merupakan besarnya permintaan oleh

masyarakat untuk melakukan wisata, sedangkan suplai terdiri

dari empat komponen yaitu transportasi, atraksi, pelayanan,

informasi, dan promosi. Kelly (1998) mengutarakan elemen dasar

yang harus diperhatikan dalam perencanaan adalah masyarakat

lokal, pengunjung, dan daerah kunjungan. Masyarakat lokal selain


69

harus dilibatkan sebagai bagian dari atraksi yang akan diberikan

juga harus diperhatikan privasi mereka. Kualitas para pengunjung

lebih menjadi tolak ukur kesuksesan dari suatu daerah

tujuan wisata dibanding dari kuantitas atau jumlah pengunjung.

Daerah kunjungan harus memperhatikan atraksi dan pelayanan

yang akan dapat meningkatkan pengalaman dan kepuasan

pengunjung. Lebih lanjut dalam Gunn (1994) utarakan bahwa

perencanaan untuk wisata harus dilakukan pada tigaskala, yaitu :

1. Skala tapak (site scale), yang telah banyak dilakukan pada

tapak dengan luasantertentu seperti resort, marina, hotel,

taman dan tapak wisata lainnya.

2. Tujuan (destination scale), dimana atraksi-atraksi dan obyek

wisata dikaitkan dengan keberadaan masyarakat sekitar,

pemerintah daerah, dan sektor swasta yang dilibatkan.

3. Wilayah atau bahkan negara (region scale), dimana

pengembangan lebih terarah pada kebijakan tata guna lahan

yang terkait dengan jaringan transportasi, sumber daya yang

harus dilindungi dan dikembangkan sebagai daerah yang

sangat potensial.

Perencanaan wisata pada kawasan yang dilindungi

diperlukan untuk menghindari dampak samping yang tidak

diinginkan, seperti pandangan penduduk lokal mengenai kawasan

tersebut ditetapkan bagi keuntungan orang asing bukan untuk


70

mereka, rusaknya kawasan,keuntungan ekonomi tidak sesuai

harapan sehingga dibuat bentuk alternatif yang tidak menjaga

kelestarian kawasan, serta pembangunan tidak tepat yang

dilakukan pemerintah.Pengembangan dan perencanaan di

kawasan taman nasional adalah salah satu upaya untuk

meningkatkan keberdaan dan pemanfaatan sumber daya alam

(Mackinnon et al, 1993).

M. Implikasi Pariwisata terhadap Perekonomian

Keberhasilan dari suatu kegiatan pariwisata salah satunya dapat

dipandang dari sisi perekonomian. Artinya, sejauh mana pariwisata

memberikan implikasi positif di bidang perekonomian sehingga dapat

dimaksimumkan dan sejauh mana dampak negatifnya dapat

diantisipasi, dikurangi bahkan dihilangkan. Adapun dampak positif

yang diberikan oleh kegiatan pariwisata (Soekadijo, 1995) adalah

memberikan pendapatan yang besar (devisa dan pajak) bagi suatu

negara yang mengembangkan pariwisata sebagai industri. Kemudian,

memberikan“multiplier effect” yang besar, misalnya : bagi pekerja

transport, petani sebagai supplier sayuran dan buah-buahan serta

nelayan sebagai supplier ikan yang dikonsumsi hotel, atau tempat

peristirahatan lainnya, pengrajin souvenir dapat memasarkan hasil

kerajinannya, danlain-lainnya.

Bentuk-bentuk multiplier effect yang diharapkan muncul dari

kegiatan pariwisata ini yaitu kegiatan yang dapat dan mampu diperani
71

oleh penduduk disekitar kawasan wisata. Semuanya itu diartikan

sebagai terciptanya lapangan kerja baru, sebagai upaya peningkatan

ekonomi dan standar hidup masyarakat lokal serta pembangunan

ekonomi regional maupun nasional. Sedangkan dampak negatifnya

adalah terpuruknya ekonomi suatu daerah yang menjadikan sektor

pariwisata sebagai sektor unggulan dalam PAD karena dipengaruhi

olehe konomi dan keamanan global dalam suatu negara. Kemudian,

ketidaksiapan suatu daerah yang memiliki banyak obyek dan daya tarik

wisata (ODTW) dalam pengembangannya mengakibatkan terjadi

banyak utang daerah dan kebocoran yang dipengaruhi oleh letak

geografis, struktur perekonomian, ukuran negara, dan lainlain.

Pengaruh langsung dampak ekonomi pada kawasan wisata

adalah pengeluaran wisatawan. Wisatawan mengeluarkan uang untuk

penggunaan makanan, minum, belanja, pakaian, photografi,

pertunjukan dan souvenir. Keuntungan yang ditimbulkan dengan

pembangunan pariwisata adalah menyediakan lapangan kerja,

menambah pendapatan masyarakat dan pendapatan daerah (Mc

Intosh, 1990, Gunn, 1998). Salah satu peluang bagi masyarakat sekitar

suatu obyek wisata alam adalah kesempatan kerja pada obyek wisata

baik sebagai staff maupun tenaga buruh kerja. Dikembangkannya

suatu obyek wisata akan memberi dampak positif bagi kehidupan

perekonomian masyarakat yaitu membuka kesempatan berusaha

seperti penyediaan makanan, minuman dan usaha transportasi baik


72

tradisional maupun konvensional (Supriana, 1996). Disamping

terbukanya kesempatan usaha tersebut diharapkan terjadi interaksi

positif antara masyarakat dan obyek wisata alam. Peran serta

masyarakat dapat terwujud oleh karena manfaatnya dapat secara

langsung dirasakan melalui terbukanya kesempatan kerja dan usaha

jasa wisata yang pada gilirannya akan mampu meningkatkan

pendapatan masyarakat.

Partisipasi masyarakat sekitar obyek wisata alam dapat

berbentuk usaha dagang atau pelayanan jasa baik di alam maupun

di luar kawasan obyek wisata, antara lain : jasa penginapan,

penyediaan/ usaha warung makanan dan minuman, penyediaan took

souvenir/cindera mata dari daerah tersebut, jasa pemandu/penunjuk

jalan, menjadi pengawas perusahaan/penguasaan wisata alam

(Supriana,1996).

Pariwisata sebagai penggerak sektor ekonomi dapat mendorong

kegiatan sektor –sektor ekonomi yang lain sehingga dapat

menciptakan keterkaitan baik ke depan maupun ke belakang. Menurut

Inskeep (1991) keuntungan ekonomi secara langsung dari pariwisata

adalah sebagai katalisator pembangunan atau sektor ekonomi lain

seperti pertanian, nelayan, konstruksi, kerajinan tangan, melalui suplai

bahan makanan, pelayanan dan fasilitas prasarana yang lain, jasa-jasa

untuk wisatawan yang disediakan secara nasional, regional, dan untuk

kebutuhan masyarakat.
73

Berdasarkan dampak ekonomi positif dari pariwisata di atas maka

peranan pariwisatadapat menyumbang terhadap pembangunan daerah

menurut Rosyidie (1995), pariwisata dapatmenyumbang terhadap

pembangunan wilayah melalui peran positif berikut :

1. Dengan meningkatkan pendapatan, pariwisata meningkatkan

pemenuhan darikebutuhan dasar penduduk setempat, ditingkat

nasional melalui perolehan devisa pariwisata mengurangi

ketergantungan ekonomi luar.

2. Pariwisata mengurangi ketidakmerataan pendapatan antar

wilayah.

3. Menciptakan pekerjaan dengan keramah tamahan dan sektor

transportasi, pariwisatadapat mengurangi masalah

pengangguran.

4. Pariwisata dapat mendorong sektor yang lain, seperti

menaikkan produksi pertanianlokal, meningkatkan produksi

perikanan, merangsang sektor industri dan bangunan.

5. Pariwisata meningkatkan prasarana dan sarana untuk penduduk

setempat.

6. Pariwisata meningkatkan akses terhadap pusat pasar oleh

jaringan jalan regional dannegara.

N. Pengertian Pengembangan Wisata

Pengembangan dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk

memajukan atau meningkatkan sesuatu menjadi lebih dari yang ada.


74

Pengembangan dapat pula diartikan sebagai suatu proses yang

dinamis dengan menggunakan segala sumber daya yang ada guna

mencapai kesejahteraan yang lebihbaik. Perkembangan ini dapat

dalam bentuk wujud fisik maupun dalam wujud mutu dalam artian

kualitas atau kuantitas.

Alasan utama pengembangan pariwisata pada suatu daerah

tujuan wisata, baik secara lokal, regional atau ruang lingkup nasional

pada suatu Negara sangat erat kaitannya dengan pembangunan

perekonomian daerah atau Negara tersebut. Kita menyadari bahwa

bila pada suatu daerah tujuan wisata industry pariwisatannya

berkembang dengan baik dengan sendirinya akan memberikan

dampak positif bagi daerah itu, karena itu dapat menciptakan

lapangan pekerjaan yang cukup luas bagi penduduk

setempat.(Yoeti,2008:77)

Potensi yangterkait dengan pengembangan pariwisata umumnya

berupa potensi alam,potensi budaya, potensi wisata buatan hasil

manusia. Daya tarik wisata (Potensi Wisata) adalah potensi alamiah

atau binaan atau hasil rekayasa akal budi yang menjadi fokus

pariwisata. Suwardjoko (2007)

Menurut Suwardjoko (2007) pengembangan obyek wisata

harusmemenuhi dua hal yaitu penampilan eksotis suatu obyek

pariwisata danpemenuhan kebutuhan manusia sebagai hiburan

waktusenggang/leissure.Dengan kata lain pengangkatan suatu


75

potensi wisata bisa dikatakan berhasiljika penampilannya unik, khas

dan menarik dan waktu pelaksanaannya sesuaidengan waktu luang

yang dimiliki calon wisatawan. daya tarik wisatadigolongkan menjadi

3, yaitu

1) Potensi Alam Bentang alam, flora, dan fauna adalah daya tarik

wisata

yang sangat menarik. Alam menawarkan jenis pariwisata aktif

maupunpasif disamping sebagai objek penelitian/studi atau

wisiawisata. Soekadijo (2000) mengelompokkannya dalam lima

golongan, yakni:

Melakukan kegiatan-kegiatan di alam terbuka, misalnya:

berjemur dipantai, menyelam, berburu, panjat tebing.

Menikmati suasana alam, seperti: menikmati keindahan

alam,kesegaran iklim pegunungan, ketenangan alam

pedesaan.

Mencari ketenangan, melepaskan diri dari kesibukan rutin

seharihari,beristirahat, tetirah.

Menikmati “rumah kedua”, menikmati tempat tertentu,

tinggal dipesanggrahan (bungalow, villa) miliknya atau

sewaan, ataumendirikan tempat berteduh sementara

berupa tenda, ataumenggunakan caravan.

Melakukan widiawisata; alam menjadi objek studi,

mempelajari floradan fauna tertentu


76

2. Potensi Budaya Kekayaan budaya daerah, upacara adat,

busana daerah(yang juga menjadi bagian busana nasional), dan

kesenian daerah adalahpotensi-potensi yang dapat menjadi

daya tarik wisata bila dikemas dandisajikan secara professional

tanpa merusak nilai-nilai dan norma-normabudaya aslinya.

3. Potensi Manusia harus ditempatkan sebagai objek sekaligus

subjek pariwisata. Manusia dapat menjadi atraksi pariwisata dan

menarik kunjungan wisatawan bukan hal yang luar biasa. Sudah

tentu, manusia sebagai atraksi pariwisata tidak boleh

direndahkan kedudukannya hingga kehilangan martabatnya

sebagai manusia.

Menurut Soekanto (2017: 35) pengembangan Obyek dan daya

tarik wisata (ODTW) yang merupakan penggerak utama sektor

pariwisata membutuhkan kerjasama seluruh pemangku kepentingan

yang terdiri dari masyarakat dan pemerintah, kerjasama langsung

dari kalangan usaha maupun dari pihak swasta. Sesuai dengan tugas

dan kewenangannya, pemerintah merupakan pihak fasilitator yang

memiliki peran dan fungsi nya dalam pembuatan dan penentu seluruh

kebijakan terkait pengembangan obyek dan daya tarik wisata. Daya

tarik dalam obyek wisata merupakan salah satu modal utama yang

harus dimiliki dalam upaya peningkatan dan pengembangan obyek

dan daya tarik wisata. Keberadaan obyek dan daya tarik wisata

merupakan mata rantai terpenting dalam suatu kegiatan wisata,hal ini


77

disebabkan karena faktor utama yang membuat pengunjung atau

wisatawan untuk mengunjungi daerah tujuan wisata adalah potensi

dan dayatarik yang dimiliki obyek wisata tersebut.

1. Strategi Pengembangan Wisata

Marpaung (2002:52) mengungkapkan bahwa strategi

merupakan suatu proses penentuan nilai pilihan dan

pembuatan keputusan dalam pemanfaatan sumber daya

yang menimbulkan suatu komitmen bagi organisasi yang

bersangkutan kepada tindakan-tindakan yang mengarah

pada masa depan. Sedangkan menurut Puspa (2006:18)

strategi dapat diartikan sebagai rencana umum yang

integratif yang dirancang untuk memberdayakan organisasi

pariwisata untuk mencapai tujuan melalui pemanfaatan

sumber daya dengan tepat walaupun menemukan banyak

rintangan dari pihak pesaing. Sama halnya dengan Porter

dalam Rangkuti (2002:4) mendefinisikan strategi sebagai

alat yang sangat penting untuk mencapai keunggulan

bersaing.

Berdasarkan pendapat Suwantoro (1997: 88-89)

pengembangan adalah suatu proses atau cara menjadikan

sesuatu menjadi maju, baik, sempurna, dan berguna. Didukung

dengan pernyataan Gunn (1994:5-9) bahwa dalam

pengembangan pariwisata harus melibatkan tiga sektor, yaitu


78

Business Sector, Nonprofit Sector dan Governmental Sector, dan

semakin baik pemahaman dan keterlibatan tiga sektor tersebut

maka pengembangan pariwisata akan semakin baik. Bisnis Sector

adalah sektor usaha yang menyediakan segala keperluan

wisatawan seperti jasa transportasi, perhotelan, makanan dan

minuman, laundry, hiburan dan sebagainya. Nonprofit Sektor

merupakan organisasi seperti organisasi pemuda, organisasi

profesi, etnis yang tidak berorientasi pada keuntungan (nonprofit

organisation) namun memiliki peran dan perhatian besar terhadap

pengembangan pariwisata. Governmental Sektor adalah sektor

yang berperan untuk mengeluarkan dan menerapkan Undang-

Undang dan peraturan. Dalam bidang pariwisata sektor

pemerintah telah melakukan banyak peran penting selain

regulasi.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka yang

dimaksud strategi pengembangan dalam penelitian ini adalah

menyusun rencana integratif khususnya dalam memanfaatkan

sumber daya Desa Suli dalam bidang kepariwisataan secara

optimal dengan melibatkan peran dari pihak pemerintah maupun

swasta sehingga komitmen yang terbentuk dapat memberikan

kemampuan daya saing untuk terus berkembang dan memberikan

manfaat bagi masyarakat Desa Suli.


79

2. Kebijakan Pengembangan Pariwisata

a) KebijakanPokok

Mewadahi, membangun dan mengembangkan manfaat

potensi pariwisata sebagai kegiatan ekonomi yang

menciptakan lapangankerja.

Meningkatkan kemampuan dan keterampilan

aparatur serta pemberdayaan tugas dan fungsi organisasi

Diparda sebagai fasilitator dan regulator pengembangan

pariwisata.

Meningkatkan kesempatan berusaha dan keterlibatan

masyarakat dalam mengembangkan kawasan wisata.

Melaksanakan kerja sama pariwisata antar daerah dan

dunia usaha.

b) Kebijakan Spasial (keruangan) Pariwisata

Memberikan arahan yang jelas bagi pengembangan

pariwisata melalui penetapan zonasi pengembangan.

Untuk kemudahan pembangunan serta pengelolaannya,

perlu

dilakukan pengelompokkan obyek dan daya tarik wisata

pada Satuan Kawasan Wisata (SKW). Satuan-satuan

kawasan wisata tersebut merupakan kawasan yang memiliki

pusat-pusat kegiatan wisatawan dan mempunyai

keterkaitan sirkuit atau jalur wisata.


80

Melakukan urutan prioritas pengembangan satuan kawasan

wisata dengan memperhatikan dampaknya terhadap

perkembangan obyek dan dayatarik wisata.

c) Kebijakan Pengembangan Produk Wisata

Asas keberlanjutan (sustainibility), keserasi (harmonizes),

keterjangkauan (affordability) dan kerakyatan merupakan

landasan pokok dalam pengembangan produk wisata.

• Keberlanjutan mengandung arti: pengembangan produk

wisata bukan hanya ditujukkan bagi pengembangan

saatini saja, tetapi juga untuk masa yang akan datang.

• Harmonisasi mengandung arti : pengembangan produk

wisata yang bernuansa lingkungan hidup, yaitu dengan

selalu memperhatikan kelestarian alam, adat istiadat

dan budaya daerah.

• Keterjangkauan mengandung arti: pengembangan

produk wisata tidak hanya ditujukan bagi kalangan

tertentu, tetapi produk wisata yang dikembangkan

tersebut harus dapat dinikmati oleh segenap lapisan

masyarakat.

• Kierakyatan mengandung arti: pengembangan produk

wisata tidak hanya menguntungkan beberapa golongan

tertentu tetapi harus dapat memberikan manfaat


81

bagimasyarakat terutama masyarakat sekitar obyek dan

potensi wisata yang bersangkutan.

Pengembangan produk wisata diarahkan bagi penguatan

identitas daerah yang dapat memunculkan “warna”

pariwisata yang khas serta memiliki keunikan dan

keunggulan daya saing oleh karenanya diperlukan

penggalian, penataan dan pengembangan diversifikasi

produk wisata.

Perlunya penetapan produk wisata unggulan sebagai factor

penarik utama bagi pengembangan pariwisata.

Obyek-obyek dan daya tarik wisata budaya dan kesenian

daerah serta event-event pariwisata masih harus didukung

oleh Pemerintah Daerah melaui pengembangan dan

pematapan pembinaan seni budaya dan penyelenggaraan

event seni budaya tertentu.

d) Kebijakan Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata

Pengembangan obyek dan daya tarik wisata menyangkut

aspek perencanaa, pemanfaatan dan pengendalian yang

satu samalainnya merupakan satu kesatuan yang

terintegrasi, oleh karenanya pembangunan obyek dan

dayatarik wisata harus didasarkan pada system

perencanaan.
82

Pengembangan obyek dan daya tarik wisata dilakukan

berdasarkan pendekatan pembangunan Satuan Kawasan

Wisata dengan nuansa nilai agama, budaya, estetika dan

moral yang dianut oleh masyarakat.

Pengembangan obyek dandaya tarik wisata dilakukan

sesuai dengan mekanisme pasar dan meliputi wisata alam,

wisata budaya, wisata minat khusus, wisata pantai dan

wisata petualangan.

e) Kebijakan Pengembangan Sarana dan Prasarana

Pariwisata

Penyiapan system perencanaan Tata Ruang Kawasan

Wisata.

Meningkatkan aksesibilitas ke kawasan wisata.

Pemenuhan fasilitas standar (fasilitas kesehatan, keamanan,

kebersihan, komonikasi) di kawasan wisata sesuai dengan

kebutuhan.

Menarik investor untuk membangun akomodasi dan fasilitas

penunjang lainnya.

Kebijakan Pemasaran dan Promosi Wisata

Penataan dan pengembangan system informasi pariwisata

yang efektif secara komprehensif dengan akses pasar dalam

dan luar negeri.


83

Mengembangkan pola kerjasama promosi antar daerah dan

dengan dunia usaha pariwisata.

Mengikuti pelaksanaan event promosi ditingkat internasional,

nasional, regional maupun penyelenggaraan kegiatan

promosi dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan festival

kepariwisataan didaerah. (Yoeti,2008:91-93)


84

O. Kerangka Pikir

Merupakan Daerah Kawasan


Strategis ekonomi dalam pariwisata

WIASTA PANTAI NATSEPA

Studi Literatur

Pendahuluan

Identifikasi Potensi
Wisata Pantai Natsepa

Potensi Fisik Potensi Sarana Potensi Ekonomi Potensi Estetika


dan Prasarana Keindahan alam
Budaya
Sejarah Pengumpulan Data

Analisis standar kebutuhan


Analisis overly sarana/prasarana
Analisis sosial Ekonomi & Analisis Estetika
(FGD) Analisis Data

Strategi Pengembangan Wisata


Pantai Natsepa (Analisis SWOT)

Analisis standar kebutuhan


sarana/prasarana

Pengembangan Wisata Bahari Untuk Meningkatkan


Kunjungan Wisata ke Pantai Natsepa Desa Suli
Kecamatan Salahutu
85

P. Penelitian Terdahulu
Metode Penelitian
Judul (Nama,
No Rumusan Masalah Tujuan Wilayah Variabel Penelitian Metode Lingkup Hasil
Sumber &Tahun)
Analisis Bahasan
1 Studi Pengembangan 1. potensi apakah Untuk mengetahui 1. Potensi Fisik Pantai Kesimpulan minimnya
Wisata Bahari Untuk yang dimiliki wisata Potensi wisatanya Natsepa Analisis sarana dan prasarana
Meningkatkan Pantai Antsepa. adalah Pantai Natsepa. 2. Aksesibilitas SWOT wisata Pantai Natsepa dan
Kunjungan Wisatawan 2. Kegitana apakah Untuk mengetahui apa Desa Suli (Accesibility) kurangnya perhatian dari
di Pantai Nesatapa, yang cocok untuk saja kegiatan wisata Kecamatan 3. Fasilitas (Amenities) pemerintah, dan minimnya
Kota Ambon Provinsi dikembangkan di bahari Salahutu 4. Sarana Prasarana SDM yang dimiliki serta
Maluku (Ida Ayu Pantai Natsepa cocok untuk Pantai (Acilarries) tidak ada investasi pihak
Suryasih, Jurnal Vol Natsepa swasta.
2. No 2, 2014)
2 strategi 1. Identifikasi faktor- merumuskan strategi 1. attration (kegiatan kekuatan utama Goa Kreo
pengembangan goa faktor internal dan pengembangan Goa yang ditampilkan) adalah adanya monyet
kreo sebagai salah eksternal Kreo sebagai salah satu 2. service (pelayanan) Analisis ekor panjang yang berada
satu destinasi di kota pengembangan objek destinasi di Kota 3. transportation SWOT di sekitar Goa Kreo, untuk
semarang (France wisata Goa Kreo Semarang, agar Kota (transportasi) kelemahan Goa Kreo itu
Rani Boloni Girsang, 2. Strategi peluang yang ada dapat Semarang 4. information (informasi) sendirinya kurangnya
Skripsi, 2017) pengembangan apa dimaksimalkan oleh 5. promotion (promosi) tempat parkir Goa Kreo,
saja yang perlu kekuatan yang dimiliki peluangnya kebijakan
dilakukan pemerintah Goa Kreo, dan juga pemerintah pusat
Kota Semarang dalam agar kelemahan Goa menjadikan pariwisata
pengembangan objek Kreo dapat dibenahi sebagai prioritas,
wisata Goa Kreo serta ancaman dapat ancaman kurangnya alat
dihindari ke depannya. transportasi umum menuju
Goa kreo
86

Tabel Lanjutan
Metode Penelitian
No Judul (Nama, Hasil
Rumusan Masalah Tujuan Lingkup
Sumber &Tahun) Metode
Wilayah Variabel penelitian Pembaha
Analisis
san
3 Pendekatan swot 1. Bagaimana faktor-faktor eksternal memformulasikan strategi Faktor internal Hasil penelitian menunjukkan
dalam objek wisata dalam pengembangan yang tepat - kekuatan bahwa dari Analisis SWOT,
pengembangan mempengaruhi kunjungan objek untuk diterapkan di objek - kelemahan yang menggunakan Matriks
objek wisata wisata Kampoeng Djowo Sekatul wisata Kampoeng Djowo Faktor ekternal Analisis EFE, Matriks IFE, Matriks
Kampoeng Djowo 2. Bagaimana faktor-faktor internal Sekatul melalui Kampoeng - peluang Swot SWOT, dan Matriks IE, faktor
Sekatul objek wisata dalam pendekatan SWOT yang Djowo - ancaman eksternal dengan skor tertinggi
Kabupaten Kendal mempengaruhi kunjungan objek dikemukakan oleh Freddy Sekatul yang mempengaruhi
(Selvia Maryam, wisata Kampoeng Djowo Sekatul Rangkuti, dengan perkembangan objek wisata
skripsi, 2011) 3. Bagaimana strategi menganalisis faktor Sekatul adalah faktor peluang
pengembangan yang tepat untuk eksternal yang terdiri dari yaitu peluang untuk
diterapkan dalam meningkatkan peluang dan ancaman melestarikan budaya,
jumlah pengunjung objek wisata serta faktor internal yang sedangkan ancaman tertinggi
Kampoeng Djowo Sekatu terdiri dari kekuatan dan adalah persaingan pariwisata
kelemahan. antar objek wisata.
4 Strategi 1. Faktor-faktor pengaruh yang 3. mengetahui faktor-faktor - Frekuensi kunjungan wisatawan analisis Hasil penelitian menunjukkan
pengembangan signifikan dalam pengembangan pengaruh yang di wisata bahari Pantai Punaga Chi- bahwa pendapatan (0,638)
wisata bahari wisata bahari Pantai Punaga signifikan dalam Kabupaten - tinggi Kuadrat dan daya tarik (0,600) memiliki
Kabupaten 2. Bagaimana strategi pengembangan wisata Takalar - sedang pengaruh yang kuat,
Takalar (Rusneni pengembangan wisata bahari bahari berbasis - rendah Analisis sedangkan lama kunjungan
Ruslan, Tesis, Pantai Punaga karakteristik wisatawan - umur wisatawan SWOT (0,500), daerah asal (0,439),
2013) 4. merumuskan strategi - jenis kelamin jenis kelamin (0,417), motif
pengembangan wisata - Daerah asal wisatawan kunjungan (0,413) dan umur
bahari di Kabupaten - Tingkat pendidikan wisatawan wisatawan (0,412)
Takalar - Tingkat pendapatan wisatawan berpengaruh sedang, serta
- Moda transportasi wisatawan moda transportasi (0,223) dan
- Lama kunjungan wisatawan pendidikan (0,217)
- Motif perjalanan wisatawan berpengaruh rendah.
- Daya tarik wisata
87

Tabel Lanjutan
Metode Penelitian
No Judul (Nama, Rumusan Masalah Tujuan Hasil
Wilayah Variabel penelitian Metode Lingkup
Sumber &Tahun)
Analisis Pembahasan
5 Upaya pelestarian 1. Apakah obyek wisata pantai Tujuan penelitian ini Desa Suli - Kondisi fisik Deskritif Hasil dari penelitian ini
Pantai Natsepa natsepa yang ada dikawasan adalah untuk Kecamatan - Penggunaanlahan Kualitatif adalahsarana dan prasaran
guna menarik minat Negeri Suli sudah memenuhi mengetahui obyek Salahutu - Atraksi dan obyek (SWOT) pendukung belum
wisata pada Nagari syarat-syarat sebagai daerah wisata pantai Natsepa wisata seutuhnya memenuhi
Suli Kabupaten tujuan wisata yang ada dikawasan - sarana dan prasarana syarat-syarat daerah tujuan
Maluku Tengah 2. Bagaimanakah peranan daya Negeri Suli sudah - Aksesbilitas wisata, Untuk itu perlunya
(Karolin Revo, dukung lingkungan dalam memenuhi syarat-syarat - Masyarakat dilakukan pelestarian dan
skripsi, 2015) pengelolaan obyek wisata sebagai daerah tujuan pengembangan pariwisata
pantai Natsepa dikawasan wisata, dan peranan khususnya obyek wisata
Negeri Suli daya dukung pantai Natsepa, dengan
lingkungan dalam melihat pada faktor internal
pengelolaan obyek yaitu kekuatan/kelebihan
wisata pantai Natsepa, dan kelemahan yang dimiliki
serta faktor eksternal yaitu
berbagi peluang dan
tantangan agar strategi yang
dilakukan efektif dan
efisien.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian, sangat diperlukan suatu metode yang tepat

dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan, disamping itu,

dibutuhkan cara-cara yang lain, sehingga data yang terkumpul

memenuhi syarat untuk diadakan pengelolaan, dan dalam

pengelolaanya juga menemukan suatu proses yang sistematis dan

ilmiah. Hal yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Dilihat dari jenisnya peneliti menggunakan jenis penelitian

lapangan (field research) yaitu suatu penelitian lapangan yang

dilakukan dalam kawasan wisata Pantai Natsepa. Menurut Hadari

Nawawi penelitian lapangan atau field reseach adalah kegiatan

penelitian ini dilakukan di lingkungan masyarakat tertentu, baik di

lembaga-lembaga dan organisasi kemasyarakatan maupun

lembaga-lembaga pemerintah. Penelitian ini adalah penelitian

lapangan, yang dilaksanakan di Desa Suli Kecamatan Salahutu

Kota Ambon, dinamakan penelitian lapangan karena penulis

bertemu langsung dengan masyarakat, wisatawan dan Pemerintah

yang terkait dalam pengambilan data.

88
89

2. Sifat Penelitian

Dilihat dari sifatnya penelitian ini bersifat Deskriptif yang

menggambarkan mengenai situasi atau kejadian-kejadian, sifat

populasi atau daerah tertentu dengan mencari informasi-informasi

faktual, jusstifikasi keadaan, membuat evaluasi sehingga diperoleh

gambaran yang jelas. Penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif. Secara terminologi penelitian kualitatif menurut Bogdam

dan Taylor (975;5) merupakan prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati. Jadi penelitian ini

selain menggambarkan karakteristik kunjungan wisatawan, juga

memberikan analisis untuk mengembangkan wisata Pantai

Natsepa.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Desa Suli Kecamatan Salahutu Kabupaten

Maluku Tengah. Penelitian ini terfokus pada pengembangan wsata

bahari untuk meningkatkan kunjungan wisata di Pantai Natsepa .

penelitian ini dilaksanakan pada bulan juni yaitu sealama ± 1 bulan.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 1.731 orang, yang

merupakan jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek wisata Pantai

Natsepa
90

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara accidental sampling,

yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, artinya siapa

saja wisatawan yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti di

lokasi penelitian dapat digunakan sebagai sampel. Setiap wisatawan

yang dijumpai di lokasi penelitian langsung diambil sebagai responden.

Waktu pengambilan sampel dilakukan pada hari senin, hari rabu, hari

jum‟at dan hari minggu (weekend), dan dilakukan pada minggu

pertama dan minggu ketiga. Sekitar jam 08.00-12.00 WITA dan jam

14.00-17.00 WITA. Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan hanya

untuk wisatawan yang datang berkunjung ke objek wisata Pantai

Natsepa dengan pertimbangan bahwa perkembangan suatu objek

wisata dipengaruhi oleh jumlah wisatawan yang datang berkunjung ke

objek wisata tersebut.

D. Variable Penelitian

Menurut Sugiyono (2010: 31) variabel diartikan sebagai sesuatu hal

yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulan. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah ‘’

bagaimanakan pengembangan wisata bahari untuk meningkatkan

kunjungan wisata ke Pantai Natsepa’’ dengan beberapa inidikator yang

menjadi tolak ukur diantaranya ; (a) Kondisi fisik, (b) Atraksi dan obyek

wisata, (c) Aksesbilitas, (d) Penggunaan lahan, (e) sarana dan

prasarana, (f) masyarakat, (Suwanto,1997:23)


91

1. Kondisisfisik Kawasan

Pantai Netsepa adalah salah satu Objek Wisata Alam yang ada di

Desa Suli, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tenggah

dengan luas wilayah Luas wilayah 6.500 Ha. Secara geografis

terletak antara 3˚, 15˚―3˚,40˚ lintang selatan dan 126˚,30˚―127˚

Bujur Timur, sedangkan secara administrati

o Sebelah utara dengan gunung salahutu

o Sebelah selatan dengan teluk Ambon baguala

o Sebelah timur dengan Negeri Tulehu dan Negeri Tial

o Sebelah barat dengan Negeri Passo

a) Kondisi Iklim

Secara umum kondisi iklim dan curah hujan di Desa Suli sama

dengan Desa – desa sekitar yang berada di Kecamatan Salah

Hutu Kabupaten Maluku Tengah beriklim tropis yaitu musim

panas dan musi penghujan. Berdasarkan sumber data yang

diperoleh dari responden pada lokasi studi bahwa kondisi Iklim

Desa Suli terdiri atas 2 (dua) musim yaitu : Musim Timur

berlangsung pada bulan Mei-Oktober yang dikenal dengan

musim penghujan, Musim Barat berlangsung pada bulan

Desember-Maret, musim ini yang dikenal dengan musim

kemarau yang diselingi dengan musim pancaroba pada bulan

April dan Oktobr.


92

b) Kondisi Topografi

Berdasarkan hasil survei dilokasi studi bahwa kondisi topografi

pantai Natsepa merupakan daerah dataran yang landai dengan

ketinggian 28 (mdpl) yang didomonasi didominasi oleh substrat

pasir.

c) Kondisi Hidrologi

Hasil survei dilokasi studi bahwa saat ini sumber air bersih

dalam kawasan wisata Pantai Natsepa berasal dari sumur

galian dan PDAM. kondisi air sumur sangat berpengaruh

terhadap kondisi air laut, etika terjadi pasang air surut, biasanya

air sumur menjadi payau.

Kondisi air laut Pantai Natsepa relatif tenang. kecepatan arus

pantai berkisar antara 0,03-1-,61 m/detik dengan kecepatan

Rata-rata 0,14 m/detik. (Lilian Sarah Hiariey. 2011. 48). Kondisi

pasang surut cukup luas. Tinggi gelombang berkisar 3 – 4 m

pada saat musim gelombang.

d) Kondisi Tanah

Jenis tanah di Desa Suli secara umum sama dengan Desa –

desa lainnya di Kecamatan Salahutu yaitu jenis tanah

Tropohemist yang merupakan tanah berwarna, setengah terurai,

masan kadang – kadang asin merupakan tanah organik yeng

terdapat di daerah iklim panas termasuk tanah pada rawa

gambut. Tanah jenis ini biasanya terdapat pada daerah


93

cekungan rawa dan payau pada dataran alluvium, bakau atau

diantara dua dataran tinggi dan di antara gigir.

e) Jenis vegetasi dan Fauna

Jenis vegetasi yang ada di lokasi kawasan Wisata Pantai

natsepa yaitu berupa tanaman pantai pada umumnya seperti

mangrove dan pohon kelapa.Untuk daerah perkebunan, selain

pohon kelapa juga terdapat tanaman seperti pohon cokelat,

pohon cengke, pohon pala. Selain itu terdapat juga jenis biota

laut yang hidup di perarian Pantai Natsepa.

2. Kepemilikan dan Penggunaan Lahan

a) Kepemilikan Lahan

Berdasarkan hasil survei di lokasi studi bahwa kepemilikan

lahan di sekitar kawasan wisata Pantai natsepa sebagian besar

lahan dimiliki oleh masyarakat setempat, sehingga berpengaruh

terhadap sistem pengelolaannya. Saat ini pengelolaan wisata

panatai Natsepa, masyarakat telah membangun kerja sama

dengan pemerinta setempat dalam hal ini Dinas Pariwisata.

b) Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di sekitar kawasan wisata Pantai Natsepa

sangat bervariasi. Seperti kegiatan pertanian lahan kering

(tanaman tahunan kelapa, cengki, pala serta ladang),

permukiman, dan sebagai wilayah pesisir terdapat juga

kegiatan perikanan budidaya. Pemanfaatan lahan lainnya yang


94

sangat menonjol adalah penggunaan lahan untuk kegiatan

wisata bahari, yang merupakan kegiatan utama pada kawasan

ini. Kawasan permukiman terpusat di sebelah timur desa

terutama di sekitar jaringan jalan, bersama dengan

pemanfaatan untuk kebun dan ladang.

3. Atraksi dan Obyek Wisata

Sebagai salah satu destinasi wisata yang sering dikinjungi oleh

wisatawan baik lokal maupun manca negara Pantai Natsepa

memiliki keindaha alam yang sangat unik dan menarik. Selain

keindahan alamnya terpat juga daya tarik atraksi obyek wisata

didalam kawasan wisata ini diantaranya; berenang, snorkling,

berperahu, selam serta berjemur di terik matahari, selancar angin,

memancing. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.1

sebagai berikut :
95

Tabel 3.1 Jenis – jenis atraksi Obyek Wisata Pantai Natsepa


No Atraksi yg Ilustrasi Pemandangan/ Daya tarik Pantai
ditawarkan Gambar
1 Pantai Tanjung
Karang

Kondisi air laut bersih,


pasir putih, taman laut
dengan karang yang
indah
Snorkling, mancing
dan menyelam serta
berenang dan bermain
perahu

2 Ruang terbuka
wisata pantai

Berenang di laut,
bermain dibibir pantai,
bersantai.

Bermain bola di pantai

3 Brdayung
dengan perahu Menikmati keindahan laut
dan keindahan alam
sekitar
96

No Atraksi yg Ilustrasi Pemandangan/ Daya tarik Pantai


ditawarkan Gambar
4 Kuliner Khas
Pantai Natsepa

Enak dengan cita rasa


yang khas, sangat cocok
untuk dinikmati dengan
suasana pantai Natsepa
yang sejuk.

5 Banana Boat

a) Kebudayaan

Berdasarkan hasil survei di lokasi studi bahwa terdapat atraksi

budaya di kawasan wisata Pantai Natsepa yaitu berupa tari seni

yang terdiri; Tari lenso, tari cakalele, tari gaba – gaba, tari

bambu gila.
97

Tari lenso

Secara bahasa lenso berasal dari bahasa portugis yang

berarti sapu tangan. Tari Lenso merupakan salah satu tarian

tradisional yang terdapat di Kabupaten Maluku Tengah.

Tarian ini menggunakan lenso berwarna merah atau putih.

Makna filosofi yang yang terkandung dari tarian ini adalah

suatu bentuk pernyataan cinta kepada yang di cintai, jika

lenso yang diberikan diterima artinya cintanya diterima

Gambar 3.1. atraksi tari lenso

Tari Bambu Gila

Bambu Gila merupakan salah suatu tarian tradisional yang

berasal dari permainan msayrakat Maluku Tengah. Tarian ini

biasanya dipertunjukkan para pemuda desa pada acara-

acara tertentu. Pemain Bambu Gila harus mempunyai fisik

yang cukup kuat karena harus bergerak dengan lincah

seseuai arah yang diminta pawang permainan dengan bambu

panjan.
98

gambar 3.2. ilustrasi tarian bambu gila

Tari Cakalele

Cakalele adalah tarian perang tradisional Maluku yang

digunakan untuk menyambut tamu ataupun dalam perayaan

adat. Biasanya, tarian ini dibawakan oleh 30 pria dan

wanita.Tarian ini dilakukan secara berpasangan dengan

iringan musik drum, flute, bia (sejenis musik tiup).

gambar 3.3. ilustrasi tarian Cakalele


99

Tari Gaba – aba

Tari Sahureka-Reka (Tari Gaba – aba) adalah tarian

tradisional dari Maluku yang mempertunjukkan kelincahan

kaki menginjak bagian tengah dari

empat bilah pelepah pohon Sagu yang dipukul sebagai

alunan musik dalam tarian. Pelepah ini dipukul mulai dari

tempo lambat hingga cepat. Tarian ini adalah tarian yang

dilakukan dalam penyambutan para tamu kehormatan pada

acara-acara Negeri/Desa di Maluku Tengah.

gambar 3.4. ilustrasi tarian Gaba - gaba

4. Aksesbilitas

Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan bahwa akses

menuju wisata Pantai Natsepa sangat memadai karena didukung

oleh kondisi jalan yang memadai kemudian letak yang strategis

dekat dengan pusat kota Ambon sehingga mudah untuk dijangkau.

Jarak dari pusat kota sekitar 17 Km, waktu tempuh ± 30 menit


100

dengan menggunakan angkutan darat (kendaraan umum, taxi,

ojek, dan bus Pariwisata).

Gambar 3.5 Jalan poros provinsi maluku

5. Aspek Sarana dan Prasarana

a) Aspek Prasarana

Aspek prasarana merupakan komponen yang sangat penting

dalam suatu kawasan. Ketersediaan prasarana seperti listrik,

telepon, air bersih dan persampahan merupakan salah satu

kebutuhan yang sangat penting dalam memberikan pelayanan

rasa nyaman dan ketenangan kepada pengunjung wisata Pantai

Natsepa, serta dapat mendukung kelancaran aktivitas atau

kegiatan dalam rangka peningkatan pertumbuhan pariwisata.

1) Sistem Jaringan Air Bersih

Berdasarkan hasil survei di lokasi studi bahwa sumber air di

kawasan wisata Pantai Natsepa sangat memadai. Sumber air

bersih yang diperoleh berasal dari sumur galian dan air

PDAM.
101

2) Jaringan listrik

Berdasarkan hasil survei dilokasi studi bahwa Jaringan listrik

dalam kawasan wisata secara keseluruhan telah terlayani

dengan baik. Sumber penerangan wisata Pantai Natsepa

berasal dari listrik PLN.

3) Jaringan komunikasi

Berdasarkan hasil survei di lokasi studi bahwa bahwa

Jaringan telekomunikasi/telepon di kawasan wisata Pantai

Natsepa sudah tersedian jaringan komunikasi yang memadai.

Namun tidak ada telepon umum.

4) Sistem Persampahan

Berdasarkan hasil survei dilokasi studi bahwa jaringan

persampahan didalam kawasan wisata Pantai Natsepa telah

terlayani dengan baik. Sementara limbah cair yang dihasilkan

oleh kegitanatan warung makan didalam lokasi wisata tidak

dibuang kelaut namun dibuang langsung ke tanah, hal ini

disebapkan belum ada sistem pengelolaan limbah cair

Gambar 3.6 Jaringan Persampahan di lokasi wisata Pantai Natsepa


102

b) Aspek Sarana

Sarana wisata meliputi semua sarana yang berada di dalam

kawasan wisata serta sarana penunjang lainnya seperti

akomodasi hotel, penginapan, restaurant, dan Lani – lain.

Sarana wisata akan sangat mendukung pengembangan

pariwisata.

1) Fasilitas Akomodasi

Berdasarkan hasil survei di lokasi studi di kawasan wisata

Pantai Natsepa sudah tersedia 2 (dua) Homestay yaitu; The

Natsepa Resort dan Suli Indah.

2) Restauran/Rumah Makan

Berdasarkan hasil survei di lokasi studi bahwa di sekitar

kawasan wisata Pantai Natsepa suda tersedia warung

makan dan restauran. Dari hasil wawancara dengan

informan terdapa 21 (dua puluh satu) warung/rumah makan

yang berjejer disepanjang pantai dan 3 (tiga) restauran.

Gambar 3.7 fasilitas Rumah/warung makan di lokasi wisata Pantai Natsepa


103

3) Fasilitas Penunjang Wisata Pantai Natsepa

Keberadaan sarana penunjang dalam suatu kawasan wisata

sangat untuk mendukung pengembangannya. Berdasarkan

hasil survei lapangan yang dilakukan pada kawasan obyek

wisata Pantai Natsepa, terdapat beberapa fasilitas

penunjang wisata, diantaranya :

Tempat Karcis (Ticket Box)

Tempat penjualan/pembelian tiket bagi wisatawan yang

berkunjung terletak dipintu masuk bagian timur.

Gambar 3.8 loket pembelian tiket dilokasi wisata Pantai Natsepa

Tempat parkit

Area parkir untuk pengunjung wisata yang membawa

mobil dan kendaraan roda dua tersedia dua lahan

parkir yang cukup luas Masing – masing berada

disebelah Timur dan Barat.

Gambar 3.9 tempar parkir kendaraan roda 4 dan roda 2 di lokasi wiasata
Pantai Natsepa
104

Kamar Mandai/kamar Ganti/Toilet

Dari hasil pengamatan langsung dilapangan bahwa

didalam kawasan wisata Pantai Natsepa sudah

dilengkapi dengan kamar mandi, kamar ganti dan toilt.

Bangunan yang unik berbentuk kotak segi empat yang

berjejer menghadap jalan.

Gambar 3.10 kamar mandi/kamar ganti dan toilet di lokasi wisata


Pantai Natsepe

Gazeebo

Berdasarkan hasil pengamatan langsung dilapanga

bahwa didalam kawasan wisata Pantai Natsepa telah

dibanun gazeebo untuk pengunjung sebagai tempat

duduk santai dan minum kopi.

Gambar 3.11 gazeebo di lokasi wisata Pantai Natsepa


105

Tempat Duduk

Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada lokasi

studi bahwa telah tersedia disepanjang pantai

Natsepa tempat duduk bagi para pengunjung untuk

beristirahat dan bersantai sambil menikmati

keindahan dan kesejukan udara.

Gambar 3.12 Tempat Duduk di lokasi wisata Pantai Natsepa

Panggung Pentas Seni

Dari hasil pengamatan dilapangan bahwa dilokasi

studi terdapat 1 (satu) unit bangunan panggung yang

digunakan sebagai tempat pertunjukan pentas seni

budaya masyarakat setempa.

Gambar 3.13 panggung pentas seni wisata Pantai Natsepa


106

6. Karakteristik Wisatawan

a. Jumlah Kunjungan wisatawan ke Pantai Natsepa

Berdasarkan sumber data yang diperoleh dari responden bahwa

jumlah kunjungan wisata ke Pantai Natsepa dalam 1minggu

berkisar 1000 orang. (pengelolah wisata Pantai Natsepa).

b. Asal Wisatawan

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden bahwa

wisatawan yang berkunjung ke wisata Pantai natsepa terdiri dari

wisatawan nusantara yang berasal dari daerah, kalimantan,

sulawesi, sumatra, jawa, dan kalimantan, Maluku Utara.

Sedangkan wisatawan mancanegara berasal dari Negara –

negara Asia, Eropa.

c. Jenis Kelamin dan Usia

Wisatawan yang berkunjung ke Pantai Natsepa terdiri atas Laki

– laki dan perempuan, dari usia 13 – 17 sekitar 150 orang, usia

18 – 30 sekitar 260 ornag, usia 31 – 35 sekitar 450, usia 31 – 55

85 orang sedangkan usia >55 sekitar 35 orang.

d. Pendidikan, pekerjaan dan pendapatan

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden bahwa tingkat

pendidikan wisatawan yang berkunjung ke objek wisata Pantai

Natsepa terdiri dari SD, SMP, SMA, S1, S2. Jenis pekerjaannya

bervariasi ada yang berprofesi sebagai pegawai pemerintah,

pegawai Swasta, TNI/Polri, Pelajar/ Mahasiswa Ibu rumah


107

tangga, Pensiunan. Sedangkan penghasilan penghasilan

beragam yaitu mulai dari Rp. 1.000.001-2.000.000, Rp.

2.000.001-3.000.000, dan > Rp. 3.000.000

e. Tujuan Kunjungan

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden bahwa

wisatawan yang berkunjung di Pantai Natsepa berfariasi. Ada

yang berkunjung dengan tujuan berlibur, berbisnis, duduk santai

dan kemudian balik, acara keluarga (berulan tahun). Sedangkan

wisatawan mancanegara kedatangannya dengan tujuan memilih

jenis wisata alam dan kultur atau budaya masyarakat setempat.

f. Lama Tinggal Wisatawan

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden bahwa

wisatawan nusantara dan mancanegara yang berkunjung ke

Pantai Natsepa sebagian besar besar menginap selama 3 hari

namun keterbatasan sarana akomodasi sehingga mereka

meninggalkan lokasi wisata.

g. Moda angkutan yang di Gunakan

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan bahwa moda

angkutan yang digunakan wisatawan untuk berkunjung ke

Pantai Natsepa yaitu mobil penumpang Mikrolet, kendaraan

pribadi, motor roda dua, dan bus pariwisata.

h. Sistem Pengelolaan Wisata Pantai Natsepa


108

Berasarkan hasil wawancara dengan responden bahwa saat ini

wisata Pantai Pantai Natsepa dikelolah oleh masyarakat dan

pemerintah. Perencanaan pengembangan, operasional, sistem

manejemen sepenuhnya dipegang kendali oleh Pemerintah

Kabupaten Maluku Tengah.

i. Pendapatan Kawasan Wisata Pantai Natsepa

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden bahwa

pendapatan wisata Pantai Natsepa bersumber dari retribusi

masuk pengunjung, parkir kendaraan, penjual makanan, jasa

sewa bangunan dan sarana yang tersedia.

7. Sosial Masyarakat

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan bahwa nilai sosial

budaya kekerabatan masyarakat Desa Suli masih mengakar dalam

kehidupan sehari – hari. Bahasa yang digunakan adalah bahasa

lokal masyarakat setempat. Filosofi siwalima yang selamaini telah

melembaga sebagai common values dan dapat ditemukan

diseluruh wilayah Maluku. Adapun filosofi siwalima dimaksud telah

menjadi simbol identitas daerah karena selama ini sudah

dipaterikan sebagai dan menjadi logo dari pemerintah daerah

Maluku

a) Keaslian Budaya

Kehidupan sehari-hari yang sebagian besar yang sebagian

besar belum banya mengalami perubahan akan membuat


109

wisatawan minat khusus (terutama minat sosial budaya).

Sangat terkesan oleh apa yang mereka di Desa Suli. Apalagi

sebagian besar adat istiadat masih dipertahankan

sebagaimana adanya. Belum terlalu banyak perubahan-

perubahan dalam adat istiadat sehari-hari.

b) Masih bertahanya tradisi

Berbagai tradisi lama yangmasih ada di Desa Suli pada

dasarnya menyimpan potensi–potensi sosial yang dapat

digunakan untuk mendukung perkembangan wisata Pantai

Natsepa.

Adat kebersihan; masalah kebersihan lingkugan sangat

dijaga oleh masyarakat dan pengelolah wisata. Lingkungan

yang bersih dan tidak bau dapat menarik minat kunjungan

wisatawan.

Kesiapan masyarakat; sebagai daerah tujuan wisata secara

umum masyarakat Desa Suli sangat siap memberikan

pelayanan dari segi keamanan dan kenyaman kepada

pengunjung hal ini dapat dilihat dari keterbukaan dan

interaksi masyarakat untuk berbaur dengan wisatawan.


110

E. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

a) Data Kuantitatif

Data kuantitatif merupakan data yang memiliki hubungan

dengan nilai variable yang berbentuk bilangan. Adapun yang

dimaksud data kuantitatif dalam penelitian ini yaitu :

1) Kepadatan penduduk Desa Suli

2) Jumlah wisatawan

3) Jumlah sarana dan prasarana.

a) Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan

dalam bentuk angka. Adapun data kualitatif dalam penelitian ini

yaitu :

1) Kondisisfisik Kawasan (Kondisi Iklim, Kondisi Morfologi,

Kondisi Hidrosfer)

2) Jenis vegetasi dan Fauna

3) Atraksi dan obyekwisata (Keindahan alam, Kebudayaan,

Sejarah)

4) Aksesbilitas (Kondisi jalan, Moda angkutan, Jarak, waktu

dan biayaya)

5) Penggunaanlahan (jenis penggunaan lahan)

6) Masyarakat (Partisipasi masyarakat dan Kelembagaan

masyarakat)
111

2. Sumber Data

a) Data Primer

Data primer merupakan informasi yang diperoleh secara

langsung melalui survei pengamatan tanpa ada perantara

antara peneliti dengan objek yang akan diteliti. Survei lapangan

dilakukan untuk mengetahui langsung kondisi eksisting

aksesbilitas serta sarana dan prasarana wisata Pantai Natsepa.

b) Data Sekunder

Data sekunder merupakan informasi yang diperoleh secara

tidak langsung. Survei sekunder yang dilakukan dalam peneltian

ini yaitu bertempat di Kantor PU, BPS, BAPPEDA, Dinas

Pariwisata, Kantor Desa Suli, Kecamatan Salahutu dan

beberapa jenis instansi terkait lain. Adapun data yang

dibutuhkan dalam survei sekunder yaitu :

1) Jumlah kepadatan penduduk

2) Jumlah wisatawan

3) Kondisisfisik Kawasan (Kondisi Iklim, Kondisi Morfologi,

Kondisi Hidrosfer)

4) Jenis vegetasi dan Fauna

5) Atraksi dan obyekwisata (Keindahan alam, Kebudayaan,

Sejarah)

6) Aksesbilitas (Kondisi jalan, Moda angkutan, Jarak, waktu

dan biayaya)
112

7) Penggunaanlahan (jenis penggunaan lahan)

8) Masyarakat (Partisipasi masyarakat dan Kelembagaan

masyarakat)

F. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini langkah-langkah yang ditempuh dan teknik yang

digunakan untuk mengumpulkan data-data dalam memperoleh

infomasi berkaitan dengan pengembangan wisata Pantai Natsepa yaitu

terdiri atas tiga diantaranya :

1. Obserfasi Lapangan

Untuk mengetahui kondisi lapangan maka dilakukan kunjungan

dan pengematan langsung ke wisata Pantai Natsepa, yang

meliputi ; keindahan alam, atraksi wisata, keadaan dan suasana

pantai, kondisi lokasi parkiran, kondisi gerbang masuk, kondisi

tempat peribadatan, kondisi dn banyaknya akomodasi

(penginapan, gazebo, dan toilt umum, moda transportasi, kondisi

jalan, sumber air bersi, jaringan komunikasi, dan kondisi

kebersihan wisata Pantai Natsepa.

2. Metode Wawancara

Interview dilakukan pada pegawai dinas pariwisata dan

kebudayaan Kabupaten Maluku Tengah yang berkaitan dengan

potensi bahari Pantai Natsepa di Desa Suli. kemudian dilakukan

wawancara kepada kepala Desa Suli terkait dengan kondisi kondisi

ekonomi, dan sosial budaya masyarakat lokal, selain itu juga


113

wawancara dilakukan terhadap pengelolah wisata Pantai Natsepa

mengenai jumlah wisatawan yang berkunjung, penarikan retribusi

terhadap wisatawan dan kondisi sarana dan prasarana wisata

Pantai Natsepa.

3. Metode Kuisioner

Kuisioner dalam penelitian ini diberikan hanya kepada wisatawan

dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik demografi,

kunjungan wisatawan di Pantai natsepa. Adapun Jenis – jenis

pertanyaan yang akan diajukan kepada responden dalam hal ini

wisatawan, sebagaimana terlampir pada lampiran 1.

4. Obserfasi Instansional

Survei instutional merupakan survey yang dilakukan peneliti pada

instansi tekait yaitu kantor Dinas Pariwisata, Kantor BPS

KecamatanSalahutu, Dinas PU dan BAPEDA, Kantor Camat dan

kantor Desa Suli. Data yang disajikan dalam bentuk gambar,

tabulasi, maupun secara deskriptif.

5. Telaah Kepustakaan

Studi literatur merupakan pengumpulan data yang diperoleh

melalui kajian literatur, seperti Buku – buku, skripsi, tesis,

desertase, jurnal, majala, dan koran. Pengumpulan data melalui

kepustakaan sangat penting karena penelitian mengenai

pengembangan wiasata bahari untuk meningkatkan kunjungan

wisata ke Pantai Natsepa membutuhkan Teori–teori yang bersifat


114

mendukung variabel yang diteliti. Sehingga keterkaitan antara

variabel dan teori tersebut dapat dikorelasikan dengan kondi

eksisting yang ada dilokasi studi.

6. Metode Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh bukti fisik terkait

dengan kondisi objek wisata Pantai Natsepa yang meliputi; daya

tarik dan objek wisata, serta kondisi sarana dan prasarana yang

ada di kawasan wisata Pantai Natsepa.


115

Tabel 3.2 Jenis Data, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, dan Tempat Perolehan
Data Dalam Penelitian
No Jenis Data Sumber Data Teknik Pengumpulan Data Tempat Perolehan Data
Data Kuatitatif
1 Jumlah Penduduk Data Sekunder Survei Data Sekunder Badan Pusat Statistik Kecamatan
Salahutu
2 Jumlah Wisatawan Data Sekunder Survei Data Sekunder Badan Pusat Statistik Kecamatan
Salahutu
3 Kondisi Fisik Kawasan Data Sekunder Survei Data Sekunder & BPS dan Survei Lapangan
Lapangan
4 Kepemilikan dan Data Sekunder dan Primer Survei Sekunder & Lapangan Dinas PU & Survei Lapangan
Penggunaan Lahan
5 Sarana & Prasarana Data Sekunder dan Primer Survei Sekunder & Lapangan Dinas PU, BPS & Survei Lapangan

6 Data – data Lainnya yang - - -


Berkaitan Dengan Penelitian
Data Kualitatif
1 Atraksi dan Obyek Wisata Data Sekunder dan Primer Survei Data Sekunder & Dinas Pariwisata dan Survei Lapangan
Lapangan
2 Masyarakat Data Primer Survei Data Sekunder & Dinas Pariwisata dan Survei Lapangan
Lapangan
3 Aksesbilitas Data Primer Survei Data Sekunder & Dinas PU dan Survei Lapangan
Lapangan
4 Jenis Vegetasi & Vauna Data Sekunder dan Primer Survei Data Sekunder & Dinas Pariwisata & Survei Lapangan
Lapangan
Data – data Lainnya yang - - -
Berkaitan Dengan Penelitian
Sumber : Hasil Pengelolaan Tahun 2020
116

G. Metode Analisis Data

Metode analisis merupakan cara – cara yang digunakan oleh

peneliti untuk memungkinkan dapat menjawab masalah yang ada.

Sesuai dengan rumusan masalah yang diteliti, maka untuk menjawab

rumusan masalah pertama dilakukan dengan menggunakan

pendekatan analisis deskriptif kualitatif (analisis pembobotan).

Rumusan masalah kedua dijawab dengan menggunakan pendekatan

analisis deskriptif kualitatif (analisis SWOT). Sedangkan untuk

menjawab rumusan masalah ketiga menggunakan pendekatan analisis

skoring (pembobotan).

1. Analisis Deskriptif Kualitatif (Deskriptif)

Pengertian analisis deskriptif analitis menurut (Sugiono:

2009; 29) adalah suatu metode yang berfungsi untuk

mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang

diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana

adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum. Dengan kata lain penelitian deskriptif analitis

mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-

masalah sebagaimana adanya saat penelitian dilaksanakan, hasil

penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil

kesimpulannya.
117

2. Analisis Deskriptif Kualitatif (SWOT)

Teknik analisis deskriptif kualitatif (Analisis SWOT) dilakukan

untuk dapat mengakumulasi dan menjastifikasi data-data kualitatif

yang tidak dapat dikuantitatifkan tapi turut berpengaruh sebagai

variabel penelitian. Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui

strategi pengembangan wisata bahari dalam meningkatkan

kunjungan wisata ke Pantai Natsepa. Analisis SWOT (Strength,

Weakneses, Opportunities, and Threat). Adalah identifikasi

berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan suatu strategi.

Menurut Robert Simbolon (1999), analisis SWOT merupakan

suatu alat yang efektif dalam membantu menstrukturkan masalah,

terutama dengan melakukan analisis atas lingkungan strategis,

yang lazim disebut sebagai lingkungan internal dan lingkungan

eksternal. Dalam lingkungan internal dan eksternal ini pada

dasarnya terdapat empat unsur yang selalu dimiliki dan dihadapi,

yaitu secara internal memiliki sejumlah Kekuatan (strengths) atau

sumber daya, keterampilan atau keunggulan lain yang relativ

terhadap pesaing yang berasal dari dalam dan kelemahan–

kelemahan (weaknesses) atau keterbatasan/ kekurangan dalam

sumber daya, keterampilan dan kemampuan yang secara serius

menghalangi kinerja efektif suatu sistem, dan secara eksternal

akan berhadapan dengan berbagai Peluang (opportunities) atau

situasi/kecenderungan utama yang menguntungkan berasal dari


118

luar, dan ancaman–ancaman (threats) situasi/kecenderungan

utama yang tidak menguntungkan berasal dari luar. Faktor–factor

strategis internal dan eksternal diberi bobot dan nilai (rating)

berdasarkan pertimbangan professional (Professional Juggment).

Pertimbangan professional adalah pertimbangan berdasarkan

kelebihan, kompeten dengan sesuatu yang dipertimbangkannya

(R.Simbolon,1999). Dalam melakukan pertimbangan professional

pada analisis factor strategis internal dan eksternal memiliki

pembatas. Pembobotan pada lingkungan internal tingkat

kepentingannya didasarkan pada besarnya pengaruh faktor

strategis terhadap posisi strategisnya, sedangkan pada lingkungan

eksternal didasarkan pada kemungkinan memberikan dampak

terhadap faktor strategisnya (Freddy Rangkuti, 2001: 22-24).

Jumlah bobot pada masing–masing lingkungan internal dan eksternal

harus berjumlah =1(satu) :

• Skortotal internal→total bobot kekuatan+total bobot kelemahan =1

• Skor total eksternal→total bobot peluang+total bobot ancaman =1

Sedangkan nilai bobot menurut Freddy Rangkuti (2001:22 24) dan

Diklat Spama (2000:13-14) berdasarkan ketentuan sebagai berikut:

“skala 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting)”

Besarnya rata–rata nilai bobot tergantung pada jumlah factor

strategisnya (5–10 faktor strategis) yang dipakai. Nilai rating

berdasarkan besarnya pengaruh faktor strategis terhadap kondisi


119

dirinya (Freddy Rangkuti, 2001: 22-24) dengan ketentuan sebagai

berikut;

Skala mulai dari 4 (sangat kuat), 3 (kuat), 2 (kurang kuat) sampai


dengan 1 (tidak kuat/lemah)
Variabel yang bersifat positif (variabel kekuatan dan peluang)

diberi nilai dari 1 sampai dengan 4 dengan membandingkan dengan

rata–rata pesaing utama/ kondisi wilayah pesisih didaerah lain.

Sedangkan variabel yang bersifat negativ kebalikannya, jika kelemahan

dan ancaman besar sekali (disbanding dengan rata–rata pesaing

sejenis) nilainya adalah1, sedangkan jika ancaman kecil dibawah rata–

rata pesaingnya nilainya adalah 4.

Matrik SWOT adalah matrik yang mengintraksikan faktor strategis

internal dan. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana

peluang dan ancaman (eksternal) yang dihadapi dapat disesuaikan

dengan kekuatan dan kelemahan (internal) yang dimiliki. Hasil dari

interaksi faktor strategis internal dengan eksternal menghasilkan

alternativ–alternative strategi. Matrik SWOT menggambarkan berbagai

alternative strategi yang dilakukan didasarkan hasil analisis SWOT.

Strategi SO adalah strategi yang digunakan dengan memanfaatkan/

mngoptimalkan kekuatan yang dimilikinya untuk memanfaatkan

sebagai peluang yang ada. Sedang strategi WO adalah strategi yang

digunakan seoptimal mungkin untuk meminimalisir kelemahan.

Strategi ST adalah strategi yang digunakan dengan memanfaatkan

/mengoptimalkan kekuatan untuk mengurang berbagai ancaman.


120

Strategi WT adalah strategi yang digunakan untuk mengurangi

kelemahan dalam rangka meminimalisir/ menghindari ancaman.

1. Analisis faktor-faktor strategis internal dan eksternal (IFAS-


EFAS)
Analisis faktor strategi internal dan eksternal adalah pengolahan

faktor- faktor strategis pada lingkungan internal dan eksternal

dengan memberikan pembobotan dan rating pada setiap faktor

srtategis. Menganalisis lingkungan internal (IFAS) untuk

mengetahui berbagai kemungkinan kekuatan dan kelemahan.

Masalah strategis yang akan dimonitor harus ditentukan karena

masalah ini mungkin dapat mempengaruhi pariwisata dimasa yang

akan datang. Menganalisis lingkungan eksternal (EFAS) untuk

mengetahui berbagai kemungkinan peluang dan ancaman.

Masalah strategis yang akan dimonitor harus ditentukan karena

masalah ini mungkin dapat mempengaruhi pariwisata dimasa yang

akan datang.

a) Langkah-langkah penyusunan IFAS

Masukan faktor-faktor kekuatan dan kelemahan pada table

IFAS dan kolom 1. Susun 5 sampai dengan 10 faktor dari

kekuatan dan kelemahan, (Freddy Rangkuti 2001, 22)

Berikan bobot masing-masing factor strategis pada kolom 2.

Semua bobot tersebut jumlahnya tidak melebihi dari skor

total =100, Faktor-faktor itu diberi bobot didasarkan pengaruh

posisi strategis (Freddy Rangkuti 2001, 22).


121

Berikan rating pada kolom 3 untuk masing-masing faktor

dengan skala mulai dari 4 (sangat kuat) sampai dengan1

(lemah), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap

kodisi kawasan pariwisata bersangkutan.

Kalikan bobot dengan nilai (rating) untuk memperoleh factor

pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor

pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya

bervariasi.

Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk

memperoleh total skor pembobotan bagi kawasan pariwisata

yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukan bagaimana

kawasan pariwisata bereaksi terhadap faktor-faktor strategis

internalnya. Skor total ini dapat digunakan untuk

membandingkan kawasan pariwisata ini dengan objek

wisata lainnya dalam kelompok wisata yang sama. Tabel

Model Analisis Faktor Strategi Internal (IFAS) dapat dilihat

pada table berikut.


122

Tabel 3.3 ModelAnalisisFaktorStrategis Internal(IFAS)


No Faktor – faktor Strategis Bobot Nilai Bobot x Nilai

Kekuatan:
(Jumlahperkalian
(Faktor-faktoryang (Professional (Professional Bobotdengannilai
menjadikekuatan) Judgement) Judgement) padasetiapfaktordarikekuatan)
(Jumlahbobot (Jumlahnilai (JumlahbobotX
Jumlah nilaikekuatan)
kekuatan) kekuatan)

Kelemahan:

(Jumlahperkalian
(Faktor-faktoryang (Professional (Professional Bobotdengannilai
menjadikelemahan) Judgement) Judgement) padasetiapfaktordarikelemahan)

(Jumlah bobot (Jumlah nilai (Jumlah bobot X


Jumlah Nilai kelemahan)
kelemahan) kelemahan)

Sumber:Freddy Rangkuti,2001

b) Langkah-langkah penyusunan EFAS

Masukan faktor-faktor kekuatan dan kelemahan pada table

EFAS dan kolom 1. Susun 5 sampai dengan 10 faktor dari

peluang dan ancaman (Freddy Rangkuti 2001, 22).

Berikan bobot masing-masing faktor strategis pada kolom 2.

Semua bobot tersebut jumlahnya tidak melebihi dari skor total

= 100, Faktor-faktor itu diberi bobot didasarkan pengaruh

posisi strategis (Freddy Rangkuti 2001, 22).

Berikan rating pada kolom 3 untuk masing-masing faktor

dengan skala mulai dari 4 (sangat kuat) sampai dengan 1

(lemah), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap

kodisi kawasan pariwisata bersangkutan.


123

Kalikan bobot dengan nilai (rating) untuk memperoleh faktor

pembobotan dalam kolom 4.Hasilnya berupa skor

pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya

bervariasi.

Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk

memperoleh total skor pembobotan bagi kawasan pariwisata

yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukan bagaimana

kawasan pariwisata bereaksi terhadap faktor-faktor strategis

internalnya. Skor total ini dapat digunakan untuk

membandingkan kawasan pariwisata ini dengan objek wisata

lainnya dalam kelompok wisata yang sama. Tabel Model

Analisis Faktor Strategi Eksternal (EFAS) dapat dilihat pada

table beriku :
124

Tabel 3.4
Model Analisis Faktor Strategis Eksternal (EFAS)
No Faktor- Bobot Nilai Bobot X Nilai
FaktorStrategis
1 Peluang:
(Faktor- (Professional (Professional (Jumlahperkalianbobot
faktoryang Judgement) Judgement) dengannilai
menjadipeluan padasetiapfaktordaripe
g) luang)

Jumlah (Jumlah (Jumlahnilai (Jumlah bobot X Nilai


bobotpeluang) peluang) peluang)
2 Ancaman:
Faktor- Faktor-faktoryang (Professional Jumlah perkalian
faktoryang menjadiancaman) Judgement) bobot dengan nilai
menjadiancam pada setiap factor dari
an) ancaman)

Jumlah (Jumlah bobot (Jumlah nilai (Jumlah bobot X Nilai


ancaman) ancaman) ancaman)
Sumber:Freddy Rangkuti,2001

c) Pembobotan (Scoring) dan Penilaian (Rating)

Faktor-faktor strategis internal dan eksternal diberikan bobot

dan nilai (rating) berdasarkan pertimbangan professional

(Professional Judgment).Pertimbangan professional

merupakan pemberian pertimbangan berdasarkan

keahliannya, kompeten dengan sesuatu yang

dipertimbangkannya. Dalam melakukan pertimbangan

professional pada analisis factor strategis internal–eksternal

memiliki pembatasan sebagai berikut:

Pembobotan (scoring)

Dalam memberikan bobot pada lingkungan internal tingkat

kepentingannya didasarkan pada besarnya pengaruh


125

faktor strategis terhadap posisi strategisnya, sedangkan

pada lingkungan eksternal didasarkan pada kemungkinan

memberikan dampak terhadap factor strategis nya.

Jumlah bobot pada masing-masing lingkungan internal

dan eksternal harus berjumlah 100 (seratus).

Penilaian (rating)

Nilai rating berdasarkan besarnya pengaruh faktor

strategis terhadap kondisi dirinya dengan kententuan

sebagai beriku :

Sangat Kuat Kuat Rata-rata Lemah

4 3 2 1

2. Pemetaan Posisi Pariwisata

Pemetaan posisi pariwisata bertujuan untuk mengetahui posisi

pariwisata dari suatu objek wisata dalam kondisi

perkembangan saat ini. Pemetaan didasarkan pada analogi

sifat yang dimiliki dari faktor-faktor strategis. Kekuatan memiliki

sifat positif, kelemahan bersifat negatif, begitu juga dengan

peluang bersifat positif dan ancaman bersifat negativ. Diagram

posisi perkembangan pariwisata memberikan gambaran

keadaan perkembangan pariwisata berdasarkan kuadran-

kuadran yang dihasilkan garis faktor SW dan garis faktor OT,

setiap kuadran memiliki rumusans trategi sebagai strategi


126

utamanya. Seperti telah dijelaskan sebelumny agar faktor

pada diagram posisi perkembangan pariwisata didasarkan

pada logika faktor strategi internal membentuk garis horisontal

dan faktor strategi eksternal membentuk garis vertikal. Posisi

perkembangan pariwisata dapat dilihat pada gambar 1dibawah

ini:

Gambar 3.14
Model Posisi Perkembangan Pariwisata

Sumber: LM-FEUI (HOkaA Yoeti,1996)

Rumusan setiap kuadran yang secara khusus untuk pariwisata

dan beberapa pengertian yang melalui proses adopsi. Adaptasi

dari penggunaan analisis SWOT untuk perusahaan, sehingga

diadaptasi suatu rumusan sebagai berikut:

a) Kuadran I : Growth (pertumbuhan)


127

Strategi pertumbuhan didesain untuk mencapai

pertumbuhan, baik dalam penjualan, asset, profit atau

kombinasi ketiganya (Freddy Rangkuti 2001,43).

Pertumbuhan dalam pariwisata adalah pertumbuhan jumlah

kunjungan wisatawan (frekuensi kunjungan dan asal daerah

wisatawan), asset (objek dan daya tarik wisata, prasarana

dan sarana pendukung), pendapatan (retribusi masuk dan

jumlah yang dibelanjakan). Pertumbuhan dalam pariwisata

terbagi dua,yaitu :

Rapid Growth

Strategi (strategi pertumbuhan cepat), adalah strategi

meningkatkan laju pertumbuhan kunjungan wisatawan

dengan waktu lebih cepat (tahunke 2 lebih besar dari

tahuke 1 dan selanjutnya), peningkatan kualitas yang

menjadi factor kekuatan untuk memaksimalkan

pemanfaatan semua peluang.

Stable Growth Strategy

(strategi pertumbuhan stabil), adalah strategi

mempertahankan pertumbuhan yang ada (kenaikan

yang stabil, jangan sampai turun).

b) Kuadran II : Stability (Stabilitas)

Strategi stabilitas adalah strategi konsolidasi untuk

mengurangi kelemahan yang ada, dan mempertahankan


128

pangsa pasar yang sudah dicapai (okaA. Yoeti 1996, 144).

Stabilitas diarahkan untuk mempertahankan suatu keadaan

dengan berupaya memanfaatkan peluang dan memperbaiki

kelemahan. Strategi stabilitas terbagi dua,yaitu :

Agressive Maintenance Strategy (strategi perbaikan

agresif), adalah strategi konsolidasi internal dengan

mengadakan perbaikan-perbaikan berbagai bidang.

Perbaikan faktor-faktor kelemahan untuk memaksimalkan

pemanfaatan peluang.

Selective Maintenances trategy (strategi perbaikan

pilihan), adalah strategi konsolidasi internal dengan

melakukan perbaikan pada sesuatu yang menjadi

kelemahan. Memaksimalkan perbaikan faktor-faktor

kelemahan untuk memanfaatkan peluang.

c) Kuadran III : Survival (Bertahan)

Turnaround strategy (strategi memutarbalik), adalah

strategi yang membalikan kecenderungan-kecenderungan

negative sekarang, yang paling umum tertuju pada

pengelolaan.

Guirelle strategy (strategi merubah fungsi), adalah strategi

merubah fungsi yang dimiliki dengan fungsi lain yang

bener-benar berbeda.
129

d) Kuadran IV : Diversifikas

Strategi penganekaragaman adalah strategi yang membuat

keanekaragaman terhadap objek dan daya tarik wisata dan

mendapatkan dana investasi dari pihak luar. Strategi

penganekaragaman dibagi dua,yaitu :

Diversifikasi concentric strategy (strategi diversifikasi

konsentrik), adalah diversifikasi objek dan daya tarik

wisata sehingga dapat meminimalisir ancaman.

Diversifikasi conglomerate strategy (strategi diversifikasi

konglomerat), adalah memasukan investor untuk

mendanai diversikasi yang mempertimbangkan laba.

3. Matriks SWOT

Berdasarkan strategi yang digunakan dalam matriks SWOT

maka model matriks yang akan digunakan berdasarkan table

berikut:

Tabel 3.6
Model Matrik Analisis SWOT
IFAS Kekuatan (s) Kelemahan (W)

EFAS
Peluang (O) Strategi SO Strategi WO
(strategi yang (strategi yang meminimalkan
menggunakan kekuatan kelemahan dan
dan memanfaatkan memanfaatkan peluang)
peluang)
Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT
(strategi yang (strategi yang meminimalkan
menggunakan kekuatan kelemahan dan menghindari
dan mengatasi ancaman) ancaman)
130

Alternativ strategi merupakan hasil matrik analisis SWOT

yang menghasilkan berupa strategi SO,WO,ST, dan WT.

alternative strategi yang dihasilkan minimal 4 (empat)

strategi sebagai hasil dari analisis matrik SWOT.

a) Strategi SO, strategi ini dibuat berdasarkan jalan

pikiran memanfaatkan seluruh kekuatan untuk

merebut dan memanfaatkan peluang sebesar–

besarnya.

b) Strategi ST, strategi dalam menggunakan kekuatan

yang dimiliki untuk mengatasi ancaman.

c) Strategi WO, diterapkan berdasarkan pemanfaatan

peluang yang ada dengan cara meminimalkan

kelemahan yang ada.

d) Strategi WT, didasarkan pada kegiatan usaha

meminimalkan kelemahan yang ada serta

menghindari ancaman.

3. Analisis Deskriptif Kuantitatif (Skoring)

Penentuan nilai potensi dilakukan dengan penilaian

menggunakan pengharkatan (teknik skoring), yaitu dengan

memberikan skor atau nilai. Variabel penelitian dipilih

berdasarkan kriteria penelitian, Pedoman penyusunan analisis

daerah obyek wisata dengan menyesuaikan kondisi daerah

penelitian. Variabel penelitian terdiri dari daya tarik obyek


131

wisata, aksesibilitas serta sarana prasarana. Nilai skor

digunakan untuk membedakan besar pengaruh antara kriteria

penilaian dari setiap variabel yang digunakan, sedangkan bobot

nilai digunakan untuk membedakan besar pengaruh antar

variabel.

Tahapan dalam analisis data pada penelitian ini diawali dengan

pemilihan indikator dari variable - variabel penelitian.

Berdasarkan kriteria penelitian pengembangan potensi daerah

wisata dari Departemen Pariwisat Kabupaten Maluku Tengah

yang dimodifikasi, karena disesuaikan dengan kondisi wisata

Pantai Natsepa. Setelah dilakukan skoring dengan pembobotan

pada masing - masing variabel untuk mengetahui tingkat

perkembangan masing - masing obyek wisata. Alasan

menggunakan pembobotan adalah untuk mengetahui tingkat

kebutuhan sarana dan prasarana yeng sesuai dengan

kebutuhan wisatawan yang brkunjung di objek wisata Pantai

Natsepa. Variabel yang mempunyai daya dukung tinggi

terhadap perkembangan pariwisata mempunyai nilai yang tinggi,

dan sebaliknya variabel yang mempunyai daya dukung rendah

mempunyai bobot nilai rendah.


132

Tabel 3.6

Standar Indeks PembPaobot Kualitatif dan Kuantitaif Berdasarkan

Paremeter Potensi Kawasan Obiek Wisata Pantai Natsepa

No Tingkat Kualitatif Tingkat Kuantitatif

1 Baik >3-5

2 Sedang >1-3

3 Buruk 1

Sumber : Sumaatmaja, 1988


133

Tabel 3.7 Klasifikasi dan variabel Potensi Internal Untuk Objek Wisata Pantai Natsepa

No Variabel Indikator Kriteria Klasifikasi Skor


(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 a. Atraksi & daya tarik utama Tidak menarik Rendah 1
obyek wisata Pantai Natsepa Menarik Sedang 2
Sangat Menarik Tinggi 3
b. Komponen atraksi pada objek Tidak mendukung objek utama Rendah 1
wisata Kurang mendukung objek utama Sedang 2
Mendukung objek utama Tinggi 3
c. Kegiatan wisata yang ada di Hanya menikamti obyek Rendah 1
Kualitas Objek lokasi obyek wisata Tempat satu kegiatan aktif Sedang 2
Wisata Pantai Lebih dari satu kegiatan yang aktif Tinggi 3
Natsepa d. Daya tarik Pendukung Obyek wisata yang tidak atau belum memiliki daya tarik pendukung Rendah 1
Obyek wisata yang memiliki daya tarik pendukung 1-2 Sedang 2
Obyek wisata yang memiliki daya tarik pendukung lebih dari Tinggi 3
e. Keunikan wisata Pantai Banyak ditemukan ditempat lain Rendah 1
Natsepa Jarang ditemukan ditempat lain Sedang 2
Sedikit ditemukan ditempat lain Tinggi 3
a. Potensi pengembangan Belum terdapat penataan ruang dan tidak tersedia lahan untuk pengebangan Rendah 1
Bilah telah ada penataan ruang tapi lahan untuk pengembangan terbatas Sedang 2
Bila telah ada penataan ruang dan masih tersedia lahan untuk dikembang Tinggi 3
Kondisi Alam b. Kondisi fisik obyek wisata Obyek yang mengalami kerusakan dominan Rendah 1
2 Wisata Pantai secara langsung Obyek yang sedikit mengalami kerusakan Sedang 2
Natsepa Obyek yang belum memiliki kerusakan Tinggi 3
c. Kebersihan lingkungan Obyek wisata kurang bersih dan tidak terawatt Rendah 1
Obyek wisata cukup bersih Sedang 2
Obyek wisata bersih Tinggi 3
d. Flora Sedikit (< 8 macam) Rendah 1
Cukup (8-12 macam) Sedang 2
Banyak (>10 macam) Tinggi 3
e. Fauna Sedikit (< 6 macam) Rendah 1
134

Cukup (4-8macam) Sedang 2


Banyak (> 8 macam) Tinggi 3
3 Aksesbilitas a. Jarak dari pusat Ibu Kota Jauh (jarak >25,6 km) Rendah 1
Sedang (15,3-25,6 km) Sedang 2
Dekat (jarak 15,3 km) Tinggi 3
b. Moda angkutan Tidak tersediannya sarana transportasi Rendah 1
Tersediannya sarana transportasi tetapi masih terbatas Sedang 2
Tersediannya sarana transportasi Tinggi 3
c. Kondisi jalan Tidak tersedia kelokasi Rendah 1
Tersedia, kondisi kurang baik Sedang 2
Tersedia, kondisi beraspal baik Tinggi 3
4 Fasilitas Kertersedian fasilitas
penunjang wisata pemenuhan kebutuhan
Pantai Natsepa fisik/dasar dilokasi:
- Rumah makan Tidak tersedia Rendah 1
- Penginapan Tersedia 1-2 jenis fasilitas Sedang 2
- Bangunan untuk menikmati Tersedia 3 jenis fasilitas Tinggi 3
keindahan alam
Kertersedian fasilitas
pemenuhan kebutuhan dilokasi:
- Taman terbuka Tidak tersedia Rendah 1
- Fasilitas seni dan budaya Tersedia 1-2 jenis fasilitas Sedang 2
- Tempat ibadah Tersedia 3 jenis fasilitas Tinggi 3

5 Fasilitas Kertersedian fasilitas pelengkap


pelengkap yang terdiri:
- Tempat pakir Tidak tersedia Rendah 1
- Toilet Tersedia 1-10 jenis fasilitas Sedang 2
- Pusat informasi Tersedia >10 jenis fasilitas Tinggi 3
- Loket karcis

sumber : diolah oleh dan analisis penulis tahun 2020


135

H. Definisi Operasional

Dalamdefinisi oprasional ini ada beberapa pengertian yang berkaitan

dengan pokok pembahasan materi penelitian untuk jadikan acuan.

Definisi tersebut antara lain:

1. Pengembangana adalah suatu proses untuk menjadikan potensi

yang ada menjadi seuatu yang lebih baik dan berguna. Pariwisata

merupakan gejala yang dapat memberikan manfaat dengan

pengelolaan yang baik dan terencana.

2. Wisata pantai merupakan salah satuobyek dan daya tarik wisata

yang banyak diminati.

3. Kawasan wisata adalah kawasan yang diperuntukkan secara

khusus untuk dibina dan dipelihara guna kepentingan pariwisata.

4. Atraksiadalahsesuatu yang memilikidayatarik yang sangatbesar

dan sangatmenarikperhatian.

5. Amenitas adalah bentuk fasilitas yang dapat memberikan

pelayanan bagiwi satawan.

6. Aksesibilitas adalah ukuran kemudahan untuk menjangkau suatu

lokasi dengan melalui system transportasi.

7. Daerah Tujuan Pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi

Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu

atau lebih wilayah administrative yang di dalamnya terdapat Daya

Tarik Wisata, Fasilitas Umum, Fasilitas Pariwisata, aksesibilitas,


136

serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya

Kepariwisataan.

8. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki

keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman

kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi

sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

9. Aksesibilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana dan

prasarana transportasi yang mendukung pergerakan wisatawan

dari wilayah asal wisatawan ke Destinasi Pariwisata maupun

pergerakan di dalam wilayah Destinasi Pariwisata dalam kaitan

dengan motivasi kunjungan wisata.

10. Prasarana Umum adalah kelengkapan dasar fisik suatu

lingkungan yang pengadaannya memungkinkan suatu lingkungan

dapat beroperasi dan berfungsi sebagaimana semestinya.

11. Fasilitas Umum adalah sarana pelayanan dasar fisik suatu

lingkungan yang diperuntukkan bagi masyarakat umum dalam

melakukan aktifitas kehidupan keseharian.

12. Fasilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana yang secara

khusus ditujukan untuk mendukung penciptaan kemudahan,

kenyamanan, keselamatan wisatawan dalam melakukan

kunjungan ke Destinasi Pariwisata.

13. Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan

kesadaran, kapasitas, akses, dan peran masyarakat, baik secara


137

individu maupun kelompok, dalam memajukan kualitas hidup,

kemandirian, dan kesejahteraan melalui kegiatan Kepariwisataan.

14. Kelembagaan Kepariwisataan adalah kesatuan unsur beserta

jaringannya yang dikembangkan secara terorganisasi, meliputi

Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat,

sumber daya manusia, regulasi dan mekanisme operasional,

yang secara berkesinambungan guna menghasilkan perubahan

ke arah pencapaian tujuan di bidang Kepariwisataan.

15. Organisasi Kepariwisataan adalah institusi baik di lingkungan

Pemerintah maupun swasta yang berhubungan dengan

penyelenggaraan kegiatan Kepariwisataan.

16. Sumber Daya Manusia Pariwisata yang selanjutnya disingkat

SDM Pariwisata adalah tenaga kerja yang pekerjaannya terkait

secara langsung dan tidak langsung dengan kegiatan

Kepariwisataan.

17. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang

dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan

penyelenggaraan pariwisata.

18. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat kepada usaha dan

pekerja pariwisata untuk mendukung peningkatan mutu produk

pariwisata, pelayanan dan pengelolaan Kepariwisataan.


138

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kabupaten Maluku Tengah

1. Letak Geografis

Maluku tengah sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Maluku, Mengacu


pada Keputusan Bupati Maluku Tengah Nomor : 140 Tahun 2013 Tentang
Penetapan Jumlah, Nama Negeri/Negeri Administrasi dan Kelurahan di
Kabupaten Maluku Tengah maka secara administratif Kabupaten Maluku Tengah
memiliki 17 (tujuh belas) Kecamatan yang terdiri dari 183 Negeri dan 6
Kelurahan. Kabupaten Maluku Tengah berbatasan dengan :
o Sebelah utara dengan Laut Seram
o Sebelah Timur dengan Kabupaten Seram Bagian Timur
o Sebelah Selatan dengan Laut Banda
o Sebelah Barat dengan Kabupaten Sera Bagian Barat
Untuk lebih jelasnya mengenai letak geografis Kabupaten Maluku Tengah dapat
dilihat pada
Tabel

Tabel Nama, Luas Wilayah Administrasi per Kecamatan, Jumlah Desa dan
Kelurahan dalam Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2020

Jumlah Jumlah Luas Wilayah

No Kecamatan Administrasi (%) Terbangun (%)


Negeri Kelurahan Thd Thd
(Ha) (Ha)
Total Total
1 Banda 18 - 17,200 1.48 1,190.16 4.98
2 Amahai 14 1 161,907 13.96 2,341.46 9.79
Teon Nila
3 Serua 14 - 2,428 0.21 796.32 3.33
4 Tehoru 10 - 40,572 3.50 1,622.90 6.79
Kota
5 Masohi .- 5 3,730 0.32 1,354.41 5.67
6 Telutih 10 - 12,850 1.11 761.09 3.18
Teluk
7 Elpaputih 7 - 12,000 1.03 738.71 3.09
8 Saparua 17 - 17,650 1.52 2,110.36 8.83
9 Nusalaut 7 - 3,250 0.28 327.13 1.37
139

Jumlah Jumlah Luas Wilayah

No Kecamatan Administrasi (%) Terbangun (%)


Negeri Kelurahan Thd Thd
(Ha) (Ha)
Total Total
10 Leihitu 11 - 14,763 1.27 2897.36 12.12
Seram
11 Utara 15 - 717,346 61.86 1,372.90 5.74

12 P. Haruku 11 - 15,000 1.29 1881.83 7.87


Leihitu
13 Barat 5 - 8,447 0.73 1139.65 4.77
14 Salahutu 6 - 15,182 1.31 3,022.44 12.64
15 Seram 12 - 70,548 6.08 622.76 2.60
Utara Barat

16 Seram 12 - 28,065 2.42 958.24 4.01


Utara
Timur Kobi

17 Seram 12 - 18,619 1.61 769.81 3.22


Utara
Timur Seti
Jumlah 181 6 1,159,557.00 100.00 23,907.53 100.00

2. Klimatologi

Secara umum kondisi iklim di Kabupaten Maluku Tengah didominasi oleh curah

hujan yang relatif tinggi, yang ditunjukkan dengan kondisi vegetasi hutan yang

rapat dan tumbuh subur. Kabupaten Maluku Tengah terletak pada di wilayah yang

memiliki tipe iklim hutan hujan tropis dan iklim musim, dengan curah hujan rata-

rata tahunan yang tinggi. Seperti wilayah Indonesia lainnya, di wilayah ini hanya

terdapat 2 musim dalam setahun, yaitu musim penghujan yang dimulai pada bulan

Oktober, dan musim kemarau yang dimulai pada bulan April, dengan bulan basah

lebih lama dibanding dengan bulan kering. Kabupaten Maluku Tengah terletak di

antara Laut Pasifik dan Laut Banda, sehingga sering terjadi pusaran angin dan

arus laut, maka pada saat musim penghujan sering terjadi badai hujan (storm),
140

yang sangat memungkinkan terjadinya banjir besar. Berdasarkan Peta Isohyet

(Direktoral Jenderal Cipta Karya, 1996), curah hujan rata-rata tahunan di Pulau

Seram dan sekitarnya berkisar antara 2000-4000 mm. Curah hujan tertinggi

(>4000 mm/tahun) terkonsentrasi di jalur perbukitan bagian tengah Pulau Seram,

di sekitar Tehoru. Berdasarkan klasifikasi Oldeman, zona agroklimat di Kabupaten

Maluku Tengah dapat dikelompokkan berdasarkan kondisi fisiografinya, yaitu :

a) pada satuan dataran rendah dengan ketinggian <500 meter dpal,

temperatur udara berkisar antara 25.8º-27.2ºC, curah hujan antara 1.000-

4.500 mm/tahun, hujan tersebar merata, jumlah bulan basah antara 3-9

bulan basah per tahun;

b) pada satuan dataran tinggi dengan ketinggian >500 meter dpal, temperatur

udara rata-rata 22ºC, curah hujan antara 3.000-4.000 mm/tahun, dan >9

bulan basah.

Iklim di Kabupaten Maluku Tengah termasuk iklim laut tropis. Musim kemarau

dimulai antara bulan April sampai Mei, dan memuncak pada bulan Juni sampai

Agustus. Musim hujan dimulai pada bulan November atau Desember dengan

angin barat dan barat laut yang berubah-ubah. Peralihan musim atau musim

pancaroba terjadi pada bulan April dan Oktober. Rata-rata curah hujan selama

10 tahun terakhir sebesar 2.904 mm/tahun, dan jumlah hari hujan rata-rata 231

hari/tahun. Curah hujan bulanan tertinggi terjadi pada bulan Mei dengan rata-

rata 584 mm/ bulan dalam 23 hari hujan. Curah hujan terendah terjadi pada

bulan agustus dengan rata-rata 47 mm/tahun dalam 16 hari hujan.

3. Geologi dan Morfologi

Kepulauan Maluku terbentuk oleh tumbukan 3 (tiga) lempeng utama, yaitu

lempeng Indo Australia, lempeng Pasifik dan lempeng Eurasia, dengan tipe

penunjaman, membentuk busur vulkanis dan busur non vulkanis, yang keduanya
141

melengkung ke barat. Busur vulkanis ditempati oleh gugusan pulau bergunung api,

baik gunung api tersier maupun kwarter, sedangkan busur non vulkanis tersusun

oleh berbagai macam batuan yang tidak ikut masuk ke dalam bumi pada waktu

penunjaman atau sering disebut baji melange. Batuan pada busur non vulkanis

tersusun oleh batu gamping, sekis, batu sabak (graywacke), batu pasir dan

lempung. Kepulauan Banda hingga Pulau Ambon menempati busur vulkanis,

sedangkan busur non vulkanis ditempati oleh pulau-pulau terselatan, Kepulauan

Kei, Pulau Seram dan Pulau Buru. Proses tektonis menyebabkan terjadinya

beberapa sesar utama dengan pola memanjang pulau, sedangkan sesar sekunder

dapat memotong atau sejajar sesar utama, membentuk beberapa lembah, sungai,

perbukitan dan pegunungan blok. Secara umum, kondisi geologi Kabupaten

Maluku Tengah terbentuk dari batuan penyusun meliputi batuan sedimen, batuan,

vulkanis, batuan terobosan, dan batuan hasil proses tektonis.

Pulau Seram memiliki dataran dengan genesa yang berlainan. Dataran pantai

utara Seram terluas di Provinsi Maluku, terbentuk oleh proses fluvial,dengan relief

datar hingga landai. Lebar dataran maksimal mencapai 20 km, terdapat di selatan

Negeri Pasahari. Relief berbukit hingga bergunung di Pulau Seram didominasi

oleh batu gamping, sekis dan batu pasir kuarsa. Pulau Seram mempunyai

ketinggian dari 0 - 3.027 meter dpal (Puncak Gunung Binaya). Sesuai dengan

keberadaan Pulau Seram di jalur lingkaran Api Pasifik yang mengalami tekanan

kompresional lateral dan pengangkatan secara vertikal, maka sesuai kemampuan

peta Geologi (Lembar Masohi, Maluku P3G 1993),

Kabupaten Maluku Tengah disusun oleh berbagai unsur struktur Geologi sebagai

berikut :

1. Perlipatan berupa Antiklin dan Sinklin yang melibatkan formasi Manusela,

berarah Timur – Barat.


142

2. Patahan Anjak (Thrust Fault) yang mengontrol bagian inti (Tengah)

Kabupaten Maluku Tengah melibatkan Komplek Tehoru, Komplek Sahu,

Formasi Kanikeh, Komplek Taunusa, dan Formasi Wahai, juga berarah

Timur – Barat dan melengkung cembung ke Utara.

3. Patahan/ Sesar Mendatar Tenggara – Barat Laut, dan Timur Laut – Barat

Daya, melibatkan Komplek Taunusa, Komplek Tehoru, Komplek Sahu dan

seluruh formasi lainnya dari Umur Perm – Tersier Akhir.

Keseluruhan struktur geologi tersebut menurunkan intensitas tinggi di bagian

tengah Kabupaten Maluku Tengah, yang menjadi medium rambat gelombang

gempa yang dapat terjadi di daerah ini seperti telah diuraikan sebelumnya

terkait dengan pembahasan mengenai bahaya bencana geologi.

4. Hidrologi

Kondisi hidrologi yang dideskripsikan adalah hidrologi permukaan (sungai).

Berdasarkan luas daerah aliran sungai (DAS), di Kabupaten Maluku Tengah dapat

dikelompokkan ke dalam 2 (dua) sistem sungai berdasarkan kondisi pulaunya,

yaitu sistem sungai Pulau Seram, dan sistem sungai pulau-pulau kecil, meliputi :

Haruku, TNS, Saparua, Salahutu, Leihitu, Nusa Laut, dan Banda. Sistem sungai

besar terdapat di Pulau Seram, yang dibatasi oleh igir pegunungan di bagian

tengah, membentang dari Tanjung Sial di Seram Barat hingga sebelah utara Gule-

Gule di Seram Timur, yang memisahkan sistem sungai bagian utara dan sistem

sungai bagian selatan Pulau Seram.

Pada umumnya sungai-sungai yang terdapat di Pulau Seram, baik sungai besar

maupun kecil, relative bersifat perenial, artinya mengalir sepanjang tahun,

walaupun pada musim kemarau mengalami penurunan debit aliran. Di pulau


143

Seram bagian tengah yang termasuk wilayah Kabupaten Maluku Tengah, water

devider bergeser ke bagian selatan sehingga daerah aliran sungai di bagian utara

lebih luas. Sistem sungai yang berkembang di bagian utara adalah DAS Toloaran,

Kua, Tolohatala, Moa, Isal, Sarupu, Samal, dan Kobi, serta beberapa sistem

sungai kecil yang banyak terdapat di wilayah utara. Sistim sungai yang relatif

besar berkembang di bagian selatan hanya ada 2 yaitu: DAS Kua dan Tolohatala.

Sistem sungai di Seram bagian tengah berhulu di Gunung Kobipoto, Pegunungan

Murkele Kecil, Pegunungan Manusela, dan Gunung Masnabem.

Berdasarkan hasil pengamatan atas sistem percabangan sungai, luas daerah

aliran, morfometri saluran, kondisi muara dan debit aliran, di Pulau Seram yang

masuk wilayah Kabupaten Maluku Tengah, dan pulau-pulau kecil lainnya, terdapat

1 (satu) sungai besar, yaitu: sungai Ruata, dan 16 (enam belas) sistem sungai

kecil hingga sedang, yang dapat dikatakan mengalir sepanjang tahun (perenial),

yaitu Kawa, Pia, Mala, Ela, Toloherela, Kua, Toloaran, Mual, Isal, Sarupu, Samal,

Kobi, Hila, Salahutu, Haruku, dan Nusa Laut. Sistem sungai-sungai kecil di Pulau

Haruku, TNS, Saparua, Salahutu, Leihitu, Nusa Laut, dan Banda umumnya

merupakan sungai dengan aliran tunggal atau sedikit percabangan, panjang alur

relatif pendek dan lurus, serta daerah aliran yang sempit.

Sebagaimana disajikan dalam Tabel 2.1 diketahui bahwa di Kabupaten Maluku

Tengah terdapat 60 DAS yang dapat digunakan masyarakat sebagai sumber air

bersih maupun sebagai pengairan lahan pertanian. Jumlah sungai yang paling

banyak ditemukan di Pulau Seram, terutama di bagian Utara Pulau Seram,

sedangkan di bagian Selatan jumlah sungai terbanyak hanya ditemukan di

Kecamatan Tehoru. Tingginya jumlah sungai yang terdistribusi di bagian Utara

Pulau Seram merupakan kondisi yang terbentuk karena pembentukan topografi

lahan darat yang cenderung berbentuk V. Sedangkan support massa air tawar

yang memasuki wilayah lembah (yang berbentuk V) ini karena tingginya tutupan
144

vegetasi pada wilayah itu, sehingga fungsi tangkapan air masih tetap berjalan.

Walaupun demikian, telah banyak lahan hutan mengalami pembukaan, terutama

untuk aktifitas HPH, HTI, dan lain-lain

5. Kondisi Demografi

Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh 4 (empat) komponen yaitu tingkat

kelahiran (fertilitas), tingkat kematian (mortalitas), migrasi masuk dan migrasi

keluar. Dengan kata lain pertumbuhan penduduk adalah merupakan

keseimbangan yang dinamis antara lahir, mati, datang dan pergi. Penduduk

Kabupaten Maluku Tengah berdasarkan hasil Sensus Penduduk Tahun 2016,

2017, 2018, dan 2019 berjumlah masing-masing sebesar : 229.581,295.059,

317.476, 361.698 jiwa. Dari keempat sensus penduduk tersebut diperoleh rata-

rata pertumbuhan penduduk antara sensus penduduk tahun 2016,2018, 2019, dan

2019 sebesar 2,30%, 1,48%, 1,03%, dan 1,31%.

Penduduk Kabupaten Maluku Tengah tahun 2020 sebanyak 371.712 jiwa,

berbeda dari tahun 2019 sebanyak 361.698 jiwa, dimana jumlah penduduk tahun

2019 merupakan hasil Sensus Penduduk 2019. Jumlah penduduk terbanyak

berada di Kecamatan Leihitu sebesar 48.279 jiwa (12,99% dari jumlah penduduk

Kabupaten Maluku Tengah).

Proyeksi Penduduk Kabupaten Maluku Tengah

Untuk memprediksikan jumlah penduduk Kabupaten Maluku Tengah sampai

dengan akhir tahun perencanaan yaitu tahun 2018, akan digunakan pendekatan

Aritmetic rate of growth berdasarkan pada angka pertumbuhan rata-rata

Kabupaten Maluku Tengah sebesar 1,31 % per tahun untuk memprediksikan jumlah

penduduk Kabupaten Maluku Tengah hingga tahun 2018.

Untuk memproyeksikan jumlah penduduki, jumlah rumah tangga dan kepadatan

penduduk dari tahun 2014 s/d 2018 maka digunakan rumus Aritmatika

(Aritmetic rate of growth)


145

= 0[1+ . ]

Pn : Jumlah penduduk setelah n tahun ke depan


P0 : Jumlah penduduk pada awal tahun (1,31 %)
r : Angka pertumbuhan penduduk
n : Jangka waktu dalam tahun

Berdasarkan perhitungan proyeksi penduduk yang dilakukan dengan


menggunakan metode tersebut maka jumlah penduduk Kabupaten Maluku Tengah
pada tahun 2020 adalah sebesar 406.222 jiwa. Selengkapnya proyeksi jumlah
penduduk Kabupaten Maluku Tengah dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.3.
Jumlah Penduduk Dan Kepadatannya 3 Tahun Terakhir
Tingkat
Jumlah Penduduk Jumlah Rumah Tangga Pertumbuhan Kepadatan penduduk
Nama
(%)
Kecamatan
Tahun Tahun Tahun Tahun
2017 2018 2019 2017 2018 2019 2018 2019 2017 2018 2019
Banda 19,057 19,246 19,546 3,811 3,849 3,909 0.99 1.56 1.11 1.12 1.14
Tehoru 18,763 18,948 19,244 3,753 3,790 3,849 0.99 1.56 0.76 0.76 0.78
Telutih 10,209 10,310 10,471 2,042 2,062 2,094 0.99 1.56 0.36 0.36 0.37
Amahai 40,010 40,407 41,037 8,002 8,081 8,207 0.99 1.56 0.25 0.25 0.25
Kota Masohi 32,352 32,673 33,182 6,470 6,535 6,636 0.99 1.56 8.67 8.76 8.90
Teluk
11,122 11,232 11,407 2,224 2,246 2,281 0.99 1.56 0.93 0.94 0.95
Elpaputih
Teon Nila
13,213 13,343 13,552 2,643 2,669 2,710 0.98 1.57 5.44 5.50 5.58
Serua
Saparua 33,374 33,705 34,231 6,675 6,741 6,846 0.99 1.56 1.89 1.91 1.94
Nusalaut 5,469 5,523 5,609 1,367 1,381 1,402 0.99 1.56 1.68 1.70 1.73
P. Haruku 24,877 25,124 25,515 4,975 5,025 5,103 0.99 1.56 1.66 1.67 1.70
Salahutu 47,996 48,472 49,228 9,599 9,694 9,846 0.99 1.56 3.16 3.19 3.24
Leihitu 48,279 48,756 49,518 9,656 9,751 9,904 0.99 1.56 3.27 3.30 3.35
Leihitu Barat 17,140 17,310 17,580 3,428 3,462 3,516 0.99 1.56 2.03 2.05 2.08
Seram Utara 16,456 16,619 16,878 4,114 4,155 4,220 0.99 1.56 0.02 0.02 0.02
Seram Utara
9,516 9,610 9,760 1,903 1,922 1,952 0.99 1.56 0.13 0.14 0.14
Barat
Seram Utara
10,361 10,463 10,627 2,590 2,616 2,657 0.98 1.57 0.37 0.37 0.38
Timur Kobi
Seram Utara 13,518 13,652 13,865 3,380 3,413 3,466 0.99 1.56 0.73 0.73 0.74
146

Tingkat
Jumlah Penduduk Jumlah Rumah Tangga Pertumbuhan Kepadatan penduduk
Nama
(%)
Kecamatan
Tahun Tahun Tahun Tahun
2017 2018 2019 2017 2018 2019 2018 2019 2017 2018 2019
Timur Seti
TOTAL 371,712 375,393 381,250 76,632 77,392 78,598 1.31 1.31 0.32 0.32 0.33

Sumber : Maluku Tengah Dalam Angka 2014 dan diolah


147

B. Gambaran Khusus Kecamatan Salahutu

1. Letak Geografis

1. Kondisi Geografis

Negeri Suli adalah suatu daerah pantai yang terletak antara 30- 400

Lintang Selatan dan 1270 - 300 Bujur Timur dengan luas wilayah 6.500

hektar. Negeri ini memiliki karakteristik topografi yang agak terjal dan

banyak bebatuan yang mengelilinginya, serta berada tepat di atas

hamparan batu karang. Batas- batas Negeri Suli adalah sebagai

berikut :

- Sebelah utara berbatasan dengan Gunung Salahutu

- Sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Baguala

- Sebelah timur berbatasan dengan Negeri Tulehu dan Negeri

Tial

- Sebelah barat berbatasan dengan Negeri Passo

2. Klimatologi

Pada umumnya keadaan iklim di Negeri Suli sama halnya dengan keadaan

iklim di pulau Ambon yaitu iklim laut tropis. Iklim di daerah ini dipengaruhi

oleh dua musim, yaitu musim barat pada bulan November-April dan musim

timur pada bulan Mei-September yang diselingi oleh musim pancaroba

(transisi kedua musim tersebut) yaitu pada bulan April dan Oktober. Pada

musim barat angin biasanya bertiup kurang kencang dan lautan tenang

sehingga banyak pengunjung yang datang ke kawasan wisata Pantai

Natsepa. Sedangkan pada musim timur angin bertiup kencang disertai

gelombang sehingga kurangnya pengunjung untuk menikmati kawasan

wisata Pantai Natsepa


148

C. Perlibatan Dan Partisipasi Masyarakat, Swasta Dan Pemerintah

Dalam Mengembangkan Kawasan Wisata Pantai Natsepa

1. Keterlibatan Pemerintah

Keterlibatan pemerintah dalam pembangunan pariwisata Pantai Natsepa

sangat penting perananya dalam menunjang keberhasilan pembangunan

pariwisata nasional. Perkembangan dan pertumbuhan pariwisata perlu

diantisipasi agar perkembanganya tetap pada jalurnya dan daya

dukunganya. Pembangunan dalam wilayah objek wisata akan memberikan

sumbangan yang sangat besar apabila dikelola secara profesional, karena

sumbangan bagi daerah yang bersangkutan, pariwisata dapat memacu

pertumbuhan kawasan sekitar objek wisata tersebut. pemerintah daerah

memiliki peran untuk mengembangkan potensi pariwisata

didaerahnya sebagai: Motivator, dalam pengembangan pariwisata,

peran pemerintah daerah sebagai : 1) motivator diperlukan agar

geliat usaha pariwisata terus berjalan. Investor, masyarakat, serta

pengusaha di bidang pariwisata merupakan sasaran utama

yang perlu untuk terus diberikan motivasi agar perkembangan

pariwisata dapat berjalan dengan baik. Tidak dapat dipungkiri

bahwa proses pengembangan pariwisata tidak bisa dilepaskan

dari dukungan investor, pengusaha wisata serta masyarakat.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pemerintah daerah, melalui

Dinas Pariwisata telah melakukan beberapa upaya untuk memotivasi

kalangan investor, pengusaha wisata serta masyarakat agar tertarik turut

serta mengembangkan potensi pariwisata di Kecamatan Salahutu Desa

Suli, melalui program sosialisasi sadar wisata, pelatihan pengelolaan

usaha wisata, sampai dengan dukungan dana stimulant bagi usaha wisata

berbasis masyarakat. Selama ini, upaya yang telah dilakukan oleh Dinas
149

Pariwisata dalam memotivasi masyarakat peneliti nilai belum cukup

optimal, hal tersebut dapat dilihat dari tingkat kesadaran masyarakat akan

pentingnya pariwisata yang masih rendah. Masih terdapat beberapa

kalangan masyarakat yang belum sadar akan pentingnya pariwisata,

meskipun sebagian lagi telah mengerti dan mulai mengembangkan usaha

wisata secara swadaya dalam bentuk Desa Wisata. Melalui program

sosialisasi dan promosi wisata, Dinas Pariwisata juga terus mengupayakan

kalangan investor dan pengusaha wisata agar tertarik turut

mengembangkan potensi pariwisata di Kecamatan Salahutu Desa Duli,

namun peneliti melihat upaya tersebut juga masih belum optimal, sehingga

investor dan pengusaha wisata selama ini belum tertarik untuk ikut

mengembangkan potensi pariwisata di Kecamatan Salahutu Desa Duli.

Peran pemerintah daerah dalam mengembangkan pariwisata tidak lantas

hanya terbatas sebagai motivator seperti dijelaskan diatas, namun,

diperlukan juga upaya lanjutan dari Dinas Pariwisata sebagai stakeholder

pariwisata Kecamatan Salahutu untuk dapat memfasilitasi para investor

dan pengusaha serta masyarakat tersebut.

Fasilitator, Sebagai fasilitator pengembangan potensi pariwisata

dikecamatan Salahutu Desa Suli, peran dari Dinas Pariwisata adalah untuk

menyediakan berbagai fasilitas, baik fasilitas fisik maupun non fisik.

Beberapa upaya yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata akses adalah

menyediakan sarana prasarana obyek wisata, memfasilitasi

pengembangan obyek wisata berbasis masyarakat seperti Desa Wisata,

penyediaan informasi terkait potensi ekonomi wisata pada pihak ketiga

sampai dengan promosi obyek wisata yang terdapat di kecamatan

Salahutu Desa Suli.

2. Keterlibatan Swasta
150

Keterlibatan pihak swasta sangat membantu dalam pengembangan wisata.

Pihak swasta juga berperan dalam pengadaan akomodasi dan pemenuhan

fasilitas yang ada di pantai Natspa. Pemenuhan fasilitas oleh pihak swasta

berupa tempat ibadah serta pembuatan tanggul pemecah ombak

3. Keterlibatan Masyarakat

Keterlibatan dan Partisipasi masyarakat Desa Suli terhadap

pengembangan objek wisata Pantai Natsepa sangat baik. Hal itu bisa

dilihat dari : (a). Partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan

keputusan, keberhasilan ini bisa dilihat pada saat ada rapat untuk

membicarakan kegiatan/progam pada objek wisata masyarakat terlibat

secara langsung; (b). Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan,

keberhasilan dari tahap partisipasi ini bisa dilihat dari masyarakat yang

mau untuk bergotong royong secara suka rela; (c). Partisipasi dalam

pemantauan evaluasi, keberhasilan partisipasi ini bisa dilihat melalui studi

banding yang dilakukan pihak pengelola, agar pengembangan wisata bisa

berjalan ke arah yang lebih baik; (d). Partisipasi pemanfaatan hasil,

keberhasilan partisipasi ini ditandai dengan adanya peningkatan

pendapatan.

Pengembangan objek wisata Pantai Natsepa memberikan dampak positif

terhadap peningkatan kondisi ekonomi masayarakat sekitar, selain itu

membantu pemerintah untuk mengurangi tingat pengangguran.

D. Karakteristik Kunjungan

Dalam pengembangan objek wisata perlu melihat karakteristik kunjungan

wisatawan. Karakteristik kunjungan meliputi moda transportasi, lama

kunjungan, motivasi dan daya tarik wisata bahari. Dengan mengetahui

karakteristik kunjungan tersebut dapat diketahui apa yang menjadi


151

keinginan dan kebutuhan wisatawan sehingga dalam penyediaan fasilitas

pelayanan dapat terjadi kesesuaian antara sisi permintaan dan sisi

penyediaan.

1) Moda Transportasi

Kemudahan dalam mencapai daerah wisata merupakan salah satu

unsur yang penting dalam menyediakan fasilitas rekreasi dan objek

wisata, karena jika tingkat pencapaiannya sulit maka masyarakat kurang

berminat untuk mengunjunginya. Sarana transportasi merupakan salah

satu faktor adanya kemudahan untuk bergerak dari satu daerah ke daerah

yang lain. Tersedianya sarana angkutan memudahkan wisatawan untuk

mengadakan perjalanan menuju daerah tujuan wisata, namun bagi

wisatawan yang memiliki kendaraan pribadi, sarana angkutan tidak

menjadi hambatan bagi perjalanannya. Sarana angkutan umum yang

menuju ke wisata bahari Pantai Natsepa dapat dikatakan tidak ada sebab

bagi wisatawan yang tidak memiliki kendaraan bermotor hanya

menggunakan jasa ojek untuk dapat menuju ke Pantai Natsepa. Di satu

sisi, hal ini menjadi hambatan bagi wisatawan yang ingin berwisata di

Pantai Natsepa tapi tidak memiliki kendaraan pribadi, namun pada sisi lain

hal ini justru menjadi salah satu daya tarik Pantai Natsepa sebab jauh dari

kebisingan kendaraan sehingga memberikan ketenangan bagi wisatawan

yang ada di Pantai Natsepa. Gambaran mengenai moda transportasi yang

digunakan wisatawan menuju ke wisata bahari Pantai Natsepa dapat

dilihat pada Tabel 18.


152

Tabel Moda transportasi Wisatawan Di Pantai Natsepa Tahun 2020


Responden Persentase
No Moda Transportasi
(jiwa) (%)
1 Mobil Pribadi 18 19
2 Kendaraan Umum/Angkot 25 26
3 Sepeda Motor 53 55
JUMLAH 96 100

Pada Tabel 18 terlihat bahwa moda transportasi yang digunakan

pengunjung di Pantai Natsepa sebagian besar yaitu 55% responden

adalah sepeda motor. Selanjutnya, 26% responden menggunakan moda

transportasi kendaraan Umum, biasanya wisatawan yang datang dengan

menggunakan kendaraan umum/angkot menginap sehari atau lebih di

Pantai Natsepa. Selanjutnya yang terkecil yaitu 19% responden

menggunakan moda transportasi mobil pribadi menuju ke wisata bahari

Pantai Natsepa.

2) Lama Kunjungan

Lama kunjungan dapat dipakai sebagai indikator daya tarik wisata

daerah tersebut. Daya tarik tidak hanya menyediakan sesuatu untuk

dilihat wisatawan tetapi juga mampu menarik wisatawan untuk melakukan

perjalanan. Daya tarik wisata yang baik harus dapat menahan wisatawan

dalam waktu yang cukup lama dan memberikan kepuasan kepada

wisatawan. Lama kunjungan wisatawan di Pantai Natsepa dapat dilihat

pada Tabel 19.


153

Tabel 19. Lama Kunjungan Wisatawan Di Pantai Natsepa Tahun 2013


Responden Persentase
No Lama Kunjungan
(jiwa) (%)
1 < 1 hari 59 62
2 1 hari 28 29
3 > 2 hari 9 9
JUMLAH 96 100

Pada Tabel 19 terlihat bahwa sebagian besar lama kunjungan

wisatawan yaitu 62% responden adalah kurang dari satu hari, selanjutnya

29% responden memiliki lama kunjungan selama 1 hari dan yang terkecil

yaitu 9% responden lama kunjungannya dilakukan selama lebih dari 2

hari.

Wisatawan yang mempunyai lama kunjungan kurang dari satu hari

pada umumnya hanya mempunyai minat untuk rekreasi mengunjungi

Pantai dan menikmati panorama alami yang ditawarkan oleh Pantai

Natsepa. Wisatawan yang mempunyai lama kunjungan lebih dari dua hari

pada umumnya mempunyai kunjungan khusus seperti rapat kerja

organisasi kemahasiswaan dan rapat antar instansi/pemerintah maupun

swasta.

Sebagian besar lama kunjungan responden adalah kurang dari

sehari, hal ini mengidentifikasikan bahwa wisata bahari Pantai Natsepa

kurang menarik. Kurang menariknya Pantai Natsepa dimungkinkan karena

kurangnya fasilitas pendukung seperti tempat parkir, rumah makan, villa

dan atraksi wisata yang ditampilkan oleh pengelola wisata Pantai

Natsepa,
154

sehingga perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan lama kunjungan

wisatawan. Semakin lama waktu kunjungan wisatawan diharapkan

semakin besar pengeluarannya sehingga manfaat ekonomi yang

diperoleh masyarakat setempat juga bertambah besar.

3) Motif Perjalanan

Wisatawan dalam bepergian dari tempat tinggal menuju ke objek

wisata karena adanya keinginan atau motif tertentu untuk melakukan

perjalanan wisatanya. Keinginan tersebut dapat terpenuhi karena adanya

daya tarik wisata di daerah tujuan wisata. Sangatlah penting untuk

mengetahui motivasi wisatawan karena berkaitan dengan daya tarik objek

yang dirasakan oleh wisatawan sehingga dalam pengembangan wisata

bahari Pantai Natsepa perlu memperhatikan motif perjalanan wisatawan.

Untuk mengetahui motif/maksud kunjungan wisatawan di Pantai Natsepa

dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Motif Kunjungan Wisatawan Di Pantai Natsepa Tahun 2013


Responden Persentase
No Motif Perjalanan
(jiwa) (%)

1 Rekreasi 57 59

2 Olahraga 16 17

3 Lainnya 23 24

JUMLAH 96 100
155

Tabel 20 memperlihatkan bahwa sebagian besar wisatawan

yang melakukan kunjungan wisata di Pantai Natsepa yaitu 59%

memiliki motif perjalanan untuk rekreasi menikmati keindahan

panorama Pantai Natsepa yang masih alami, selanjutnya 24%

responden memiliki motif perjalanan lainnya seperti untuk rapat

kerja organisasi kemahasiswaan. Sedangkan olahraga merupakan

motif perjalanan yang dilakukan oleh wisatawan sebesar 17% yang

juga merupakan alasan kunjungan wisatawan yang terkecil di

Pantai Natsepa. Berdasarkan motif kunjungan wisatawan tampak

bahwa segmen pasar utama wisata bahari Pantai Natsepa adalah

wisatawan yang mempunyai tujuan berekreasi dan tujuan lainnya

seperti rapat kerja organisasi kemahasiswaan.

E. Keberlangsungan Proses Penyelenggaraan Pariwisata Pantai

Natsepa Ditinjau Dari Ketertarikan, Ketersediaan Dan Tingkat

Kebutuhan Atraksi, Aksesibilitas Dan Ameneity

Pengembangan objek wisata menjadi fokus utama Pemerintah.

Terdapat tiga komponen penting yang perlu diperhatikan dalam

keberlangsungan proses penyelenggaraan pengembangan


156

pariwisata pantai Natspa yaitu atraksi, dan aksesibilitas. Amenity

Ketiga komponen tersebut harus berkesinambungan sehingga

objek wisata dapat memiliki daya saing yang tinggi

1. Atraksi (Daya Tarik Wisata)

Pantai Natsepa adalah salah satu pantai indah yang

terletak di Desa Suli, Kecamatan Salahutu, Maluku Tengah,

salah satu pantai yang tidak kalah menarik dengan hamparan

pasir putih nan halus ini tentu saja menjadi kebanggaan kota

Ambon dan sangat ramai dikunjungi wisatawan. Pantai Natsepa

selalu menjadi primadona bagi wisatawan, baik lokal maupun

mancanegara. pantai ini memang menjadi ikon di Kota Ambon.

berpemandangan sangat indah. Yang unik dari Pantai Natsepa

adalah banyaknya bangunan-bangunan yang berdiri di

beberapa sudut pantai. Bangunan tersebut penuh dengan mural

warna-warni yang cantik. Lukisan-lukisan tersebut menjadi daya

tarik tambahan untuk wisatawan akan keindahan pantai ini.

Bangunan warna-warni tersebut memang menjadi program

khusus pemerintah setempat untuk merenovasi lokasi Pantai

Natsepa menjadi lebih hidup. Pengecatan bahkan tidak

dilakukan sembarangan karena memiliki filosofi tersendiri, yaitu


157

pola hidup bersaudara khas Maluku dengan keberagaman

suku, agama, dan latar ekonomi masyarakat. Tidak selayaknya

pantai lain dengan kuliner khas kelapa muda dan seafood-nya,

Pantai Natsepa bahkan mengunggulkan rujak Natsepa yang

wajib dicicipi oleh wisatawan. Konon, berkunjung ke Pantai

Natsepa, tetapi tidak mencicipi rujak adalah sia-sia.Rujak

Natsepa berisi irisan buah layaknya rujak biasa, seperti irisan

ubi jalar, belimbing, pepaya, nanas, jambu, kedondong, timun,

dan lainnya. Sambal rujak terdiri dari kacang, cabai, dan gula

aren. Kacang tanah yang digunakan diulek tidak sampai halus

sehingga masih bertekstur.

Pantai Natsepa cukup terkenal dengan keindahan pantai

sekaligus pasir pantainya yang bersih dan cantik Hamparan

pasir putih halus berpadu dengan laut yang berwarna biru akan

semakin menyempurnakan pemandangan di depan mata.

Apalagi ombak di pantai ini tidak terlalu deras dan kencang

karena terhalang oleh teluk dan juga memiliki pantai yang

landai. Cukup aman untuk digunakan bermain atau berjalan-

jalan di sekitar pantai apalagi hamparan pasir putihnya juga

cukup luas.Tidak mengherankan , jika pengunjung menemukan


158

wisatawan yang berenang hingga ke tengah laut dan jauh dari

tepi pantai. Biasanya pada saat air laut surut, bagian berpasir

dari Pantai Natsepa menjadi sangat luas hingga para

pengunjung bisa bermain bola, bersantai, maupun bermain

pasir pada satu tempat di waktu yang bersamaan.

Gambar : keindahan panorama alam Pantai Natsepa


159

2. Aksesbilitas

Aksesibilitas merupakan kemudahan untuk mencapai

suatu tujuan, yang menyangkut kenyamanan, keamanan, dan

waktu tempuh. Hal ini menjadi penting diperhatikan karena

semakin tinggi aksesibilitas semakin mudah untuk dijangkau

dan semakin tinggi tingkat kenyamanan wisatawan untuk

datang berkunjung. Aksesbilitas dalam mencapai daya tarik

wisata dapat dilihat dari kondisi jalan yang bagus dan jarang

terjadinya hambatan kemacetan. Jarak yang harus ditempuh

untuk mencapai objek wisata pantai yang terkenal dengan

pasirnya yang putih ini yakni ±15 Km dari pusat kota Ambon

dan ±23 Km dari Bandara Internasional Pattimura. Ada

beberapa alternative transportasi yang bisa anda gunakan

untuk mencapai lokasi ini.

Dari pusat kota, dengan menggunakan angkot (Rp.

5.000/orang.) Angkot mulai beroperasi pada pukul 04.50 –

21.00 WIT. Ada juga alternative lain, yakni menggunakan mobil

charteran, harganya juga sudah pasti berkisar di atas Rp.

100.000. Sedangkan untuk transportasi dari Bandara anda

dapat menggunakan angkutan kota (Angkot) menuju daerah


160

“Passo,” nah sesampai di Passo anda harus mengganti angkot

(Angkot yang melewati Pantai Natsepa di antaranya adalah :

Jurusan Tulehu, Tengah-tengah, Liang dan Tial) biayanya

hanya Rp.5.000. Anda takut tersesat?? Jangan khawatir anda

hanya tinggal memberi tahu tujuan anda pada si supir. Atau jika

anda bukan tipe orang yang senang naik turun angkot, maka

anda bisa menggunakan Taxi langsung dari bandara, kisaran

harganya di atas Rp.100.000. sedangkan untuk biaya tiket

masuk ke kawasan Natsepa anda cukup merogoh Rp.5.000.

Berdasakan perhitungan jarak tempuh rata-rata terdekat antara

desa-desa di pulau Ambon ke obyek wisata Pantai Natsepa

jarak rata-rata antara pantai Natsepa (Suli) dengan semua desa

di kota Ambon adalah 15,65 km, dan semua desa di pulau

Ambon adalah 24,19 km.

Gambar : kondisi jalan depan wisata Pantai Natsepa yang

bagus dan mudah di tempuh


161

3. Amenity (Fasilitas)

Amenity adalah segala fasilitas pendukung yang bisa

memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan selama berada

didestinasi. Amenity berkaitan dengan ketersediaan sarana

akomodasi untuk menginap serta restoran atau warung untuk

makan dan minum. amenity yang terdapat dikawasan daya tarik


162

wisata Pantai Natsepa yaitu adanya area parkir yang cukup

luas, toilet umum,mushoola,tempat jualan, penyewaan ban

renang, penyewaan perahu cadik, tempat santai, dan juga

panggung seni, jika wisatawan merasa jemu dengan hanya

berendam dan bermain pasir, maka pengunjung bisa

merasakan sensasi mancing di pantai pasir putih ini, bukan itu

saja namun ada juga beberapa alternatife yang disediakan oleh

pengelola, yakni snorkling dan diving. Ingin memacu adrenalin

pengunjung, silahkan rasakan sensasinya saat wisatawan

menaiki banana boat, atau ber-jetski ria. Jika itu terlalu

berbahaya bagi pengunjung yang takut. pengunjung bisa

menggunakan perahu/sampan sewaan guna melihat terumbu

karang tanpa harus terbasah, dan jika wisatawan ingin

menonton atraksi atau sebuah teater seni pengelola pantai

natsepa juga menyediakan fasilitas berupa panggung seni,

akan tetapi panggung seni digunakan hanya untuk hari hari

tertentu seperti hari sabtu dan minggu atau hari libur lainnya.
163

Gambar : Bebrapa fasilitas yang terdapat didalam wisata

bahari Pantai Natsepa

F. Konsep dan Strategi Pengembangan Kawasan Pantai Natsepa

di Masa Depan Dengan Membangun Sistem Kebutuhan

Atraksi, Aksesibilitas Dan Ameneity Secara Berkelanjutan

1. Pengembangan Wisata Pantai Natsepa

a) Pengembangan Atraksi
164

Daya tarik wisata merupakan salah satu komponen pariwisata

dan merupakan faktor utama yang mempengaruhi atau

mendorong seseorang untuk meninggalkan daerah asalnya untuk

mengunjungi suatu daerah tujuan wisata. Daya tarik wisata

adalah sesuatu yang dapat dilihat atau disaksikan, seperti pantai,

tebing dan vegetasi alaminya, Suatu objek mempunyai potensi

menjadi daya tarik, tetapi daya tarik tersebut baru terbentuk bila

objek tadi didukung oleh unsur-unsur lain seperti aksesibilitas dan

fasilitas penunjang wisata.

Untuk meningkatkan daya tarik wisata Pantai natsepa,

pengembangannya harus memperhatikan potensi yang dimiliki

oleh Pantai natsepa, ciri khas yang menjadi daya tarik wisatanya,

motivasi dan pengelompokkan wisatawan yang berkunjung ke

wisata bahari Pantai natsepa. Dengan adanya keterbatasan dana

maka pengembangan dilakukan dengan memberikan prioritas

terhadap daya tarik wisata sesuai dengan tuntutan pasar.

Pengembangan tersebut dapat meningkatkan kualitas lingkungan

setempat dan diharapkan juga meningkatkan jumlah wisatawan

yang datang berkunjung di Pantai natsepa sehingga dapat

mendorong perekonomian daerah di desa Suli. Meningkatnya


165

perekonomian daerah akan memberikan kesempatan kerja di

bidang usaha jasa wisata dan meningkatkan pendapatan daerah

melalui pajak pembangunan dan retribusi masuk ke wisata bahari

Pantai natsepa. Dengan demikian, berkembangnya wisata bahari

Pantai natsepa dapat memberikan manfaat ekonomi, baik bagi

pemerintah daerah maupun kepada masyarakat setempat.

b) Pengembangan Aksesbilitas

Wisatawan mengunjungi suatu objek wisata karena adanya

dorongan keinginan atau motif tertentu dan adanya daya tarik

wisata dari objek wisata tersebut. Aksesibilitas merupakan fungsi

dari jarak atau tingkat kemudahan untuk mencapai daerah wisata

dengan berbagai kawasan tujuan wisatanya, perjalanan menuju

Wisata bahari Pantai natsepa dapat ditempuh ±15 Km dari pusat

kota Ambon dan ±23 Km dari Bandara Internasional Pattimura

oleh wisatawan melalui jalur darat. perjalanan menuju ke wisata

bahari Pantai Natsepa dapat ditempuh selama ± 30menit dari

Kota Ambon. Perjalanan dari berbagai daerah menuju ke wisata

bahari Pantai natsepa dapat dilakukan dengan lancar karena

didukung oleh adanya jaringan jalan dengan kondisi telah

teraspal secara keseluruhan sehingga dapat memberikan


166

kemudahan bagi wisatawan untuk mencapai daerah tujuan

wisata Pantai natsepa. Akses menuju destinasi wisata bahari

Pantai natsepa bisa dicapai dengan menggunakan angkotan

umum atau wisatawan juga bisa menggunakan kendaraan pribadi

untuk menuju destinasi wisata bahari pantai Natsepa. Wisatawan

yang ingin berkunjung dapat menggunakan google maps untuk

memudahkan mencari rute menuju destinasi wisata bahari Pantai

Natsepa. Adapun Papan Penunjuk Jalan

Penunjuk jalan adalah faktor penting untuk wisatawan

menemukan sebuah objek wisata, hal ini memudahkan

wisatawan untuk menemukan sebuah objek wisata. Sejauh ini

masih belum ditemukan papan penunjuk jalan menuju destinasi

wisata bahari pantai Natsepa. Akibatnya wisatawan yang ingin

berkunjung harus menggunakan google maps dan bertanya

kepada warga setempat untuk mengetahui akses menuju

destinasi wisata bahari pantai Natsepa.

c) Pengembangan Ameneity

Dalam pengembangan wisata, Pantai natsepa harus didukung

oleh tersedianya sarana dan prasarana penunjang wisata.

Tersedianya sarana dan prasarana tersebut untuk melayani


167

kebutuhan wisatawan, kebutuhan wisatawan harus ditampung

atau diakomodasikan dengan berbagai sarana dan kemudahan.

Prasarana juga diperlukan untuk melayani kebutuhan masyarakat

setempat guna mendukung kegiatan usahanya di bidang jasa

kepariwisataan. Menyediakan infrastruktur yang memadai adalah

sangat penting untuk keberhasilan pengembangan pariwisata

sekaligus melindungi lingkungan.

Amenity merupakan salah satu komponen pengembangan

pariwisata. Amenity bersama aksesibilitas merupakan pembentuk

adanya suatu daya tarik objek wisata. Selanjutnya, untuk

memberikan pelayanan yang baik kepada wisatawan, harus

diketahui apa yang menjadi kebutuhan wisatawan dan juga harus

memahami mengenai jasa kepariwisataan sendiri sehingga dapat

menyesuaikan jasa atau pelayanan yang diberikan dengan

kebutuhan wisatawan. Keberhasilaan jasa tersebut dapat dilihat

dari kepuasan orang yang menerimanya.

Amenity yang terdapat di wisata bahari Pantai natsepa meliputi

villa, gazebo, mushollah, toilet umum dan jaringan listrik.

Ketersediaan sarana dan prasarana wisata di wisata bahari

Pantai natsepa saat ini, dinilai masih belum dapat memberikan


168

kepuasan terhadap wisatawan. Berdasarkan persepsi wisatawan

terhadap komponen ketersediaan pariwisata tersebut (fasilitas

dan utilitas wisata) dianggap masih kurang baik secara kualitas

maupun kuantitasnya sehingga perlu ditingkatkan. Ketersediaan

sarana dan prasarana wisata tersebut meliputi pintu gerbang

masuk wisata bahari Pantai natsepa, area parkir dan gazebo.

Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana wisata dapat

digunakan sebagai indikator berkembangnya pariwisata.

2. Konsep Dan Strategi Pengembangan Wisata Pantai Natsepa

a) Konsep Dan Strategi Pengembangan Atraksi

Daya tarik merupakan salah satu faktor yang paling penting

dalam pariwisata. Semakin kuat daya tarik wisata yang

ditawarkan oleh suatu objek wisata, maka semakin tinggi pula

minat wisatawan yang ingin datang berkunjung ke objek wisata

tersebut. Strategi Pengembangan daya tarik wisata dimaksudkan

untuk menarik wisatawan agar semakin meningkat.

Meningkatnya jumlah wisatawan diharapkan untuk meningkatkan

manfaat ekonomi yang diperoleh masyarakat maupun pemerintah

daerah. Pengembangan daya tarik wisata yang dimaksud adalah


169

penambahan atraksi wisata, seperti kebudayaan tarian dan

nyanyian tradisional serta perlunya peningkatan sarana wisata,

seperti penambahan jumlah gazebo mengingat bahwa jumlah

wisatawan akan terus meningkat sedangkan daya tampung

gazebo yang telah ada saat ini memiliki daya tampung yang

terbatas. Aksesibiltas menuju ke objek wisata cukup tinggi dan

mampu dipelihara dengan baik. Industri kerajinan pun harus

dikembangkan sebab akan menjadi salah satu mata pencaharian

tambahan bagi masyarakat lokal. Selain itu, masyarakat lokal pun

dapat berperan dalam memperkenalkan budayanya kepada

wisatawan luar melalui hasil kerajinannya. Wisatawan pun akan

mengetahui apa yang menjadi ciri khas dari wisata bahari Pantai

Natsepa, seperti keberagaman makanan khasnya. Dan tarian

adat. Hal ini dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata di Pantai

Natsepa.

b) Konsep Dan Strategi Pengembangan Aksesbilitas

Strategi pembangunan aksesbilitas ini juga bergantung dengan

pemerintah daerah maupun pemerintah provinsi, mengingat

besaran dana yang dibutuhkan untuk membangun akses yang

baik. Peran pemerintah daerah dan swasta sangat potensial serta


170

menentukan dalam percepatan pengembangan sektor pariwisata

di pantai Natsepa. Untuk itu, Pemerintah Daerah perlu

menetapkan serta memberi kejelasan program pengembangan

wisata bahari dengan penegasan tata ruang. Penyediaan bus

pariwisata menuju ke objek wisata akan berdampak pada

wisatawan dan juga masyarakat lokal. Bagi wisatawan, mereka

yang tidak memiliki kendaraan pribadi dapat menikmati

keindahan panorama pantai dengan menggunakan bus

pariwisata. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor yang

menentukan peningkatan wisatawan di wisata bahari Pantai

Natsepa. Sementara bagi masyarakat lokal, mobilisasi mereka

akan semakin tinggi sebab memberikan kemudahan bagi mereka

untuk berinteraksi dengan wilayah lain. Apabila mobilisasi

masyarakat telah tinggi, maka roda perekonomian mereka pun

akan berputar semakin cepat pula.

c) Konsep Dan strategi Pengembangan Ameneity

Wisatawan akan merasa nyaman lama tinggal di suatu objek

wisata apabila objek tersebut memiliki fasilitas dan utilitas yang

mampu memenuhi kebutuhan wisatawan. Walaupun suatu objek

wisata memiliki daya tarik yang sangat tinggi, namun apabila


171

tidak memiliki fasilitas dan utilitas wisata yang memadai dan

mampu memenuhi kebutuhan wisatawan, maka wisatawan pun

tidak memiliki keinginan untuk berkunjung di objek wisata

tersebut. Oleh karena itu peningkatan sarana dan prasarana

wisata di Pantai Natsepa harus dilakukan, baik dari segi kualitas

maupun kuantitasnya. Jumlah wisatawan yang terus meningkat

akan memberikan dampak peningkatan pendapatan pula bagi

objek wisata. Hal ini dapat menjadi peluang bagi pengelola objek

wisata untuk melakukan pembenahan terhadap fasilitas dan

utilitas yang dimiliki tetapi tetap perlu memperhatikan kelestarian

lingkungan yang ada saat ini di objek wisata. Apabila

kelengkapan fasilitas wisata telah dilakukan, maka wisatawan

yang berkunjung ke objek wisata pun akan meningkat.

Peningkatan wisatawan kemudian akan memberikan pendapatan

bagi objek wisata dan masyarakat sekitar. Hal ini akan terus

berlanjut apabila kualitas dan kuantitas fasilitas dan utilitas wisata

tetap diperhatikan.

3. Analisis Pengembangan Wisata Bahari Pantai Natsepa

Analisis pengembangan wisata bahari Pantai Natsepa

digambarkan dengan menggunakan analisis SWOT. Analisis


172

SWOT adalah bagian dari proses perencanaan strategi yang

dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap pengumpulan data,

analisis dan pengambilan keputusan. Untuk itu, perlu diiketahui

faktor strategi internal dan eksternal sehingga dapat disusun

matriks untuk merumuskan strategi. Dalam merum uskan

strategi pengembangan wisata bahari Pantai Natsepa,

dipertimbangkan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) serta

faktor eksternal (peluang dan ancaman). Untuk mendeteksi

faktor internal dan eksternal karakteristik wisatawan terhadap

pengembangan wisata bahari Pantai Natsepa, maka dilakukan

analisis faktor kekuatan dan kelemahan berdasarkan hasil

penelitian terhadap responden yang merupakan wisatawan

yang datang berkunjung ke wisata bahari Pantai Natsepa.

Berikut ini akan diuraikan faktor-faktor internal dan faktor

eksternal dari karakteristik wisatawan tersebut.

1. Faktor Internal

a. Kekuatan (strength)

1) Kealamian Panorama Pantai

2) Aksesbilitas dari berbagi arah sangat baik

3) Lokasi objek wisata yang sangat strategis


173

4) Adat istiadat masih kuat

b. Kelemahan (weakness)

1) Belum adanya bus pariwisata khusus menuju

tempat wisata

2) Wisatawan yang tinggal bermalam relatif sangat

terbatas

3) Kurangnya atraksi wisata

4) Fasilitas dan utilitas wisata yang belum memadai

5) Tenaga profesional di bidang pariwisata sangat

terbatas

6) Belum optimalnya upaya promosi dan informasi

2. Faktor Eksternal

a. Peluang (Opportunitie)

1) Dominasi wisatawan merupakan golongan

menengah

2) Peningkatan daya serap tenaga kerja

3) Tarif bya wisata yang cukup murah

4) Antusiasme wisatawan yang datang berkunjung

cukup tinggi

5) Perkembangan teknologi dan informasi yang kuat


174

6) Pelestarian kebudayaan daerah

b. Ancaman (Threats)

1) Daerah lain sedang mengoptimalkan

pengembangan pariwisatanya.

2) Kerusakan lingkungan di sekitar objek wisata

3) Keamanan nasional yang belum kondusif

4) Peningkatan kriminalitas di objek wisata

5) Lunturnya nilai budaya lokal akibat adanya

intervensi budaya asing

Tabel 23 memperlihatkan strategi-strategi yang dapat

dilakukan untuk pengembangan wisata bahari Pantai Natsepa

Strategi tersebut tertuang dalam matriks analisis SWOT.


175
176

Tabel Matriks SWOT

Identifikasi Faktor Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)


Internal 1. Kealamian panorama pantai 1. Belum adanya angkutan wisata menuju objek
2. Aksesibilitas dari berbagai arah sangat baik wisata
3. Lokasi objek wisata yang strategis 2. Wisatawan yang tinggal bermalam relatif sangat
4. Adat istiadat yang masih kuat terbatas
3. Kurangnya atraksi wisata
4. Fasilitas dan utilitas wisata yang belum memadai
5. Terbatasnya tenaga profesional di bidang
pariwisata
Eksternal 6. Belum optimalnya upaya promosi dan informasi
Peluang (Opportunities) Strategi SO Strategi WO
1. Dominasi wisatawan merupakan 1. Mengoptimalkan daya tarik wisata Pantai 1. Pengadaan angkutan wisata menuju wisata bahari
golongan menengah natsepa dengan tetap mempertahankan 2. Pembangunan area perkemahan
2. Peningkatan daya serap tenaga kerja kealamian potensinya 3. Pengembangan fasilitas dan utilitas wisata
3. Tarif biaya wisata yang cukup murah 2. Perluasan kesempatan berusaha 4. Pelatihan tenaga profesional di bidang pariwisata
4. Antusiasme wisatawan yang datang 3. Bekerjasama dengan biro-biro perjalanan
berkunjung cukup tinggi 4. Penyebarluasan promosi dan informasi
5. Perkembangan teknologi dan 5. Menjadikan adat istiadat sebagai salah satu atraksi
informasi yang kuat wisata
6. Pelestarian kebudayaan daerah
177

Lanjut Tabel

Ancaman (Threats) Strategi ST Strategi WT


1. Daerah lain sedang mengoptimalkan 1. Peningkatan daya saing terhadap objek wisata yang 1. Meningkatkan peran masyarakat dalam menjaga
pengembangan pariwisatanya lain keamanan
2. Kerusakan lingkungan di sekitar objek 2. Melestarikan dan memperkenalkan budaya lokal 2. Memberikan sanksi yang tegas kepada pelaku
wisata kepada wisatawan kriminal di objek wisata
3. Keamanan nasional yang belum
kondusif
4. Peningkatan kriminalitas di objek
wisata
5. Lunturnya nilai budaya lokal akibat
adanya intervensi budaya asing
178

Berdasarkan matriks SWOT, maka dihasilkan strategi SO, WO, ST

dan WT. Adapun strategis tersebut adalah :

1. Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan informasi dari faktor kekuatan

(internal) dan peluang (eksternal), yaitu dengan memanfaatkan seluruh

kekuatan untuk mendapatkan peluang sebesar-besarnya.

a. Mengoptimalkan daya tarik wisata bahari Pantai natsepa dengan tetap

mempertahankan kealamian potensinya

b. Perluasan kesempatan berusaha

c. Bekerja sama dengan biro-biro perjalanan

d. Penyebarluasan promosi dan informasi

e. Menjadikan adat istiadat sebagai salah satu atraksi wisata

2. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada

untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki.

a. Pengadaan angkutan bus wisata menuju wisata bahari

b. Pembangunan area perkemahan

c. Pengembangan fasilitas dan utilitas wisata

d. Pelatihan tenaga profesional di bidang pariwisata


179

3. Strategi ST

Strategi ini dibuat dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki

untuk mengatasi ancaman.

a. Meningkatkan daya saing terhadap objek wisata yang lain

b. Melestarikan dan memperkenalkan budaya lokal kepada wisatawan

4. Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat berusaha untuk

meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

a. Meningkatkan peran masyarakat dalam menjaga keamanan

b. Memberikan sanksi yang tegas kepada pelaku kriminal di objek wisata

Dari hasil analisis SWOT, dapat ditetapkan dan dirumuskan strategi

dalam pengembangan Pantai natsepa sebagai salah satu destinasi wisata

bahari di Kota Ambon, yaitu :

1. Pengembangan akomodasi wisata dengan segmen pasar wisatawan

golongan menengah, sehingga diperlukan akomodasi wisata yang

mampu dijangkau oleh wisatawan golongan menengah. khususnya

akomodasi penginapan dan rumah makan. Keberadaan akomodasi

wisata sangat penting dalam pengembangan wisata bahari karena

mampu menjadi salah satu daya tarik yang menarik wisatawan dalam

jumlah yang besar. Diperlukan juga penambahan gazebo di Pantai

natsepa.
180

2. Mengoptimalkan daya tarik wisata Pantai natsepa dengan tetap

mempertahankan kealamian potensinya. Berdasarkan hasil penelitian,

sebagian besar responden tertarik mengunjungi Pantai natsepa

karena kealamian panorama pantainya. Hal ini membuktikan bahwa

pesona Pantai natsepa begitu besar bagi wisatawan bahkan sebelum

pengembangan dilakukan dengan optimal, arus kunjungan wisatawan

terus meningkat. Saat ini, kebersihan di Pantai natsepa merupakan

tanggung jawab dari wisatawan, dalam artian bahwa sampah yang

berasal dari wisatawan harus dibawa kembali oleh wisatawan saat

meninggalkan Pantai natsepa. Hal ini merupakan peraturan yang

dikeluarkan oleh pengelola Pantai natsepa, sehingga wisatawan

memiliki kesadaran menjaga kebersihan di Pantai natsepa. Hal ini

dapat dijadikan sebagai salah satu daya tarik wisata di Pantai

natsepa, sebab tidak banyak lokasi wisata yang memiliki peraturan

seperti ini.

3. Perluasan kesempatan berusaha melalui pengembangan industri

rumah tangga, seperti kerajinan tangan dan kuliner. Hal ini dapat

dijadikan sebagai salah satu daya tarik wisata sebab wisatawan yang

datang dapat memiliki souvenir yang berasal dari kerajinan tangan

masyarakat lokal dan menikmati kuliner khas daerah tujuan wisata.

Sehingga masyarakat lokal pun mendapat dampak positif dari

pengembangan wisata bahari berupa peningkatan pendapatan dan

kesempatan berusaha.
181

4. Bekerja sama dengan biro-biro perjalanan. Kerjasama promosi wisata

dengan biro-biro perjalanan wisata memberikan keuntungan dalam

meminimalisasi anggaran yang dikeluarkan dan memudahkan

wisatawan memperoleh informasi wisata.

5. Penyebarluasan promosi dan informasi diperlukan untuk memberikan

gambaran produk wisata di Pantai natsepa. Untuk memperkenalkan

suatu objek wisata kepada wisatawan di daerah luar dari lingkungan

objek wisata tersebut, maka dibutuhkan informasi dan promosi. Agar

wisatawan yang datang bukan hanya wisatawan yang berada di

sekitar objek wisata itu saja tetapi juga wisatawan yang berasal dari

luar daerah objek wisata tersebut. Dapat diasumsikan bahwa

wisatawan yang berasal dari luar daerah akan menginap di objek

wisata sehingga mengeluarkan biaya yang lebih besar lagi. Hal ini

akan berdampak baik terhadap pendapatan ekonomi di objek wisata

dan juga masyarakat lokal.

Informasi dan promosi diperlukan untuk memberikan gambaran

produk wisata di Pantai natsepa. Informasi ini dapat dilakukan melalui

media massa yang berupa surat kabar, majalah, radio maupun televisi

dan internet. Selain itu, pemerintah daerah dapat mengadakan atraksi

wisata yang bersifat nasional maupun internasional dan juga

bekerjasama dengan biro-biro perjalanan dan sekolah ataupun

perguruan tinggi. Keberhasilan dalam usaha ini diharapkan akan

meningkatkan jumlah wisatawan sehingga akan meningkatkan


182

manfaat ekonomi yang diperoleh bagi pemerintah daerah maupun

masyarakat lokal.

6. Menjadikan adat istiadat sebagai salah satu atraksi wisata. Adat

istiadat yang merupakan ciri khas daerah dapat memberikan daya

tarik tersendiri bagi wisatawan, sehingga dalam pengembangannya

diharapkan adat istiadat lokal dapat diperkenalkan ke wisatawan yang

berkunjung. Pengembangan wisata bahari dengan mengekspos

budaya lokal dapat juga dijadikan sebagai wadah pelestarian budaya

lokal.

7. Pengadaan angkutan wisata menuju wisata bahari. Tidak semua

wisatawan memiliki kendaraan pribadi, sehingga diperlukan angkutan

wisata yang mampu mengakomodir kebutuhan wisatawan terkait

moda transportasi menuju ke wisata bahari Pantai natsepa.

Pengembangan wisata bahari akan berdampak pada kelancaran

mobilisasi masyarakat, baik wisatawan maupun masyarakat lokal

sehingga pada akhirnya akan meningkatkan perekonomian di

Kecamatan Mangarabombang.

8. Pelatihan tenaga profesional di bidang pariwisata. Kualitas sumber

daya manusia sebagai ujung tombak dalam penyelenggaraan

kepariwisataan menjadi hal yang sangat penting dalam penanaman

citra pariwisata. Saat ini, wisata bahari Pantai natsepa belum ditangani

secara profesional, persoalan mendasar penyebab masalah tersebut

adalah lemahnya sumber daya manusia dalam bidang kepariwisataan.


183

Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan peningkatan pengetahuan

wisata melalui pelatihan tenaga profesional di bidang pariwisata.

Dengan adanya pengembangan wisata bahari Pantai natsepa, maka

masyarakat lokal dapat lebih memahami peranan pariwisata dalam

kehidupannya, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan taraf

hidupnya.

9. Peningkatan peran masyarakat dalam menjaga keamanan. Dengan

pelibatan partisipasi masyarakat sejak awal akan lebih menjamin

kesesuaian program pengembangan dengan aspirasi masyarakat

setempat, kesesuaian dengan kapasitas yang ada serta menjamin

adanya komitmen masyarakat karena adanya rasa memiliki yang kuat.

Perencanaan pariwisata haruslah didasarkan pada kondisi dan daya

dukung dengan maksud menciptakan interaksi jangka panjang yang

saling menguntungkan diantara pencapaian tujuan pembangunan

pariwisata, peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat dan

keberlanjutan daya dukung lingkungan dimasa yang akan datang.

Dengan diperhatikannya peningkatan kesejahteraan masyarakat di

sekitar wisata bahari Pantai natsepa akan menekan kecemburuan

sosial sehingga akan meminimalkan tingkat kriminalitas yang terjadi

akibat adanya kesenjangan sosial di sekitar wisata bahari Pantai

natsepa. Keamanan dan kenyamanan wisatawan merupakan salah

satu faktor yang dianggap berhubungan dengan pengembangan

wisata bahari Pantai natsepa. Wisatawan senantiasa merasa selalu


184

ingin berkunjung ke suatu objek wisata apabila mereka telah

merasakan kenyamanan. Dengan adanya keamanan dan

kenyamanan yang dirasakan oleh wisatawan akan cenderung

memberikan dukungan dalam pengembangan wisata bahari Pantai

natsepa.

Saat ini, wisatawan telah merasa keamanan dan kenyamanan

mereka di wisata bahari Pantai natsepa telah mampu memenuhi

kebutuhan mereka akan rasa aman. Tidak pernah terjadi tindak

kriminalitas seperti pencurian ataupun perkelahian di objek wisata.

Hal ini harus tetap dipertahankan sebab akan membuat minat

wisatawan selalu ingin berkunjung ke objek wisata. Selain itu,

keamanan tersebut pun mampu menarik minat investor untuk

berinvestasi di objek wisata sehingga akan mempercepat

pengembangan wisata bahari Pantai natsepa yang merupakan

salah satu objek wisata bahari unggulan di kota Ambon


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan,

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Pantai Natsepamemiliki potensi wisata sehingga memiliki peluang

untuk dikembangkan, mulai dari Atraksi, Pantai Natsepa menyimpan

berbagai objek wisata yang sangat potensial untuk dikembangkan,

kemudian dari Amenitas Pantai Natsepa menyediakan akomodasi

bagi para wisatawan yang berkunjung ke berbagai tempat wisata

yang ada di Desa Suli. Selanjutnya, berdasarkan Aksesibilitas Pantai

Natsepa cukup potensial dan memiliki peluang untuk dikembangkan

karena berdasarkan alat transportasi yang mudah dijangkau dari kota

Ambon.

2. Dalam hal pengembangan pariwisata yang ada di Pantai Natsepa

Keterlibatan pemerintah dalam pembangunan pariwisata Pantai

Natsepa sangat penting perananya dalam menunjang keberhasilan

pembangunan pariwisata nasional. Perkembangan dan pertumbuhan

pariwisata perlu diantisipasi agar perkembanganya tetap pada

jalurnya dan daya dukunganya. Pembangunan dalam wilayah objek

wisata akan memberikan sumbangan yang sangat besar apabila

dikelola secara profesional, Keterlibatan pihak swasta dalam

pengembangan pantai Natsepa yaitu membantu aksesibilitas,

pemberdayaan masyarakat lokal dan pemanfaatan fasilitas lokal,


Pengembangan objek wisata Pantai Natsepa memberikan dampak

positif terhadap peningkatan kondisi ekonomi masayarakat sekitar,

selain itu membantu pemerintah untuk mengurangi tingat

pengangguran.

3. Berdasarkan analisis SWOT dapat dirumuskan strategi

pengembangan wisata bahari Pantai natsepa, yaitu pengembangan

akomodasi penginapan, rumah makan dan gazebo serta atraksi-

atraksi wisata yang mampu dijangkau oleh wisatawan golongan

menengah yang merupakan segmen pasar wisata Pantai natsepa.

Menjaga kealamian panorama wisata bahari Pantai natsepa dan tetap

diberlakukan peraturan mengenai kebersihan di Pantai natsepa yang

merupakan tanggung jawab wisatawan. Pengembangan industri

rumah tangga, seperti kerajinan tangan, cenderamata dan kuliner

Melakukan promosi wisata, baik melalui media cetak maupun media

elektronik serta melakukan kerjasama dengan biro-biro perjalanan

dalam mempromosikan wisata bahari Pantai natsepa. Memelihara

adat istiadat daerah dan memperkenalkannya kepada wisatawan.

Meningkatkan kualitas tenaga profesional di bidang pariwisata melalui

pelatihan serta meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam

menjaga keamanan di sekitar daerahnya

B. Saran

Untuk menjadikan Pantai Natsepa sebagai Kegiatan Wisata bahari

yang berkelanjutan, adapun saran- saran yaitu sebagai berikut :

1. Agar dapat segera ditentukan pengelolaan daya tarik wisata

secara jelas dalam pengembangan wisata bahari.


2. Bagi pemerintah, pemda serta dinas kebudayaan dan

pariwisata dapat lebih peka lagi terhadap kendala serta

potensi yang dimiliki oleh Pantai Natsepa sebagai wisata

bahari. dalam hal ini pemerinta jangan hanya menitik beratkan

kepada penataannya saja akan tetapi harus melihat dari segi

potensi yang dimiliki agar dapat berkembang secara baikuntuk

kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Yoeti, Oka A. EdisiRevisi 1996, Pengantar Ilmu Pariwisata, Penerbit
Angkasa, Bandung.
A, Hari Karyono.1997. Kepariwisataan. Jakarta: Grasindo.
Brundtland, G.H., editor. (1987). Report of The World Commission on
Environment and Development, The United Nation
Foster, Dennis L. 1985. First Class An Introduction to Travel and Tourism
Second Edition. Jakarta: Raja GrafindoPersada
International Union of Official Travel Organization (IUOTO)
Inskeep Edward. 1991.Guide for local Authorities on Developing
Sustainable
Fred Lawson, Boud-Bouvy, 1977, Tourism Planning, New YorkTourism.
World Tourism Organization, New York
Middleton, Victor T. C. 2001. Marketing in Travel and Tourism 3rd
Edition.MPG Books Ltd, Bodmin.
Pendit,Nyoman S. 2006. IlmuPariwisata Sebuah Pengantar
Perdana.Jakarta: PT. pradnya paramita
Smith, Spencer B.1989.Computer-Based Production and Inventory
Control. Prentice-Hall, New Jersey.
Soekadijo R, 1996,Anatomi Pariwisata (memahami pariwisata “systemic
linkage”), Jakarta,PT.Gramedia Pustaka Utama, 306 halaman
Soekadijo, R. G. 2000. Anatomi Pariwisata. Jakarta: Penerbit PT
Gramedia
Pustaka Utama
Suwantoro, Gamal. 2004. Dasar-dasar Pariwisata. Penerbit Andi
Yogyakarta
Suwardjoko P. Warpani dan Warpani Indira P. 2007. Pariwisata Dalam
Tata Ruang Wilayah. Bandung: ITB Press
Soerjono Soekanto, 2017. Peranan Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi
Baru, Rajawali Pers, Jakarta
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang
kepariwisataan
Yoeti, Oka A, 2008. Perencanaan dan Pengembangan
Pariwisata.Pradnya
Paramita: Jakarta
Yuliani. (2013). Analisis Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Financial
Performance Pada Perbankan Syariah. Skripsi. Fakultas Ekonomi
UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang.
Lampiran 1. Kuisioner

I. IDENTITAS WISATAWAN
1. Jenis kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan
2. Umur :.................... Tahun
3. Asal Daerah Tempat Tinggal :
a. Daerah Di Luar Kabupaten Takalar
b. Kecamatan Mangarabombang
c. Kabupaten Takalar
4. Jenis Pekerjaan :
a. PNS
b. Wiraswasta
c. Pelajar/Mahasiswa (i)
d. Pedagang
e. Lainnya. Sebutkan ! ..........................
5. Tingkat Pendidikan
a. Tamat SD
b. Tamat SLTP
c. Tamat SLTA
d. Pelajar/Mahasiswa (i)
e. Tamat Akademi/Perguruan Tinggi
f. Lainnya. Sebutkan ! ..............................
6. Penghasilan dalam 1 (satu) bulan
a. < Rp. 1.000.000,-
b. Rp. 1.000.000,- < Rp. 2.000.000,-
c. > Rp. 2.000.000,-
II. POLA KUNJUNGAN
7. Kunjungan anda ke Pantai Natsepa merupakan kunjungan ke berapa ?
a. Pertama kali
b. Kedua kali
c. > dua kali
8. Bila lebih dari 1 (satu) kali, bagaimana frekuensi anda ke Pantai
Natsepa ?
a. Lebih dari dua kali per bulan
b. Dua kali per bulan
c. Satu kali per bulan
9. Apa maksud anda berkunjung ke Pantai Natsepa ?
a. Rekreasi
b. Olahraga
c. Lainnya. Sebutkan ! ....................
10. Berapa lama kunjungan anda ke Pantai Natsepa ? ........................
jam/hari
11. Bila lebih dari sehari, dimana anda menginap selama di Pantai
Natsepa ?
a. Penginapan/Villa
b. Rumah teman/keluarga
c. Lainnya. Sebutkan ! .....................
12. Bersama dengan siapa anda ke Pantai Natsepa ?
a. Keluarga
b. Rombongan organisasi/perkumpulan
c. Lain-lain. Sebutkan ! .................
13. Bagaimana pengantaran anda ke Pantai Natsepa ?
a. Diantar oleh biro perjalanan/travel b. Dilakukan sendiri
III. POLA PERJALANAN
14. Kendaraan apa yang anda gunakan datang ke Pantai Natsepa ?
a. Mobil pribadi
b. Kendaraan sewa/rental
c. Sepeda motor
15. Faktor apa yang paling menarik anda kunjungi di Pantai Natsepa ?
a. Suasana pantai
b. Panorama pantai
c. Atraksi wisata

Anda mungkin juga menyukai