Anda di halaman 1dari 2

PWMU.

CO-Rumah Sakit Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan (RSA Sifat) mengadakan


pendampingan akreditasi oleh Lembaga Akreditasi Rumah Sakit Indonesia (LARSI), lembaga
yang dibentuk oleh PP Muhammdiyah. Kegiatan ini berlangsung selama 2 hari, 19-20 September
2022.
Pendampingan ini sebagai persiapan untuk survei penilaian di bulan November 2022. Dr. Donna
Dwi Yudhawati, MMR (Manajemen Rumah Sakit) dan Angga Ferwita, S.Kep Ners (Asuhan
Pasien) mewakili LARSI akan memberi penilaian awal sekaligus bimbingan pada 15 Bab, sesuai
Kepmenkes no HK.01.07/MENKES/1128/2022 tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit,
meliputi: Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS), Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS), Manajemen
Fasilitas dan Keselamatan (MFK), Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP),
Manajemen Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (MRMIK), Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (PPI), Akses dan Kesinambungan Pelayanan (APK), Hak Pasien dan Keterlibatan
Keluarga (HPK), Pengkajian Pasien (PP), Peyanan dan Asuhan pasien (AP), Pelayanan Anastesi
dan Bedah (PAB), Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO), Komunikasi dan
Edukasi (KE), Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) dan Program Nasional (Prognas). Hari
pertama 10 Bab, dan hari kedua 5 Bab. Akreditasi rumah sakit adalah pengakuan dari pemerintah
terhadap mutu pelayanan rumah sakit, setelah dilakukan penilaian bahwa rumah sakit telah
memenuhi standar.
Saat sambutan, Direktur RSA Sifat, dr Tjatur Prijambodo, MKes menyampaikan bahwa
akreditasi rumah sakit tidak sekedar untuk mendapatkan sertifikat, tapi merupakan alat ukur
(indikator) untuk menilai pelayanan yang akan, saat dan sudah diberikan pada pasien dan
keluarganya. “Semangat memberikan yang terbaik pada pasien dan keluarga adalah penjabaran
dari Khoirunnas ‘anfauhum linnas, sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi
orang lain”. DokTjat, panggilan akrabnya, juga menjelaskan bahwa memilih LARSI adalah
bentuk komitmen rumah sakit pada himbauan PP Muhammadiyah. Saat ini terdapat 6 lembaga
independen penyelenggara akreditasi yaitu: KARS, LAFKI, LARS-DHP, LARS, LAM-KPRS
dan LARSI. Pimpinan RS bebas memilih sebebas-bebasnya lembaga yang akan diminta menilai
rumah sakit yang dipimpinnya.

Berikutnya dr. Donna menjelaskan bahwa LARSI tidak akan meng-intervensi rumah sakit, tapi
hanya memotret manajemen dan asuhan pasien. “Tujuan akreditasi adalah untuk mendapatkan
gambaran sejauh mana pemenuhan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sehingga
mutu pelayanan rumah sakit dapat dipertanggungjawabkan”. Akreditasi sangat bermanfaat baik
bagi rumah sakit itu sendiri, masyarakat maupun pemilik rumah sakit, pungkasnya.
Sementara, ketua PDA Sidoarjo, ST Zubaidah Syafi'i, SAg berharap RSA Sifat mampu menjaga
status Akreditasi Paripurna nya. “Dengan semangat, kekompakan dan sinergi Direktur dan
Civitas Hospitalia, serta dukungan dari MK PDA, saya yakin Akreditasi Paripurna bisa diraih
kembali”, doanya.
Rangkaian acara ditutup di hari kedua dengan Exit Conference dan diskusi. Di sesi ini
disampaikan kelebihan dan kekurangan rumah sakit serta rekomendasi dari Tim Pendamping.
Semoga RSA SF bisa mempertahankan status Akreditasi Paripurna. Aamiin (Tjatur)

Anda mungkin juga menyukai