Anda di halaman 1dari 17

ASPEK FIQIH (HUKUM ISLAM)

Oleh: Salwa Nabila Putri, Tanggap Indrajati, Vatia Dwiyana, dan Widad Nadia

Mahasiswa Program Studi Akuntansi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Abstrak

Fiqih merupakan pemahaman-pemahaman dari berbagai sumber yang sudah pasti


berasal dari Al-qur’an dan sunnah Rasul. Ilmu fiqih akan selalu dikaji dan diperdalam
maknanya agar memudahkan segala hubungan antara seorang hamba dengan Allah
SWT. dan atau manusia sesamanya. Ada pula ushul fiqih yang merupakan pengertian
dalil-dalil yang sifatnya meluas bagi segala aspek kehidupan. Dalam mendirikan dan
menegakkan fiqih perlu adanya Qaidah Fiqhiyah yang merupakan dasarnya keimanan
dalam menanggapi persoalan fiqih.

Sebagai seorang muslim yang bijak untuk lebih fleksibel dalam menyikapi
perbedaan-perbedaan fiqih dikalangan para ulama karena merekalah yang lebih cakap
paham mengetahui hukum-hukum islam dimata Allah SWT. Dengan adanya ini semua
hidup selurum makhluk menjadi lebih berarti, terarah, dan kompleks.

Makalah ini akan menjelaskan suatu ilmu fiqih beserta hal-hal yang mendasarinya,
persamaan dan perbedaan, sejarah fiqih, para ulama fiqih, ruang lingkup, cara
menyikapi perbedaan, dan manfaatnya dalam kehidupan.

Kata kunci: Fiqih, Ushul Fiqih, Kaidah Fiqhiyah, Syariah, Ulama, Muamalat,
Junayat, Manfaat

A. Pendahuluan

Tak dapat dipungkiri bahwa hukum memegang peranan kunci dalam


menciptakan keseimbangan dalam tatanan segala hal. Bagi umat Islam. Syariah
adalah “tugas umat manusia secara menyeluruh” yang meliputi moral, teologi, etika

Maret 2021
pembinaan umat, aspirasi spiritual, ibadah formal, dan ritual yang rinci. Syariah
mencakup seluruh aspek hukum, publik, perorangan, Kesehatan, kesopanan, dan
pembinaan budi. Mengingat syariah merupakan pedoman dalam hubungannya
dengan Allah SWT., sesama, dan lingkungan hidupnya. Menurut Mahmud Syaltut,
syariah merupakan pedoman dalam hubungannya dengan Allah SWT. atau peraturan
yang diturunkan oleh Allah SWT. kepada manusia untuk dijadikan pedoman dalam
hubungannya secara tiga dimensi. Dengan demikian, syariah merupakan hukum
integral yang meliputi apek vertikal dalam kaitannya dengan Tuha, dan aspek
horizontal yang berkenaan dengan sesame dan lingkungannya. H.A.R. Gibb
menyatakan bahwa syariah adalah hukum Allah yang paling efektif untuk
membentuk tatanan sosial dari segala macam gejolak politik. Bagi umat Islam, telah
menjadi kepercayaan yang mendalam bahwa otoritas kedaulatan tertinggi terletak di
tangan Allah.

Di Indonesia hukum Islam didefinisikan sebagai terjemahan dari al-fiqh al-


islamy atau dalam konteks tertentu sebagai terjemahan dari alsyari’at al-Islamiyah
(A. Rafiq, 1995:3). Dalam perkembangan selanjutnya lebih diasosiasikan sebagai
fiqih, tetapi realisasinya sebagai interpretasi dari syari’ah dan fiqih sekaligus. Pada
awalnya fiqih syariah lebih mendominasi masyarakat Islam Indonesia.

Pada hakikatnya, hukum Islam di Indonesia lahir dari asimilasi antara hukum
Islam normatif dengan muatan-muatan lokal ke indonesiaan. Hukum Islam
merupakan salah satu hukum adat. Paling tidak ada empat jenis produk hukum Islam
yang telah berkembang dan berlaku di Indonesia, yaitu fiqih, fatwa ulama, keputusan
pengadilan dan perundang-undangan (A.Rafiq :25).

Fenomena umum dikalangan umat Islam memandang fiqih sebagai ekspresi


kesatuan hukum Islam yang universal daripada sebagai ekspresi keragaman
partikuler. Fiqih telah mewakili hukum dalam bentuk cita-cita daripada sebagai
respon atau refleksi kenyataan yang ada secara realis, fiqih juga memilih stabilitas
daripada perubahan. Demikian halnya yang terjadi di Indonesia, para ulama fiqih
dalam memandang kitab-kitab fiqih klasik telah diidentikkan dengan hukum Islam
dan telah dijadikan rujukan utama mereka dalam pengambilan keputusan hukum.

Maret 2021
Padahal kalau disadari bahwa kitab-kitab fiqih, lima atau enam abad yang lalu atau
lebih merupakan ekspresi kultur tertentu ditempat para penyusunnya tinggal.

B. Pembahasan

1. Pengertian Fiqih, Ushul Fiqih, dan Qaidah Fiqhiyah


Secara etimologi, Fiqh berasal dari bahasa Arab Faqiha, Yafqahu fiqhan
yang berarti yang berarti pemahaman. Pemahaman sebagaimana dimaksud di
sini, adalah pemahaman tentang agama Islam. Sedangkan secara Istilah‚ Fiqih
merupakan Ilmu tentang hukum-hukum Syar’i yang bersifat amali yang digali
dari dalil-dalil yang terperinci.
Secara etimologi, kata Ushul fiqh terdiri dari dua kata: ushul dan fiqh. Ushul
adalah jamak dari kata ashlun yang berarti sesuatu yang menjadi pijakan segala
sesuatu.1 Sementara, al-fiqh sebagaimana dijelaskan di atas, secara etimologi
berarti mengerti atau memahami. Menurut Tajudin as-Subki, ushul fiqh adalah
dalil-dalil yang bersifat global. Definisi ushul fiqh yang lain misalnya Wahab
Khallaf, seorang guru besar di Mesir, ia mengatakan bahwasanya ushul fiqh
merupakan Kaidah-kaidah dan pembahasan yang digunakan untuk menggali
hukum-hukum syar’i yang bersifat amali yang diambil dari dalil-dalil yang
terperinci.
Qaidah Fiqhiyyah memiliki arti yang sama dengan Qawaid Fiqhiyyah.
Qawaid Fiqhiyah adalah kata majemuk yang terbentuk dari dua kata, yakni kata
qawaid dan fiqhiyyah yang mana kedua kata itu memiliki pengertian tersendiri.
Secara etimologi, kata qaidah ( ‫)قاع<<دة‬, jamaknya qawaid (‫)قواعد‬. (berarti; asas,
landasan, dasar atau fondasi sesuatu, baik yang bersifat kongkret, materi, atau
inderawi seperti fondasi bangunan rumah, maupun yang bersifat abstrak, non
materi dan non indrawi seperti ushuluddin (dasar agama). Kata fiqhiyyah berasal
dari kata fiqh (‫ )الفقه‬ditambah dengan ya nisbah yang berfungsi sebagai
penjenisan, atau penyandaran. Dari pengertian di atas, dapat diketahui bahwa
pengertian qawaid fiqhiyyah menurut etimologi berarti aturan yang sudah pasti
atau patokan, dasar-dasar bagi fiqh.2 Sedangkan pengertian qawaid fiqhiyyah

1
Noor Harisudin, “Pengatar Ilmu Fiqih”, Pena Salsabila, Surabaya, 2013, hlm. 1-6
2
Fathurrahman Azhari, “Qawaid Fiqhiyah Muamalah, Lembaga Pemberdayaan Kualitas
Ummat”, Banjarmasin, hlm. 1-2

Maret 2021
menurut terminology merupakan suatu hukum yang bersifat universal yang
dapat diterapkan kepada seluruh bagiannya agar dapat diidentifikasikan hukum-
hukum bagian tersebut darinya.

2. Persamaan dan Perbedaan Fiqih dengan Syariah


a. Persamaan Fiqih Syariah

Fiqih dan syariah adalah dua hal yang mengarahkan kita ke jalan yang
benar. Dimana syariah bersumber dari Allah Swt, Al-Quran, Nabi
Muhammad, dan hadits. Sedangkan fiqih bersumber dari ijtihad para ulama
dan ahli fiqih yang merujuk pada Al-Quran dan hadits. 3 Selain itu, syariah
dan fiqih sama-sama aturan hukum yang berasal dari Al-Quran dan hadits.
Syariah dan fiqih juga sama-sama aturan hukum yang diterapkan kepada
umat manusia.

b. Perbedaan Fiqih dan Syariah


1) Objek kajian syariah sifatnya lebih umum karena mencakup akidah,
perbuatan, dan akhlak manusia, yang meliputi batin dan lahiriah manusia
terhadap tuhannya (ibadah). Sedangkan fiqih hanya membahas tentang
amaliah perbuatan manusia, tidak membahas mengenai akidah dan
akhlak, yang meliputi hubungan lahir antara manusia dengan manusia
atau dengan makhluk hidup lain.
2) Sifat “keniscayaan” hanya berlaku pada syariat karena pada dasarnya
hakikat syariah adalah taken for granted atau diterima begitu saja sesuai
dengan yang Allah Swt jelaskan. Sedangkan fiqih tidak memiliki
“keniscayaan” seperti syariah. Hal tersebut karena fiqih merupakan
produk dari ijtihad. Perbedaan pendapat bukan sebuah masalah,
sebagaimana hadits berikut: “Apabila seorang hakim menghukumi,
kemudian ia berijtihad dan benar, maka baginya dua pahala. Apabila dia
menghukumi, kemudian berijtihad dan salah, maka baginya satu pahala.”
Dengan begitu jelas, fanatisme terhadap fiqih adalah sesuatu yang keliru.

3
“Pengertian, Persamaan dan Perbedaan Syari'ah dan Fiqih”,
(http://syariahdanfiqih.blogspot.com/2011/09/pengertian-persamaan-dan-perbedaan.html, diakses
pada 30 Maret, 13:38)

Maret 2021
3) Syariah bersifat menyeluruh, berlaku bagi siapapun, dimanapun, dan
kapanpun. Sedangkan fiqih tidak demikian. Contohnya, sholat
merupakan syariah, tetapi untuk persoalan baju, bacaan, dan lain-lain
merupakan fiqih yang memiliki berbagai pendapat.
4) Syariah berumber pada wahyu ilahi dan atau kesimpulan-kesimpulan
yang diambil dari wahyu. Sedangkan fiqih bersu/mber pada hasil
pemikiran manusia dan kebiasaan-kebiasaan yang terdapat dalam
masyarakat atau hasil ciptaan manusia dalam bentuk peraturan atau UU.
5) Syariat adalah ketetapan Allah dan ketentuan Rasul-Nya, karena itu
syariah berlaku abadi, sedangkan fikih adalah karya manusia yang tidak
berlaku abadi, dapat berubah dari masa ke masa.4
c. Perbedaan Pokok Antara Syariah dengan Fiqih
1) Syariah
a) Berasal dari Al-Qur'an dan As-sunah
b) Bersifat fundamental
c) Hukumnya bersifat Qath'i (tidak berubah)
d) Hukum Syariatnya hanya Satu (Universal)
e) Langsung dari Allah yang kini terdapat dalam Al-Qur'an
2) Fiqih
a) Karya Manusia yang bisa Berubah
b) Bersifat Fundamental
c) Hukumnya dapat berubah
d) Banyak berbagai ragam
e) Berasal dari Ijtihad para ahli hukum sebagai hasil pemahaman
manusia yang dirumuskan oleh Mujtahid

3. Latar Belakang Sejarah Lahirnya Fiqih


a. Fiqih Pada Masa Nabi
Pada masa Rasulullah, yang bertindak sebagai pemutus perkara dalam
masyarakat adalah beliau sendiri yang didasarkan pada wahyu atau sunnah
termasuk muyawarah dengan para sahabatnya. Tidak semua ayat-ayat Al-
4
Nurhayati, “Memahami Konsep Syariah, Fikih, Hukum dan Ushul Fiqih”, Volume 2, No. 2, Juli-
Desember 2018, hal. 132.

Maret 2021
Quran yang mengandung hukum memberikan penjelasan yang mudah untuk
dipahami. Pada saat itulah, Nabi memberikan penjelasan dengan uapan,
perbuatan, dan pengakuannya, yang kemudia disebut sunnah nabi.
Pemikiran dan ijtihad Nabi dengan para sahabatnya inilah yang disebut
fiqih. Meskipun ada ulama yang membantahnya karena menganggap semua
yang muncul dari Nabi adalah wahyu.
Era ini berlangsung hanya sepanjang kurang lebih 22 tahun dan sekian
bulan namun dampaknya sangat terasa hingga saat ini. Masa risalah ini
dibagi kepada dua tahap, yakni periode Makkah dan periode Madinah.
Periode Makkah lebih berkonsentrasi pada pelurusan aqidah yang berjalan
selama dua belas tahun. Sekalipun ada ayat-ayat tentang hukum yang
diturunkan, namun esensinya masih dalam rangka revolusi aqidah jahiliyah
menuju penghambaan kepada Allah. Sementara periode Madinah, adalah
masa hijrah nabi dari Makkah ke Madinah hingga masa wafatnya. Dalam
periode ke dua, jumlah muslimin mulai bertambah banyak. Maka
konsentrasi wahyu saat itu adalah lebih menekankan pada penerapan hukum
baik yang menyangkut masalah Ibadah ataupun muamalah. Ayat-ayat
tentang hudud, pernikahan, jual beli, hak waris, dan lain-lain turun dalam
era ke dua ini. Secara keseluruhan, pada periode ini yang memegang otoritas
atas hukum adalah Rasulullah SAW. sendiri, sehingga dalam memutuskan
suatu permasalahan, kaum muslimin dan para sahabat langsung
berkonsultasi kepada baginda rasul.
b. Fiqih Pada Masa Sahabat
Pada masa sahabat, ada tiga hal pokok yang berkembang pada saat itu
yang berhubungan dengan hukum, yaitu:
1) Banyak muncul kejadian baru yang membutuhkan jawaban hukum yang
secara lahiriah tidak dapat ditemukan jawabannya di dalam Al-Quran dan
sunnah Nabi.
2) Timbulnya masalah–masalah lahiriah yang diatur ketentuan hukumnya
dalam Al-Quran dan sunnah Nabi, namun ketentuan ini dalam keadaan
tertentu sulit untuk diterapkan dan menghendaki pemahaman baru agar
relevan dengan perkembangan dan persoalan yang dihadapi.

Maret 2021
3) Dalam Al-Quran ditemukan penjelasan terhadap suatu kejadian secara
jelas dan terpisah. Bila hal tersebut berlaku dalam kejadian tertentu, para
sahabat menemukan kesulitan dalam menerapkan dalil – dalil yang ada.
Ketiga masalah diatas memerlukan pemikiran mendalam atau nalar dari
para ahli yang disebut ijtihad. Dalam menghadapi hal tersebut
berkembanglah pemikiran para sahabat, namun tetap berlandaskan hukum
dari Al-Quran dan sunah.
Masa ini juga dikenal dengan masa tafsir tasyri’ dan terbukanya pintu
istinbath atas hukum suatu kejadian yang tak tertera dalam nash. Tidak
semua sahabat memiliki otoritas menentukan sebuah hukum dalam era ini.
Hanya orang-orang terpilih yang direkomendasikan untuk menjadi
konsultan dengan ketentuan tak tertulis seperti durasi hidupnya bersama
Rasul yang terhitung lama, faham yang kuat terhadap asbabun nuzul ayat-
ayat qur’an dan hadist, serta menghafal keduanya, juga mereka-mereka yang
dekat dan sering berkonsultasi kepada rasulullah.
Di antara sahabat-sahabat yang menjadi mufti adalah: keempat
khulafaur rasyidiin di Madinah, serta Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab,
Abdullah bin ‘Umar dan ‘Aisyah. Di Makkah: Abdullah bin Abbas, di
Kufah: Ali bin Abi Tholib dan Abdullah bin Mas’ud. Di Bashrah: Anas bin
Malik dan Abu Musa Al- ‘Asyari. di Syam: Muadz bin Jabal dan Ubadah
bin Shomt. Serta di Mesir: Abdullah bin Amru bin ‘ash. Pada awalnya
kebanyakan para mufti ini berada di Madinah dan keputusan-keputusan non-
nushus diputuskan dengan ijma’, namun dengan meluasnya kekuasaan
Islam, maka merekapun menyebar dan ijtihad secara individupun mulai
dibuka. Pada era inilah sumber landasan hukum juga bertambah menjadi: al-
Qur’an, as-sunnah, dan Ijtihad para sahabat.
Dalam era ini ada sejumlah efek tasyri’ yang menjadi catatan penting,
diantaranya adalah:
1) Adanya interpretasi terhadap hukum-hukum yang tertulis dalam Nash
baik itu pada Al-Qur’an ataupun as-sunnah. Dengan melihat pada metode
bahasa, korelasi kejadian dan asbabun-nuzul.
2) Ditulisnya al-Qur’an

Maret 2021
3) Banyaknya fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh sahabat dari hasil ijtihad
mereka. Hal ini karena qodiyyah yang diperlukan tidak termaktub dalam
Al-Qur’an dan sunnah secara gamblang.
4) Perpecahan kelompok atas latar belakang politik yang kemudian hadir
dengan qodiyah fiqhiyyah yang justru menunjukkan karakter kelompok
masing-masing. Berawal dari kejadian terbunuhnya sayyidina Utsman
bin ‘Affan RA. Kemudian dibaiatnya Sayyidina Ali RA yang kemudian
terjadilah perebutan dengan Muawiyah bin Abi Sufyan RA. Berakhir
dengan tahkim di antara keduanya. Dari situ muslimin terpecah ke dalam
tiga golongan: Khawarij, Syi’ah, dan Jumhur muslimin selain dua
golongan tersebut.5
c. Fiqih Pada Masa Tabi’in
Pada masa tabi’in serta para imam mujtahid, yaitu sekitar dua abad
hijriyah yang kedua dan yang ketiga, negara islam meluas dan banyak dari
orang nonArab yang memeluk agama islam. Kaum muslimin dihadapkan
pada berbagai kejadian baru, berbagai kesulitan, bermacam–macam
pengkajian, aneka ragam teori, dan gerakan pembangunan fisik dan
intelektualitas yang membawa para mujtahid untuk memperluas dalam
ijtihad dan pembentukan hukum islam terhadap banyak kasus dan
membukakan pintu penngkajian dan analisis kepada mereka, sehingga
semakin luas pula lapangan pembentukan hukum fiqh, dan ditetapkan pula
sejumlah hukum untuk kasus–kasus yang fiktif, kemudian sejumlah hukum
ditambahkan kepada kedua hukum kompilasi hukum yang terdahulu, maka
himpunan hukum fiqih pada periode ketiga ini terbentuk dari hukum Allah
dan Rasul-Nya, fatwa para sahabat dan putusan hukum mereka, fatwa para
mujtahid dan istimbath mereka, sedangkan sumber hukumnya adalah Al-
Quran, As-Sunnah, dan ijtihad para sahabat dan para imam mujtahid.6

4. Ulama Fiqih Islam Terkenal

5
“Fiqih dan Madzhab dalam Frame Sejarah (PART I)”, (https://www.rumahfiqih.com/y.php?
id=543, diakses pada 30 Maret, 15:57)
6
“Sejarah kelahiran dan perkembangan fiqih”,
(http://arofahmeymey.blogspot.com/2011/12/sejarah-kelahiran-dan-perkembangan.html, diakses pada
30 Maret 2020, pukul 15:40)

Maret 2021
a. Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit
Ulama besar yang dikenal dengan nama Imam Hanafi, Beliau dilahirkan
di Irak pada tahun 80 Hijriah/699 M, bertepatan dengan masa khalifah Bani
Umayyah Abdul Malik bin Marwan. Beliau digelari dengan nama Abu
Hanifah yang berarti suci dan lurus, karena sejak kecil beliau dikenal
dengan kesungguhannya dalam beribadah, berakhlak mulia, serta menjauhi
perbuatan-perbuatan dosa dan keji. Dan mazhab fiqihnya dinamakan
Mazhab Hanafi.7
Dasar yang dipakai oleh mazhab Hanafi adalah Alquran, Sunnah, dan
fatwa sahabat yang merupakan penyampai. Mazhab ini juga menggunakan
qiyas sebagai dasarnya dan juga istihsan, yaitu qiyas yang berlawanan
dengan nas. Imam Hanafi juga menggunakan ijma, yaitu kesepakatan para
mujtahid mengenai suatu kasus hukum pada suatu masa tertentu.8
Menurut riwayat yang dapat dipercaya, beliau adalah wadi’ ilmu fiqh
(yang mula-mula menyusun ilmu fiqih sebagaimana susunan sekarang ini).
Beberapa ulama’ telah bergaul dengan Abu Hanifah, mereka mempelajari
mazhab beliau (Abu Hanifah) dan hukum yang mereka dapat dari beliau itu
mereka tulis (dibukuan).
b. Malik bin Anas bin Malik
Malik bin Anas bin Malik dikenal dengan nama Imam Malik. beliau lahir
di Madinah pada 93 H dan wafat pada 179 H. Imam Malik adalah seorang
ahli hadis dan fikih yang paling terpercaya. Ia menguasai fatwa Umar bin
Khathab, Abdullah bin Umar bin Khathab, dan Aisyah binti Abu Bakar.
Belaiu belajar di Madinah, dan di sanalah beliau menulis kitab Al-
Muwatta’, kitab hadits yang terkenal sampai sekarang. 9Kitab ini berisi
hadis-hadis dalam tema fikih yang pernah dibahas Imam Malik, seperti
praktik penduduk Madinah, pendapat tabiin, dan pendapat sahabat tabiin

7
Almanar, “Madzhab Dan Sejarah Perkembangannya”
(https://stisalmanar.ac.id/2020/05/14/madzhab-dan-sejarah-perkembangannya/, diakses pada 30
Maret 2020, 15:22)
8
Muhammad Hafil, “Mengenal Empat Mazhab Fiqih Utama dalam Islam (1)”
(https://www.republika.co.id/berita/qc2tlk430/mengenal-empat-mazhab-fiqih-utama-dalam-islam-1,
diakses pada 30 Maret 2020, 15:43)
9
Muhammad Nasikhul Abid, “Mazhab Empat Ulama’ Fiqih”
(https://dosenmuslim.com/fiqih/mazhab-empat-dalam-fiqih/, diakses pada 30 Maret 2020, 15:55)

Maret 2021
yang ditemuinya. Belaiu menyusun kitab tersebut atas anjuran khalifah
mansur ketika belaiu bertemu pada waktu menunaikan ibadah haji.
Belaiu menyusun mazhabnya atas empat dasar, yaitu; Al-Qur’an, Hadits,
Ijma’, dan qiyas. Hanya saja dasar yang terakhir (qiyas) beliau gunakan
dalam hal-hal yang terbatas sekali, karena beliau adalah ahli hadits. Imam
Malik adalah ahli fiqih dan hadits. Pada masa beliau terbilang paling
berpengaruh di seluruh Hijaz. Orang-orang menyebut beliau “Sayyid
Fuqaha al-Hijaz” (pemimpin ahli fiqih di seluruh daerah Hijaz).
c. Abu Abdullah Muhammad asy-Syafi'i
Abu Abdullah Muhammad asy-Syafi'i dikenal dengan nama Imam
Syafi’i, beliau merupakan keturunan bangsa Quraisy. Imam Syafi’i
dilahirkan di Khuzzah pada tahun 150 H, dan meninggal dunia di Mesir
pada tahun 204 H. Imam Syafi’i memiliki pemikiran fikih yang khas dan
berbeda dibandingkan kedua mazhab terdahulunya. Sumber acuan mazhab
ini adalah paham dan pemikiran Syafi’i yang dimuat dalam kitabnya, Ar-
Risalah, Al-Umm, Ikhtilaf al-Hadits, dan lain-lain. Para ulama mazhab ini
mengembangkan kitab-kitab tersebut dengan memberikan penjelasan atau
komentar setelahnya.
Seperti dua mazhab lain, mazhab Syafi’i mempunyai dasar Alquran,
Sunah, ijma, dan qiyas. Sunah yang diambil sebagai dasar adalah sunah daif
yang tidak terlalu lemah, tidak bertentangan dengan dalil yang kuat, dan
bukan untuk menetapkan yang halal dan haram atau masalah keimanan.
Di kalangan penganut mazhab Syafi'I, dikenal metode maslahat, yaitu
metode penerapan hukum yang berdasarkan kepetingan umum. Hanya saja,
maslahat ini hanya terbatas pada maslahat yang mu'tabarah, yaitu yang
secara khusus ditunjuk oleh nas dan maslahat yang sesuai kehendak Allah
SWT.
d. Ahmad bin Hanbal
Ahmad bin Hanbal atau yang dikenal dengan nama Imam Hanbali.
Beliau dilahirkan di Baghdad dan meninggal dunia pada hari jum’at tanggal
12 Rabi’ul Awal tahun 241 H. Beliau merupakan keturunan dari Rasulullah
dan telah ditinggal ayahnya sejak kecil. Ia diasuh oleh ibunya di bawah

Maret 2021
pengawasan pamannya. Imam Hanbali menuntut ilmu di kota ilmu
pengetahuan, Baghdad. Di sana ia belajar tentang keislaman seperti hafalan
Alquran, hadis, dan sejarah Rasulullah.
Beliau adalah murid Imam Syafi’i yang paling istimewa dan tidak pernah
pisah sampai Imam Syafi’i pergi ke Mesir. Sunah dan hadis yang
dikumpulkan Imam Hanbali berasal dari hadis Nabi Muhammad serta fatwa
sahabat. Saat berusia 40 tahun, ia mulai mengajarkan fatwa mengenai fikih.
Corak fikih yang diajarkannya berpedoman pada sunah dan hadis Nabi
SAW. Ia tidak menulis buku tentang fikih dan melarang murid-muridnya
menuliskan fatwa yang disampaikannya. Namun, Imam Hanbali menulis
satu kitab, yaitu Al-Musnadyang berisi kumpulan hadis yang diriwayatkan
Ahmad dari para rawi tepercaya.10

5. Ruang Lingkup Kajian Fiqih

Menurut Al Ghazali, hasil produk hukum fiqih termasuk wajib, sunnah,


mubah, makruh, haram, dan sejenisnya. Melalui ilmu inilah dapat diketahui
kandungan setiap dalil syara’ sekaligus bagaimana menerapkannya di lapangan.
Penggalian hukum-hukum ini tidak boleh sembarangan, tapi memerlukan
renungan dan pemahaman yang mendalam dari berbagai sumber yang jelas.
Adapun yang menjadi fondasi fikih adalah Alquran, As sunnah, ijma, dan qiyas.

Menurut Imam Yazid dalam Ilmu Fikih dan Ilmu Usul Fikih (2016), tujuan
akhir ilmu fiqih adalah mencapai keridaan Allah dengan melaksanakan syariat-
Nya di muka bumi. Tujuan lainnya yakni memberi pemahaman tentang berbagai
aturan secara mendalam serta sebagai patokan untuk bersikap dalam menjalani
hidup.

Ruang lingkup yang terdapat pada ilmu fiqih adalah semua hukum yang
berbentuk amaliyah untuk diamalkan oleh setiap mukallaf (orang yang diberi

10
Muhammad Hafil, “Mengenal Empat Mazhab Fiqih Utama dalam Islam (4-Habis)”
(https://republika.co.id/berita/qc2tte430/mengenal-empat-mazhab-fiqih-utama-dalam-islam-4habis,
diakses tanggal 30 Maret 2020, 16:08)

Maret 2021
tanggung jawab melaksanakan ajaran syariah)11 Ruang lingkup ilmu fiqih
meliputi berbagai bidang di dalam hukum-hukum syara’ seperti:
a. Ruang lingkup Ibadat
Lingkup ibadat yakni hukum yang bertalian dengan ubudiyah antara
hubungan manusia dengan khaliqnya yakni tata cara menjalankan
peribadatan kepada Allah SWT. seperti shalat, puasa, zakat, dan ibadah haji.
b. Ruang lingkup Muamalat
Hukum muamalat merupakan tata tertib hukum dan peraturan hubungan
antar manusia dengan sesamanya baik pribadi maupun kelompok,
diantaranya sebagai berikut:
1) Hukum-hukum Keluarga (Al-Ahwal Asy-Syakhshiyyah) yang
mengatur manusia dalam keluarga dan pernikahan baik awal
pembentukannya sampai pada akhirnya yang juga termasuk dalam
ruang lingkup munakahat seperti perkawinan, perceraian, nafkah, dan
ketentuan nasab.
2) Hukum-hukum Perdata, yakni hukum yang bertalian antara hubungan
hak kebendaan yang disebut muamalah Maddiyah.
3) Hukum yang mengatur hubungan warga negara dengan
pemerintahannya (Fiqih Siyasah).
4) Hukum yang mengatur etika pergaulan antara seorang muslim dengan
lainnya dalam tatanan kehidupan sosial (Ahkam Khuluqiyah).
5) Hukum-hukum lain termasuk pada hukum perekonomian seperti jual
beli, sewa menyewa, dan gadai juga keuangan yang disebut Al-Ahkam
Al-Iqtisadiyah wal Maliyyah..
c. Ruang lingkup Junayat
Ruang lingkup ini merupakan tindak pelanggaran atau penyimpangan
dari aturan hukum islam sebagai tindak pidana kejahatan yang dapat
menimbulkan bahaya bagi pribadi, keluarga, masyarakat, dan negara.
Hukum ini berkaitan dengan sanksi-sanksi tindakan kriminal misalnya
qiyas, diat, dan hudud.12

11
Bacaan Madani, 2014 “Pengertian dan Ruang Lingkup Fiqih”, diakses pada 30 Maret 2021,
12:53.
12
Ade Dedi, “Ilmu Ushul Fiqih”, Pekalongan: STAIN Press, 2006, hal.10

Maret 2021
6. Menyikapi Perbedaan Pendapat dalam Fiqih

Menyikapi masalah khilafiyah atau perbedaan dalam fiqih empat mazhab,


tidak semestinya membela disalah satu dari semuanya, tetapi diperbolehkan
untuk memilih atau condong ke salah satu mazhab yang dibela dengan dalil yang
disertai rasa menghormati dan menghargai sebuah perbedaan.

Perbedaan pandangan dalam masalah-masalah fiqih di kalangan para ulama


terjadi karena beberapa alasan dan kondisi. Sikap terbaik dalam menghadapi
perselisihan diantara mereka sebagaimana tercantum pada Qur’an Surah An-
Nisa ayat 59.

‫ُول ِإ ْن ُك ْنتُ ْم تُْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم‬


ِ ‫فَِإ ْن تَنَا َز ْعتُ ْم فِي َش ْي ٍء فَ ُر ُّدوهُ ِإلَى هَّللا ِ َوال َّرس‬
‫اآْل ِخ ِر َذلِكَ خَ ْي ٌر َوَأحْ َس ُن تَْأ ِوياًل‬

“Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu. Maka kembalikanlah


ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kemu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian yang demikian itu lebih baik utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya”.13

Dalam keadaan yang lainnya, jika kedua belah pihak merasa pendapatnyalah
yang paling sesuai dengan Al-qur’an dan sunnah dengan pengkajian juga
penelitian dengan masing-masing tanpa adanya hawa nafsu dan rasa fanatik,
maka hendaknya mereka memegang dan meyakini pendapatnya itu, tanpa
mengingkari pendapat saudaranya, apalagi meremehkannya, dan menyerang
pihak yang berbeda. Maka dari itu yang boleh diingkari adalah yang jelas-jelas
bertentangan dengan nash qath’i dan ijma’. Adapun zona ijtihadiyah, maka
hendaknya menerima dengan lapang dada dan tidak saling mengingkari.14

7. Manfaat Fiqih Bagi Kehidupan

13
Al-Qur’an Surah An-Nisa: 59
14
Farid Nu’man, 2014, “Cara Menyikapi Perbedaan Pendapat dalam Masalah Fiqih”,
(https://www.dakwatuna.com/2014/11/18/60194/cara-menyikapi-perbedaan-pendapat-dalam-masalah-
fiqih/#axzz6qZd4Qb5g, diakses pada 30 Maret 2021, 13:51)

Maret 2021
a. Dapat Meningkatkan Kualitas Iman Seseorang
Fiqh dapat meningkatkan kualitas iman seseorang. Fiqh akan membuat
seseorang meningkatkan kualitas hubungan komunikasinya kepada Allah
SWT. Dimana kita akan lebih mendekatkan diri kepadanya yakni dengan
menjalankan segala amalannya baik yang wajib maupun yang sunnah.
b. Dapat Menghindari Perbuatan Dosa
Dengan memahami ilmu fiqih, kita jadi mengetahui ajaran-ajaran islam
yang mana penerapnnya berpedoman dengan al-qur’an dan as-sunnah. Kita
akan paham mengenai apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh
dilakukan. Pemahaman tersebut membuat kita sadar sehingga kita akan
menjalankan yang benar dan meninggalkan yang salah.
c. Menjadi Benteng Pemahaman yang Menyimpang
Manusia yang lemah dalam ilmu agama akan mudah terombang ambing
dalam arus informasi yang entah dri mana asalnya. Mereka akan mudah
termakan dan terpancing oleh informasi yang menyinggung hal-hal yang
berhubungan dengan dia, termasuk dalam hal keagamaan. Padahal informasi
yang dia terima belum tentu benar, tetapi karena kurng dalam memahami
ilmu agama kita akan mejadi boneka yang mudah untuk dikendarai. Maka
dari itu, kita harus mempelajari fiqih sehingga bisa menjadi umat muslim
yang memiliki benteng kuat sehingga tidak mudah terpengaruh dengan hal-
hal yang kurang diketahui kebenarannya.
d. Dapat Mengamalkan dan Melaksanakan Ketentuan Hukum Islam
dengan Baik dan Benar
Kita sebagai umat muslim harus mempelajari fiqih dengan benar.
Dengan mempelajarinya, kita dapat mengetahui aturan-aturan menganai
kewajiban, tanggung jawab sert juga batasan yang harus dilakukan.
Pemahaman yang kita dapatkan bisa menjadi pedoman hidup dalam
bermasyarakat. Bukan hanya itu saja, pemahaman fiqh yang kita pelajari
juga dapat menjadi pedoman dalam beribadah. Dengan begitu, kita akan
mengamalkan serta melaksanakan ketentuan hukum islam dengan baik dan
benar.
e. Mencegah Perpecahan Umat

Maret 2021
Setiap individu pasti memiliki pandangannya masing-masing terhadap
suatu hal, termasuk dalam masalah keagamaan. Perbedaan pandangan dalam
agama merupakan sesuatu yang tidak dihindarkan. Fiqih merupakan realitas
dari suatu syariah, sehingga setiap ulama memiliki pandangan yang berbeda
dalam melihat suatu hal atau masalah. Hal ini menyebabkan adanya
perbedaan pendapat dalam suatu agama, sehingga terjadi penerapan yang
berbeda-beda. Dengan memahami ilmu fiqih, kita akan mengerti untuk
saling menghormati pandangan serta pendapat orang lain yang
berseberangan dengan kita baik itu dalam hal ibadah maupun muamalah
sehingga perpecahan dapat dihindarkan.
f. Memenuhi Perintah Agama Allah dan Rasulnya
Allah Ta’ala melalui lisan Rasul-Nya telah memerintahkan kita untuk
belajar dan terutama mempelajari ilmu-ilmu agama. Ayat yang pertama kali
diperkenalkan kepada Rasulillah sewaktu di gua Hira’ jelas-jelas
mengindikasikan hal ini, yakni Q.S. Al-Alaq : 1-5. Pemenuhan Perintah
tersebut dapat kita realisakasikan denga mempelajari ilmu-ilmu agama yang
mana salah satunya dengan cara mempelajari ilmu fiqh.
g. Lebih Memahami Ilmu Agama
Fikih adalah salah satu bidang ilmu dalam syariat Islam yang secara
khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek
kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun
kehidupan manusia dengan Allah, Tuhannya. Dengan mempelajarinya, kita
akan lebih faham mengenai ajaran-ajaran agama islam serta bagaimana cara
penerapannya.

C. Kesimpulan

1. Fiqih merupakan pemahaman tentang islam yang lebih fleksibel yang berasal
dari pandangan berbagai para ulama atau beserta mazhabnya yang bersumber
dari Al-qur’an dan hadits.

Maret 2021
2. Ushul Fiqih merupakan alat untuk menghasilkan fiqih berupa pondasi yang
digunakan untuk menggali hukum islam sehingga dapat ditemukan sumber-
sumbernya secara terperinci dan dapat diamalkan.
3. Kaidah Fiqhiyah yaitu suatu hukum yang bersifat universal yang dapat
diterapkan kepada seluruh bagiannya agar dapat diidentifikasikan hukum-hukum
bagian tersebut darinya.
4. Menyikapi perbedaan fiqih dalam segala hal dapat dengan mengembalikan pada
hukum asal dari Al-qur’an dan hadist tanpa merendahkan pendapat lainnya
5. Dalam segala persoalan antara ketuhanan berupa peribadatan dan sosial berupa
muamalah dapat diatur dalam hukum-hukum fiqih secara islami yang dapat
ditemukan berbagai manfaatnya.

Daftar Referensi

Harisudin, Noor. 2013. Pengatar Ilmu Fiqih. Pena Salsabila: Surabaya. Hlm. 1-6.

Maret 2021
Azhari, Fathurrahman. Qawaid Fiqhiyah Muamalah, Lembaga Pemberdayaan Kualitas
Ummat. Banjarmasin. Hlm. 1-2.
Pengertian, Persamaan dan Perbedaan Syari'ah dan Fiqih.
http://syariahdanfiqih.blogspot.com/2011/09/pengertian-persamaan-dan-
perbedaan.html. Diakses pada 30 Maret 2021, 13:38.
Nurhayati. Juli-Desember 2018. Memahami Konsep Syariah, Fikih, Hukum dan Ushul
Fiqih, Volume 2, No. 2. Hal. 132.

Fiqih dan Mazhab dalam Frame Sejarah (Part I).

https://www.rumahfiqih.com/y.php?id=543. Diakses pada 30 Maret 2021, 15:57.

Sejarah Kelahiran dan Perkembangan Fiqih.

http://arofahmeymey.blogspot.com/2011/12/sejarah-kelahiran-dan
perkembangan.html. Diakses pada 30 Maret 2021, pukul 15:40

Almanar. 2020. Madzhab Dan Sejarah Perkembangannya.


https://stisalmanar.ac.id/2020/05/14/madzhab-dan-sejarah-perkembangannya/
Abid, Muhammad Nasikhul. 13 November 2016. Mazhab Empat Ulama’ Fiqih.
https://dosenmuslim.com/fiqih/mazhab-empat-dalam-fiqih/.

Almanar. 14 Mei 2020. Madzhab Dan Sejarah Perkembangannya


https://stisalmanar.ac.id/2020/05/14/madzhab-dan-sejarah-perkembangannya/.

Hafil, Muhammad. 17 juni 2020. Mengenal Empat Mazhab Fiqih Utama dalam Islam
(1-4) https://republika.co.id/berita/qc2tte430/mengenal-empat-mazhab-fiqih-
utama-dalam-islam-4habis.

Madani, Bacaan. 2014. Pengertian dan Ruang Lingkup Fiqih. Diakses pada 30 Maret
2021.

Dedi, Ade. 2006. Ilmu Ushul Fiqih, Pekalongan: STAIN Press. Hal.10

Al-Qur’an Surah An-Nisa: 59


Nu’man, Farid. 2014. Cara Menyikapi Perbedaan Pendapat dalam Masalah Fiqih.
https://www.dakwatuna.com/2014/11/18/60194/cara-menyikapi-perbedaan-
pendapat-dalam-masalah-fiqih/#axzz6qZd4Qb5g

Maret 2021

Anda mungkin juga menyukai