Makalah PPKN
Makalah PPKN
OLEH:
KELAS 1C
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena atas karunia serta
rahmat-Nya lah sehingga kita dapat menyelesaikan makalah “Konsep Permintaan
dan Penawaran”. Tak lupa pula kami mengucapkan rasa terima kasih kepada
bapak Dr. Mohammad Lutfi M.M sebagai Dosen mata kuliah Pengantar Ekonomi
Mikro yang telah mempercayakan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan banyak
manfaat terutama dapat meningkatkan pemahaman kita sebagai penulis maupun
pembaca. Kami juga menyadari bahwa selama proses pembuatan makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Oleh
karena itu, kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata yang kurang
berkenan dalam penulisan makalah ini. Serta kami juga mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi menyempurnakan makalah ini untuk menjadi lebih
baik lagi.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BAB 2
PEMBAHASAN
1
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, (Jakarta; Rajawali Pers, 2015), h.75.
2
Sugiarto, Tedy Herlambang Dan Brastoro, Ekonomi Mikro Sebuah Kajian Komprehensif,
(Jakrta; PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), h.34
Permintaan konsumen atau masyarakat terhadap suatu barang atau jasa
dapat ditentukan oleh banyak faktor. Adapun faktor-faktor tersebut yang
menjadi aspek terpenting adalah sebagai berikut:
a. Harga barang itu sendiri
b. Harga barang lain yang terkait
c. Pendapatan per kapita
d. Distribusi pendapatan
e. Selera atau kebiasaan
f. Jumlah penduduk
g. Perkiraan harga dimasa yang akan datang
Oleh sebab itu, ketika berbicara mengenai teori permintaan, para pemikir
ekonomi telah membuat analisis yang lebih sederhana. Dalam analisis
tersebut, terdapat anggapan bahwa permintaan terhadap suatu barang dapat
dipengaruhi oleh tingkat harganya. Oleh karena itu, pada teori permintaan,
salah satu aspek penting yang perlu dianalisis yaitu mengenai korelasi
antara kuantitas permintaan suatu barang dengan harga (price) barang
tersebut.
3
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, (Jakarta; Rajawali Pers, 2015), h.76
Kurva permintaan dapat menjelaskan mengenai adanya korelasi secara
terbalik antara tingkat harga dengan kuantita barang yang diminta. Pada
kurva ini dapat kita ketahui yaitu berbentuk menurun (korelasi negatif)
dari kiri atas ke kanan bawah, sebagai akibat dari adanya korelasi yang
terbalik tersebut. Skema permintaan juga menggambarkan sebagaimana
yang sering dijumpai pada umumnya yaitu adanya sumbu tegak yang
dideskripsikan sebagai harga (price) sedangkan sumbu yang mendatar atau
horizontal dideskripsikan sebagai kuantitas barang (Qd) yang dimintas.
Adapun prosedur dalam penggambaran kurva permintaan adalah sebagai
berikut. Bentuklah garis pada setiap pasangan harga dan kuantitas barang
yang diminta pada sumbu vertikal dan horizontal sebagai koordinatnya.
Kemudian kita dapat menghubungkan masing-masing titik koordinat yang
akan diperoleh sebagai kurva permintaan dengan gerak kurva model
menurun. Hal inilah yang disebut dengan adanya korelasi terbalik antara
harga barang dengan kuantitas barang yang diminta. Kemudian kita dapat
memberikan label P dan Q pada kurva tersebut, sehingga dapat
menujukkan seluruh kemungkinan harga yang dapat terjadi antara harga
barang dengan kuantitas barang yang diminta pada rentang batas yang
ditunjukkan oleh grafik pada kurva tersebut.
Gambar 2.1
Kurva permintaan
“Kurva permintaan pada berbagai jenis barang pada umumnya dapat
menurun dari kiri atas ke kanan bawah. Kurva inilah yang kemudian
disebabkan oleh sifat korelasi antara harga dan kuantitas barang yang
diminta sehingga meiliki sifat korelasi terbalik. Jika terdapat salah satu
variabel meningkat, misalnya varibel harga barang, maka varibel lainnya
yang dipengaruhi akan mengalami penurunan (contohnya, jumlah barang
yang diminta).”4
2. Penawaran
Permintaan terhadap suatu barang atau jasa yang apabila tidak disertai
dengan tingkat penawaran barang dan jasa tidak akan mampu menciptakan
kegiatan transaksi di pasar. Oleh karena itu, konsep permintaan baru akan
dipenuhi apabila penjual dapat menyediakan barang ataupun jasa yang
dibutuhkan oleh konsumen. Dengan kata lain, penjual dapat menawarkan
barang dan jasa yang diperlukan oleh pihak konsumen.
Kurva penawaran pada umumnya naik dari kiri bawah ke kanan atas (korelasi
positif). Hal tersebut menunjukkan bahwa arah pergerakan kurva penawaran
berbanding terbalik dengan arah pergerakan kurva permintaan. Hal ini
dikarenakan sesuai dengan hukum penawaran, semakin tinggi harga barang, maka
kuantitas barang yang ditawarkan akan semakin meningkat.
Gambar 2.2
5
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, (Jakarta; Rajawali Pers, 2015), h. 85-86
Kurva penawaran
a. Hukum Permintaan
Permintaan merupakan keinginan konsumen untuk membeli suatu barang
pada berbagai tingkat harga dan priode waktu tertentu. Intinya adalah
permintaan merupakan banyaknya kuantitas barang yang diminta pada
suatu pasar dengan tingkat harga, pendapatan, dan periode tertentu.
Hukum permintaan pada dasarnya menjadi suatu praduga yang
menyatakan bahwasanya:
“Korelasi antara barang ataupun jasa yang diminta oleh konsumen dengan
harga barang tersebut yang mana adanya korelasi berbanding terbalik
ketika harga meningkat atau naik, maka kuantitas barang yang diminta
akan menurun. Begitupun yang terjadi sebaliknya, apabila harga suatu
barang mengalami penurunan, maka kuantitas barang yang diminta oleh
konsumen akan mengalami peningkatan”.
b. Hukum Penawaran
Penawaran merupakan kuantitas barang ataupun jasa yang tersedia atau
yang siap ditawarkan oleh produsen pada berbagai tingkat harga dan
dalam periode waktu tertentu. Adapun hukum penawaran yaitu, semakin
tinggi harga suatu barang, maka akan semakin banyak kuantitas barang
yang ditawarkan oleh produsen. Hal ini berlaku untuk sebaliknya,
semakin rendah harga suatu barang, maka kuantitas barang yang
ditawarkan oleh produsen pun akan semakin sedikit.
6
Yopi Nisa Febianti, “Permintaan dalam Ekonomi Mikro”, Edunomic Jurnal Pendidikan
Ekonomi, Volume 2, No. 1, 2014, h.17
4. Faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran
Dalam hal ini, apabila harga substitusi daging sapi (misalnya daging
ayam) meningkat, harga relatif daging sapi akan menjadi lebih murah,
sehingga kuantitas permintaan terhadap daging sapi akan mengalami
peningkatan. Sedangkan harga komplemen daging sapi (misalnya
beras) mengalami penurunan, maka kuantitas permintaan terhadap
beras akan mengalami peningkatan. Sehingga kuantitas permintaan
terhadap daging sapi juga akan mengalami peningkatan.
e. Jumlah Penduduk
Masih dengan contoh beras lagi. Beras mungkin telah menjadi
makanan pokok masyarakat Indonesia, maka hal ini dapat menujukkan
adanya korelasi positif antara kuantitas permintaan beras dengan
jumlah penduduk. Semakin banyak jumlah penduduk, maka kuantitas
permintaan beras akan semakin meningkat.
g. Distribusi Pendapatan
Tingkat pendapatan per kapita dapat memberikan suatu kesimpulan
yang tidak benar apabila distribusi pendapatan masyarakat tidak
merata. Artinya adalah terdapat sebagian kecil kelompok masyarakat
yang dapat menguasai pangsa pasar dengan sangat besar. Jika
distribusi pendapatan tidak merata, hal tersebut akan mempengaruhi
tingkat daya beli masyarakat secara umum terhadap suatu barang
ataupun jasa. Yang berarti bahwa daya beli secara umum akan
melemah sehingga kuantitas permintaan terhadap suatu barang akan
mengalami penurunan.
d. Biaya Produksi
Kenaikan harga input juga dapat menyebabkan peningkatan biaya
produksi. Apabila biaya produksi mengalami peningkatan, baik itu
yang disebabkan oleh adanya kenaikan faktor produksi ataupun
penyebab lainnya, maka produsen akan mengurangi output-nya. Yang
pada akhirnya, kuantitas barang yang ditawarkan pun akan mengalami
penurunan.
e. Teknologi Produksi
Kemajuan teknologi dapat menyebabkan adanya penurunan biaya
produksi, sehingga akan menciptakan barang-barang baru. Dalam
korelasinya terhadap tingkat penawaran suatu barang, maka dapat
dikatakan bahwa kemajuan teknologi dapat menyebabkan terjadinya
peningktanan kuantitas barang yang ditawarkan.
f. Jumlah Pedagang/Penjual
Apabila jumlah penjual terhadap suatu barang semakin banyak, maka
kuantitas barang yang ditawarkan akan semakin meningkat.
g. Tujuan Perusahaan
Pada hakikatnya, tujuan perusahaan adalah untuk memaksimumkan
laba, bukan memkasimumkan output-nya. Yang pada akhirnya tiap
produsen tidak berusaha untuk memaksimumkan kualitas dan
kapasitas dari hasil produksinya secara maksimal, melainkan akan
menggunakannya pada tingkat produksi yang dapat memberikan laba
secara maksimum.
h. Kebijakan Pemerintah
7
Pratama rahardja dan Mandala Manurung, “Teori Ekonomi Mikro Suatu Pengantar”, Edisi
keempat, 2018, h. 30.
Adanya kebijakan pemerintah juga dapat memberikan pengaruh
terhadap tingkat penawaran. Di Indonesia itu sendiri, beras menjadi
makanan pokok masyarakat. Dalam hal inilah terdapat kebijakan
pemerintah dalam mengurangi jumlah impor terhadap beras sehingga
produksi dalam negeri akan mengalami peningkatan. Hal tersebut
tentunya dilakukan pemerintah guna untuk tercapainya swasembada
pangan yang menyebabkan para petani untuk menanam padi yang
berkualitas sehingga dapat memberika output yang banyak setiap
masa panennya.
Gambar 2.2
Pergerakan Sepanjang Kurva Penawaran
Dari gambar tersebut, telah mendeskripsikan bahwa yang mengalami
perubahan adalah komponen harga, sehingga terjadilah pergerakan
sepanjang kurva penawaran (movement along supply curve). Hal ini
bermakna bahwa, adanya perubahan harga dapat menyebabkan
perubahan kuantitas barang yang ditawarkan. Jika yang berubah adalah
komponen nonharga (faktor yang dianggap sebagai cateris paribus),
maka kurva penawaran akan mengalami pergeseran ke arah kiri atau
kanan. Pergeseran kurva ke arah kanan menandakan bahwa kuantitas
barang yang ditawarkan akan lebih banyak. Sedangkan pergeseran
kurva ke kiri, menggambarkan bahwa kuantitas barang yang
ditawarkan oleh produsen akan semakin sedikit.
A. Surplus Konsumen
Surplus konsumen merupakan sebuah nilai kerelaan seorang konsumen
untuk membayar suatu barang dikurangi dengan nilai yang sebenarnya
dibayarkan olehnya8. Selain itu, surplus konsumen menjadi ukuran
manfaat baik dalam artian uang (monetary gain) ataupun berdasarkan
tingkat kesejahteraan (welfare), serta kepuasan (satisfaction). Yang ketiga
komponen tersebut dapat diraih ketika seorang konsumen telah membeli
dan mengkonsumsi suatu barang. Dasar pendekatan yang digunakan untuk
menganalisis pasar yaitu konsep marginalis (marginalisme approach).
6. Kegagalan Pasar
Pasar dapat menjadi alokasi sumber daya yang efisien, apabila terdapat asumsi-
asumsi yang terpenuhi seperti adanya pelaku yang bersifat rasional, adanya
informasi yang sempurna, model pasar persaingan sempurna serta barang yang
sifatnya privat. Oleh karena itu, proses pertukaran (exchange) tidak dapat terbatasi
oleh konsep dimensi ruang dan waktu. Namun pada akhirnya, kenyataan tidak
seperti dengan dunia yang ideal. Terdapat banyak sekali asumsi-asumsi yang tidak
sesuai dengan fakta di yang terjadi di lapangan. Hal tersebut yang mengakibatkan
kegagalan yang sering terjadi di pasar yang menjadikan alokasi sumber daya yang
tidak efisien (market failure). Adapun kegagalan yang sering terjadi diantaranya
yaitu:
8
Tanti Novianti, “Pengukuran Manfaat dan Biaya (Measurement Cost Benefit Analysis)”.
Modul 3 Pustaka UT, 2021, h.1
Untuk memperoleh informasi mengenai spesifikasi motor tersebut,
seringkali kita harus mengeluarkan biaya yang lebih demi mendapatkan
sebuah informasi yang lebih akurat. Misalnya saja dengan menyewa
tukang service motor yang cukup ahli dengan mesin dan dapat dipercaya.
Sama halnya yang terjadi pada perusahaan-perusahaan yang ingin
merekrut pegawai baru. Mereka harus mengambil jasa dari seorang
konsultan ketenagakerjaan guna untuk mengetahui lebih banyak informasi
mengenai kualitas pegawai yang akan direkrut dalam perusahaan tersebut.
Dan untuk menikmati jasa konsultan tersebut, tentu saja perusahaan harus
mengeluarkan lebih banyak anggaran.
c) Eksternalitas (Externality)
Eksternalitas merupakan laba atau rugi yang dinikmati ataupun diderita
oleh para pelaku kegiatan ekonomi sebagai akibat dari tindakan pelaku
ekonomi lainnya, tetapi tidak termasuk dalam perhitungan biaya secara
formal. 9Contohnya saja masih banyak pabrik yang membuang limbahnya
ke sungai sehingga mengakibatkan pencemaran lingukungan. Kerugian
9
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, “Teori Ekonomi Mikro, Suatu Pengantar”.
Edisi keempat, 2018, h.39
yang didapatkan oleh masyarakat setempat tidak termasuk kedalam
perhitunan biaya produksi secara finansial. Meskipun begitu, secara
ekonomis biayanya menjadi mahal dikarenakan sebagian masyarakat
menanggung dalam bentuk biaya sosial (social cost).
7. Intervensi Pemerintah
Kegagalan pasar kerap sering kali terjadi, dan menuntut campur tangan
pemerintah (intervensia). Akan tetapi tidak semua campur tangan pemerintah itu
baik, walaupun dengan tujuan yang baik. Ada beberapa faktor sebagai
penyebabnya. Salah satu kasus terbesar yang di hadapi pemerintah dalam hal
menentukan kebijaksanaan adalah adanya trade oof (konflik) antara beberapa
tujuan yang ingin dicapai. Contoh, ada konflik antara tujuan efisien dan
pemerataan. Agar harga rumah dapat terjangkau rakyat kecil yang berpenghasilan
rendah, pemerintah memberikan subsidi. Akan tetapi pemberian tersebut
cenderung mengorbankan efisien, karena uang subsidi yang dipakai tersebut dapat
dialokasikan pada beberapa sektor yang lebih produktif.
a. kontrol Harga
Qd = 2.000 – 3P : Qs = -500 + 2P
Agar harga gabah tetap pada harga Rp.600.000 per ton, pemerintah harus
membeli kelebihan penawaran tersebut. Pemerintah memperbesar permintaan
yang kita sebut permintaan pemerintah (Qdp). Akibatnya, kurva permintaan
bergeser ke Qd2 yang besaarnya merupakan Qd + Qdp. Besar anggaran yang
tersedia adalah Rp.500.000 ton dikali dengan Rp.600.000 sama dengan
Rp.300.000.000.000.
Qd = 20.000 - 6P : Qs = -5.000 + 4P
Harga tertinggi atau biasa disebut Ceiling price adalah batas maksimum suata
harga barang yang di jual oleh produsen. Di Indonesia yang sangat terkenal
contohnya, penetapan harga patokan setempat (HPS) untuk semen. Penetapan
harga tersebut bertujuan agar harga produk dapat di jangkau oleh konsumen.
Namun kebijakan ini tidak berdayaguna bila produsen memiliki kekuatan
oligopoly, apalagi daya monopoli.
Keseimbangan pasar terjadi pada tingkat harga mie instant Rp.1.000 per
bungkus, dengan jumlah 15 juta bungkus perbulan. Kebalikan dari dua contoh di atas,
sekarang pemerintah merasa harga mie instant terlalu tinggi dan menetapkan harga
Rp.750 per bungkus. Keputusan tersebut menyebabkan kelebihan permintaan sebesar
6.250.000 bungkus per bulan (16.250.000 – 10.000.000). secara ekonomis keputusan ini
merugikan, karena terjadi kehilangan surplus ekonomi (deadweight loss) sebesar luas
segi tiga A + B.
3. Kuoto
Jika pemerintah ingin menjaga agar harga jagung minimal P1, untuk itu jumlah
produksi dibatasi hanya sampai Q1. Kurva penawaran jagung yang relevan adalah S1.
Keputusan ini mengurangi surplus konsumen sebesar A+B. produsen mengalami
kehilangan surplus seluas c, tetapi memperoleh tambahan surplus seluas A di tambah
insentif tidak produksi, seluas f. agar produsen jagung mau mengurangi produksinya
sampai tingkat Q1 maka insentif finasial yang harus di berikan setidaknya seluas B+C+F