Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

KONSEP PERMINTAAN DAN PENAWARAN

Disusun untuk memenuhi tugas

MATA KULIAH : PENDIDIKAN PANCASILA DAN


KEWARGANEGARAAN

DOSEN PENGAMPU: RAHMAT FERDIAN ANDI ROSIDI, S.H.I., M.H

OLEH:

1. AHMAD WILDAN HUSAINI


2. AHMAD WILDAN HUSAINI
3. MELANI PUTRI ARDITA

KELAS 1C

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UIN SYARIF HIDAYATULLAH


JAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena atas karunia serta
rahmat-Nya lah sehingga kita dapat menyelesaikan makalah “Konsep Permintaan
dan Penawaran”. Tak lupa pula kami mengucapkan rasa terima kasih kepada
bapak Dr. Mohammad Lutfi M.M sebagai Dosen mata kuliah Pengantar Ekonomi
Mikro yang telah mempercayakan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan banyak
manfaat terutama dapat meningkatkan pemahaman kita sebagai penulis maupun
pembaca. Kami juga menyadari bahwa selama proses pembuatan makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Oleh
karena itu, kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata yang kurang
berkenan dalam penulisan makalah ini. Serta kami juga mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi menyempurnakan makalah ini untuk menjadi lebih
baik lagi.

Tangerang Selatan, 9 September 2022


Penulis

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman, banyak orang yang beranggapan bahwa


ilmu ekonomi adalah suatu ilmu yang hanya berawal dan berakhir oleh hukum
permintaan dan penawaran. Yang tentunya hal tersebut sangat mengandalkan
ilmu ekonomi sebagai suatu studi yang sangat sederhana. Akan tetapi,
menurut kami hukum yang telah dikenal sebagai hukum permintaan dan
penawaran menjadi salah satu aspek terpenting dalam meningkatkan
pemahaman kita mengenai pasar. Berbicara mengenai pasar, tentu saja
tidaklah luput dari kegiatan perdagangan. Oleh karena itu, perdagangan yang
sering terjadi dalam kegiatan perekonomian adalah perdagangan di pasar.
Dalam kegiatan perekonomian yang terjadi di pasar, kita mengenal adanya
istilah yang disebut dengan permintaan dan penawaran. Permintaan (demand)
merupakan jumlah barang yang diminta pada jumlah tertentu dan pada periode
tertentu. Sedangkan penawaran merupakan jumlah barang atau jasa yang
tersedia dan ditawarkan oleh produsen kepada konsumen pada tingkatan harga
tertentu dan pada periode tertentu.

Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan kedua aktivitas yang


melandasi kegiatan perekonomian. Oleh karena itu, permintaan dan
penawaran mejadi dua kata yang cenderung digunakan oleh para pemikir
ekonom, serta keduanya menjadi kekuatan yang membuat perekonomian pasar
dapat berkeja secara sistematis. Sedangkan yang disebut sebagai mekanisme
pasar merupakan interaksi yang terjadi antara permintaan (demand) yang
dilakukan oleh konsumen serta penawaran (supply) yang dilakukan oleh
produsen. Sehingga dari kedua kegiatan tersebut, akan tercipta harga
kesepakatan dari masing-masing pihak.
B. Rumusan Masalah
1.Apa konsep dasar dan teori terbentuknya negara?
2. Bagaimana hubungan agama dan negara dalam kasus islam dan praktik
islam di Indonesia?
3. Bagaimana Islam dan negara di masa orde baru dan pasca orde baru?

C. Tujuan dan Manfaat


 Tujuan
a. Untuk mengetahui deifinisi permintaan dan penawaran
b. Untuk mengetahui jenis-jenis permintaan dan penawaran
c. Untuk mengetahui hukum permintaan dan penawaran
d. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
dan penawaran
e. Untuk mengetahui surplus ekonomi produsen dan konsumen
f. Untuk mengetahui kegagalan pasar serta intervensi yang dilakukan
oleh pemerintah
 Manfaat
a. Pembaca dapat mengetahui definisi permintaan dan penawaran,
jenis-jenis permintaan dan penawaran, hukum permintaan dan
penawaran, faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran
sehingga dapat melakukan kegiatan perdagangan dengan baik dan
benar
b. Penulis dapat mengetahui definisi permintaan dan penawaran, jenis-
jenis permintaan dan penawaran, hukum permintaan dan penawaran,
faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran, surplus
produsen dan konsumen, serta mengetahui kegagalan yang sering
terjadi di pasar dan intervensi yang dilakukan oleh pemerintah
dalam mengatasi kegagalan pasar.

BAB 2
PEMBAHASAN

A. Definisi Permintaan dan Penawaran


1. Permintaan
Sadono Sukirno telah menjaslkan bahwa terdapat interaksi yang terjadi
antara pembeli dan penjual yang dapat diterangkan melalui teori
permintaan dan penawaran. Teori permintaan dan penawaran dapat
menjelaskan mengenai sifat permintaan konsumen terhadap suatu barang.
Sedangkan teori penawaran lebih mendeskripsikan mengani sifat penjual
dalam menerangkan barang yang dijual. Dengan mengkombinasikan
antara permintaan oleh konsumen dan penawaran oleh produsen sebagai
suatu interaksi antara produsen dan konsumen akan dapat ditunjukkan
dengan begaimana interaksi antara penjual dan pembeli dapat terjadi,
sehingga akan menentukan harga keseimbangan atau harga pasar serta
kuantitas barang yang diperjual belikan.1

Teori permintaan mendeksripsikan sifat dari permintaan konsumen pada


suatu komoditas, baik itu berupa barang ataupun jasa, serta menerangkan
mengenai korelasi yang terjadi antara jumlah barang dan jasa yang diminta
dengan harga serta proses terbentuknya kurva permintaan 2. Selain itu,
permintaan dalam definisi ekonomi merupakan suatu fungsi yang
menggambarkan berbagai jumlah barang atau jasa yang ingin dan mampu
dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat harga dan juga pada periode
waktu tertentu. Sehingga permintaan merupakan korelasi antara harga dan
jumlah barang atau jasa yang diminta, serta dapat dinyatakan dalam model
kurva dan fungsi.

1
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, (Jakarta; Rajawali Pers, 2015), h.75.
2
Sugiarto, Tedy Herlambang Dan Brastoro, Ekonomi Mikro Sebuah Kajian Komprehensif,
(Jakrta; PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), h.34
Permintaan konsumen atau masyarakat terhadap suatu barang atau jasa
dapat ditentukan oleh banyak faktor. Adapun faktor-faktor tersebut yang
menjadi aspek terpenting adalah sebagai berikut:
a. Harga barang itu sendiri
b. Harga barang lain yang terkait
c. Pendapatan per kapita
d. Distribusi pendapatan
e. Selera atau kebiasaan
f. Jumlah penduduk
g. Perkiraan harga dimasa yang akan datang
Oleh sebab itu, ketika berbicara mengenai teori permintaan, para pemikir
ekonomi telah membuat analisis yang lebih sederhana. Dalam analisis
tersebut, terdapat anggapan bahwa permintaan terhadap suatu barang dapat
dipengaruhi oleh tingkat harganya. Oleh karena itu, pada teori permintaan,
salah satu aspek penting yang perlu dianalisis yaitu mengenai korelasi
antara kuantitas permintaan suatu barang dengan harga (price) barang
tersebut.

Hukum permintaan pada dasarnya merupakan suatu praduga yang


menjelaskan bahwa semakin rendah harga suatu barang, maka semakin
tinggi kuantita permintaan terhadap barang tersebut. Hal tersebut berlaku
untuk sebaliknya, jika semakin tinggi harga suatu barang, maka kuantitas
permintaan terhadap barang tersebut akan semakin menurun.3

Fungsi permintaan apabila dinyatakan secara matematis dapat ditulis


sebagai berikut:
Qd = F (harga, harga barang lain yang terkait, tingkat
pendapatan per kapita, distribusi pendapatan, selera atau
kebiasaan, jumlah penduduk, dll).

3
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, (Jakarta; Rajawali Pers, 2015), h.76
Kurva permintaan dapat menjelaskan mengenai adanya korelasi secara
terbalik antara tingkat harga dengan kuantita barang yang diminta. Pada
kurva ini dapat kita ketahui yaitu berbentuk menurun (korelasi negatif)
dari kiri atas ke kanan bawah, sebagai akibat dari adanya korelasi yang
terbalik tersebut. Skema permintaan juga menggambarkan sebagaimana
yang sering dijumpai pada umumnya yaitu adanya sumbu tegak yang
dideskripsikan sebagai harga (price) sedangkan sumbu yang mendatar atau
horizontal dideskripsikan sebagai kuantitas barang (Qd) yang dimintas.
Adapun prosedur dalam penggambaran kurva permintaan adalah sebagai
berikut. Bentuklah garis pada setiap pasangan harga dan kuantitas barang
yang diminta pada sumbu vertikal dan horizontal sebagai koordinatnya.
Kemudian kita dapat menghubungkan masing-masing titik koordinat yang
akan diperoleh sebagai kurva permintaan dengan gerak kurva model
menurun. Hal inilah yang disebut dengan adanya korelasi terbalik antara
harga barang dengan kuantitas barang yang diminta. Kemudian kita dapat
memberikan label P dan Q pada kurva tersebut, sehingga dapat
menujukkan seluruh kemungkinan harga yang dapat terjadi antara harga
barang dengan kuantitas barang yang diminta pada rentang batas yang
ditunjukkan oleh grafik pada kurva tersebut.

Gambar 2.1
Kurva permintaan
“Kurva permintaan pada berbagai jenis barang pada umumnya dapat
menurun dari kiri atas ke kanan bawah. Kurva inilah yang kemudian
disebabkan oleh sifat korelasi antara harga dan kuantitas barang yang
diminta sehingga meiliki sifat korelasi terbalik. Jika terdapat salah satu
variabel meningkat, misalnya varibel harga barang, maka varibel lainnya
yang dipengaruhi akan mengalami penurunan (contohnya, jumlah barang
yang diminta).”4

2. Penawaran

Penawaran merupakan sebuah skema atau kurva yang menggambarkan


berbagai kuantitas barang atau jasa yang ingin ditawarkan oleh produsen
pada tingkat harga dan periode tertentu.

Permintaan terhadap suatu barang atau jasa yang apabila tidak disertai
dengan tingkat penawaran barang dan jasa tidak akan mampu menciptakan
kegiatan transaksi di pasar. Oleh karena itu, konsep permintaan baru akan
dipenuhi apabila penjual dapat menyediakan barang ataupun jasa yang
dibutuhkan oleh konsumen. Dengan kata lain, penjual dapat menawarkan
barang dan jasa yang diperlukan oleh pihak konsumen.

Penawaran barang ataupun jasa dapat ditentukan oleh beberapa faktor,


diantaranya yaitu:

a. Harga barang itu sendiri,


b. Harga barang lain yang terkait,
c. Biaya produksi
d. Harga faktor produksi
e. Teknologi produksi
f. Jumlah penjual
g. Tujuan perusahaan
h. Kebijakan pemerintah

Fungsi penawaran jika ditulis secara matematis adalah sebagai berikut:


4
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, (Jakarta; Rajawali Pers, 2015), h.78
Qs = F (Harga, harga barang lain terkait, biaya produksi, harga faktor
produksi, teknologi produksi, jumlah penjual, dan tujuan perusahaan).

Sadono Sukirno telah menyatakan terkait hukum penawaran yang merupakan


suatu pernyataan yang dapat menjelaskan mengenai sifat korelasi antara harga
barang dengan kuantitas barang yang ditawarkan oleh produsen. Pada hukum ini
menjelaskan tentang bagaimana keinginan produsen untuk tetap menawarkan
barangnya apabila harga barang tersebut mengalami suatu peningkatan serta
bagaimana keinginan produsen untuk menawarkan harganya apabila terjadi
penurunan harga. Hukum penawaran yang seperti ini pada dasarnya telah
menjelaskan bahwa semakin tinggi harga suatu barang, maka akan semakin
banyak kuantitas barang yang ditawarkan oleh produsen. Syarat itupun berlaku
sebaliknya, semakin rendah harga suatu barang, maka kuantitas barang yang
ditawarkan oleh produsen akan semakin sedikit.

Kurva penawaran pada dasarnya merupakan suatu kurva yang menggambarkan


korelasi antara harga barang dengan kuantitas barang yang ditawarkan. Ketika kita
ingin menganalisis kurva penawaran, konsepnya pun tidak jauh berbeda ketika
kita menganalisis kurva permintaan. Tetapi satu hal yang perlu diperhatikan yaitu
mengenai perbedaan antara kedua pengertian yaitu penawaran dengan kuantitas
barang yang ditawarkan. Dalam perspektif ekonomi, penawaran merupakan
seluruh kurva penawaran, sedangkan kuantitas barang yang ditawarkan
merupakan kuantitas barang yang ditawarkan pada periode tertentu dan pada
tingkat harga tertentu.5

Kurva penawaran pada umumnya naik dari kiri bawah ke kanan atas (korelasi
positif). Hal tersebut menunjukkan bahwa arah pergerakan kurva penawaran
berbanding terbalik dengan arah pergerakan kurva permintaan. Hal ini
dikarenakan sesuai dengan hukum penawaran, semakin tinggi harga barang, maka
kuantitas barang yang ditawarkan akan semakin meningkat.

Gambar 2.2

5
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, (Jakarta; Rajawali Pers, 2015), h. 85-86
Kurva penawaran

B. Jenis-jenis Permintaan dan Penawaran


Para pemikir ekonomi dalam kajiannya telah membagi dua kelompok
berdasarkan permintaan konsumen yang erat kaitannya dengan perilaku
konsumsinya, diantaranya adalah:
a. Kelompok permintaan fungsional, merupakan suatu kelompok pada
konsumen yang membeli barang berdasarkan fungsi dari barang
tersebut (barang yang memiliki daya guna).
b. Kelompok permintaan non fungsional, atau yang sering disebut dengan
permintaan yang tidak rasional, merupakan permintaan yang sifatnya
tanpa direncanakan, spekulatif, dan merupakan jenis permintaan yang
dapat mempengaruhi efek terhadap daya guna barang.

Adapun jenis-jenis permintaan dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok,


diantaranya adalah:

a. Permintaan Menurut Daya Beli


Permintaan dapat dibagi menjadi tiga jika dilihat dari segi daya belinya,
yaitu permintaan efektif, permintaan absolut, dan permintaan potensial.
1. Permintaan efektif, merupakan jenis permintaan konsumen terhadap
suatu barang atau jasa yang disertai dengan daya beli (adanya
kemampuan membeli barang tersebut). Pada permintaan jenis ini,
seorang konsumen pada dasarnya membutuhkan barang tersebut dan ia
mampu untuk membayarnya.
2. Permintaan absolut, merupakan jenis permintaan konsumen terhadap
suatu barang dan jasa yang tidak disertai dengan kekmampuan untuk
membeli. Contohnya saja, Nina ingin membeli sepeda baru, akan tetapi
uang yang dimiliki Nina tidak cukup untuk membeli sepeda baru. Oleh
karena itu, keinginan Nina untuk membeli sepeda baru tidak dapat
terpenuhi.
3. Permintaan potensial, merupakan jenis permintaan konsumen terhadap
suatu barang dan jasa yang sebenarnya memiliki kemampuan untuk
membeli (membayar), tetapi belum melaksanakan kegiatan pembelian
barang atau jasa tersebut. Contohnya seperti, Pak Dodi sebenarnya
memiliki uang untuk membeli mobil baru, namun ia belum
mempunyai keinginan untuk membeli mobil tersebut.
b. Permintaan Menurut Jumlah Subjek Pendukungnya
Jika berdasar pada jumlah subjek pendukungnya, permintaan terbagi atas
dua jenis, yaitu permintaan individu dan permintaan kolektif.
1. Permintaan individu, merupakan jenis permintaan konsumen yang
dilakukan oleh individu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-
hari. Misalnya, membeli makanan, pakaian, dll.
2. Permintaan kolektif, merupakan jenis permintaan pasar atau yang
berawal dari kumpulan-kumpulan dari permintaan individu atau
permintaan secara keseluruhan yang dilakukan oleh para konsumen di
pasar. Contohnya, selain Dani, di pasar juga terdapat beberapa pembeli
lainnya yang akan membeli sayur kol. Jika permintaan Dani dan
teman-temannya tersebut digabungkan, maka akan terbentuk
permintaan pasar.
Pada hakikatnya, fungsi permintaan menjadi turunan dari perilaku
konsumen yang masih berusaha agar dapat mencapai kepuasan
maksimum, dengan cara melakukan kegiatan mengkonsumsi barang
ataupun jasa yang mampu untuk dibeli namun dengan adanya kendala
pendapatan (income) yang terbatas.6

3. Hukum Permintaan dan Penawaran

a. Hukum Permintaan
Permintaan merupakan keinginan konsumen untuk membeli suatu barang
pada berbagai tingkat harga dan priode waktu tertentu. Intinya adalah
permintaan merupakan banyaknya kuantitas barang yang diminta pada
suatu pasar dengan tingkat harga, pendapatan, dan periode tertentu.
Hukum permintaan pada dasarnya menjadi suatu praduga yang
menyatakan bahwasanya:
“Korelasi antara barang ataupun jasa yang diminta oleh konsumen dengan
harga barang tersebut yang mana adanya korelasi berbanding terbalik
ketika harga meningkat atau naik, maka kuantitas barang yang diminta
akan menurun. Begitupun yang terjadi sebaliknya, apabila harga suatu
barang mengalami penurunan, maka kuantitas barang yang diminta oleh
konsumen akan mengalami peningkatan”.

b. Hukum Penawaran
Penawaran merupakan kuantitas barang ataupun jasa yang tersedia atau
yang siap ditawarkan oleh produsen pada berbagai tingkat harga dan
dalam periode waktu tertentu. Adapun hukum penawaran yaitu, semakin
tinggi harga suatu barang, maka akan semakin banyak kuantitas barang
yang ditawarkan oleh produsen. Hal ini berlaku untuk sebaliknya,
semakin rendah harga suatu barang, maka kuantitas barang yang
ditawarkan oleh produsen pun akan semakin sedikit.

6
Yopi Nisa Febianti, “Permintaan dalam Ekonomi Mikro”, Edunomic Jurnal Pendidikan
Ekonomi, Volume 2, No. 1, 2014, h.17
4. Faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran

1) Faktor yang Mempengaruhi Permintaaan


a. Harga Barang itu Sendiri
Sesuai dengan hukum permintaan, jika harga barang itu sendiri
mengalami penurunan, maka kuantitas barang yang diminta oleh
konsumen akan mengalami peningkatan. Begitupun sebaliknya, jika
harga barang itu sendiri mengalami peningkatan, maka kuantitas barang
yang diminta oleh konsumen akan mengalami penurunan.
b. Harga Barang Lain yang Terkait
Harga barang lain juga dapat mempengaruhi jumlah permintaan
terhadap suatu barang. Akan tetapi, kedua macam barang tersebut
masih memiliki keterkaitan satu sama lain. Keterkaitan dua macam
barang tersebut dapat bersifat substitusi (pengganti) maupun bersifat
komplementer (pelengkap). Contohnya, barang substitusi dari daging
ayam adalah daging sapi, ikan atau tempe. Suatu barang dapat
dikatakan menjadi substitusi barang lain, apabila dapat terpenuhi
paling tidak salah satu syarat dari dua syarat, yaitu memiliki fungsi
yang sama dan atau memiliki kandungan yang sama.

Dalam hal ini, apabila harga substitusi daging sapi (misalnya daging
ayam) meningkat, harga relatif daging sapi akan menjadi lebih murah,
sehingga kuantitas permintaan terhadap daging sapi akan mengalami
peningkatan. Sedangkan harga komplemen daging sapi (misalnya
beras) mengalami penurunan, maka kuantitas permintaan terhadap
beras akan mengalami peningkatan. Sehingga kuantitas permintaan
terhadap daging sapi juga akan mengalami peningkatan.

Contoh lain dari dua macam barang yang memiliki hubungan


komplementer (pelengkap) adalah BBM dan mobil. Apabila dua
macam barang tersebut tidak memiliki korelasi yang dekat
(keterkaitan), maka perubahan harga satu barang tidak dapat
mempengaruhi kuantitas barang lainnya. Misalnya apabila terjadi
kenaikan harga pensil, maka tidak akan mempengaruhi kuantitas
permintaan daging sapi, karena kedua barang tersebut tidak memiliki
keterkaitan.

c. Tingkat Pendapatan Per Kapita


Tingkat pendapatan per kapita dapat mencerminkan adanya
kemampuan konsumen dalam membeli barang atau jasa. Semakin
tinggi tingkat pendapatan seseorang, maka daya beli yang dimiliki
akan semakin kuat, sehingga kuantitas permintaan terhadap suatu
barang akan mengalami peningkatan.

d. Selera atau Kebiasaan Masyarakat


Hal ini dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kuantitas
permintaan terhadap barang ataupun jasa. Contohnya saja, beras.
Walaupun harganya di tiap daerah kurang lebih sama, tetapi kuantitas
permintaan beras per tahun di tiap daerah juga berbeda-beda. Misalnya
di Provinsi Maluku, kuantitas permintaan beras lebih rendah jika
dibandingkan dengan Provinsi Sumatera Utara. Mengapa demikian?
Hal tersebut dikarenakan masyarakat di Maluku lebih dominan
menyukai sagu sebagai makanan pokok mereka sehari-hari dan telah
menjadi kebiasaan mereka sejak kecil. Sebaliknya di Sumatera Utara,
selain menyukai beras sebagai makanan pokok, terdapat kebiasaan atau
tradisi masyarakat di Sumatera Utara yang membutuhkan beras,
terutama di kalangan suku Batak pada saat acara pernikahan.

e. Jumlah Penduduk
Masih dengan contoh beras lagi. Beras mungkin telah menjadi
makanan pokok masyarakat Indonesia, maka hal ini dapat menujukkan
adanya korelasi positif antara kuantitas permintaan beras dengan
jumlah penduduk. Semakin banyak jumlah penduduk, maka kuantitas
permintaan beras akan semakin meningkat.

f. Perkiraan Harga di Masa Mendatang


Apabila kita memperkirakan bahwa harga suatu barang akan
mengalami kenaikan, maka perspektif yang muncul pada masyarakat
adalah, lebih baik membeli barang tersebut sekarang. Sehingga akan
mendorong konsumen untuk membeli lebih banyak barang tersebut
pada saat ini, agar dapat menghemat pengeluaran belanja di masa yang
akan datang.

g. Distribusi Pendapatan
Tingkat pendapatan per kapita dapat memberikan suatu kesimpulan
yang tidak benar apabila distribusi pendapatan masyarakat tidak
merata. Artinya adalah terdapat sebagian kecil kelompok masyarakat
yang dapat menguasai pangsa pasar dengan sangat besar. Jika
distribusi pendapatan tidak merata, hal tersebut akan mempengaruhi
tingkat daya beli masyarakat secara umum terhadap suatu barang
ataupun jasa. Yang berarti bahwa daya beli secara umum akan
melemah sehingga kuantitas permintaan terhadap suatu barang akan
mengalami penurunan.

h. Usaha Produsen dalam Meningkatkan Penjualan


Seiring dengan perkembangan zaman perekonomian yang semakin
modern, banyak sekali ditemukan usaha-usaha produsen agar
masyarakat dapat tertarik untuk membeli barang yang ditawarkannya.
Dan hal tersebut memiliki peranan yang cukup besar terhadap
produsen. Salah satu contohnya yaitu iklan. Melalui iklan, masyarakat
atau konsumen dapat lebih memahami mengenai spesifikasi suatu
barang tanpa harus mendatangi tokonya secara langsung. Disamping
itu, barang-barang yang memiliki periode yang terlampau jauh dengan
masa sekarang juga dengan adanya iklan akan dapat menarik kembali
konsumen agar dapat membeli barang tersebut. Adapun usaha-usaha
penjualan lainnya yang dilakukan oleh produsen seperti, pemberian
doorprize atau hadiah kepada pembeli apabila membeli suatu barang,
atau adanya iklan potongan harga (diskon). Sehingga dengan adanya
hal tersebut, dapat mendorong minat konsumen untuk membeli suatu
barang yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kuantitas permintaan
terhadap barang atau jasa di pasar.

2) Faktor yang Mempengaruhi Penawaran


a. Harga Barang itu Sendiri
Jika harga suatu barang mengalami penignkatan, maka produsen akan
lebih cenderung untuk menambah atau menaikkan kuantitas barang
yang ditawarkan terhadap konsumen. Hal ini tetntu saja mengingatkan
kembali kepada kita mengani hukum penawaran, yang menjalskan
adanya korelasi berbanding lurus antara harga suatu barang dengan
jumlah barang yang ditawarkan oleh produsen.
b. Harga Barang lain yang Terkait
Barang-barang yang bersifat substitusi, dapat memberikan pengaruh
yang cukup besar pada tingkat penawaran produsen terhadap suatu
barang. Misalnya saja, dikarenakan adanya kenaikan biaya produksi di
luar negeri, atau terjadinya kenaikan harga impor, pakaian yang
diimpor dari luar negeri akan semakin mahal harganya. Sehingga
konsumen yang menyukai baju impor dari luar negeri akan cenderung
untuk membeli baju buatan lokal. Hal ini akan mempengaruhi
kuantitas permintaan terhadap baju lokal yang mengalami peningkatan.
Efek dari kenaikan jumlah permintaan inilah yang akan mendorong
produsen untuk meningkatkan hasil produksinya, sehingga jumlah baju
yang ditawarkan akan mengalami peningkatan.
Secara umum juga dapat dikatakan bahwa apabila terjadi kenaikan
harga pada barang substitusi, maka jumlah barang yang ditawarkan
oleh produsen akan semakin bertambah, begitupun sebaliknya.
Sedangkan untuk barang yang sifatnya komplemen, dapat kita
simpulkan bahwa apabila terjadi kenaikan harga terhadap barang
komplemen, maka jumlah barang yang ditawarkan oleh produsen akan
semakin berkurang.

c. Harga Faktor Produksi


Terjadinya peningkatan harga faktor produksi, seperti tingginya tingkat
upah, meningkatnya harga bahan baku, tingginya bunga modal, dapat
menyebabkan perusahaan memproduksi output-nya dengan lebih
sedikit dan dengan jumlah anggaran yang dikeluarkan tetap (tidak
berubah). Sehingga imbasnya dengan hal tersebut adalah dapat
mengurangi laba suatu perusahaan. Yang kemudian mengakibatkan
suatu industri tidak akan menarik lagi bagi konsumen ataupun pekerja
yang ada di dalam perusahaan tersebut. Akibatnya mereka akan
berpindah ke industri lain yang pada akhirnya akan mengurangi
kuantitas barang yang ditawarkan oleh produsen.

d. Biaya Produksi
Kenaikan harga input juga dapat menyebabkan peningkatan biaya
produksi. Apabila biaya produksi mengalami peningkatan, baik itu
yang disebabkan oleh adanya kenaikan faktor produksi ataupun
penyebab lainnya, maka produsen akan mengurangi output-nya. Yang
pada akhirnya, kuantitas barang yang ditawarkan pun akan mengalami
penurunan.

e. Teknologi Produksi
Kemajuan teknologi dapat menyebabkan adanya penurunan biaya
produksi, sehingga akan menciptakan barang-barang baru. Dalam
korelasinya terhadap tingkat penawaran suatu barang, maka dapat
dikatakan bahwa kemajuan teknologi dapat menyebabkan terjadinya
peningktanan kuantitas barang yang ditawarkan.

f. Jumlah Pedagang/Penjual
Apabila jumlah penjual terhadap suatu barang semakin banyak, maka
kuantitas barang yang ditawarkan akan semakin meningkat.

g. Tujuan Perusahaan
Pada hakikatnya, tujuan perusahaan adalah untuk memaksimumkan
laba, bukan memkasimumkan output-nya. Yang pada akhirnya tiap
produsen tidak berusaha untuk memaksimumkan kualitas dan
kapasitas dari hasil produksinya secara maksimal, melainkan akan
menggunakannya pada tingkat produksi yang dapat memberikan laba
secara maksimum.

Namun demikian, banyak sekali ditemukan produsen yang memiliki


tujuan yang lain dalam produksinya. Misalnya saja ada perusahaan
yang tidak ingin menanggung resiko, mereka lebih cenderung untuk
melakukan kegiatan produksi yang lebih “aman” meskipun hal tersebut
dapat menyebabkan tingkat laba yang lebih minimal. Sedangkan yang
terjadi pada BUMN, mereka lebih mementingkan untuk mencapai
tingkat produksi yang maksimum, sehingga nantinya tingkat
kemakmuran masyarakat akan tercapai. 7Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa tingkat penawaran suatu barang dapat juga
dipengaruhi oleh tujuan yang ingin diraih oleh produsen.

h. Kebijakan Pemerintah

7
Pratama rahardja dan Mandala Manurung, “Teori Ekonomi Mikro Suatu Pengantar”, Edisi
keempat, 2018, h. 30.
Adanya kebijakan pemerintah juga dapat memberikan pengaruh
terhadap tingkat penawaran. Di Indonesia itu sendiri, beras menjadi
makanan pokok masyarakat. Dalam hal inilah terdapat kebijakan
pemerintah dalam mengurangi jumlah impor terhadap beras sehingga
produksi dalam negeri akan mengalami peningkatan. Hal tersebut
tentunya dilakukan pemerintah guna untuk tercapainya swasembada
pangan yang menyebabkan para petani untuk menanam padi yang
berkualitas sehingga dapat memberika output yang banyak setiap
masa panennya.

Sama halnya dengan konsep permintaan, analisis permintaan juga


dapat disederhanakan serta dianalogikan dengan konsep permintaan.

Gambar 2.2
Pergerakan Sepanjang Kurva Penawaran
Dari gambar tersebut, telah mendeskripsikan bahwa yang mengalami
perubahan adalah komponen harga, sehingga terjadilah pergerakan
sepanjang kurva penawaran (movement along supply curve). Hal ini
bermakna bahwa, adanya perubahan harga dapat menyebabkan
perubahan kuantitas barang yang ditawarkan. Jika yang berubah adalah
komponen nonharga (faktor yang dianggap sebagai cateris paribus),
maka kurva penawaran akan mengalami pergeseran ke arah kiri atau
kanan. Pergeseran kurva ke arah kanan menandakan bahwa kuantitas
barang yang ditawarkan akan lebih banyak. Sedangkan pergeseran
kurva ke kiri, menggambarkan bahwa kuantitas barang yang
ditawarkan oleh produsen akan semakin sedikit.

5. Definisi Surplus Konsumen dan Produsen

A. Surplus Konsumen
Surplus konsumen merupakan sebuah nilai kerelaan seorang konsumen
untuk membayar suatu barang dikurangi dengan nilai yang sebenarnya
dibayarkan olehnya8. Selain itu, surplus konsumen menjadi ukuran
manfaat baik dalam artian uang (monetary gain) ataupun berdasarkan
tingkat kesejahteraan (welfare), serta kepuasan (satisfaction). Yang ketiga
komponen tersebut dapat diraih ketika seorang konsumen telah membeli
dan mengkonsumsi suatu barang. Dasar pendekatan yang digunakan untuk
menganalisis pasar yaitu konsep marginalis (marginalisme approach).

6. Kegagalan Pasar

Pasar dapat menjadi alokasi sumber daya yang efisien, apabila terdapat asumsi-
asumsi yang terpenuhi seperti adanya pelaku yang bersifat rasional, adanya
informasi yang sempurna, model pasar persaingan sempurna serta barang yang
sifatnya privat. Oleh karena itu, proses pertukaran (exchange) tidak dapat terbatasi
oleh konsep dimensi ruang dan waktu. Namun pada akhirnya, kenyataan tidak
seperti dengan dunia yang ideal. Terdapat banyak sekali asumsi-asumsi yang tidak
sesuai dengan fakta di yang terjadi di lapangan. Hal tersebut yang mengakibatkan
kegagalan yang sering terjadi di pasar yang menjadikan alokasi sumber daya yang
tidak efisien (market failure). Adapun kegagalan yang sering terjadi diantaranya
yaitu:

a) Informasi Tidak Sempurna (Incomplete Information)


Dalam realitanya kita tidak akan pernah tahu persis mengenai kualitas
barang yang kita gunakan. Misalnya saja ketika kita membeli motor bekas.

8
Tanti Novianti, “Pengukuran Manfaat dan Biaya (Measurement Cost Benefit Analysis)”.
Modul 3 Pustaka UT, 2021, h.1
Untuk memperoleh informasi mengenai spesifikasi motor tersebut,
seringkali kita harus mengeluarkan biaya yang lebih demi mendapatkan
sebuah informasi yang lebih akurat. Misalnya saja dengan menyewa
tukang service motor yang cukup ahli dengan mesin dan dapat dipercaya.
Sama halnya yang terjadi pada perusahaan-perusahaan yang ingin
merekrut pegawai baru. Mereka harus mengambil jasa dari seorang
konsultan ketenagakerjaan guna untuk mengetahui lebih banyak informasi
mengenai kualitas pegawai yang akan direkrut dalam perusahaan tersebut.
Dan untuk menikmati jasa konsultan tersebut, tentu saja perusahaan harus
mengeluarkan lebih banyak anggaran.

b) Daya Monopoli (Monopoly Power)


Asumsi yang terdapat pada pasar persaingan sempurna adalah ketika
produsen begitu banyak dan kecil-kecil sehingga secara tidak langsung
seorang individu tidak mampu untuk mempengaruhi perilaku pasar. Pada
kenyataannya yang sering terjadi dalam pasar adalah hanya ada satu atau
beberapa produsen yang begitu kuat, sehingga mereka memliki
kemampuan untuk mempengaruhi pasar serta dapat menentukan tingkat
harga pada barang yang mereka tawarkan (price maker). Kemampuan
inilah yang pada akhirnya akan menyebabkan tingkat barang yang
diproduksi akan lebih sedikit tentunya dengan harga yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan kondisi yang ada pada pasar persaingan sempurna.

c) Eksternalitas (Externality)
Eksternalitas merupakan laba atau rugi yang dinikmati ataupun diderita
oleh para pelaku kegiatan ekonomi sebagai akibat dari tindakan pelaku
ekonomi lainnya, tetapi tidak termasuk dalam perhitungan biaya secara
formal. 9Contohnya saja masih banyak pabrik yang membuang limbahnya
ke sungai sehingga mengakibatkan pencemaran lingukungan. Kerugian

9
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, “Teori Ekonomi Mikro, Suatu Pengantar”.
Edisi keempat, 2018, h.39
yang didapatkan oleh masyarakat setempat tidak termasuk kedalam
perhitunan biaya produksi secara finansial. Meskipun begitu, secara
ekonomis biayanya menjadi mahal dikarenakan sebagian masyarakat
menanggung dalam bentuk biaya sosial (social cost).

d) Barang Publik (Public Goods)


Asumsi lain yang seringkali tidak relevan dengan fakta yang terjadi di
lapangan adalah adanya barang yang dipertukarkan yang sifatnya privat
(rival dan eksklusif). Rival dalam hal ini bermakna bahwa adanya barang
yang tidak dapat dikonsumsi secara bersamaan juga tanpa saling
merugikan satu sama lain. Eksklusif merupakan sesuatu yang dapat
digunakan dan dimanfaatkan bagi siapapun yang mau membayar.
Contohnya saja makanan cepat saji, minuman,dll. Contoh tersebut
merupakan barang privat. Bila satu kaleng minuman telah kita konsumsi,
maka orang lain tidak dapat mengonsumsi minuman tersebut. Berarti jika
kita ingin mengonsumsi minuman tersebut, maka barang tersebut harus
bersifat rival. Selain bersifat rival, kita juga harus membayar agar dapat
mengonsumsi minuman tersebut.

Dengan demikian diperlukan pula syarat untuk memperoleh minuman


tersebut atau yang disebut sebagai eksklusif. Beberapa barang privat juga
dapat terbagi-bagi.

e) Barang altruisme (Altruism good)


Selain barang public, kita juga dapat mengenal barang altruisme
atau baiasa di sebut (Altruism Good). Barang altruisme adalah
barang yang tersedia dengan kuantitas berdasarkan suka rela
karena rasa kemanusiaan. contoh barang altruisme ialah organ
tubuh, seperti darah. Supply darah ada di karenakan rasa
kemanusiaan dari diri seseorang untuk membantu sesama manusia.
Apabila barang tersebut diberikan kepada mekanisme pasar, maka
tidak akan terjadi dikarenakan aspek supplynya bertentangan
dengan moral dan ajaran agama, dan akan terjadi kegagalan pasar
(market failures). Oleh karena itu pemerintah menangani kasus ini
dengan membentuk PMI (Palang Merah Indonesia). Apabila kita
dating ke PMI untuk melakukan donor darah, bermotivasikan
hanya karena rasa kemanusiaan, dan sama sekali bukan untuk
mendapatkan pembayaran. Bagi orang yang membutuhkan, mereka
tidak akan di pungut biaya untuk mendapatkan darah yang di
butuhkan ( hanya dipungut biaya administrasi yang sangat murah).

7. Intervensi Pemerintah

Kegagalan pasar kerap sering kali terjadi, dan menuntut campur tangan
pemerintah (intervensia). Akan tetapi tidak semua campur tangan pemerintah itu
baik, walaupun dengan tujuan yang baik. Ada beberapa faktor sebagai
penyebabnya. Salah satu kasus terbesar yang di hadapi pemerintah dalam hal
menentukan kebijaksanaan adalah adanya trade oof (konflik) antara beberapa
tujuan yang ingin dicapai. Contoh, ada konflik antara tujuan efisien dan
pemerataan. Agar harga rumah dapat terjangkau rakyat kecil yang berpenghasilan
rendah, pemerintah memberikan subsidi. Akan tetapi pemberian tersebut
cenderung mengorbankan efisien, karena uang subsidi yang dipakai tersebut dapat
dialokasikan pada beberapa sektor yang lebih produktif.

Beberapa tujuan yang dilakukan dengan campur tangan pemerintah adalah


sebagai berikut:

 Menjamin terwujudnya kesamaan hak bagi setiap individu dan terhindar


dari eksploitasi
 Menjaga dan mengembangkan perekonomian secara teratur dan stabil
 Mengawasi kegiatan kegiatan perusahaan besar yang dapat mempengaruhi
pasar, agar mereka tidak menjalankan praktik praktik monopoli yang dapat
merugikan pasar
 Menyediakan barang barang public yang dibutuhkan agar masyarakat tetap
sejahtera
 Mengawasi agar eksternalitas kegiatan ekonomi yang merugikan
masyarakat dapat di hindari

a. kontrol Harga

Kontrol harga bertujuan untuk melindungi konsumen ataupun produsen.


Control harga yang digunakan adalah menetapkan harga dasar biasa (floor
price) dan harga maksimum (ceiling price).

1. Harga Dasar (Floor Price)

Harga Dasar adalah tingkat harga minimum yang diberlakukan.


Contoh, apabila pemerintah memberikan harga dasar gabah Rp.700 per
kilogramnya, maka pembeli harus membeli gabah dari si petani dengan harga
paling rendanhya Rp.700 per kilogramnya.

Kasus Pasar Gabah di Karawang

Qd = 2.000 – 3P : Qs = -500 + 2P

Dimana : Qd, Qs = ribuan ton permusim

P = ratus ribu rupiah per ton

Keseimbangan pasar tersebut tercapai denga harga gabah Rp.500.000 per


ton. Sedangkan jumlah gabah yang tersedia hanya sekitar 500.000 ton per
musin. Apabila pemerintah merasa kuantitas gabah terlalu sedikit dan berniat
menambahkan di musim yang akan dating dengan menetapkan harga gabah
tersebut menjadi Rp.600.000 per ton, maka akan terjadi kelebihan penawaran
500.000 ton. Karena, penawaran naik menjadi 700.000 ton, sedangkan
permintaan menurun menjadi 200.000 ton. Keputusan ini merugikan si
konsumen dan si produsen

Agar harga gabah tetap pada harga Rp.600.000 per ton, pemerintah harus
membeli kelebihan penawaran tersebut. Pemerintah memperbesar permintaan
yang kita sebut permintaan pemerintah (Qdp). Akibatnya, kurva permintaan
bergeser ke Qd2 yang besaarnya merupakan Qd + Qdp. Besar anggaran yang
tersedia adalah Rp.500.000 ton dikali dengan Rp.600.000 sama dengan
Rp.300.000.000.000.

Kasus Pasar Tenaga Kerja di Cianjur

Qd = 20.000 - 6P : Qs = -5.000 + 4P

Dimana : Qd, Qs = jiwa perbulan

P = upah per hari


Keseimbangan pasar tejadi pada harga Rp.2.500 per hari.
Kesempatankerja tersebut hanya berkuota 5.000 pekerja/bulan. Jika pemerintah
daerah cianjur menganggap upah keseimbangan itu terlalu kecil dan
menetapkan Rp.3.000 per hari, maka yang akan terjadi adalah penggugaran
sebanyak 5.000 orang per bulannya. Sebab dengan tingkat upah tersebut jumlah
yang ingin bekerja meningkat menjadi 7.000 orang per bulan. Sedangkan
permintaan terhadap tenaga kerja menurun menjadi 2.000 orang per bulan.

2. Harga Tertinggi (Celling Price)

Harga tertinggi atau biasa disebut Ceiling price adalah batas maksimum suata
harga barang yang di jual oleh produsen. Di Indonesia yang sangat terkenal
contohnya, penetapan harga patokan setempat (HPS) untuk semen. Penetapan
harga tersebut bertujuan agar harga produk dapat di jangkau oleh konsumen.
Namun kebijakan ini tidak berdayaguna bila produsen memiliki kekuatan
oligopoly, apalagi daya monopoli.

Kasus Pasar Mie Instant di Indonesia

Qd = 20.000 – 5P ; Qs = -5.000 + 20P

Dimana : Qd, Qs = ribu bungkus per bulan

P = harga per bungkus

Keseimbangan pasar terjadi pada tingkat harga mie instant Rp.1.000 per
bungkus, dengan jumlah 15 juta bungkus perbulan. Kebalikan dari dua contoh di atas,
sekarang pemerintah merasa harga mie instant terlalu tinggi dan menetapkan harga
Rp.750 per bungkus. Keputusan tersebut menyebabkan kelebihan permintaan sebesar
6.250.000 bungkus per bulan (16.250.000 – 10.000.000). secara ekonomis keputusan ini
merugikan, karena terjadi kehilangan surplus ekonomi (deadweight loss) sebesar luas
segi tiga A + B.

3. Kuoto

Selain dengan pembelian, pemerintah memengaruh tingkat harga dengan


melakukan kebijaksanaan kuota (pembatasan produksi). Misalnya, pemerintah ingin
menolong petani petani jagung dengan cara membatasi jumlah produksi (kuota) untuk
meningkatkan harga.

Jika pemerintah ingin menjaga agar harga jagung minimal P1, untuk itu jumlah
produksi dibatasi hanya sampai Q1. Kurva penawaran jagung yang relevan adalah S1.
Keputusan ini mengurangi surplus konsumen sebesar A+B. produsen mengalami
kehilangan surplus seluas c, tetapi memperoleh tambahan surplus seluas A di tambah
insentif tidak produksi, seluas f. agar produsen jagung mau mengurangi produksinya
sampai tingkat Q1 maka insentif finasial yang harus di berikan setidaknya seluas B+C+F

Anda mungkin juga menyukai